Sebutkan faktor-faktor yang mendukung kegiatan perikanan di indonesia

Sebutkan faktor-faktor yang mendukung kegiatan perikanan di indonesia

Gambar. Perahu tradisonal masih menjadi andalan nelayan di Indonesia (Sumber: Dokumen Penulis)

Sekitar 70% wilayah Indonesia terdiri dari lautan sehingga hasil sumber daya perikanan pun akan sangat melimpah. Perlu dilakukan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam perikanan dengan baik, bijak dan terstruktur agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan bisa dinikmati secara berkesinambungan dari generasi ke generasi.

Peran pemerintah dan masyarakat (khususnya nelayan) sangatlah penting dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam perikanan. Salah satu upaya tersebut dapat diaplikasikan seperti pembuatan kebijakan dalam teknis penangkapan ikan misalnya pelarangan menggunakan bom ikan, pengaturan waktu tangkap, membatasi jumlah tangkapan maupun menerapkan standar ukuran ikan yang hanya boleh ditangkap.

A. Jenis Perikanan dan Persebarannya di Indonesia

Secara umum jenis perikanan dan persebarannya dapat kita golongkan menjadi 3 macam, yakni:

1) Perikanan Pantai

Perikanan jenis ini dilakukan pada daerah kurang dari 60 mil dari bibir pantai. Biasanya pemanfaatan sumber daya jenis perikanan ini dilakukan oleh para nelayan tradisional dengan menggunakan perahu motor ukuran kecil, atau perahu dayung. Oleh karena luas daerah tangkapannya relatif sempit dan hanya menggunakan peralatan tradisional, maka hasil tangkapannya pun kurang maksimal dan faktor cuaca juga sangat mempengaruhi. Jenis ikan yang sering ditangkap, antara lain kembung, teri, petek, lemuru, dan beberapa jenis moluska, seperti cumi dan ubur-ubur.

2) Perikanan Laut Dalam

Perikanan laut dalam merupakan jenis penangkapan ikan yang dilakukan di samudera atau di laut lepas. Biasanya yang melakukan pemanfaatan dan pengelolaan perikanan jenis ini dilakukan oleh nelayan modern atau perusahan perikanan besar yang tentunya menggunakan perlatan canggih. Hasil tangkapan ikannya pun bisa dalam jumlah besar.

Beberapa wilayah di Indonesia yang merupakan kawasan perikanan laut yang potensial antara lain sebagai berikut:

  • Selat Malaka, biasanya terdapat banyak ikan terumbuk.
  • Perairan utara jawa dan segara anak (Cilacap) banyak terdapat rumput laut.
  • Daerah Bitung, Air tembaga dan Sulawesi utara banyak terdapat ikan tuna dan cakalang.
  • Maluku, terdapat banyak jenis ikan hias, rumput laut dan cakalang.
  • Sekitar kepulauan Aru dan Kei terdapat banyak mutiara, rumput laut, bunga karang, tripang dan rumput laut.

Selain daerah di atas terdapat banyak pula jenis ikan dan sumber daya alam laut yang banyak, tersebar di seluruh Indonesia dari Aceh hingga Merauke, Papua.

3) Perikanan Darat

Selain perikanan laut, di Indonesia juga mengenal perikanan darat yang dilakukan di air tawar dan air payau. Pengelolaan dan pembudidayaan ikan biasanya dilakukan di daerah sungai, danau, empang atau kolam, sawah dan bendungan. Jenis hasil budidayanya sangat beragam seperti udang, lobster, ikan lele, nila, gurameh, bawal, belut dll.

B. Kendala-Kendala dalam Bidang Perikanan

Kegiatan ekonomi disektor perikanan banyak terdapat kendala yang mengakibatkan kesejahteraan para nelayan atau pelaku budidaya ikan dinilai masih jauh dari harapan. Adapun beberapa kendala tersebut, antara lain sebagai berikut:

1) Masih banyak sistem penangkapan ikan di perairan darat yang kurang memerhatikan faktor kelestarian lingkungan alam seperti menggunakan bom, racun, setrum listrik dll.

2) Pengetahuan para nelayan tentang perikanan masih tergolong rendah sehingga belum mampu mengelola sumber daya alam secara optimal.

3) Peralatan yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan masih relatif sederhana dan masih tergantung oleh faktor cuaca.

4) Nelayan tidak punya modal sehingga sulit untuk mengembangkan diri.

5) Proses pengolahan ikan masih menggunakan alat-alat sederhana sehingga seringkali tidak efisiensi tenaga, biaya dan hasilnya pun hanya sedikit.

6) Banyak para nelayan yang terjerat utang oleh para tengkulak dan rentenir sehingga para nelayan semakin terpuruk dalam kemiskinan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan adalah; 1). Tersedianya informasi terkait karakteristik lingkungan perairan, Data dan informasi tentang ada tidaknya  pencemaran lingkungan perairan akibat kegiatan manusia di wilayah Lokasi Kajian. 2). Data dan informasi tentang  penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan. 3). Informasi berupa hasil kondisi lingkugan perairan dan pengaruh antropogenik terhadap tersedianya  sumberdaya perikanan di kawasan reservat ikan. 4). Rekomendasi dalam rangka mengatasi penurunan hasil tangkapan ikan di wilayah Lokasi Kajian.

Teknik Pengumpulan Data: a). Menyebarkan kuisioner kepada responden terkait dengan topic penelitian. Yang dipilih sebagai responden terdiri dari berbagai unsure; Unsur masyarakat nelayan dan petani ikan, unsure tenaga teknis yang petugas UPT Dinas Kelautan dan Perikanan kecamatan. b). Selain itu, Tim peneliti akan melakukan wawancara  mendalam (indept interview) dengan petugas teknis dilapangan dan masyarakat petani ikan. c). Jenis data yang diperoleh antara lain; (a) data primer yakni data hasil isian kuisioner dan hasil wawancara. (b) data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber data sebelumnya seperti halnya data: BPS, data BAPPEDA, data Dinas Kelautan dan Perikanan, serta data pendukung lainnya yang tersedia di kecamatan yang bersangkutan. d). Kondisi kualitas air masing-masing stasiun yang terdiri dari tiga lokasi antara lain: 1. Daerah Reservat

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian kajian faktor – faktor Peningkatan Jumlah Nelayan dan Alat tangkap yang terekspose dari data time series tahun 2007-2011 disinyalir merupakan penyebab terjadinya penurunan hasil tangkapan ikan di lokasi kajian.

  1. Berdasarkan hasil wawancara ditemukanya praktek-praktek penggunaan alat tangkap yang merusak antara lain strum dan racun.
  2. Berdasarkan hasil wawancara dan survey ditemukan adanya kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap yang tidak selektif dengan kemampuan menangkap ikan yang sangat besar antara lain: Alat tangkap sawaran, rimpa, Sangga, dan Julu.
  3. Adanya indikasi telah terjadi tekanan terhadap kondisi perairan di lokasi kajian berupa beban masukan limbah yang berasal dari kegiatan perkebunan kelapa sawit secara periodik.
  4. Adanya Indikasi telah terjadi pelanggaran yang cukup urgen terkait fungsi kawasan reservat ikan Danau Loa Kang yang seharusnya bebas dari kegiatan perikanan terutama perikanan tangkap namun pada kenyataannya praktek kegiatan perikanan tangkap marak dilakukan di wailayah tersebut.
  5. Pengkajian faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya hasil tangkapan berkaitan dengan penghidupan dan strategi penghidupan masyarakat nelayan telah dikembangkan model livelihoods DFID atau SLA (Sustainable Livelihood Approach) dan model SFL (Sustainable Fisheries Livelihoods). Beberapa faktor yang dimasukkan dalam model-model ini adalah faktor lingkungan fisik (ekologi), aspek sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat lokal serta tatakelola (governance) pengelolaan perikanan umum dengan memperhatikan kerentanan baik ekologi maupun sosial ekonomi kelembagaan.
  6. Masalah utama yang telah diidentifikasi menurut hasil diskusi mendalam dan FGD menurut nelayan dan informan kunci dibagi menjadi tiga faktor utama, yaitu: (1) meningkatnya jumlah populasi nelayan dan alat tangkap yang digunakan; (2)  adanya kegiatan perikanan tangkap yang bersifat destruktif (destructive fishing activities) yang dilakukan oleh sebagian nelayan; (3) belum maksimalnya fungsi reservat ikan.

Keywords: analisis, jalur, keberlanjutan, perikanan tangkap

Keberlanjutan adalah kata kunci dalam pengembangan perikanan yang diharapkan dapat meningkatkan sumber daya dan masyarakat perikanan karena potensi sumber daya perikanan di beberapa daerah merupakan jaminan dari kegiatan penangkapan ikan dan pengembangan perikanan. Konsep pembangunan berkelanjutan mengoptimalkan empat aspek, meliputi ekonomi, aspek sosial, lingkungan, dan pengelolaan sehingga pengelolaan sumber daya perikanan di Indonesia adalah sistem yang sangat kompleks. Upaya untuk meningkatkan taraf hidup nelayan skala kecil dan meningkatkan pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan, dapat dilakukan salahsatunya dengan mengkaji hubungan antar aspek berkelanjutan yang terlibat dalam perikanan skala kecil secara intensif. Keempat aspek tersebut diolah menggunakan analisis jalur sehingga dapat digunakan sebagai rujukan dalam menyusun kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan atau keberlanjutan perikanan tangkap di suatu kawasan. Hasil yang diperoleh Pengaruh seluruh variabel bebas (x) terhadap perikanan tangkap skala kecil di Kecamatan Banggae (y) bernilai 96,3% sedangkan 3,7% lainnya dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel bebas yang digunakan. Aspek ekonomi merupakan aspek keberlanjutan yang paling mempengaruhi keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di Kecamatan Banggae dengan nilai pengaruh mencapai 62,3% sehingga aspek ekonomi merupakan aspek yang penting didalam keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di Kecamatan Banggae.