Sebutkan cara tubuh dalam mempertahankan panas pada suhu yang dingin

Cara Kulit Mengatur Suhu Tubuh Adalah – Terkadang kita sering bertanya tentang bagaimana cara kulit mengatur suhu tubuh kita? Seperti yang kita tahu bahwa seluruh bagian tubuh telah dilapisi oleh kulit. Tentunya fungsi utamanya adalah melindungi manusia dari pengaruh lingkungan. Kulit manusia juga tidak semuanya sama karena berpengaruh pada keadaan iklim, umur, ras, dan juga jenis kelaminnya.

Fungsi Kulit

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa kulit memiliki fungsi pelindung. Akan tetapi, ada juga beberapa manfaat lainnya dari kesehatan kulit tersebut. Untuk mengetahuinya bisa dilihat pada poin berikut ini.

  • Fungsi absorpsi, artinya kulit dapat digunakan sebagai alat penyerap. Kulit bisa menyerap material larut lipid seperti obat-obatan tertentu, vitamin A, D, E, hingga K, serta oksigen dan karbondioksida.
  • Fungsi ekskresi, artinya kulit dapat membantu proses ekskresi proses pembuangan sisa-sisa metabolisme pada tubuh.
  • Fungsi sensorik, artinya partinya kulit berfungsi sebagai penerima ransangan dari luar. Nantinya, ransangan tersebut akan diterima pada otak dan diteruskan saraf sensorik.
  • Fungsi termoregulasi, di sini kulit memiliki tugas sebagai pengatur suhu tubuh yang akan kita bahas selanjutnya.
  • Fungsi pembentuk vitamin D, pada dasarnya kulit bisa membuat vitamin D. Akan tetapi, jumlahnya masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia secara utuh.

Ingin membeli suplemen dan vitamin untuk menjaga kesehatan kulit? Kamu bisa membelinya di Official Store Pyfa Health. Yuk, cek produknya sekarang dan dapatkan diskon menarik setiap pembelian melalui Shopee. Klik banner di bawah ini, ya!

Sebutkan cara tubuh dalam mempertahankan panas pada suhu yang dingin

Lapisan Kulit

Pada poin sebelumnya kita sudah membahas bahwa fungsi kulit ternyata dapat menjaga suhu tubuh manusia agar bisa stabil. Di dalam kulit sendiri ternyata memiliki tiga lapisan untuk dapat mengatur suhu tubuh. Tiga lapisan tersebut antara lain sebagai berikut.

Lapisan pertama yang ada di bagian luar adalah epidermis atau sering juga disebut kulit ari. Lapisan epidermis memiliki dua jenis lapisan, yakni lapisan tanduk dan malpighi. Lapisan tanduk merupakan suatu lapisan yang terdiri dari beragam sel-sel kulit mati. Lapisan tersebut sangat mudah mengelupas dan mungkin kamu pernah melihatnya saat pagi hari.

Baca Juga  6 Cara Mengobati Telinga yang Kemasukan Air

Untuk lapisan malpighi adalah salah satu lapisan kulit yang letaknya ada di bawah lapisan tanduk. Lapisan ini juga mengandung pigmen melanin dan memberikan fungsi untuk memberikan warna di bagian jaringan kulit. Selain itu, lapisan itu juga melindungi kulit dari sinar matahari langsung.

Di bawah lapisan epidermis dan dermis. Di dalam lapisan dermis ini terdapat kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah, ujung saraf, hingga kantong rambut. Kelenjar ini yang bertanggung jawab saat tubuh akan mengeluarkan keringat atau tidak sesuai dengan perintah dari otak.

Pada kulit juga terdapat jaringan yang bernama jaringan ikat bawah kulit. Pada jaringan ini, terdapat cadangan lemak yang nantinya digunakan sebagai cadangan makanan. Selain itu, jaringan ini juga bisa digunakan untuk mengendalikan suhu tubuh agar tetap dalam kondisi hangat.

