Penyakit anemia dapat dicegah dengan banyak mengonsumsi makanan yang kaya zat besi seperti

Halodoc, Jakarta - Mau tahu gambaran kasus anemia secara global? Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 42 persen anak di bawah usia 5 tahun, dan 40 persen wanita hamil di seluruh dunia mengidap anemia. Cukup banyak, bukan? Meski umumnya dialami oleh anak-anak dan wanita hamil, anemia sebenarnya dapat menyerang siapa saja. 

Pertanyaannya, bagaimana cara mencegah anemia? Salah satu cara yang efektif yaitu memenuhi asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, contohnya zat besi. Berikut ini makanan yang mampu mencegah anemia.

Baca juga: Hati-Hati, Anemia Saat Hamil Tingkatkan Risiko Stunting pada Anak

1,Kerang

Kerang adalah salah satu makanan yang mampu mencegah anemia karena kandungan zat besi yang berlimpah di dalamnya. Satu porsi kerang (100 gram), mengandung 3 mg zat besi yang mampu memenuhi 17 persen kebutuhan zat besi harian.

Zat besi dalam kerang adalah zat besi heme, yang lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi non-heme yang ditemukan pada tumbuhan. Menariknya lagi, satu porsi kerang juga kaya protein, vitamin C, dan vitamin B12

2.Bayam 

Bayam juga masuk ke dalam makanan untuk mencegah anemia. Sayuran ini kaya zat besi, sekitar 3,5 ons (100 gram) bayam mentah mengandung 2,7 mg zat besi, atau menyediakan sekitar 15 persen dari kebutuhan zat besi harian. 

Meskipun zat besi yang terkandung dalam bayam adalah zat besi non-heme (yang tidak diserap dengan baik), tapi bayam juga kaya akan vitamin C. Ingat, asupan vitamin C berperan penting untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. 

3.Daging dan Unggas

Daging dan unggas adalah makanan yang dapat mencegah anemia. Semua daging dan unggas mengandung zat besi heme (hemoglobin hewani). Daging merah, domba, dan daging rusa adalah sumber zat besi terbaik. Sementara itu, unggas atau ayam memiliki jumlah zat besi yang lebih rendah.

4.Hati

Hati juga menjadi salah satu makanan yang kaya asupan zat besi. Oleh sebab itu, makanan ini cukup direkomendasikan bagi mereka yang mengidap anemia. Selain hati, beberapa jeroan yang kaya zat besi lainnya adalah jantung, ginjal, dan lidah sapi.

Baca juga: Orang yang Berpotensi Terkena Anemia Defisiensi Zat Besi dan Folat

5.Brokoli dan Sayuran Berdaun Hijau

Brokoli juga masuk ke dalam sayuran yang dapat membantu mencegah anemia. Satu porsi brokoli (satu cangkir/154 gram) mengandung satu mg zat besi, atau 6 persen dari kebutuhan zat besi harian. 

Brokoli kaya akan vitamin C, yang membantu tubuh menyerap zat besi dengan lebih baik. Selain zat besi dan vitamin C, brokoli juga kaya asam folat, serat, dan vitamin K. 

Baca juga: 5 Jenis Asupan Makanan untuk Pengidap Anemia

Selain brokoli, sayuran berdaun hijau lainnya juga banyak mengandung zat besi (nonheme). Ada beragam sayuran hijau yang bisa kita makan untuk mencegah atau mengatasi anemia. Contohnya kubis, Swiss chard atau kale. Di samping itu ada pula lobak Swiss, collard greens yang mengandung asam folat.

7.Makanan Lainnya

Selain tiga makanan di atas, banyak makanan yang bisa mencegah anemia, seperti:

  • Telur.
  • Kacang dan biji-bijian.
  • Kacang, lentil, dan tahu.
  • Ikan-ikan seperti salmon, sarden atau tuna. 
  • Tiram.
  • Udang.
  • Kerang
  • Sereal yang diperkaya biji-bijian.
  • Oatmeal.
  • Roti gandum utuh.
  • Susu.
  • Keju.

Baca juga: Inilah Jenis-Jenis Anemia yang Merupakan Penyakit Keturunan

Nah, ibu atau terdapat anggota keluarga yang ingin membeli obat pereda maag atau obat-obatan lainnya, bisa kok menggunakan aplikasi Halodoc sehingga tidak perlu repot keluar rumah. Sangat praktis, bukan? 



Referensi:Medical News Today. Diakses pada 2021. What are the health benefits of kale?Healthline. Diakses pada 2021. 12 Healthy Foods That Are High in IronAmerican Pregnancy Association. Diakses Januari 2021. Anemia During Pregnancy.Web MD. Diakses pada 2020. What foods are rich in vitamin C?

Penyakit anemia adalah masalah kesehatan yang terjadi saat jumlah sel darah merah dalam tubuh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah normalnya. Tak hanya itu, anemia juga bisa terjadi saat hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah tidak mampu mencukupi kebutuhan tubuh, seperti halnya protein kaya zat besi yang memberi warna merah pada darah. 

Protein tersebut akan membantu sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh. Inilah mengapa, tubuh yang tidak mendapatkan cukup asupan darah yang tinggi oksigen akan rentan mengalami anemia. Kondisi tersebut mengakibatkan tubuh mudah lelah dan lemah. Selain itu, kamu juga bisa merasakan sakit kepala dan sesak napas. Beberapa jenis anemia yang bisa terjadi, yaitu: 

  • Anemia defisiensi B12.
  • Anemia defisiensi folat.
  • Anemia defisiensi besi.
  • Anemia karena penyakit kronis.
  • Anemia hemolitik.
  • Anemia aplastik.
  • Anemia megaloblastik.
  • Anemia pernisiosa.
  • Anemia sel sabit.
  • Talasemia.

Baca juga: Inilah Jenis-Jenis Anemia yang Merupakan Penyakit Keturunan

Penyebab Anemia

Sumsum tulang merupakan jaringan lunak yang terdapat di bagian tengah tulang yang membantu membentuk semua sel darah dalam tubuh. Sel darah merah yang sehat memiliki masa hidup selama 90 hingga 120 hari. Setelah itu, sel darah merah tua akan terganti dengan sel darah merah baru yang lebih sehat, dan proses ini akan berlangsung secara kontinyu alias terus-menerus. 

Guna bisa membuat lebih banyak sel darah merah di dalam tubuh, ada sebuah hormon yang dinamakan erythropoietin (EPO) yang dibuat di ginjal. Sementara itu, hemoglobin adalah protein yang bertugas sebagai pembawa oksigen dalam sel darah merah. Jenis protein inilah yang memberikan warna merah pada sel darah merah. Bagi pengidap anemia, mereka tidak memiliki cukup hemoglobin.

Adapun kemungkinan penyebab anemia meliputi:

  • Konsumsi obat-obatan tertentu.
  • Adanya eliminasi yang terjadi lebih awal dari biasanya pada sel darah merah yang disebabkan oleh masalah kekebalan tubuh.
  • Memiliki riwayat penyakit kronis, seperti kanker, ginjal, rheumatoid arthritis, atau kolitis ulserativa.
  • Mengidap beberapa bentuk anemia, seperti thalasemia atau anemia sel sabit yang bisa diturunkan.
  • Sedang hamil.
  • Memiliki masalah kesehatan dengan sumsum tulang, seperti limfoma, leukemia, anemia aplastik atau myelodysplasia, dan multiple myeloma.

Sementara itu, faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami anemia, di antaranya: 

  • Stimulasi produksi sel darah merah yang tidak memadai dipengaruhi oleh hormon.
  • Hipotiroidisme.
  • Beberapa gangguan kesehatan yang dapat meningkatkan kerusakan sel darah merah.
  • Kekurangan vitamin dan nutrisi, seperti rendah zat besi, vitamin B12, dan folat.
  • Gangguan kesehatan pada usus, sehingga kemampuan menyerap nutrisi dan vitamin berkurang.
  • Memiliki penyakit kronis.
  • Penyakit keturunan atau diturunkan dari orangtua.
  • Faktor lain, seperti paparan zat beracun, kondisi imun tubuh, dan sebagainya.

Baca juga: Bikin Cepat Lelah, Bisakah Anemia Dicegah?

Gejala Anemia

Gejala anemia yang paling umum adalah tubuh cepat merasa lelah dan terlihat pucat serta sering mengeluh kedinginan. Beberapa gejala lainnya yang mungkin terjadi, antara lain:

  • Selalu merasa mudah marah.
  • Sakit kepala.
  • Mengalami masalah sulit berkonsentrasi atau berpikir.
  • Sembelit.

Selanjutnya, akan muncul kondisi seperti berikut ini apabila penyakit berkembang semakin parah:

  • Warna biru hingga putih pada mata.
  • Kuku menjadi rapuh.
  • Muncul keinginan untuk makan es batu, tanah, atau hal-hal lain yang bukan makanan (kondisi ini disebut juga “pica”).
  • Pusing ketika berdiri.
  • Warna kulit pucat.
  • Sesak napas.
  • Lidah terasa sakit.

Lalu, ada pula beberapa jenis anemia yang dapat menyebabkan gejala spesifik, termasuk:

  • Anemia aplastik: Penyakit ini dapat menyebabkan demam, sering mengalami infeksi, dan ruam kulit.
  • Anemia defisiensi asam folat: Gangguan ini dapat menyebabkan iritabilitas, diare, dan tidak nyaman pada lidah.
  • Anemia hemolitik: Jenis anemia ini dapat menyebabkan penyakit kuning, urine berwarna gelap, demam, hingga sakit perut.
  • Anemia sel sabit: Penyakit ini dapat menyebabkan pembengkakan yang menyakitkan di kaki dan tangan, serta kelelahan hingga penyakit kuning.

Baca juga: 5 Makanan Penambah Darah

Diagnosis Anemia

Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan darah dan tes lainnya untuk menemukan kondisi maupun jenis anemia yang diidap seseorang. Diagnosis dilakukan dengan cara pemeriksaan darah untuk mengetahui jenis umum dari anemia yang terdiri dari:

  • Kadar zat besi, vitamin B12, asam folat, serta vitamin dan mineral lainnya.
  • Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin.
  • Jumlah retikulosit.

Pemeriksaan darah ini dapat memberikan indikasi kesehatan secara keseluruhan. Hal tersebut juga dapat membantu dokter untuk memeriksa berbagai kondisi lain yang mendasarinya, seperti leukemia atau penyakit ginjal. Apabila kadar sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit berada di bawah kisaran normal, maka seseorang cenderung mengalami anemia.

Pengobatan Anemia

Pengobatan berfokus pada penyebab yang mendasari terjadinya anemia. Masalah kesehatan ini sering kali terjadi karena tidak tercukupinya jumlah zat besi, vitamin B12, dan folat. Jadi, sebagian besar cara penangannya berfokus pada konsumsi suplemen. Meski begitu, pada beberapa kondisi, pengidap mungkin membutuhkan injeksi B12 karena tidak mampu diserap dengan baik dari saluran pencernaan. 

Sementara itu, beberapa pilihan pengobatan lainnya adalah:

  • Transfusi darah.
  • Pemberian obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.
  • Pemberian obat dengan tujuan untuk memperbanyak sel darah dalam tubuh, seperti suntikan eritropoietin.

Pencegahan Anemia

Pencegahan anemia yang paling utama dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Sementara itu, beberapa cara pencegahan lainnya adalah:

  • Memastikan vitamin C yang cukup di dalam tubuh melalui makanan, minuman, atau suplemen. Hal ini agar tubuh dapat menyerap zat besi. Caranya dengan melakukan diet seimbang.
  • Konsumsi suplemen kalsium karena dapat memengaruhi cara tubuh menyerap zat besi.
  • Hindari mengonsumsi minuman berkafein dan minum vitamin C agar tubuh dapat menyerap lebih banyak zat besi dari makanan.

Komplikasi Anemia

Anemia yang tidak segera mendapatkan penanganan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan otak, jantung, dan organ lain dalam tubuh. Beberapa komplikasi serius lainnya yang dapat terjadi, antara lain:

  • Sulit untuk beraktivitas karena tubuh yang mudah lelah.
  • Mengidap masalah pada jantung, seperti aritmia atau gagal jantung.
  • Masalah pada paru-paru.
  • Komplikasi kehamilan dapat terjadi seperti bayi lahir prematur atau bayi lahir berat rendah.
  • Gangguan tumbuh kembang pada jika anemia menyerang anak atau bayi.
  • Rentan mengidap infeksi.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera tanyakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc jika kamu merasakan adanya tanda maupun gejala anemia. Kamu bisa download aplikasi Halodoc langsung di ponsel via App Store atau Play Store. Selain tanya jawab dengan dokter, kamu juga bisa buat janji berobat di rumah sakit terdekat dan beli obat serta vitamin melalui fitur pharmacy delivery.

Referensi: WebMD. Diakses pada 2021. Anemia. Medical News Today. Diakses pada 2021. What to know about anemia. Healthline. Diakses pada 2021. What You Need to Know About Anemia. Everyday Health. Diakses pada 2021. What Is Anemia? Symptoms, Causes, Diagnosis, Treatment, and Prevention.  

Diperbarui pada 14 Desember 2021

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA