Islam disebut sudah ada di jaman Kerajaan Majapahit. Show Senin , 16 Mar 2020, 17:32 WIB Abdul Hadi WM Rep: Fuji E Permana Red: Muhammad Hafil REPUBLIKA.CO.ID, MOJOKERTO -- Konon Kerajaan Majapahit yang berbasis di Jawa Timur adalah kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara. Kerajaan ini diceritakan dalam manuskrip-manuskrip kuno memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas dari Semenanjung Melaka hingga Indonesia timur. Tapi masih diperdebatkan tentang benar dan tidaknya Majapahit memiliki wilayah kekuasaan yang luas.Sebagai kerajaan Hindu-Buddha, banyak masyarakat Kerajaan Majapahit memeluk agama Hindu dan Buddha. Tapi ditemukan bukti-bukti sejarah yang mengindikasikan sudah ada elit masyarakat atau bangsawan Majapahit yang memeluk agama Islam pada awal abad ke-14.Bukti paling tua yang menunjukan adanya orang Jawa yang memeluk Islam adalah batu nisan di pemakaman Trowulan dan Tralaya di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Pemakaman tersebut letaknya di ibu kota Kerajaan Majapahit.Di pemakaman Trowulan terdapat batu nisan tua milik seorang Muslim, pada nisannya tertulis tahun 1290 Saka atau 1368 M. Selain itu masih banyak batu nisan milik Muslim lainnya di sana. Batu-batu nisan tersebut adalah bukti yang sangat penting dan luar biasa. Karena batu nisan tersebut bisa menjadi bukti bahwa bangsawan Jawa mengakomodasi masyarakat yang memeluk agama Islam pada masa itu.Padahal pada masa itu Kerajaan Majapahit yang menganut agama Hindu-Buddha sedang berada di puncak kejayaannya. Maharaja Sri Rajasanagara yang dikenal dengan sebutan Raja Hayam Wuruk berkuasa di Kerajaan Majapahit pada tahun 1350-1389 M. Di bawah kekuasaannya konon Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Raja Hayam Wuruk dipuji dalam syair epik Desawarnana yang lebih dikenal dengan nama Nagarakretagama karya seorang Buddhis bernama Empu Prapanca tahun 1365 M. Dalam pembukaan kakawin atau syair Nagarakretagama dituliskan bahwa Raja Hayam Wuruk digambarkan sejajar dengan Siwa dan Buddha. Dia juga digambarkan sebagai bentuk kebenaran tertinggi dari agama atau filsafat apapun. Kemudian Nagarakretagama menggambarkan istana Kerajaan Majapahit yang menakjubkan. Dituliskan juga tentang raja-raja, biksu, urusan kerajaan, istana, dan desa-desa di Kerajaan Majapahit. Tapi tulisan di dalam Nagarakretagama tidak menunjukan tentang keberadaan Islam di tanah Jawa. Namun, bukti-bukti yang ada menunjukan anggota keluarga kerajaan sudah ada yang menjadi Muslim. Baca Juga
Penduduk Majapahit sebagian besar memeluk agama Hindu dan Buddha. Adanya perbedaan agama ini sangat dihargai. Maka tidak mengherankan apabila Kerajaan Majapahit dapat melangsungkan kerukunan beragama. Selain itu, pihak kerajaan telah mengatur kehidupan beragama dengan membentuk Dharmadhyaksa ring Kasaiwan yang mengatur Siwaisme (Hindu pemuja Siwa) dan Dharmadhyaksa ring Kasogatan untuk pemeluk agama Buddha. Gambaran toleransi kehidupan beragama di Majapahit dijelaskan dalam kita Sutasoma karya Mpu Tantular. Kitab ini berisi ajaran agama yang di dalamnya terdapat ungkapkan Bhinneka Tunggal Ika (walaupun berbeda-beda tetap satu jua) dan saat ini menjadi semboyan bangsa Indonesia. tirto.id - Sejarah peradaban Nusantara tidak dapat dilepaskan dari riwayat Kerajaan Majapahit. Kemaharajaan Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang meninggalkan cukup banyak situs candi atau bangunan suci untuk kepentingan agama. Menurut Kitab Negarakertagama seperti yang diterjemahkan oleh Theodore Gauthier Pigeaud dalam “Java in the 14th Century, A Study in Cultural History: The Negara-Kertagama by Pakawi Parakanca of Majapahit 1365 AD" (1962), kekuasaan Majapahit terbentang dari Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia bagian timur. Berdiri pada 1293, Kerajaan Majapahit merengkuh masa kejayaan pada era pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389) dengan didampingi Mahapatih Gajah Mada. Sepeninggal dua pemimpin ini, Majapahit mulai mengalami kemunduran dan akhirnya musnah pada 1478 akibat serangan dari Kesultanan Demak.
Agama di Kerajaan MajapahitM.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (1991) menyebutkan bahwa Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia. Mayoritas penduduk Kerajaan Majapahit yang memiliki wilayah amat luas di Nusantara memeluk agama Hindu, Buddha, atau ajaran Siwa-Buddha, meskipun ada pula yang masih menganut kepercayaan leluhur yakni Kejawen atau Animisme. Ajaran Siwa-Buddha merupakan sinkretisme atau percampuran dari agama Hindu dan Buddha di Nusantara. Di era Majapahit, ajaran yang sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Mataram Kuno ini berpadu menjadi satu.
Hasil penelitian Hariani Santiko berjudul “Agama dan Pendidikan Agama pada Masa Majapahit" yang terhimpun dalam Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi AMERTA (Vol. 30, No. 2, Desember 2012), mengungkapkan, Majapahit banyak meninggalkan bangunan suci lainnya yang merupakan sisa sarana ritual keagamaan. Di samping candi, terdapat pula pemandian suci (patirthan) dan gua-gua pertapaan, serta beberapa pintu gerbang. Candi-candi pada masa Majapahit kebanyakan bersifat agama Śiwa (Hindu) dan ada pula beberapa candi yang bercorak Buddha. Sifat keagamaan bangunan-bangunan suci ini dapat ketahui dari ciri-ciri arsitektural, jenis arca yang ditinggalkan, serta dukungan bukti data tekstual, misalnya Kakawin Nagarakertagama, Kakawin Sutasoma, Kakawin Arjunawiwaha, Pararaton, dan beberapa keterangan yang didapat dari prasasti.
Baca juga:
Toleransi Agama di MajapahitH.B. Hery Santosa dalam riset bertajuk “Fungsi Agama dalam Pemerintahan pada Masa Kejayaan Majapahit" menuliskan bahwa kehidupan sosial budaya masyarakat Majapahit juga diwarnai oleh hal-hal yang bersifat keagamaan.
Agama memiliki fungsi dan peran sebagai pengendali jarak sosial, pemberi fenomena integrasi dan menumbuhkan rasa toleransi antar warga. Kerajaan memberi pengakuan dan kesempatan yang sama terhadap tokoh-tokoh agama untuk duduk dalam pemerintahan. Adanya satu bangunan suci (candi) yang memiliki dua atau lebih sifat keagamaan, merupakan bukti dari integrasi sosial dan toleransi dalam bidang agama. Bukan hanya bagi pemeluk Hindu atau Buddha, melainkan juga umat muslim karena penganut agama Islam sudah ada di zaman Majapahit. Penduduk Majapahit sejak era Hayam Wuruk diduga sudah ada yang memeluk Islam. Hal tersebut diperkuat dengan ditemukannya pemakaman muslim di Desa Tralaya, Trowulan, yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit. Nisan di pemakaman Islam tersebut ada yang menunjukkan angka tahun 1203 Saka atau 1281 Masehi. Selain itu, tulis Dukut Imam Widodo dalam Sidoardjo Tempo Doeloe (2013), terdapat nisan yang tergurat angka 1533 Saka atau 1611 Masehi. Nantinya, seiring semakin menguatnya pengaruh Islam dan kemunculan Kesultanan Demak, kejayaan Majapahit dan pamor Hindu-Buddha pun kian meluruh. Hingga akhirnya, Kemaharajaan Majapahit mengalami keruntuhan abad ke-16 Masehi.
Baca juga:
Candi-Candi Peninggalan MajapahitCukup banyak candi peninggalan dari masa Kerajaan Majapahit, baik candi yang bercorak Hindu maupun Buddha, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
Baca juga:
Baca juga
artikel terkait
KERAJAAN MAJAPAHIT
atau
tulisan menarik lainnya
Iswara N Raditya
Subscribe for updates Unsubscribe from updates
|