Cara Kulit Mengatur Suhu Tubuh

Karena di dalam kulit manusia memiliki banyak lapisan dan jaringan, maka hal tersebut membuat tubuh kita bisa bertahan baik saat cuaca dingin maupun panas. Untuk cuaca panas, secara otomatis tubuh juga ikut panas. Saat itu, pembuluh darah di bagian kulit akan melebar. Hal tersebut membuat darah akan mengalir dengan sangat cepat di bagian tersebut.

Setelah itu, akan terjadi proses penyerapan berupa air, garam, dan juga sedikit urea di bagian kelenjar keringat. Air yang terbawa dengan zat tadi akan keluar melalui pori-pori yang berasal dari ujung kelenjar keringat. Nah, keringat yang sudah keluar akan membawa panas tubuh dan suhu akan kembali normal.

Untuk cuaca yang dingin justru sebaliknya. Tubuh akan memproduksi keringat dalam jumlah terbatas. Sedangkan, pengeluaran air justru banyak melalui urine. Oleh sebab itu, tidak heran saat cuaca dingin, kita lebih sering buang air kecil.

Baca Juga  6 Vitamin untuk Kulit Cantik dan Sehat

Itulah beberapa poin tentang bagaimana cara kulit mengatur suhu tubuh kita. Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat dan selalu jagalah kesehatan.

Rekomendasi Suplemen dan Vitamin untuk Menjaga Kesehatan Kulit

Suhu merupakan salah satu faktor yang terdapat dalam lingkungan sekitar kita dan dapat memengaruhi iklim kerja manusia, tetapi dengan kemajuan teknologi masa kini masalah suhu dapat dikendalikan sesuai kebutuhan manusia. Jika kita memperhatikan ruang pertemuan umum, ruang perkantoran, ruang kerja industri, ruang perkuliahan, kamar hotel, dan sejenisnya, semuanya diperlengkapi dengan fasilitas AC yang suhunya dapat diatur sedemikian rupa sehingga nyaman dirasakan oleh tubuh. Suhu dalam ruang harus sesuai Standar Baku Mutu yang diperkenan, yaitu antara 18 – 28 oC (MENKES RI NO. 1405/MENKE/SK/XI/2002).Untuk memberikan definisi yang tepat mengenai suhu, maka perlu dilihat terpisah dengan hasil penginderaan manusia yang bersifat subyektif. Suhu merupakan ukuran relative dari kondisi termal yang dimiliki oleh suatu benda yang nilai besarannya dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur thermometer. Suhu lingkungan sekitar yang terasa nyaman oleh tubuh/badan manusia berada pada 26 – 27 oC. Jika suhu lingkungan sekitar kita meningkat, maka tubuh/badan manusia terasa panas, sementara tubuh/badan manusia selalu menghasilkan panas sebagai akibat dari proses pembakaran zat makanan dengan oksigen (metabolisme). Apabila proses pengeluaran panas tubuh/badan terganggu, maka suhu tubuh/badan akan meningkat. Lingkungan kerja dengan tubuh selalu terjadi pertukaran panas, proses pertukaran (perpindahan) panas ini tergantung dari suhu lingkungan (iklim kerja). Mekanisme pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan dapat terjadi melalui konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi. Cara konveksi dan evaporasi memegang peranan paling utama dalam pengeluaran panas tubuh. Reaksi tubuh sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Jika suhu tubuh lebih rendah dari 25 oC atau lebih tinggi dari 55 oC, orang akan mati. Karena itu dalam tubuh manusia ada organ tubuh tertentu yang bertugas mempertahankan suhu tubuh, yaitu hyporthalamus. Kalau suhu lingkungan meningkat, hypothalamus akan merangsang pembesaran pori-pori kulit, percepatan peredaran darah, pengeluaran keringat, dan reaksi-reaksi tubuh lainnya yang bertujuan untuk mengurangi panas tubuh yang berlebihan. Suhu tubuh manusia normal antara 36 – 37 o C, 38 oC sub febril, 39 oC febril dan 40 oC keatas kritis. Suhu dalam tubuh/badan yang sehat berada di sekitar 37 oC. Suhu diluar badan dapat tinggi dan rendah, jika suhu luar tubuh/badan berada pada 27 – 27 oC, maka tubuh/badan merasa nyaman karena pengendali panas tidak terganggu. Jika suhu diluar tubuh/badan naik, maka pengendali panas tubuh/badan terganggu dan mencoba mendinginkannya dengan jalan berkeringat. Tetapi kalau kenaikan suhu di luar badan mencapai 10 – 15 oC, maka pendinginan dengan berkeringat tidak akan mencukupi sehingga suhu inti di sekitar 38 oC. Jika suhu tubuh turun dibawah 35 oC atau meningkat sampai 40,6 oC, maka beberapa reaksi kimia dan aktivitas enzim dalam tubuh akan terganggu, jika suhu tubuh menurun sampai dibawah 27 oC atau meningkat diatas 42 oC, maka sel tubuh akan mati atau terjadi kematian tubuh (manusia). Oleh karena itu suhu lingkungan sekitar 26 – 27 oC adalah suhu yang nyaman dapat dipertahankan, karena suhu sebesar itu dianggap normal untuk berintraksi dengan tubuh manusia, makih tinggi suhu lingkungan sekitar kita, makin besar pula pengaruhnya terhadap perubahan suhu pada tubuh manusiaDAMPAK SUHU TERHADAP TUBUH MANUSIA. Suhu dapat berpengaruh positip ataupun negative terhadap kehidupan manusia. Apabila suhu lingkungan kita meningkat atau menurun dari kondisi normal, maka akan berpengaruh terhadap meningkat atau menurunnya suhu tubuh/badan manusia yang bisa berakibat buruk jika tidak  dilakukan pengendalian untuk menurunkan atau menaikkan sampai pada batas yang diperkenankan, walaupun dalam tubuh manusia terdapat organ hypothalamus yang berfungsi untuk memelihara dan mempertahankan suhu tubuh normal. Apabila upaya reaksi tubuh gagal daalam mempertahankan suhu tubuh normal, maka kemungkinan seseorang akan terjadi hal-hal sebagai berikut:-    Heat Exhaustion, yaitu tubuh akan mengalami kelelehan yang sangat kuat akibat panas dengan disertai rasa mual, ingin muntah, sakit kepala, dan rasa gelisah-    Heat Stroke, yaitu akan mengingau (delirium), mengalami koma (tidak sadar diri), dan akhirnya dapat meninggal dunia karena otak terserang panas yang berlebihan-    Heat Aesthernia, yaiu timbul perasaan jenuh, sakit kepala, gelisah, mudah tersinggung, nafsu makan menjadi berkurang, dan susah untuk tidur (insomnia) dengan penyebab yang kurang jelas-    Serangan jantung, karena jantung bekerja terlalu kuat dan terlalu cepat dalam mengedarkan darah ke seluruh tubuh untuk menurunkan suhu tubuh yang panas agar menjadi normalJika kenaikan suhu sampai batas tertentu menimbulkan arousal yang merangsang prestasi, tetapi setelah melewati ambang batas tertentu, kenaikan suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh yang mengakibatkan terganggunya pula prestasi kerja. Suhu lingkungan sekitar kita yang terlalu tinggi menyebabkan meningkatnya beban psikis (stress) sehingga akhirnya akan menurunkan attention. Dilingkungan ruang pertemuan umum, ruang perkantoran, ruang kerja industri, ruang perkuliahan, kamar hotel, dan sejenisnya, efek suhu yang tinggi biasanya menimbulkan kejenuhan, kelelahan otot-otot, dan berkurangnya konsentrasi.DAFTAR RUJUKAN:Gabriel. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: HipokratesLakitan. 2002. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta: PT.RajaGrafindoKepmenkes RI. 2002. No. 1405/MENKES/SK/XI/2002. Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja, Perkantoran dan Industri. Jakarta: MenkesSantoso. 2004. Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi JakartaSarwono. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT.Rineka

Sedarmayanti. 1996. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju