Perintah dakwah secara sembunyi-sembunyi adalah wahyu yang ke

Ketika Rasulullah berdakwah secara terbuka, ada banyak tantangan yang dihadapi

Republika/Kurnia Fakhrini

Rasulullah SAW. Ilustrasi

Rep: Meiliza Laveda Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setelah mendapat wahyu pertama, Nabi Muhammad mulai berdakwah secara diam-diam. Dia mengajak para sahabat terdekat dan istrinya, Khadijah. Sampai suatu ketika Allah menurunkan ayat untuk mengumumkan dakwah secara terbuka.Allah berfirman dalam surat al-Hijr ayat 94:فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَاَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ

Faṣda' bimā tu`maru wa a'riḍ 'anil-musyrikīn. “Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.”

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menjelaskan dalam bukunya Kelengkapan Tarikh Rasulullah, sejak itu, Rasulullah mulai berdakwah secara terbuka. Tentu saja, dia menemukan segelintir tantangan. Dia harus rela dimusuhi oleh kaumnya. Mereka semakin keras dalam menyakiti Rasulullah dan umat Islam.

Namun, melalui dakwah terbuka ini, satu per satu orang mulai menjadi mualaf. Melihat semakin banyak orang yang masuk Islam, masyarakat Quraisy tidak tahan melihat kenyataan tersebut. Mereka mulai berani mencela agama Islam dan mengecam Allah. Mereka juga semakin gencar melancarkan teror dan permusuhan terhadap Rasulullah dan para sahabatnya.Akan tetapi, Allah melindungi Rasulullah melalui jasa pamannya, Abu Thalib karena dia adalah seorang bangsawan yang sangat dihormati di tengah kaum Quraisy. Akibatnya, penduduk Makkah tidak ada yang berani terang-terangan menyakiti dia. Beberapa sahabatnya yang memiliki keluarga, mereka akan dilindungi dari teror warga Quraisy. Sayangnya, tidak semua sahabat Nabi memiliki keluarga. Pada akhirnya mereka menjadi sasaran teror dan siksaan kaum Quraisy.Di antaranya adalah Ammar bin Yasir dan ibunya Samiyah. Mereka disiksa karena tetap beriman kepada Allah. Setiap kali melewati orang-orang Quraisy, mereka disiksa dengan kejam. Menanggapi itu, Rasullah menghibur dan mengatakan “Bersabarlah wahai keluarga Yasir karena sesungguhnya yang dijanjikan kepada kalian adalah surga,” (HR at-Thabarani).Selain Yasir, ada pula Bilal bin Rabah. Dia juga disiksa dengan sangat kejam karena tetap beriman kepada Allah. Namun, dia mengabaikan teror kaumnya supaya keluar dari Islam. Dia harus rela mengorbankan jiwanya.

  • rasulullah
  • dakwah rasulullah
  • nabi muhammad
  • rasulullah berdakwah

Perintah dakwah secara sembunyi-sembunyi adalah wahyu yang ke

Nabi Muhammad SAW berdakwah kepada kerabat dekat.

Republika/Kurnia Fakhrini

Nabi SAW Berdakwah Terang-terangan Setelah Tiga Tahun

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti  Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah tiga tahun Rasulullah melakukan dakwah dengan sembunyi-sembunyi, atas perintah Allah Nabi pun mulai berdakwah secara terang-terangan. Salah satu cara berdakwah terang-terangan adalah dengan berdakwah kepada kerabat dekat. 

Baca Juga

Dalam buku Shirah Nabawiyah karya Syekh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri menceritakan hal pertama yang dilakukan setelah turunnya ayat Alquran Asy-Syu'ara Ayat  214 adalah mengundang Bani Hasyim.

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat.

Mereka yang hadir dalam undangan Rasulullah diantaranya Bani Al-Muththalib bin Abdi Manaf, yang jumlahnya ada 45 orang.  Namun, sebelum Rasulullah berbicara, Abu Lahab sudah mendahului angkat bicara.

"Mereka yang hadir di sini adalah paman-pamanmu sendiri dan anak-anaknya. Maka bicaralah jika ingin berbicara dan tidak perlu bersikap kekanak-kanakan. Ketahuilah bahwa tidak ada orang Arab yang berani mengernyitkan dahi terhadap kaummu. Dengan begitu aku berhak menghukummu. Biarkanlah urusan bani bapakmu. Jika engkau tetap bertahan pada urusanmu ini, maka itu lebih mudah bagi mereka daripada seluruh kabilah Quraisy menerkammu dan semua bangsa Arab ikut campur tangan. Engkau tidak pernah melihat seorang pun dari bani bapaknya yang pernah berbuat macam-macam seperti engkau perbuat saat ini," ujar Abu Lahab.

Rasulullah hanya diam dan sama sekali tidak berbicara dalam pertemuan itu. Kemudian beliau mengundang mereka untuk yang kedua kalinya dan dalam pertemuan itu beliau bersabda,

"Segala puji bagi Allah dan aku memuji-Nya, memohon pertolongan, percaya dan tawakal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah semata vang tiada sekutu bagi-Nya." 

Kemudian beliau melanjutkan lagi. "Sesungguhnya scorang pemandu itu tidak akan mendustakan keluarganya. Demi Allah yang tidak ada selain Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada manusia secara umum. Demi Allah, kalian benar-benar akan mati layaknya sedang tidur nyenyak dan akan dibangkitkan lagi layaknya bangun tidur. Kalian benar-benar akan dihisab terhadap apa pun yang kalian perbuat, lalu di sana ada surga yang abadi dan neraka yang abadi pula." 

Kemudian Abu Thalib berkata, "Kami tidak suka menolongmu, menjadi penasihatmu dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang menjadi Bani bapakmu ini sudah bersepakat. Aku hanyalah segelintir orang di antara mereka. Namun akulah orang yang pertama kali mendukung apa yang engkau sukai. Maka lanjutkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku senantiasa akan menjaga dan melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul Muththalib." 

Abu Lahab berkata, "Demi Allah, ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan terhadap dirinya sebelum orang lain yang melakukannya." Abu Thalib menimpali, "Demi Allah kami tetap akan melindungi selagi kami masih hidup."

Perintah dakwah secara sembunyi-sembunyi adalah wahyu yang ke

Jakarta -

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu kerasulan pertama kali saat menjelang usia 40 tahun. Wahyu datang melalui Malaikat Jibril di Gua Hira pada suatu malam. Ada yang menyebut peristiwa itu terjadi pada 17 Ramadhan 13 tahun sebelum hijriyah.

Setelah peristiwa malam tersebu, Muhammad suami Khadijjah binti Khuwailid itu sempat mengalami pergulatan batin selama beberapa hari. Hingga kemudian setelah tenang, putra Abdullah bin Abdul Muthalib pergi ke Kakbah.

Dalam perjalanan ke Kakbah Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Waraqah bin Naufal, sepupu Siti Khadijjah. Kepada Waraqah, Muhammad menceritakan semua peristiwa yang dia alami di Gua Hira.

Waraqah sebelumnya juga mendengar cerita senada dari Khadijjah. Waraqah meyakinkan bahwa Muhammad adalah Nabi yang diutus Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak umat.

Kepada Muhammad, Waraqah mengingatkan agar berhati-hati. Sebab saat menyampaikan wahyu Allah SWT, nantinya Muhammad bisa saja mendapat penolakan dari kaum kafir Quraisy. "Pastilah kau (Muhammad) akan didustakan orang, akan disiksa, akan diusir dan akan diperangi. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahui-Nya pula," kata Waraqah kepada Nabi Muhammad SAW seperti dikutip Tim Hikmah detikcom dari buku Sejarah Hidup Nabi Muhammad karya Muhammad Husain Haekal.

Nabi Muhammad SAW, sang Penghulu Rasul itu pun terbayang akan perjuangan menyampaikan wahyu Allah SWT kepada kaum Quraisy. Mengajak kaum kafir Quraisy beriman kepada Allah SWT ketika itu bukan hal yang mudah.

"Mereka kaum Quraisy sangat kuat mempertahankan kebatilan itu. Mereka bersedia berperang dan mati untuk itu," kata Muhammad Husain Haekal dalam bukunya.


Disebutkan dalam sejumlah Sirah Nabawiyah, di awal kenabian Nabi Muhammad SAW terpaksa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun. Sampai kemudian turun wahyu Allah SWT, Surat Asy-Syua'ra ayat 214 sampai 216.


وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ . وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ . فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ


Latin-Arab : Wa anżir 'asyīratakal-aqrabīn. Wakhfiḍ janāḥaka limanittaba'aka minal-mu`minīn. Fa in 'aṣauka fa qul innī barī`um mimmā ta'malụn


Artinya: "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan" (QS. Asy-Syua'ra': 214-216)

Turun juga Al Quran Surat Al-Hijr ayat 94

فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ

Latin - Arab: Faṣda' bimā tu`maru wa a'riḍ 'anil-musyrikīn

Artinya: Maka sampaikanlah olehmu (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

Nabi Muhammad SAW kemudian memulai dakwah dengan terang-terangan dimulai dari keluarga terdekat yakni kalangan Bani Hasyim. Namun di antara kelarga Bani Hasyim hanya Ali bin Abu Thalib yang mau beriman kepada Allah SWT. Sementara Abu Thalib melindungi dakwah Muhammad namun belum mau mengucap syahadat.

Setelah itu, dakwah terang-terangan Nabi Muhammad selalu mendapat pertentangan dari kaum Quraisy. Bahkan, para pemuka Quraisy menuduh Nabi Muhammad gila dan sempat melemparkan kotoran ke tubuh Nabi. Termasuk yang menentang dakwah Nabi Muhammad SAW adalah sang paman, Abu Jahal dan Abu Lahab.

Bersama kaum kafir Quraiys Abu Jahal dan Abu Lahab menentang habis-habisan dakwah Rasulullah dan mengintimidasi pengikutnya. Mereka khawatir ajaran yang dibawa Muhammad bisa merusak agama nenek moyang kaum Quraisy yakni menyembah berhala.

Mereka pun melakukan segala cara untuk menolak dakwah Rasulullah dengan mencoba membunuhnya. Kaum Quraisy membujuk Abu Talib dengan memberikan sejumlah uang tebusan untuk membiarkan Nabi Muhammad dibunuh.

Rencana pembunuhan dilakukan dengan melibatkan orang di luar suku Quraisy sehingga tidak akan memecah perang saudara. Abu Talib yang mendengar hal itu pun melihat tanda keseriusan Quraisy dalam memerangi dakwah Nabi Muhammad.

Ia pun bergegas memanggil semua keluarga Bani Hasyim dan memberi tahu rencana suku Quraisy. Mereka pun berupaya melindungi Rasulullah dari segala teror yang direncanakan.

Kesulitan yang dihadapi oleh Rasulullah ternyata juga terjadi pada keluarga Bani Hasyim. Kaum Quraisy diketahui memboikot segala jual-beli, pernikahan dan hubungan sosial dengan Bani Hasyim sehingga mengakibatkan mereka kesulitan mendapatkan bahan pangan.

Kaum Quraisy berharap dengan adanya pemboikotan tersebut bisa membuat Bani Hasyim menyerahkan Rasulullah untuk dibunuh. Untuk itu, Abu Thalib memerintahkan seorang dari Bani Hasyim tidur di ranjang Rasulullah sehingga menyerupai Nabi Muhammad.

Setelah berbagai kesulitan yang dialami Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya di Makkah, turunlah perintah hijrah. Awalnya tujuan hijrah adalah ke negeri Habasyah atau Ethiophia. Namun turun perintah agar umat Islam hijrah ke Madinah.

(pay/erd)