Sebutkan contoh perilaku syaja ah di lingkungan sekolah dan Masyarakat

SYAJAAH dalam bahasa Arab artinya Keberanian atau keperwiraan, yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu yang menimpanya, keberanian menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu.

Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani. Selain itu Syajaah bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya. Syaja'ah bukannya sifat yang tidak pernah takut, tetapi syaja'ah adalah sifat yang dapat mengatasi rasa takut.

Dengan sifat ini rasa takut itu dapat dikendalikan dan bahaya dari hal yang ditakuti itu dapat diperkecil atau dihindari. Oleh karena itu orang yang mempunyai sifat Syaja'ah memiliki ketenangan hati dan kemampuan mengolah sesuatu dengan pikiran tenang.

Baca Juga: Pendidikan Keluarga Luqman

Segala persoalan yang datang akan dihadapi dengan penuh ketelitian, kesabaran, dan tidak pernah takut atas segala resiko yang akan dihadapinya.

Perwujudan sikap asy-syajaah dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak, terlebih dalam konteks perjuangan dakwah dan pencerahan masyarakat, teristimewa di saat masyarakat sedang menghadapi pandemi Covid-19 yang belum menunjukan tanda-tanda kapan akan segera berakhir.

Advertising
Advertising

Pertama, quwwatul ihtimal (memiliki daya tahan yang besar).

Seseorang dapat dikatakan benar-benar memiliki sifat berani jika ia memiliki daya tahan yang besar dalam menghadapi kesulitan, penderitaan, bahaya, dan mungkin saja penyiksaan, karena ia berada di jalan Allah Taala. Kisah perjuangan para nabi dan para sahabat di Makkah al-Mukarramah menggambarkan hal ini.

Baca Juga: Menggapai Kebermaknaan Hidup Era Pandemi Covid-19

Perhatikanlah bagaimana mereka terus bertahan dalam suasana tekanan yang luar biasa dari kaum Quraisy. Hingga sebagian mereka gugur syahid, seperti Sumayyah dan Yasir, sebagiannya lagi mengalami penyiksaan, semisal Bilal dan Amr bin Yasir, dan sebagian dari mereka harus rela berhijrah meninggalkan tanah airnya menuju Habasyah (Ethiopia) demi mempertahankan iman dan mengembangkan dakwah.

Kedua, as-sharahah fil haq (berterus terang dalam menyampaikan kebenaran).

Rasulullah SAW bersabda: Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit (HR. Imam Baihaqi). Keterusterangan dalam menyampaikan kebenaran adalah indikasi keberanian. Bahkan berkata benar di hadapan penguasa yang zhalim disebut oleh Rasulullah Shallallahualaihi Wa Sallam sebagai jihad yang paling afdhal (utama), dan orang yang dibunuh karenanya disebut sebagai syuhada.

Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib dan orang yang berdiri di hadapan penguasa zhalim lalu ia menyuruhnya (berbuat maruf) dan melarangnya (berbuat munkar), lalu pemimpin itu membunuhnya. (HR. Imam Al Hakim).

Baca Juga: Dibutuhkan Mentalitas Berkelimpahan untuk Keluar dari Masa-masa Sulit Menghadapi Corona

Keteguhan iman sebagai hasil tempaan Rasulullah SAW kepada para sahabat telah melahirkan sifat syajaah dari orang-orang Islam di sekitar Nabi. Dan sifat ini hendaklah senantiasa tertanam di kalangan umat Islam dari generasi ke generasi berikutnya.

Ketiga, kitmanu as-sirri (memegang rahasia).

Kerahasiaan, terlebih lagi dalam konteks perjuangan dan dakwah adalah sesuatu yang berat dan beresiko tinggi. Terbongkarnya rahasia dapat berakibat fatal. Oleh karena itu kesiapan memegang rahasia menjadi indikasi syajaah seorang muslim.

Di kalangan sahabat Rasulullah SAW sendiri yang dipercaya memegang rahasia tidaklah banyak. Di antaranya adalah Huzaifah ibnul Yaman radhiyallahu anhu, seorang sahabat Nabi yang dikenal dengan sebutan Shahibus Sirri (pemegang rahasia).

Keempat, al itirafu bil khathai (mengakui kesalahan).

Mengakui kesalahan adalah ciri pribadi yang berani. Sebaliknya, sikap tidak mau mengakui kesalahan, mencari kambing hitam atau bersikap lempar batu, sembunyi tangan, adalah ciri pribadi yang pengecut. Mengakui kesalahan memang tidaklah mudah. Kadang ada rasa malu, takut dikucilkan, atau cemas akan pandangan sinis orang lain karena kesalahan
yang diperbuat. Padahal mengakui kesalahan diri sendiri sangat menguntungkan. Sebab ia bisa melihat kesalahan diri dan segera memperbaikinya.

Baca Juga: Ghost Like Us, Karya Riar Rizaldi Menyingkap Kesadaran Magis Masyarakat Indonesia

Semoga Allah senantiasa menanamkan sikap syajaah pada hati orang-orang yang beriman dan bertakwa, sehingga segala persoalan akan dilihatnya dengan hati yang jernih dan penuh kehati-hatian. Insha Allah! *