Perbedaan catenaccio dan parkir bus

Kita semua tahu bila tujuan bermain sepakbola adalah mencetak gol sebanyak-banyaknya. Tetapi seiring berjalannya waktu, ketika lini pertahanan mulanya kurang diperhatikan dalam permainan ini, mulai banyak pelatih yang menganggap bila bertahan adalah salah satu cara terbaik dalam bermain bola.

Dengan bertahan, sebuah tim bisa meraih kemenangan meski skor yang dihasilkan nantinya tidaklah besar. Ada banyak cara untuk menjaga lini pertahanan agar tetap aman, seperti memilih taktik dengan lebih memanfaatkan pemain belakang daripada para penyerang.

Italia, menjadi satu dari beberapa tim yang kerap mengusung gaya ini. Catenaccio, merupakan istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan permainan sepakbola Italia dengan menggunakan lini pertahanan grandel. Pemain belakang dengan kekuatan terbaik yang dimiliki Gli Azzurri memang banyak diandalkan banyak pelatih untuk memainkan taktik ini.

Selain catenaccio, dunia juga mengenal taktik dengan menumpuk pemain di lini belakang pertahanan atau yang biasa disebut dengan parkir bus.

Sebenarnya, darimana istilah parkir bus itu berasal? Kemudian, tim mana yang pertama kali menggunakan taktik ini?

Apa itu Parkir Bus?

Definisi dari parkir bus adalah ketika sebuah tim banyak menempatkan pemain di lini pertahanan mereka ketika tidak menguasai bola. Sistem ini cenderung tidak memikirkan serangan atau bahkan mencetak gol. Tim yang menggunakan taktik parkir bus akan menyebabkan para lawan frustrasi karena para pemain yang banyak ditempatkan di lini belakang diminta untuk menciptakan pagar di sekitar gawang dengan tidak meninggalkan sedikitpun ruang untuk dieksploitasi lawan.

Namun begitu, dalam hal ini, tetap ada segelintir pemain yang ditugaskan untuk mencuri bola dan membawanya ke depan ketika pemain lawan mulai lengah atau kehilangan konsentrasi dalam melakukan serangan. Karena biasanya, tidak ditemukannya celah bagi pemain lawan untuk melakukan serangan kerap membuat mereka melakukan tembakan jarak jauh.

Disitulah peran pemain tertentu yang diminta untuk mencuri bola akan menjadi sangat krusial.

Let’s show some appreciation for the art of parking the bus 🚌

No surprise to see Simeone, Chelsea and Mourinho among the best bus parkers! pic.twitter.com/0uzAgH39rU

— Bet9ja (@Bet9jaOfficial) February 23, 2020

Dari Mana Istilah ini Berasal?

Kemudian tentang dari mana istilah ini berasal, nama pelatih Jose Mourinho sering dianggap sebagai biangnya. Istilah parkir bus muncul ketika Mourinho yang melatih Chelsea membawa klub hanya bermain imbang 0-0 melawan Tottenham Hotspurs pada 2004 silam.

Ketika itu, Jose Mourinho dibuat kesal dengan sistem permainan Spurs yang hanya menempatkan kebanyakan pemain nya di belakang. Pelatih asal Portugal tersebut mengecam Tottenham Hotspurs dengan umpatan, “estacionar o autocarr”, atau yang bermakna “mereka bawa bus, tapi ditinggal di depan gawang.”

“Seperti yang kami katakan di Portugal, mereka (Spurs) membawa bus dan meninggalkan bus tersebut di depan gawang mereka,” kata Mourinho.

“Aku akan sangat frustrasi jika aku adalah suporter yang membayar 50 paun (sekitar Rp 1 juta dengan konversi saat ini) untuk menonton pertandingan karena Spurs datang hanya untuk bertahan.”

Ketika itu, Mourinho yang merasa kesal menganggap kalau Spurs memang hanya berniat untuk tampil tanpa kebobolan. Lebih dari itu, pelatih yang kini membesut AS Roma itu mengatakan bila pertandingan Chelsea melawan Spurs hanya menempatkan satu tim saja yang ingin bertanding dan menghibur penonton.

Mourinho Justru Kental dengan Taktik Parkir Bus

Namun ironisnya, ketika Jose Mourinho disebut sebagai sosok pertama yang mengeluarkan istilah parkir bus akibat kekesalannya dengan sebuah tim yang terus bermain bertahan sepanjang laga, dia justru berubah jadi pelatih yang begitu lekat dengan taktik ini.

Pada pentas Liga Champions Eropa musim 2009/10 silam khususnya, Jose Mourinho yang melatih Inter Milan harus berhadapan dengan FC Barcelona di babak semifinal. Di leg pertama, dia berhasil membawa Inter menang dengan skor 3-1. Kemudian di leg kedua, Mourinho hanya berpikir kalau dia cuma perlu mempertahankan keunggulannya agar tetap menjaga asa lolos ke babak final.

Jadilah ketika Barcelona ingin mencetak gol sebanyak-banyaknya di leg kedua, Mourinho meminta para pemainnya untuk bertahan demi menjaga skor agar tetap aman.

“Aku mengatakan kepada anak-anak, pegang bola untuk menang tapi kita tetap harus rapat menutup ruang,” kata Mourinho.

Saat itu, Mourinho sadar betul bila Barcelona asuhan Pep Guardiola sangat mengandalkan sepakbola atraktif nan menyerang. Maka, fokus Inter adalah menjaga ruang aliran bola dan pergerakan Lionel Messi yang memang masih berada dalam performa terbaiknya sebagai pemain. Tugas menutup pergerakan Lionel Messi dari sisi kanan yang dinilai bisa menjelajah kemana saja, digalang secara kolektif oleh pemain Inter terdekat.

Jose Mourinho | Inter Milan vs Barcelona 2010 Masterclass
This guys a tactician, visionary and pioneer with this tweet, look at the replies 🤣 //t.co/TL6scudKpD pic.twitter.com/TgjrKEwGav

— SACRÉ (@_XMXN) May 14, 2021

Hasilnya, Barcelona hanya bisa mencuri satu gol saja lewat Gerard Pique pada menit ke 83. Skor yang pada akhirnya tidak mampu mengungguli Inter secara agregat pun membuat tim asuhan Jose Mourinho melenggang ke partai final hingga sukses keluar sebagai juara.

“Kami ‘menang’ di Barcelona, tapi semua orang bilang sebaliknya karena kami hanya parkir bus. Padahal kami tidak parkir bus, tapi pesawat,” ujar Mourinho beberapa hari setelah laga.

Banyak Dibenci Namun Juga Harus Dihargai

Karena parkir bus dianggap sebagai taktik yang relatif tidak enak ditonton, banyak pecinta bola yang banyak mengkritiknya. Seperti apa yang diungkapkan oleh Mourinho saat bermain melawan Tottenham beberapa tahun silam, penonton menjadi pihak yang dirugikan karena dipaksa menonton pertandingan yang sama sekali tidak bisa jadi hiburan.

Namun di balik itu, semua juga harus memahami bila taktik ini cukup efektif digunakan ketika sebuah tim tengah mengincar kebutuhan tertentu seperti misalnya mempertahankan keunggulan, atau ketika sebuah tim memang hanya mengincar hasil imbang.

Faktanya, selain Jose Mourinho bersama Inter Milan, ada tim lain yang juga berhasil menyelesaikan pertandingan dengan hasil memuaskan ketika mereka memilih untuk menggunakan taktik fenomenal ini.

Diantaranya adalah Chelsea yang sering disebut sebagai tim yang kerap menggunakan taktik ini. Dengan strategi negatif football, klub London itu sukses menyingkirkan nama-nama besar seperti FC Barcelona hingga FC Bayern di kompetisi Liga Champions Eropa.

Selain itu ada juga Atletico Madrid yang memakai pola permainan ultra defensif hingga berujung hasil yang diinginkan, ketika melawan Liverpool, di babak 16 besar Liga Champions Eropa 2020 lalu. Di balik kemenangan tipis 1-0 mereka, Simeone yang mendapati anak asuhnya mampu mencuri gol cepat pada menit ke 4 lewat Saul Niguez, langsung tampil bertahan.

Dengan strategi parkir bus, anak asuh Simeone berhasil membuat Liverpool tak melepaskan satu pun shots on target ke gawang Atletico.

“Kami memainkan permainan yang harus kami mainkan untuk mempertahankan hasil,” kata Diego Simeone.

This is how Diego Simeone and Atletico Madrid will park the bus at Anfield against Liverpool tonight.. 😁 pic.twitter.com/7ffIqdQRiK

— KNOXPETE (@KNOXTAINMENT) March 11, 2020

Bila melihat fenomena parkir bus dalam dunia sepakbola, berada di pihak mana kalian? Setuju atau sama sekali tidak menyukai taktik tersebut? Kami tunggu jawaban serta alasan kalian di kolom komentar ya!

Sumber referensi: goal, kompas, boladunia

Kalau boleh jujur, saya sangat terganggu dengan istilah ג€œparkir busג€ di sepakbola. Istilah ini tidak pernah benar-benar merujuk kepada sebuah bus yang diparkir. Apalagi bus tersebut diparkir di depan gawang di tengah pertandingan. Istilah macam apa itu?

Apakah ada yang ingat apa, kapan, oleh siapa, kenapa, dan bagaimana istilah ini menjadi terkenal?

Jos�© Mourinho adalah seorang manajer sepakbola yang sukses dan revolusioner. Istilah ג€œparkir busג€ ini sebenarnya sangat identik dengan Mourinho. Kamu pasti ingat pertandingan semi-final leg kedua di Liga Champions UEFA 2009/2010 antara tuan rumah Barcelona melawan Internazionale Milan.

Saat itu, Inter yang diasuh oleh Mourinho, sudah memiliki modal kemenangan 3-1 di leg pertama sehingga memutuskan untuk bertahan total di leg kedua. Meskipun mereka kalah 1-0, tapi secara agregat Inter unggul atas Barcelona. Setelah wasit meniup peluit akhir di pertandingan tersebut, Mourinho melakukan victory lap yang terkenal (gambar paling atas). Pada tahun itu juga Inter berhasil menjuarai Liga Champions sekaligus treble.

Namun sayang sekali, bukan itu inti dan asal-muasal ג€œparkir busג€. Ironisnya, Mourinho memang yang pertama membuat istilah ג€œparkir busג€ terkenal, tapi saat itu ia mencap ג€œparkir busג€ tersebut bukan kepada kesebelasannya, melainkan kepada lawannya.

Pada September 2004 di Stamford Bridge, Chelsea yang dipimpin oleh Mourinho, bermain imbang 0-0 dengan Tottenham Hotspur. Setelah pertandingan berakhir, Mourinho berkata: ג€œSeperti yang kami katakan di Portugal, mereka (Spurs) membawa bus dan meninggalkan bus tersebut di depan gawang [mereka].ג€

Ini adalah sebuah analogi, bahwa bus tersebut adalah para pemain Spurs yang ג€œdiparkirג€ di depan gawang Spurs sendiri sehingga Chelsea tidak bisa mencetak gol karena bola yang mengarah ke gawang akan selalu terbentur oleh ג€œbusג€ tersebut.

ג€œAku akan sangat frustrasi jika aku adalah suporter yang membayar 50 paun (sekitar 860 ribu rupiah dengan konversi saat ini) untuk menonton pertandingan karena Spurs datang hanya untuk bertahan. Aku sangat frustrasi karena hanya ada satu tim yang mengincar kemenangan, mereka hanya datang untuk tidak kebobolan. Itu tidak adil untuk sepakbola yang kami mainkan,ג€ kata manajer asal Portugal tersebut.

Ya, ini ironis. Mourinho yang sekarang sudah lekat dengan cap ג€œparkir busג€ adalah orang yang pertama kali memperkenalkan istilah tersebut kepada kita semua.

Bertahan bisa menghasilkan poin di sepakbola

Setelah pertandingan Chelsea dan Spurs yang berakhir 0-0 itu pada 2004, istilah ג€œparkir busג€ mulai sering digunakan secara berlebihan untuk setiap kesebelasan yang bertahan.

Masalahnya, pertahanan di sepakbola itu tidak seperti pertahanan di olahraga lainnya, misalnya bola basket, rugbi, bulu tangkis, atau bola voli. Di sepakbola, sebuah kesebelasan bisa mendapatkan hasil positif dari bertahan, apalagi jika mereka bisa mengombinasikannya dengan serangan balik.

Namun bayangkan jika ada tim basket yang hanya bertahan, tidak pernah menyerang. Mereka tidak akan pernah memenangkan sesuatu yang positif.

Masalahnya lagi, saat ini sepakbola sudah mengenal banyak istilah lainnya mulai dari ג€œtiki takaג€, ג€œGegenpressingג€, ג€œWengerballג€, dan lain sebagainya. Kapanpun, dimanapun, siapapun kesebelasan yang bertahan dari serangan-serangan sepakbola di atas, dan mereka sadar jika cara mengalahkan (misalnya) tiki taka adalah dengan bertahan rapat dan counter-attack, maka siap-siap saja mereka dicap ג€œparkir busג€.

Bayangkan. Bagaimana saya tidak terganggu jika kejadian di atas terjadi berkali-kali?

Bayangkan, jika kamu seekor kelinci (analogi untuk kesebelasan minor) dan sedang diincar oleh seekor elang (analogi untuk kesebelasan dominan). Maka ג€œkemenanganג€ versi kamu hanyalah berhasil kabur dari elang tersebut, bukan justru membunuh atau memakan elang tersebut.

Friedrich Nietzsche, seorang filsuf Jerman, mengatakan bahwa "That which does not kill us makes us stronger" (Yang tidak membunuh kita akan membuat kita semakin kuat). Jika serangan lawan tidak berhasil membobol gawangmu (membunuhmu), maka kamu menunjukkan kekuatanmu.

Sadarlah, tidak semua kesebelasan itu mampu bermain dominan. Mereka mungkin mau, mereka mungkin butuh, tapi mereka tidak bisa.

Bertahan adalah versi lain ג€œkeindahanג€ di sepakbola

Nah, hal berbeda akan terjadi jika elang tersebut (analogi untuk kesebelasan dominan) mengincar seekor harimau (kesebelasan dominan juga). Harimau tersebut sebenarnya memiliki potensi untuk membunuh atau memakan elang tersebut, tetapi kadang si harimau memang hanya tidak mau melakukannya, ia cenderung ingin bertahan atau kabur dan menghindar.

Kembali saya mengingatkan di awal sub judul sebelumnya, sebuah kesebelasan bisa mendapatkan hasil positif dari bertahan di sepakbola, setidaknya satu poin (dari hasil imbang); apalagi jika mereka bisa mengombinasikannya dengan serangan balik.

Kemudian ada banyak faktor lainnya. Misalnya faktor cedera yang tidak memungkinkan sebuah kesebelasan mengambil risiko yang lebih besar yang membuat kemampuan mereka terbatas (misalnya sang pengatur serangan sedang absen) atau tidak ingin membuat pemain lain cedera juga.

Faktor klasemen di sebuah liga juga berpengaruh, karena poin nol (kalah) dan satu (imbang) itu kesannya tipis, tapi pada skala yang lebih besar, jika mereka meraih nol poin, maka lawan mereka akan mendapatkan tiga poin (menang). Perbedaan poin ini akan sangat berpengaruh di klasemen akhir musim nanti.

