Perbedaan maulid maulud dan milad

Oleh : Aliva Rosdiana, S.S., M.Pd.

Show

Hari ini, Selasa (19/20-2021) merupakan hari besar kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuhnya pada tanggal 12 Rabiul Awal penanggalan Hijriyah. Sejumlah belahan negara di dunia memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Bahkan Indonesia menjadikannya sebagai  Hari Libur Nasional. Sungguh sebuah kemuliaan mengagungkan Nabi Muhammad SAW bagi umat muslim.

Hari kelahiran Nabi Muhammad SAW telah lama dinantikan oleh para Rasul sebelum Nabi Muhammad. Bahkan kelahiran Nabi Muhammad SAW telah disebut dalam kitab sebelum Al Qur’an, yakni Taurat dan Injil. Sehingga para rabi Yahudi dan pendeta Nasrani telah mengenal Nabi Muhammad SAW atau Rasulullah SAW melalui gambaran sifat-sifatnya.

Bahkan kemuliaan ini telah direncanakan Allah SWT melalui tanda-tanda keajaiban yang mengiringi masa-masa menjelang kelahiran Rasulullah SWT, yakni datangnya pasukan gajah menyerang kota Makkah.

Maka dari itu disunnahkan bagi umat Muslim untuk puasa Senin dikarenakan kelahiran Nabi Muhammad SAW pada hari Senin malam menjelang dini hari di Bani Hasyim, Makkah, 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau tepat pada tanggal 23 April 571 Masehi.  Namun ada pula yang berpendapat Nabi Muhammad SAW lahir pada 9 Rabiul Awal tepat 20 April 571 Masehi.

Hari kelahiran Nabi Muhammad SAW disikapi oleh sebagian orang dengan sebutan Maulidan atau Mauludan. Apa bedanya? Kata ‘id’ berarti kelahiran atau peringatan ulang tahun. Maulid Nabi berarti peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Maulud berarti bayi yang dilahirkan. Kalau keduanya digabungkan berarti Maulidun yaitu waktu Nabi lahir.

Kata “Maulid” diambil dari bentuk Mashdar Mim dari Fi’il Madli walada yang artinya kelahiran. Sedangkan kata Maulud merupakan bentuk Isim Maf’ul dari Fi’il Madli walada yang berarti sesuatu yang dilahirkan. Namun dewasa ini umat Muslim di Indonesia bahkan muslim belahan dunia menggunakan kata Maulid yang menunjukkan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW karena dianggap pas dan tidak bertentangan secara arti kata dalam bahasa (lihat: https://mediapakuan.pikiran-rakyat.com/beja-ti-batur/pr-63869073/perbedaan-dan-arti-makna-maulid-maulud-atau-milad-mana-yang-benar).

Namun kata “Maulud” ini juga masih populer di kalangan etnis Jawa sebagai pengganti kata Rabi’ul Awal. Padahal arti sebenarnya adalah bayi yang dilahirkan.

Seringkali pengucapan kata “Milad” disampaikan sebagai ucapan selamat Hari Lahir kepada seseorang. Arti dalam kamus Arab, seperti Mu’jam Al-Lughoh Al-‘Arobiyyah Al-Mu’ashiroh menyebutkan bahwa kata “Milad” berarti waktu kelahiran seseorang. Umat Kristiani dari bangsa Arab sering pula menggunakan kata “Milad” untuk hal-hal yang berhubungan dengan perayaan Natal, seperti Ied al-Milad yang berarti Hari Raya Natal atau Lailat al–Milad yang berarti malam natal.

Penulis adalah Dosen Unisnu Jepara, penerjemah, dan penulis

Perbedaan maulid maulud dan milad

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Bulan ketiga Hijriah dalam kalander Islam merupakan bulan yang sangat dimuliakan dan dinanti.

Dimana dapat mengingat Nabi Besar Muhammad SAW sebagai panutan umat Islam. Bahkan di Indonesia peringatan tersebut dijadikan hari Libur Nasional.

Namun masih banyak yang masih mempertanyakan peringatan tersebut dengan sebutan Maulid, Maulud dan juga Milad.

Ustadz H.Muhammad Mobarak yang juga pegawai Kementerian Agama (Kemenag) Provsi Kalsel menuturkan, ketiga istilah tersebut menurut arti yang hakiki adalah berangkat dari asal walada (wawu, lam dan dal). Dari tiga huruf inilah nantinya akan menelurkan kata Maulid, Maulud dan Milad.

Baca juga: Sejarah Penyebaran Islam di Tanah Banjar Akan Difilmkan

“Tiga unsur inilah yang mendasari kalimat tersebu,” katanya Selasa, kepada klikkalsel.com (2/11/2021).

Dijelaskannya, seperti kata Maulid merupakan bentuk Mashdar Mim dari Fi’il Madli walada yang berarti kelahiran. Selain merupakan Mashdar Mim, ia juga Isim Zaman dan Isim Makan.

“Jadi kata Maulid memiliki arti waktu kelahiran atau tempat kelahiran, pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah,” ucapnya.

Sedangkan Maulud merupakan bentuk Isim Maf’ul dari Fi’il Madli walada yang berarti sesuatu yang dilahirkan. Artinya dalam kontek tersebut merujuk kepada seseorang dalam hal ini Nabinya.

“Artinya ada kemuliaan tersendiri Nabi Muhammad SAW itu,” katanya.

Sedangkan kata Milad merupakan Isim Mashdar dari Fi’il Madli yang sama. Jadi kata Maulid memiliki arti waktu kelahiran atau tempat kelahiran.

Dewasa ini, baik di masyarakat Indonesia khususnya maupun di negara-negara yang mayoritas Islam menggunakan kata Maulid untuk pengertian yang menunjukkan arti hari lahir Rasulullah SAW dan hal ini sudah tepat dan tidak bertentangan secara bahasa

Seiring waktu akhir-akhir ini kata Maulid juga telah mengalami perluasan makna, yaitu kegiatan pembacaan sejarah Nabi Muhammad SAW yang disertai qashidah berisi sholawat dan pujian untuk sang baginda Nabi dan kemudian di sela-sela itu ada Mahallul Qiyam, dan umumnya kegiatan tersebut dikenal dengan istilah Maulidan.

“Mudahan sedikit pemahaman ini menjadikan kita pengetahuan dan menambah kecintaan kita terhadap Rasulullah SAW,” pungkasnya. (azka)

Editor : Akhmad

Perbedaan maulid maulud dan milad

Perbedaan maulid maulud dan milad

Bismillahirrahmanirrahim,

Kita sekarang berada pada bulan Rabiulawal (bulan ketiga dalam kalender Tahun Hijriah). Pada bulan ini biasanya kata maulid sering sekali muncul, sering kita baca, dan sering kita dengar. Itu karena tanggal 12 bulan Rabiulawal ini adalah tanggal kelahiran Nabi Muhammad saw. Ya, maulid adalah sebutan untuk hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Salah satu arti kata maulid dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga mengatakan begitu: n hari lahir (terutama hari lahir Nabi Muhammad saw.).

Tetapi, di samping kata maulid, kita juga kerap mendengar kata milad (diserap dari kata mîlâd [مِيلَاد]) dan kata maulud (diserap dari kata maulûd [مَوْلُود]) yang penggunaannya hampir sama.  Misalnya: milad ke-111 Muhammadiyah (ada yang menulisnya secara kurang tepat: milad Muhammadiyah ke-111 [karena Muhammadiyah hanya satu, yang ke-111 adalah hari ulang tahunnya, bukan organisasinya]). Ketiga kata serapan di atas (maulid, milad, dan maulud) sebenarnya berasal dari akar kata yang sama: walada (w-l-d/ ولد).

Baca juga: Mukjizat Nabi Muhammad saw.

Maulid

Secara kebahasaan, kata maulid (مَوْلِد) bisa berarti ‘waktu kelahiran’, bisa berarti ‘tempat kelahiran’, bisa pula berarti ‘kelahiran’ itu sendiri. Bentuk ini (dikenal dengan istilah wazn maf‘il [مَفْعِل]: harakat fathah, sukun, dan kasrah secara berurutan pada huruf pertama, kedua, dan ketiga) sama dengan bentuk kata masjid (مَسْجِد) yang bisa berarti ‘waktu sujud’, bisa berarti ‘tempat sujud’, bisa juga berarti ‘sujud’ itu sendiri; juga seperti kata maghrib (مَغْرِب) yang berarti ‘waktu terbenam’, bisa berarti ‘tempat terbenam’, bisa juga berarti ‘terbenam’ itu sendiri.

Kata maulid ini menjadi begitu populer boleh jadi karena buku-buku berbahasa Arab terkait sejarah hidup Rasulullah saw. yang diajarkan di pesantren-pesantren Indonesia menggunakan kata maulid, bukan mîlâd. Sebut saja, misalnya, Khulâshat Nûr al-Yaqîn yang merupakan ringkasan dari buku Nûr al-Yaqîn fî Sîrati Sayyidi al-Mursalîn yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Al-Khudhari. Juga buku lain seperti Shimth ad-Durar: min Akhbâr Mawlid Khairi al-Basyar Wamâ Lahu Min Akhlâq Waawshâf Wasiyar yang ditulis oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi. Dan masih banyak lagi.

Di negara-negara Arab juga begitu, kata maulid lebih populer digunakan terutama terkait kelahiran Nabi Muhammad saw. Tanggal merah 12 Rabiulawal pada kalender Arab biasa diberi catatan maulid ar-rasûl shallallâhu ‘alaihi wasallam yang artinya ‘hari kelahiran Rasulullah saw.’, meskipun terkadang ada juga yang menyebutnya mîlâd ar-rasûl shallallâhu ‘alaihi wasallam.

Baca juga: Wajah Nabi Muhammad Saw.

Milad

Sedangkan kata milad (yang diserap dari bahasa Arab mîlâd [مِيلاَد]), oleh kamus-kamus ekabahasa Arab diartikan sebagai waqt al-wilâdah (waktu kelahiran). Dengan merujuk pada arti ini, maka arti kata mîlâd sama dengan kata maulid: waktu kelahiran. KBBI juga mengartikan kata milad dengan ‘waktu kelahiran’, ‘hari kelahiran’. Hari kelahiran Nabi Isa Almasih a.s., misalnya, disebut dengan mîlad al-masîh. Hari Raya Natal dalam bahasa Arab disebut dengan ‘Îd al-Mîlâd (hari raya kelahiran, yakni kelahirannya Nabi Isa a.s.).

Dalam penggunaannya, jarang (bukan tidak ada) kita temukan orang Arab menggunakan kata mîlâd untuk kelahiran Nabi Muhammad saw., dan sebaliknya jarang menggunakan kata maulid untuk kelahiran Nabi Isa a.s. Untuk masyarakat umum sekalipun, orang Arab lebih biasa menggunakan kata mîlâd dalam arti hari kelahiran. Ucapan “selamat ulang tahun” untuk siapa pun, misalnya, dalam bahasa Arab diungkapkan dengan ‘îd mîlâd sa‘îd, dan bukan ‘îd maulid sa‘îd.

Begitu juga dalam catatan administrasi. Tempat tanggal lahir dalam dokumen-dokumen resmi bahasa Arab diungkapkan dengan mahall wa târîkh al-mîlâd (مَحَلّ وَتَارِيخ المِيلَاد). Hampir tidak pernah kita temukan ungkapan mahall wa târîkh al-mawlid (مَحَلّ وَتَارِيخ المولد) walaupun secara bahasa ini benar.

Selain itu, kata milad (ميلاد) dalam bahasa Arab juga lebih sering digunakan untuk menyebut hari kelahiran orang, bukan badan, atau lembaga, atau organisasi. Hampir tidak pernah kita temukan ungkapan mîlâd al-Ikhwân al-Muslimîn (ميلاد الإخوان المسلمين) atau ‘milad gerakan Ikhwanul Muslimin’. Untuk maksud seperti ini, dalam bahasa Arab lebih sering digunakan kata insyâ’ (إنشاء) yang artinya ‘pembentukan’ atau ‘pendirian’. Itu berarti bahwa penggunaan kata serapan milad dalam bahasa Indonesia untuk kelahiran sebuah badan, organisasi, atau gerakan, telah mengalami pergeseran dari penggunaan dalam bahasa aslinya.

Baca juga: Siapa Sajakah Nama Istri Nabi Muhammad saw.?

Maulud

Kata maulud juga diserap dari bahasa Arab maulûd (مَوْلُود) yang artinya ‘bayi atau anak yang dilahirkan’. Karena itu, ungkapan maulud Nabi adalah keliru (atau telah mengalami pergeseran dari makna bahasa asalnya), karena ungkapan itu berarti ‘anak yang dilahirkan dari keturunan Nabi saw.’. Dalam bahasa Jawa, bulan Rabiulawal disebut juga dengan bulan Mulud. Dapat kita pahami bahwa penamaan itu mengandung arti bulan kelahiran Nabi Muhammad saw. Seperti kita ketahui, nama-nama bulan dalam kalender Jawa adalah Sura, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, dan Sawal (Muharam, Safar, Rabiulawal, Rabiulakhir, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rajab, Sya’ban, Ramadan, dan Syawal).

Wallahu a’lam.

(Muhammad Arifin)