Langkah - Langkah dalam Penelitian Sejarah : Pemilihan Topik dan Heuristik (Pengumpulan Sumber)Oleh admin Agustus 04, 2020 1 komentar Show
Sejarah adalah pengetahuan tentang proses rekonstruksi masa lampau. Untuk dapat merekonstruksi masa lampau menjadi sebuah karya sejarah yang menarik dan ilmiah, diperlukan sebuah cara kerja atau langkah-langkah penelitian yang lazim atai disebut dengan metode ilmiah. Pada hakikatnya, ilmu sejarah memiliki metode tersendiri dalam upaya mengungkap dan merekonstruksi masa lampau menjadi sebuah karya sejarah yang objektif, ilmiah, dan dapat dipercaya. Metode tersebut dalam penelitian sejarah disebut metode sejarah (Historical method). Pengertian Penelitian SejarahPenelitian sejarah adalah suatu kegiatan dalam penelitian yang menggambarkan atau mendeskripsikan sejarah dari berbagai hubungan yang benar-benar utuh. Hubungan tersebut antara manusia, peristiwa, waktu dan tempat terjadinya secara kronologis dengan memandang objek yang di observasi secara keseluruhan. Baca juga: Pengertian Sejarah Menurut Kuntowijoyo ada beberapa tahapan dalam penelitian sejarah, yaitu:
Seluruh tahapan dalam penelitian sejarah tersebut akan kita bahas pada kesempatan kali ini. Pengertian pemilihan topik?Langkah-langkah Penelitian SejarahAdanya langkah-langkah penelitian sejarah ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang paling mendekati dengan kebenaran. Karena itu, penelitian sejarah yang memiliki kesalahan dalam langkah-langkah penelitianya juga dianggap memiliki nilai kebenaran yang lemah. Berikut ini langkah-langkah yang digunakan pada proses penelitian sejarah, yaitu: 1. Mencari dan Memilih TopikDalam penelitian apapun, hal pertama yang perlu dilakukan pastilah mencari dan memilih topik. Mencari topik penelitian bertujuan agar proses penelitian menjadi lebih fokus dan terarah pada masalah yang sesuai dengan topik yang dipilih. Pemilihan topik harus benar-benar diperhatikan agar layak dijadikan penelitian dan bukan hasil duplikasi dari penelitian orang lain. Untuk itu, bisa menggunakan cara di bawah ini:
Menurut Kuntowijoyo (1995), pemilihan topik perlu didasarkan pada pendekatan emosional dan juga intelektual. Kuntowijoyo mengatakan bahwa ada empat macam kriteria yang perlu diperhatikan saat memilih topik, antara lain:
2. Heuristic (Mengumpulkan Sumber)Setelah menentukan topik, langkah berikutnya adalah heuristic. Heuristic adalah tahap-tahap untuk melakukan mencari, menemukan dan mengumpulkan berbagai sumber informasi berupa data atau lainnya yang relevan dengan topik. Hal itu dilakukan untuk mengetahui dengan jelas segala bentuk kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lampau. Secara etimologi, kata heuristic itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu heurishein yang artinya menemukan/memperoleh. Menurut G. J. Reiner (1997), Heuristic adalah sebuah teknik yang dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan sumber. Seorang peneliti harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup baik terhadap topik penelitian dan informasi mengenai peristiwa atau kejadian tertentu. Hal ini karena data atau sumber sejarah yang didapatkan dari dokumen-dokumen tersebut biasanya terdiri dari berbagai macam informasi di dalamnya. Seperti yang diketahui bahwa jejak-jejak sumber atau peristiwa sejarah tersebut sangat beragam dan sejarah pun terdiri dari banyak periode. Selain itu, banyak pula bidang-bidangnya seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, militer dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk mempermudah penelitian, perlu dilakukan upaya dalam penggolongan dan klasifikasi terhadap sumber atau jejak sejarah yang dikumpulkan. Untuk mengklasifikasikannya, kita bisa membagi sumber atau data tersebut ke dalam dua jenis seperti di bawah ini: a. Sumber Sejarah PrimerSumber sejarah primer merupakan suatu dokumen atau data-data asli yang valid dan biasanya dibuat pada saat peristiwa tersebut terjadi. Dengan