Pada intinya, semua memang pilihan. Jika ada sebuah kesebelasan besar memilih untuk bertahan, itu adalah pilihan mereka. Dalam perspektif yang lebih luas, kita mengenal pragmatisme. Kesebelasan yang pragmatis akan melakukan segala cara untuk mendapatkan hasil positif (tidak harus menang, tapi bisa jadi tidak kalah), dan bermain bertahan adalah salah satu cara tersebut.

Jika kamu menganggap keindahan sepakbola hanya hadir lewat sepakbola possession dan/atau menyerang, maka sempit sekali definisi keindahan versi kamu.

Bertahan tidak sama dengan ג€œanti-sepakbolaג€

Di sepakbola, kamu bisa menyerang dan bertahan. Saya akui, banyak orang yang menyukai sepakbola menyerang. Tapi juga, tidak ada seorangpun yang boleh meremehkan apalagi membenci pertahanan.

Last-man tackle yang berhasil dari pemain seperti Nemanja Vidi�„ג€�, sapuan di garis gawang dari Fabio Cannavaro, atau penyelamatan fingertip dari Iker Casillas, apalagi itu semua dilakukan di menit akhir dan berhasil membawa kesebelasan mereka memenangkan pertandingan atau memenangkan kejuaraan; apakah kamu akan bilang itu ג€œparkir busג€?

Lalu kenapa sekarang jika ada kesebelasan yang datang ke pertandingan dengan niat untuk bertahan, lantas kita bilang itu adalah ג€œanti-sepakbolaג€? Bahkan di Laws of the Game saja tidak ada larangan untuk memainkan sepakbola bertahan.

Yunani berhasil menjuarai Piala Eropa 2004 dengan taktik semacam ini (saat itu istilah ג€œparkir busג€ belum populer). Sejarah mencatat itu. Sedangkan yang mencatat mereka bermain ג€œanti-sepakbolaג€ hanyalah remeh-remeh di media sosial yang kita baca sekarang, termasuk yang kamu baca saat ini di Pandit Football.

Nietzsche juga berkata: "You have your way. I have my way. As for the right way, the correct way, and the only way, it does not exist" (Kamu memiliki caramu sendiri. Aku memiliki caraku. Adapun cara yang baik, cara yang benar, dan cara satu-satunya, itu tidak ada).

Jadi, ada banyak cara untuk bermain sepakbola. Saya tahu jika gol itu adalah tujuan paling utama dari sepakbola. Tapi lantas bukan berarti bertahan itu adalah anti-sepakbola.

Istilah ג€œparkir busג€ sudah digunakan secara berlebihan

Kesimpulannya, berhentilah mengobral istilah ג€œparkir busג€ dengan mudah. Itu bukanlah sebuah bus. Itu adalah garis pertahanan. Itu adalah barisan pemain, yang dengan kesadaran mereka sendiri, melakukan aksi-aksi bertahan. Itu adalah pertahanan.

Hanya karena itu dilakukan untuk menghentikan dominasi kesebelasan lawan (yang seringnya lebih kuat daripada mereka), bukan berarti itu adalah hal yang tabu, hal yang buruk, hal yang bisa disejajarkan dengan pembunuhan dan korupsi, misalnya.

Lagipula banyak faktor yang memengaruhi sepakbola sekarang ini, seperti cedera, kebugaran pemain, jadwal pertandingan yang padat, suhu, cuaca, altitud, tekanan penonton, dan banyak hal lainnya, sehingga kita tidak bisa begitu saja menghakimi sebuah kesebelasan yang bermain defensif.

Saya ulangi, tidak pernah ada ג€œbusג€ yang diparkir di dalam pertandingan sepakbola sungguhan (sejauh yang saya tahu, sih). ג€œParkir busג€ adalah nonsense terbesar dalam sepakbola!

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA