Salah satu negara yang menjadi negara tujuan utama ekspor perhiasan Indonesia adalah


Industri perhiasan terus menunjukkan kinerja yang gemilang, dengan semakin agresif menembus pasar internasional. Geliat positif ini diyakini mampu mengakselerasi upaya pemulihan ekonomi nasional di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19. “Dalam tantangan pandemi saat ini, kami bertekad melakukan pengembangan industri kecil menengah (IKM) karena sebagai sektor mayoritas dari populasi unit usaha di tanah air, di antaranya adalah sektor IKM perhiasan,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Kamis (19/11). Sepanjang Januari-September 2020, nilai ekspor dari industri perhiasan mencapai USD1,1 juta. Adapun lima negara tujuan utama ekspor perhiasan nasional, yaitu Singapura dengan porsi nilai 33%, kemudian Hongkong (24%), Amerika Serikat (19%), Swiss (11%), dan Uni Emirat Arab (9%). Dari capaian tersebut, Indonesia menduduki peringkat ke-14 dengan nilai market share ekspor sebesar 1,56%. “Sementara itu, khusus untuk ekspor ke Amerika dari bulan Januari sampai September tahun 2020 jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019, nilai ekspornya mengalami kenaikan sebanyak 37%. Indonesia menjadi negara pertama yang mengalami kenaikan terbesar untuk ekspor perhiasan emas ke Amerika,” papar Gati. Akibat imbas pandemi, omzet dan utilisasi sektor industri perhiasan sempat mengalami penurunan, namun tidak ada yang sampai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). “Jadi, angin segar kembali bertiup, dengan adanya peningkatan ekspor perhiasan ke Amerika,” imbuhnya. Gati menjelaskan, peluang ini menjadi semangat bagi IKM perhiasan untuk bangkit kembali. “Tantangan yang saat ini dihadapi industri emas dan perhiasan adalah jumlah dan kompetensi SDM di bidang emas dan perhiasan,” ungkapnya. Oleh karena itu, Kemenperin terus mengembangkan skill SDM di sektor IKM perhiasan melalui fasilitasi bimbingan teknis, penyediaan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang perhiasan logam mulia. “SKKNI diperlukan sebagai salah satu upaya untuk membangun SDM dari sisi tenaga kerja industri,” ujar Gati. Lebih lanjut, dalam peningkatan daya saing IKM perhiasan nasional, pemerintah juga melakukan upaya penerapan standar barang emas. Pada awal tahun 2020, pemerintah telah menetapkan SNI barang-barang emas (SNI 8880:2020) yang bertujuan memberi acuan standar bagi produsen dan laboratorium, serta memberi perlindungan kepada konsumen tentang standar perhiasan. “Seiring upaya tersebut, juga diperlukan kegiatan sosialisasi pada retailer dan sektor industri terkait informasi mengenai kadar emas dengan tepat agar tidak terjadi miss-informasi. Seperti kita ketahui, produk perhiasan emas Indonesia sangat terkenal dengan desain dan kehalusannya,” pungkas Gati. Editor: Marketing Exabytes

Produk perhiasan emas Indonesia diekspor ke lima negara.

Kamis , 19 Nov 2020, 14:18 WIB

Republika/Prayogi

Penjual menata emas perhiasan di toko emas Cikini, Jakarta (ilustrasi). Ekspor industri perhiasan menunjukkan kinerja positif di tengah tekanan pandemi Covid-19. Prayogi/Republika

Rep: Iit Septyaningsih Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekspor industri perhiasan menunjukkan kinerja positif di tengah tekanan pandemi Covid-19. Sepanjang Januari sampai September 2020, nilai ekspornya mencapai 1,1 juta dolar AS. 

Baca Juga

“Dalam tantangan pandemi saat ini, kami bertekad melakukan pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) karena sebagai sektor mayoritas dari populasi unit usaha di Tanah Air. Di antaranya sektor IKM perhiasan,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Kamis (19/11).

Adapun lima negara tujuan utama ekspor perhiasan nasional, yaitu Singapura dengan porsi nilai 33 persen, kemudian Hongkong (24 persen), Amerika Serikat (19 persen), Swiss (11 persen), dan Uni Emirat Arab (9 persen). Dari capaian tersebut, Indonesia menduduki peringkat ke-14 dengan pangsa pasar ekspor sebesar 1,56 persen. 

“Sementara, khusus ekspor ke Amerika dari Januari sampai September tahun 2020 jika dibandingkan periode yang sama pada 2019, nilainya mengalami kenaikan sebanyak 37 persen. Indonesia menjadi negara pertama yang mengalami kenaikan terbesar untuk ekspor perhiasan emas ke Amerika,” jelas Gati. 

Akibat imbas pandemi, kata dia, omset dan utilisasi sektor industri perhiasan sempat mengalami penurunan, namun tidak ada yang sampai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). “Jadi, angin segar kembali bertiup, dengan adanya peningkatan ekspor perhiasan ke Amerika,” ujarnya. 

Gati menjelaskan, peluang ini menjadi semangat bagi IKM perhiasan agar dapat bangkit kembali. “Tantangan yang saat ini dihadapi industri emas dan perhiasan yaitu jumlah dan kompetensi SDM di bidang emas dan perhiasan,” ungkap dia. 

Maka Kemenperin terus mengembangkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor IKM perhiasan melalui fasilitasi bimbingan teknis serta penyediaan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) pada bidang perhiasan logam mulia. Gati mengatakan, SKKNI diperlukan sebagai salah satu upaya membangun SDM dari sisi tenaga kerja industri. 

Lebih lanjut, ia menuturkan, dalam peningkatan daya saing IKM perhiasan nasional, pemerintah juga melakukan upaya penerapan standar barang emas. Pada awal 2020, pemerintah telah menetapkan SNI barang-barang emas (SNI 8880:2020) yang bertujuan memberi acuan standar bagi produsen dan laboratorium, serta memberi perlindungan kepada konsumen tentang standar perhiasan.

“Seiring upaya tersebut, diperlukan pula kegiatan sosialisasi pada retailer dan sektor industri terkait informasi mengenai kadar emas dengan tepat agar tidak terjadi miss-informasi. Seperti kita ketahui, produk perhiasan emas Indonesia sangat terkenal dengan desain dan kehalusannya,” tuturnya.

  • ekspor perhiasan emas
  • ekspor perhiasan indonesia
  • ekspor impor

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Senin, 21 Januari 2019

Sumber: Pikiran Rakyat (21/01/2019)


Kementerlan Perindustrian memproyeksikan ekspor perhiasan dapat tumbuh di kisaran 5 persen pada tahun 2019. Industri perhiasan tersebut didominasi oleh usaha skala kecil dan menengah.


Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, industri perhiasan merupakan salah satu sektor andalan dalam menopang peningkatan nilai ekspor nasional. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian terus mendorong penguatan merek produk perhiasan ' Indonesia agar lebih berdaya saing di tingkat global.


"Apabila mengacu pada target pertumbuhan industri nonmigas di tahun 2019 sebesar 5,4 persen, kami memproyeksi industri perhiasan dapat tumbuh di kisaran angka 5 persen juga untuk tahun ini," katanya di Jakarta, Sabtu (19/1/2019).


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada periode Januari-November 2018, ekspor perhiasan mencapai 1,88 miliar dolar AS. Tujuan ekspor perhiasan dari Indonesia, antara lain ke negara Singapura, Hong Kong, Amerika Serikat, Jepang, Uni Emirat Arab serta beberapa negara Eropa seperti Inggris, Belanda, Denmark, dan Swedia.


Gati mengatakan, Kementerian perindustrian berupaya meningkatkan daya saing produk industri perhiasan nasional, di an-taranya melalui program pelatihan dan pendampingan tenaga ahli desainer serta bantuan mesin dan peralatan khususnya di unit pelayanan teknis (UPT).


"Kami juga menyusun program untuk peningkatan keterampilan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan produksi serta perbaikan iklim usaha terkait dengan regulasi di bidang fiskal untuk kemudahan impor bahan baku," ujarnya.


Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, jumlah industri perhiasan skala menengah besar mencapai 83 perusahaan pada 2015. Jumlah itu meningkat pada 2017 menjadi 97 perusahaan dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 15.000 orang. Sementara total industri perhiasan skala kecil mencapai 36.000 unit usaha dengan melibatkan tenaga kerja hingga 43.000 orang.


Dalam upaya memperluas pasar ekspor, Gati mengatakan, Kementerian Perindustrian telah melakukan inisiasi dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait agar produk perhiasan dari Indonesia tidak terkena bea masuk di negara tujuan ekspor. Negara potensial tujuan ekspor tersebut misalnya Turki dan Dubai.


"Ekspor perhiasan kita memang banyak ke Dubai (Uni Emirat Arab) dan Turki, tetapi kita masih dikenakan tarif bea masuk ke sana sebesar 5 persen, sedangkan Singapura dikenakan bea masuk nol persen ke Dubai," ujar Gati. Menurut dia, Singapura bisa mendapatkan bea masuk nol persen ke Dubai karena antara kedua negara memiliki perjanjian free trade agreement (FTA). Sementara Indonesia dengan Dubai belum ada FTA.


Konsumen rapper


Pada Selasa (15/1/2019) lalu, pengusaha perhiasan emas, Michael Susanto Yahya, menyatakan optimistis bahwa ekspor perhiasan emas ke Amerika Serikat berpotensi terus melesat pada tahun-tahun mendatang. "Saya yakin pertumbuhan ekspor kita untuk emas ke AS tahun ini bisa lebih tinggi 50 persen dibanding tahun sebelumnya," kata Michael Susanto Yahya di Washington DC, Amerika Serikat, dilansir Antara.


Michael Susanto yang juga menjabat GM Ekspor Market PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) itu menyatakan, jenis emas yang cukup laku di negeri pamari sam itu adalah kalung emas.


Menurut dia, hal tersebut karena di AS banyak kalangan dan tidak hanya terbatas kaum hawa yang gemar memakai kalung emas. Misalnya saja tidak sedikit rapper yang memakai perhiasan emas ukuran besar.


la mengungkapkan, sejumlah negara saingan Indonesia untuk ekspor perhiasan emas ke AS antara lain Yordania, Republik Dominika, dan Afrika Selatan. Namun Indonesia memiliki keuntungan, misalnya harga kompetitif serta pelayanan jasa pengiriman lebih baik. Ekspor emas dan beragam perhiasan emas ke Amerika Serikat bisa mencapai 200 juta dolar AS/tahun.  (Tia Dwitiani Komalasari)***

Share:


Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA