Salat dhuha disebut sebagai salat dari orang yang sering bertaubat sehingga disebut dengan salat

Hukum sholat Dhuha adalah sunnah.

MgIT03

Rasulullah Wasiatkan Sholat Dhuha. Ilustrasi Shalat Dhuha

Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hukum sholat Dhuha adalah sunnah. Bahkan dalam pandangan ulama madzhab Maliki dan Syafi’i, nilai kesunnahannya sangat kuat sehingga hukumnya adalah sunnah muakkadah.

Baca Juga

Rasulullah sering melakukan sholat Dhuha dan mewasiatkan kepada umatnya untuk merutinkannya. Dikutip dari buku Bolehkah Shalat Dhuha Berjamaah? karya Muhammad Saiyid Mahadhir, sering yang dimaksud memang tidak tiap hari, sesekali Rasulullah saw meninggalkan sholat dhuha. Itu semua dimaksudkan agar sholat dhuha tidak dianggap sebagai sebuah kewajiban bagi umat Islam.

“Kekasihku (Rasulullah SAW) telah berwasiat kepadaku tentang tiga perkara agar tidak aku tinggalkan hingga mati: puasa tiga hari setiap bulan, sholat Dhuha, dan tidur dalam keadaan sudah melakukan sholat witir," (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW saat melaksanakan sholat dhuha, melakukannya sebanyak empat rakaat bahkan lebih. Keutamaan sholat dhuha adalah diampuni dosa-dosanya. Sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa yang menjaga sholat dhuha maka akan diampuni dosanya walaupun sebanyak buih dilautan,” (HR. Tirmidzi).

Selain itu, keutamaan sholat dhuha adalah sedekah persendian. "Pada setiap persendian kalian harus dikeluarkan sedekahnya setiap pagi, setiap tasbih (membaca subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (membaca Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (membaca Lailaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (membaca Allahu Akbar) adalah sedekah, amar bil ma'ruf adalah sedekah, nahi ‘anil munkar adalah sedekah. Semua itu dapat terpenuhi dengan (shalat) dua rakaat yang dilakukan di waktu dhuha." (HR. Muslim)

Bukan hanya itu, mereka yang rajin melakukan sholat dhuha juga akan dicukupkan rezekinya. Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at sholat di awal siang (di waktu dhuha), maka Aku akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi)

Keutamaan lainnya, dengan melakukan sholat Dhuha, mereka juga akan diangkat derajatnya seakan memperoleh harta ghonimah dan sebagai penyempurna sholat fardlu. “Sesungguhnya amalan yang pertama kali akan diperhitungkan dari manusia pada hari kiamat dari amalan-amalan mereka adalah sholat. Kemudian Allah Ta’ala mengatakan pada malaikatnya dan Dia lebih Mengetahui segala sesuatu, “Lihatlah kalian pada shalat hamba-Ku, apakah sempurna ataukah memiliki kekurangan? Jika sholatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika sholatnya terdapat beberapa kekurangan, maka lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan sholat sunnah? Jika ia memiliki sholat sunnah, maka sempurnakanlah pahala bagi hamba-Ku dikarenakan sholat sunnah yang ia lakukan. Kemudian amalan-amalan lainnya hampir sama seperti itu,” (HR. Abu Daud).

Salat dhuha disebut sebagai salat dari orang yang sering bertaubat sehingga disebut dengan salat

Jakarta -

Salat Dhuha merupakan salat sunnah yang dikerjakan pada waktu Dhuha, yakni ketika matahari terbit setinggi tombak hingga menjelang waktu Dzuhur. Salat Dhuha hukumnya sunnah muakkad sehingga siapa saja yang ingin mendapatkan pahala dan keutamaan boleh mengerjakannya. Dan bagi yang tidak melaksanakannya tidaklah berdosa.

Salat sunnah ini sangat dianjurkan, karena rasulullah senantiasa berpesan kepada para sahabat untuk mengerjakan salat dhuha sekaligus menjadikannya wasiat. Tentunya wasiat ini juga berlaku untuk seluruh umat Islam.

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA disebutkan,

Salat dhuha disebut sebagai salat dari orang yang sering bertaubat sehingga disebut dengan salat
Hadits yang menjelaskan tentang keberkahan salat Dhuha sesuai anjuran Rasulullah SAW. Foto: "Berkah Salat Dhuha" oleh M. Khalilurrahman Al Mahfani

"Kekasihku SAW mewasiatkan kepadku tiga hal, yaitu puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat salatDhuha, dan salat Witir sebelum tidur." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dilansir dalam buku "Berkah Salat Dhuha" oleh M. Khalilurrahman Al Mahfani, Rasulullah SAW senantiasa mengerjakan salat Dhuha seperti yang disebutkan dalam hadits ini:

Salat dhuha disebut sebagai salat dari orang yang sering bertaubat sehingga disebut dengan salat
Hadits yang menjelaskan tentang keberkahan salat Dhuha sesuai anjuran Rasulullah SAW. Foto: "Berkah Salat Dhuha" oleh M. Khalilurrahman Al Mahfani

"Dari Abu Sa'id al Khudri ia berkata, 'Nabi SAW selalu salat Dhuha sampai-sampai kami mengira bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya, tetapi jika meninggalkannya sampai-sampai kami mengira bahwa beliau tidak pernah mengerjakannya." (H.R. Tirmidzi dan Ahmad dari Abu Sa'id Al-Khudri).

Berikut ini beberapa berkah salat Dhuha yang perlu diketahui:

1. Salat Dhuha Adalah Sedekah

Dengan menjalankan salat Dhuha secara otomatis kita juga melaksanakan amalan sedekah. Rasulullah SAW bersabda:

"Setiap ruas dari anggota tubuh di antara kalian pada pagi hari, harus dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan semua itu dapat disepadankan dengan mengerjakan salat Dhuha dua rakaat." (H.R. Muslim dari Abu Dzar).

2. Salat Dhuha sebagai Investasi Amal Cadangan

Fungsi dari ibadah salat sunnah adalah menyempurnakan kekurangan salat wajib. Sebagaimana kita ketahui, salat menjadi amal pertama kali yang diperhitungkan pada hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada diri hampa pada hari kiamat dari amalannya adalah salatnya. Apabila benar (salatnya) maka ia telah lulus dan beruntung, dan apabila rusak (salatnya) maka ia akan kecewa dan rugi. Jika terdapat kekurangan pada salat wajibnya, maka Allah berfirman, 'Perhatikanlah, jikalau hamba-Ku mempunyai salat sunnah maka sempurnakanlah dengan salat sunnahnya sekadar apa yang menjadi kekurangan pada salat wajibnya. Jika selesai urusan salat, barulah amalan lainnya." (H.R. Ash-habus Sunan dari Abu Hurairah RA).

3. Ghanimah (Keuntungan) yang Besar

Dikisahkan, Rasulullah SAW mengutus pasukan muslim berperan melawan musuh Allah. Akhirnya, mereka memperoleh kemenangan yang gemilang dan mendapatkan harta rampasan yang melimpah. Orang-orang pun ramai membicarakan singkatnya peperangan mereka dan banyaknya harta rampasan perang yang mereka peroleh.

Kemudian disebutkan, "Barangsiapa salat Dhuha 2 rakaat, ia tidak akan termasuk golongan pelupa atau lalai. Barangsiapa salat Dhuha 4 rakaat, akan dimasukkan kepada golongan orang-orang yang taubat (kembali kepada Allah). Barangsiapa salat Dhuha 6 rakaat, akan dicukupi kebutuhannya hari itu. Barangsiapa salat Dhuha 8 rakaat, termasuk golongan hamba-hamba yang patuh. Dan barangsiapa salat Dhuha 12 rakaat maka Allah akan membangun baginya rumah di surga." (H.R. Thabrani dari Abu Darda').

4. Dicukupi Kebutuhan Hidupnya

Orang yang rajin menjalankan salat Dhuha karena Allah, akan diberikan kelapangan rezeki oleh Allah. Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadits Qudsi dari Abu Darda, bahwa Allah SWT berfirman:

"Wahai anak Adam, rukuklah (salatlah) karena Aku pada awal siang (salat Dhuha) empat rakaat, maka Aku akan mencukupi (kebutuhan)mu sampai sore hari." (H.R. Tirmidzi).

5. Diampuni Semua Dosanya Walau Sebanyak Buih di Laut

Allah akan mengampuni dosa orang yang membiasakan salat Dhuha, walau dosanya sebanyak buih di laut. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang bersumber dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang menjaga salat Dhuha, maka dosa-dosanya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan." (H.R. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Itulah beberapa keberkahan yang akan kita dapatkan dari rajin menjalankan salat Dhuha. Untuk tata cara salat Dhuha, detikers bisa klik di sini ya untuk informasi lebih jelasnya.

Simak Video "Silaturahmi Senior Golkar Usai Peresmian Masjid Baru di Markas Partai"



(lus/row)

Pertanyaan:

Apakah ada dalil, baik dalam Alquran maupun dalam hadis untuk shalat awwabin?

Wassalam

Dari: Mardona

Jawaban:

Shalat awwabin adalah istilah untuk shalat dhuha yang dikerjakan di saat matahari sudah panas (di akhir waktu dhuha) atau shalat dhuha secara umum. Namun ada anggapan dari sebagian orang yang menamakan shalat sunah yang dilaksanakan antara maghrib dan isya’ dengan istilah shalat awwabin. Benarkah penggunaan istilah ini?

Terdapat beberapa hadis yang menganjurkan shalat sunah antara magrib dan isya, diantaranya hadis yang diriwayatkan An-Nasa’i, dari Hudzaifah radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Saya mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan saya shalat magrib bersama beliau. Kemudian beliau shalat (sunah) sampai isya. Al-Mundziri dalam At-Targhib wa Tarhib menyatakan, sanad hadis ini jayid.

Setelah membawakan berbagai dalil tentang anjuran shalat sunah antara magrib dan isya, As-Syaukani mengatakan:

“Ayat dan hadis yang disebutkan menunjukkan disyaratkannya memperbanyak shalat antara magrib dan isya. Al-iraqi mengatakan, ‘Di antara sahabat yang shalat antara magrib dan isya adalah Ibnu Mas’ud, Ibnu Umar, Salman Al-Farisi, dan Ibnu Malik dari kalangan Anshar. Kemudian di kalangan tabi’in, ada Al-Aswad bin Yazid, Utsman An-Nahdi, Ibnu Abi Mulaikah, Said bin Jubair, Ibnul Munkadir, Abu Hatim, Abdullah bin Sikkhir, Ali bin Husain, Abu Abdi Rahman Al-Uhaili, Qodhi Syuraih, dan Abdullah bin Mughaffal. Sementara ulama yang juga merutinkannya adalah Sufyan At-Tsauri. (Nailul Authar, 3/60)

Sementara ulama dari empat mazhab menegaskan dianjurkannya melaksanakan shalat antara magrib dan isya, berdasarkan hadis dan praktik para sahabat. Bahkan ulama Mazhab Hambali menyebutnya sebagai qiyamul lail. Karena waktu malam itu antara magrib sampai subuh. Dari sinilah, sebagian ulama menyebut shalat antara magrib dan isya sebagai shalat al-awabin.

Dalam Mughni Al-Muhtaj dinyatakan:
Di antara shalat sunah adalah shalat awwabin. Dinamakan juga dengan shalat al-ghaflah (waktu lalai), karena umumnya orang lalai dari shalat ini disebabkan makan malam, tidur, atau semacamnya. Jumlahnya 20 rakaat, antara magrib dan isya. Al-Mawardi mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukannya dan beliau menyatakan, ‘Ini adalah shalat awwabin’. Disimpulkan dari hadis ini dan hadis dari Hakim, bahwa istilah shalat awabin bisa digunakan untuk menyebut shalat antara maghrib dan isya dan shalat dhuha”. (Mughni Al-Muhtaj, 3:151)

Hanya saja, hadis yang berisi pernyataan bahwa shalat sunah antara maghrib dan isya sebagai shalat awwabin, termasuk hadis yang dhaif, sehingga tidak bisa dijadikan dalil. Hadis tersebut didhaifkan Al-Albani, karena hadis tersebut termasuk hadis mursal.

Hadis yang shahih mengenai shalat Awwabin adalah hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يُحَافِظُ عَلَى صَلَاةِ الضُّحَى إِلَّا أَوَّابٌ وَهِيَ صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ

“Tidak ada yang bisa menjaga shalat dhuha kecuali orang awwab (sering bertaubat). Dan shalat dhuha adalah shalat awwabin.” (HR. Ibnu Khuzaimah 1224, Thabrani dalam al-Ausath dan dishahihkan al-Albani dalam As-Shahihah, no. 703).

Disebut shalat Awwabin, dari kata ‘Awwab’ yang artinya orang yang kembali kepada Allah. Itulah manusia yang mudah bertaubat.

Syaikh Al-Albani mengatakan, “Dalam hadis ini terdapat bantahan bagi orang yang menamakan shalat enam rakaat setelah maghrib dengan “Shalat Awwabin”, karena penamaan ini tidak ada asalnya.” (Shahih Targhib wa Tarhib, 1/423).

Allah a’lam

Disadur: Fatawa Syabakah islamiyah, no. 27572

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

🔍 Allahumma Inni A'udzubika Min Adzabi Jahannam Arab, Surah Al Jin, Kultum Agama, Hari Hari Baik Menurut Islam, Keutamaan Hari Rabu Menurut Islam, Lafadz Adzan Untuk Bayi Baru Lahir

Salat dhuha disebut sebagai salat dari orang yang sering bertaubat sehingga disebut dengan salat

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28