kata lain dibuat oleh tangan pertama atau yang pertama kali membuat sumber suatu peristiwa atau kejadian bersejarah. b. Sumber Sejarah SekunderSumber yang kedua adalah sumber sekunder yang dibuat dengan mengacu pada data-data sumber yang pertama yaitu sumber primer. Sumber primer biasanya dibuat saat peristiwa sedang terjadi atau tidak lama setelahnya dan memiliki tingkat kebenaran yang tinggi. Sedangkan sumber sekunder dibuat oleh tangan kedua dan jauh setelah kejadian tersebut berlangsung sehingga kebenarannya perlu diteliti lagi. Sumber sekunder ini contohnya seperti skripsi, buku, tesis dan lain sebagainya. Ada lagi yang dinamakan sumber lisan yang saksi mata atas kejadian atau peristiwa tertentu. Sumber lisan dari orang yang tidak melihat langsung atau tidak sezaman dengan peristiwa yang bersangkutan tidak layak disebut sumber lisan. Cara-cara yang bisa digunakan dalam metode heuristic adalah sebagai berikut:
Selain itu, ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan saat proses pengumpulan data (heuristic), antara lain:
3. Verifikasi atau Kritik SumberProses selanjutnya adalah melakukan verifikasi atau kritik terhadap sumber atau data yang diperoleh untuk menguji keaslian dan kebenarannya. Proses verifikasi atau kritik sumber itu sendiri terbagi menjadi dua macam, antara lain: a. Verifikasi EksternalVerifikasi eksternal dilakukan untuk melihat keaslian atau keabsahan dari sebuah sumber sejarah. Hal ini bisa diketahui dengan mencari tahu penulis, tanggal pembuatan, gaya bahasa dan penulisan, usia dan bahan kertas dan lainnya. b. Verifikasi InternalVerifikasi internal dilakukan untuk melihat kredibilitas isi atau konten yang ada pada sumber tersebut. Hal ini bisa diketahui dengan melihat isi/informasi dari sumber/penulis tersebut bisa dipercaya atau tidak dan lain sebagainya. Verifikasi atau kritik sumber tersebut dilakukan dengan langkah-langkah penelitian sejarah intrinsik terhadap sumber dan membandingkan dengan kesaksian yang ada. Langkah-langkah intrinsik tersebut antara lain:
Setelah dilakukan verifikasi atau kritik sumber akan dipilih beberapa sumber yang diakui kebenarannya dan dianggap sebagai fakta. Proses verifikasi menjadi sangat penting dilakukan dalam menentukan keaslian/keabsahan dan kredibilitas sumber sejarah agar tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan. Menurut Gilbert J. Garaghan (1957) adanya kekeliruan saksi ini dapat disebabkan karena dua hal, antara lain:
Kekeliruan ini bisa karena disengaja atau para saksi terbukti tidak jujur, tidak cermat ataupun tidak mampu memberikan penjelasan yang benar. 4. Interpretasi atau PenafsiranInterpretasi dilakukan untuk mendapatkan fakta yang logis dan sesuai dengan konteks peristiwa secara menyeluruh dan menjadi satu kesatuan yang harmonis. Interpretasi atau penafsiran tersebut harus dilakukan secara objektif, deskriptif dan selektif dengan penjelasan seperti berikut ini:
5. HistoriografiHistoriografi merupakan kegiatan merangkap dan menulis sejarah, sekaligus tahap paling akhir dalam langkah penelitian sejarah. Secara Etimologi, historiografi berasal dari kata historia yang berarti sejarah dan graphia yang artinya penulisan. Bentuk-bentuk historiografi adalah sebagai berikut:
Historiografi terdiri dari latar belakang, kronologi kejadian/peristiwa, analisis sebab akibat, uraian tentang hasil penelitian, dampak dan berakhir dengan kesimpulan. Historiografi terbagi menjadi dua macam, antara lain: a. Historiografi NaratifHistoriografi naratif yaitu penulisan sejarah yang bercerita tentang rekaman kejadian/peristiwa atau tindakan pelaku sejarah secara pribadi dalam kurun waktu tertentu. b. Historiografi StructuralistHistoriografi structuralist yaitu penulisan sejarah yang bercerita tentang perubahan di masyarakat yang terjadi karena suatu kejadian atau peristiwa. Historiografi ini biasanya disebut juga dengan sejarah sosial. Untuk menulis sejarah harus memiliki kecakapan dan kemahiran tertentu agar dapat memberikan pemahaman baru yang bermakna kepada pembaca. Penulisan atau historiografi juga harus ditulis menggunakan bahasa yang informatif dan komunikatif agar bisa dimengerti dan dipahami oleh pembaca. Ada beberapa hal utama yang harus diperhatikan saat melakukan proses historiografi, antara lain:
Penulisan Sejarah Berdasarkan Ruang dan WaktuHasil penelitian berupa penulisan sejarah terbagi menjadi tiga bentuk berdasarkan ruang dan waktunya, antara lain: 1. Penulisan Sejarah TradisionalPenulisan sejarah dalam bentuk tradisional ini lebih ditekankan pada penggunaan atau sebagai bahan pengajaran agama. Kebanyakan karya penulisan sejarah tradisional ini kuat dalam hal genealogi, namun tidak kuat dalam hal kronologi dan juga detail geografis. Biasanya bercirikan dengan adanya kingship (konsep tentang raja), pertimbangan kosmologi dan antropologi lebih diutamakan daripada keterangan sebab akibat. 2. Penulisan Sejarah KolonialBerbeda dengan bentuk penulisan sejarah tradisional, bentuk kolonial lebih mengarah atau memiliki ciri-ciri eropa sentris atau Nederland o sentris. Penulisannya lebih ditekannya pada aspek politik dan ekonomi, serta bersifat institusional. 3. Penulisan Sejarah NasionalYang ketiga yaitu bentuk penulisan sejarah nasional yang ditulis dengan menggunakan metode penelitian ilmiah secara terampil. Hal ini dilakukan untuk tujuan atau kepentingan nasionalisme. Kesimpulan yang bisa diambil bahwa setiap peristiwa sejarah harus dilakukan penelitian terlebih dahulu agar informasinya valid dan dapat dipercaya. Langkah penelitian sejarah bisa dilakukan dengan lima cara yaitu mencari dan memilih topik, mengumpulkan sumber (heuristic), verifikasi/kritik, interpretasi/penafsiran dan Historiografi. ARTIKEL LAINNYA
Pengertian Penelitian SejarahSebelum mengetahui metodenya, kamu harus tahu terlebih dahulu apa itu penelitian sejarah. Penelitian sejarah adalah sebuah penelitian yang dilakukan melalui teknik pengumpulan data dan evaluasi data secara sistematis untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memahami peristiwa yang terjadi di masa lalu. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kebenaran tentang kejadian tertentu di masa lampau. Penelitian sejarah terkadang bukan hanya sekadar mengumpulkan dan menyajikan informasi faktual. Biasanya, penelitian sejarah juga berfokus pada individu tertentu, masalah sosial, hubungan antara peristiwa yang lama dan yang baru, hingga benda-benda yang mungkin terlibat. Secara umum, metode penelitian sejarah dilakukan dengan tujuan menambah wawasan tentang apa yang telah terjadi di masa lalu. Harapannya agar kita dapat belajar dari kegagalan maupun kesuksesan di masa lalu, membuat prediksi masa sekarang dan masa yang akan datang, serta menguji hipotesis tentang hubungan sosial dan tren masa lampau dan saat ini. HistoriografiDalam penelitian sejarah, sering dikenal istilah historiografi. Secara garis besar, historiografi adalah hasil atau karya penulisan sejarah. Historiografi termasuk langkah terakhir dalam metode penelitian sejarah. Langkah ini menjadi sarana untuk mengomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diungkap, diuji, dan diinterpretasi. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat kamu pahami bahwa peristiwa sejarah memerlukan metode penelitian sebelum disajikan dalam bentuk historiografi atau tulisan. Tahapan metode penelitian sejarah dan tulisan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Metode penelitian sejarah menentukan keberhasilan historiografi. Selain itu, historiografi juga menentukan keberhasilan sejarawan dalam melakukan penelitiannya. Langkah-Langkah Penelitian Sejarah
Apabila Anda ingin melakukan penelitian sejarah, sebaiknya ikuti lima langkah cara melakukan penelitian sejarah yang akan dijelaskan berikut ini. 1. Memilih Topik yang Akan di TelitiSebelum melakukan penelitian sejarah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan topik yang akan diteliti. Topik yang diteliti haruslah merupakan topik yang layak untuk dijadikan penelitian dan bukan merupakan pengulangan atau duplikasi dari penelitian sebelumnya (Tarunasena, 2009 : 78). Pemilihan topik dalam penelitian sejarah sangat penting untuk dilakukan, agar penelitian lebih terarah dan fokus pada masalah yang akan diteliti. Penelitian yang terarah dan fokus pada topik tertentu akan mudah untuk dilakukan, karena membuat penelitian tidak melebar atau keluar dari pembahasan. Hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan topik penelitian adalah ketersediaan sumber sejarah yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian. Jangan sampai kita menetapkan topik yang sumbernya tidak ada karena dapat menghambat penelitian yang akan dilakukan. 2. Pengumpulan Sumber (Heuristik)Setelah menentukan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data dari berbagai sumber. Pengumpulan sumber atau heuristik adalah tahap mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber berbagai data agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian sejarah masa lampau yang relevan dengan topik atau judul penelitian (Wardaya, 2009 : 42). Menurut G.J. Reiner (1997), heuristik adalah suatu teknik, mencari dan mengumpulkan sumber. Dengan demikian heuristik adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber (Dwi Ari Listiani, 2009 : 52). Tahapan heuristik dalam penelitian sejarah adalah sebagai berikut;
Secara umum sumber-sumber sejarah ada tiga macam yaitu; Sumber TertulisSumber tertulis merupakan sumber sejarah yang berupa tulisan, biasanya berbentuk dokumen, arsip, laporan-laporan, surat kabar, dan catatan pribadi. Contoh sumber tertulis dalam penelitian sejarah adalah dokumen atau arsip teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.Sumber BendaSumber sejarah berupa benda adalah setiap benda yang berhubungan dengan peristiwa sejarah, seperti bangunan kuno (candi dan keraton), patung, prasasti, dan lain-lain.Sumber LisanSumber sejarah lisan berasal dari kisah-kisah peristiwa sejarah yang diceritakan secara lisan oleh pelaku sejarah atau saksi mata. Pelaku sejarah adalah orang atau tokoh dalam peristiwa sejarah seperti para pahlawan, sedangkan saksi mata disebut juga dengan orang yang melihat kejadian yang menjadi peristiwa sejarah.Pelaku sejarah dan sakti mata dalam peristiwa sejarah memiliki peran penting dalam penelitian sejarah karena dapat menceritakan kejadian peristiwa sejarah secara jelas dan detail. Dalam penelitian sejarah harus ada sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer dalam penelitian sejarah adalah sumber utama yang berkaitan langsung dengan peristiwa sejarah, sedangkan sumber sekunder adalah sumber kedua, yaitu sumber yang tidak secara langsung berkaitan dengan peristiwa sejarah. Lalu dari mana kita mendapatkan sumber yang berkaitan dengan topik penelitian sejarah yang sudah ditetapkan? Banyak sekali tempat yang dapat kita jadikan sebagai tempat sumber sejarah, seperti perpustakaan, Kantor Arsip misalnya Arsip Nasional yang berada di jakarta, kantor-kantor pemerintah, dan tempat-tempat lainnya (Marwan, 2009 : 56). 3. Verifikasi (Kritik Sumber)Setelah sumber sejarah terkumpul, maka langkah berikutnya ialah verifikasi atau lazim disebut juga dengan kritik sumber untuk memperoleh keabsahan sumber (Dwi Ari L., 2009 : 53). Tujuan verifikasi terhadap sumber sejarah yang telah terkumpul adalah untuk membuktikan bahwa sumber-sumber tersebut asli dan dapat dipercaya. Verifikasi dalam penelitian sejarah artinya memberikan kritik atau menguji sumber-sumber yang telah didapatkan pada langkah yang ke dua (heuristik). Kritik sumber dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu kritik eksternal dan kritik internal (Tarunasena, 2009 : 82). Kritik eksternal adalah kritik yang ingin melihat keaslian atau orisinalitas dari sumber, sedangkan kritik internal mempersoalkan apakah isi yang yang terdapat dalam sumber dapat memberi informasi yang diperlukan. Aspek eksternal untuk menguji apakah sumber yang didapatkan asli atau palsu, sehingga sejarawan harus mengujinya terlebih dahulu tentang keakuratan dokumen sejarah tersebut, misalnya waktu pembuatan dokumen, bahan, atau materi dokumen. Kritik internal dilakukan untuk membuktikan bahwa informasi yang terkandung di dalam sumber dapat dipercaya. Sumber-sumber yang diakui kebenarannya lewat verifikasi atau kritik, baik intern maupun ekstern, menjadi fakta. Fakta adalah keterangan tentang sumber yang dianggap benar oleh sejarawan atau dapat diartikan sebagai sumber yang terpilih. 4. Interpretasi/PenafsiranTahap berikutnya adalah interpretasi atau penafsiran terhadap sumber yang telah diverifikasi. Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis. Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlam fakta yang telah diperoleh dari sumber-sumber. Jadi, interpretasi untuk mendapatkan makna dan saling berhubungan antara fakta yang satu dengan yang lainnya ( Dwi Ari L., 2009 : 54). Interpretasi dalam sejarah juga dapat juga diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa atau memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa. Dalam sumber lain disebutkan bahwa, interpretasi dalam sejarah adalah penafsiran terhadap suatu peristiwa, fakta sejarah, dan merangkai suatu fajta dalam kesatuan yang masuk akal (Wardaya, 2009 : 46). Penafsiran fakta harus bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa, sehingga berbagai fakta yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan di hubung-hubungkan menjadi satu kesatuan yang masuk akal. Dalam melakukan penafsiran, peneliti harus maelakukan analisis sesuai fokus penelitiannya (Tarunasena, 2009 : 84). Kajian sejarah yang bersifat ilmiah, dalam penafsirannya biasanya menggunakan teori-teori dari ilmu-ilmu sosial. Dengan cara seperti ini, diharapkan penulisan sejarah akan lebih objektif dalam batas keilmiahannya. Kelemahan dalam penelitian sejarah terdapat dalam interpretasi, karena penafsiran dalam sejarah tidak bisa terlepas dari subjektifitas penulisnya. Sedangkan dalam melakukan penelitian sejarah harus diupayakan untuk lebih mengutamakan objektifitas. 5. Penulisan (Historiografi)Historiografi merupakan tahap terakhir dari kegiatan penelitian sejarah. Setelah serangkaian tahapan yang telah dilakukan, maka hal yang harus dilakukan adalah menulis hasil dari penelitian. Menulis kisah sejarah bukanlah hanya menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian, melainkan juga menyampaikan suatu pemikiran melalui interpretasi sejarah berdasarkan fakta hasil penelitian (Wardaya, 2009 : 47). Langkah terakhir metode sejarah ialah historiografi, yakni merupakan cara penulisan, pemaparan atau penulisan laporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan (Dwi Ari L., 2009 : 54). Penulisan hasil laporan hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari fase awal hingga akhir (penarikan kesimpulan). Secara garis besar, penyajian penelitian sejarah yang sederhana terdiri atas tiga bagian, yakni: pendahuluan, pembahasan (hasil penelitian), dan penutup atau kesimpulan. Menurut Kuntowijoyo (2000) sebelum keempat langkah itu sebenarnya ada satu kegiatan penting, yakni pemilihan topik/judul dan rencana penelitian. Topik/judul penelitian memuat masalah atau objek yang harus dipecahkan melalui penelitian. Kerangka laporan penelitian sejarah, biasanya terdiri dari : (1) masalah, objek atau topik penelitian; (2) subyek; (3) lokasi atau daerah; (4) tahun atau waktu terjadinya peristiwa; dan kadang disebutkan pula (5) metode penelitian. Contoh karya Sartono Kartodirdjo dengan judul : Pemberontakan Petani Banten 1888. Rinciannya (1) objeknya ialah pemberontakan; (2) subjeknya petani; (3) lokasinya di Jawa khususnya di Banten; dan (4) waktu tahun 1888. Penulis : KhoiruAddien Sumber atau Daftar Pustaka
KhoiruAddien Seorang blogger yang ingin berbagi informasi dan pengetahuan tentang pendidikan. Berbagi :
|