Pengendalian sosial merupakan realitas sosial yang menjadi objek kajian sosiologi

Apakah alasan orang tua melarang anaknya mengikuti kegiatan kemah? padahal sang anak tidak pernah mengalami penyakit kronis ? di jawab ya .

1.pengertian bisnis No. jenis bisnis | siapa aja yg terlibat sekitar dalam proses kegiatan tersebut 1. ben … gkel pemilik,konsumen,agen sepeda motor | sparepart,pabrik motor dan sparepart 2.3.4.5.bantu bang ​

1.carilah sebuah artikel mengenai gejala sosial yg terjadi seperti kemiskinan,pendidikan,kejahatan,pengangguran,dan lain,kaji kasus tersebut berdasark … an beberapa pertanyaan.2.ap upaya yg dilakukan untuk mengatasi hal tersebut ?3.apa yg sebaiknya kita lakukan hal tersebut tidak terjadi. ​

Apa perbedaan antara perkembanganbiakan vegetatif alami dan vegetatif buatan​

Pengertian Kelompok Sosial ​

gejala sosial (tindakan individu tindakan kolektif, pengelompokan sosial interaksi individu, dan kelompok sosial dalam kehidupan masyarakat.​

buatlh satu nasi tentang sosiologi

1. Apa tujuan sekolah mengusulkan upaya pencegahan kekerasan seksual?2. Mengapa pencegahan kekerasan seksual harus diterapkan disekolah?3. Bagaimana c … ara mencegah kekerasan seksual pada siswa?​

5. Ani memiliki seekor kucing betina dewasa yang jumlah kromosomnya 38 buah. Tentukan: a. Jumlah kromosom sel somatis kucing Ani b. Jumlah kromosom se … l Ovum kucing Ani​

gmn cara memilih extakulikuler yg tepat tapi hobi dan bakat berbeda ,plis bantu saya bingung besok saya harus jawab apa ke guru jawabnya Jan ngasal y … a ​

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas seputar materi kelas X IPS kurikulum 2013 mata pelajaran sosiologi.

Baca juga: Pengertian Sosiologi secara Lengkap

Pada materi pembahasan kali ini, kita akan membahas tentang ‘fungsi sosiologi untuk mengenali gejala sosial di masyarakat’.

Berikut penjelasan tentang fungsi sosiologi untuk mengenali gejala sosial di masyarakat:

Masyarakat dan Realitas Sosial

Pada pembahasan kali ini kita akan menemui bahwa di masyarakat terdapat fenomena atau realitas sosial. Sehingga muncul pertanyaan ‘bagaimana hubungan antara masyarakat dan realitas sosial ini?’.

Jika di analogikan seperti saat kita sedang merasa lapar lalu ingin membeli makanan untuk memenuhi kebutuhan perut kita. Kemudian kita membeli makanan tersebut, nah saat itu juga si penjual makanan menjual makanannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kita membeli makanan yang dijual oleh pembeli tersebut tanpa saling mengenal sebelumnya. Maka secara tidak langsung kita melakukan transaksi, dan adanya transaksi tersebut memiliki hubungan.

Kita membeli dan membayar dengan nilai yang berlaku di masyarakat sesuai dengan harga makananan yang dijual oleh si penjual makanan tersebut.

Nah yang dimaksud masyarakat disini adalah hubungan antara orang-orang tersebut yang didalamnya terdapat nilai dan norma atau peraturan yang berlaku.

Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan individu yang mendiami suatu wilayah dan mempunyai hubungan antara satu sama lainnya.

Didalam hubungan tersebut nantinya akan terbentuk sebuah nilai dan norma atau peraturan untuk dan dari masyarakat itu sendiri dengan tujan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Terbentuknya masyarakat berawal dari individu yang hidup bersama-sama dengan tujuan memenuhi kebutuhannya. Dimulai dari individu lawan jenis yang hidup bersama lalu membangun sebuah masyarakat kecil (keluarga) hingga terbentuklah masyarakat yang lebih luas (negara).

Mereka hidup bersama dan melakukan hubungan sosial bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan diri, meneruskan keturunan, dan supaya tidak kesepian.

Hal tersebut sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri sehingga membutuhkan orang lain.

Didalam masyarakat tersebut terdapat nilai dan norma yang memiliki tujuan untuk menjaga keteraturan dalam menjalin hubungan di mayarakat melalui adanya interaksi.

Baca juga: Pengertian Nilai dan Norma secara Lengkap

Dengan adanya interaksi tersebut, nilai dan berbagai aturan yang ada dapat dilanggengkan dan diteruskan kepada individu yang lain. Sehingga berbagai individu baru akan menerima dan menjalankan aturan-aturan yang sudah ada di masyarakat.

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa masyarakat dapat mempengaruhi suatu idividu.

Meskipun awalnya peraturan dan nilai tersebut berasal dari adanya hubungan antar individu baik individu mempengaruhi masyarakat maupun masyarakat mempengaruhi individu.

Karena masyarakat memiliki pengaruh yang besar terhadap suatu individu begitupula dengan berbagai fenomena atau realitas sosial yang ada di masyarakat.

Pengertian Realitas Sosial

Realitas sosial adalah suatu fenomena sosial yang terjadi diluar tetapi bagi orang yang mengalaminya hal ini tidak dapat dihindari.

Konsep realitas sosial ini dikemukakan oleh seorang sosiolog terkenal asal Amerika bernama Peter L. Berger. Menurut Peter L. Berger:

Realitas sosial menurut Peter L. Berger adalah kualitas yang berkaitan dengan fenomena yang dianggap berada diluar kemauan (keinginan)

Contoh konsep realitas sosial menurut sosiologi adalah kemiskinan yang ada di masyarakat yang terjadi di berbagai negara berkembang di Dunia termasuk Indonesia.

Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang benar-benar terjadi di masyarakat. Lalu apakah masyarakat menginginkan adanya fenomena tersebut?.

Untuk mengetahui hal tersebut kita harus melihatnya dari dua sisi yaitu:

  1. Bagi kita yang tidak mengalami fenomena kemiskinan tersebut tentunya tidak menginginkannya terjadi di masyarakat.
  2. Bagi individu atau masyarakat yang mengalami fenomena kemiskinan tersebut, mereka tidak dapat menghindarinya meskipun mereka tidak menginginkan kemiskinan tersebut.

Dalam konsep sosiologi masyarakat yang tidak menginginkan dan tidak dapat menghindari fenomena seperti kemiskinan dinamakan realitas sosial.

Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang dapat dilihat melalui rumah-rumah kumuh dan ketidakmampuan seseorang untuk mengakses pendidikan maupun kesehatan.

Jangankan untuk mengakses pendidikan dan kesehatan untuk memenuhi kecukupan hidup seperti sandang, pangan, dan papan pun mereka masih sangat sulit. Diantara masyarakat tersebut ada yang masih muda atau bahkan anak-anak yang harus rela bekerja hingga mengemis untuk dapat makan sehari-harinya.

Kemiskinan sendiri bukan hanya terjadi di pedesaan, justru kita dapat dengan mudah melihat kemiskinan di kota-kota besar.

Proses Terbentuknya Realitas Sosial

Menurut Peter L. Berger dan Thomas Luckman ada 3 proses bagaimana kenyataan dapat dikonstruksikan secara sosial.

1. Tahap Objektivasi dalam Realitas Sosial

Tahap objektivitas dalam realitas sosial adalah suatu tahapan dimana setiap masyarakat membuat dasar aturan seperti nilai dan norma dengan tujuan terlaksananya keteraturan dalam hidup.

Di dalam masyarakat terdapat aturan seperti nilai dan norma yang menunjukan bahwa masyarakat menginginkan keteraturan dalam hidupnya.

Analoginya seperti saat kita ingin menonton bioskop, pastinya kita temukan aturan harus antri saat membeli tiket dan tidak boleh saling mendahului.

Tujuan dari adanya peraturan antri tersebut untuk menciptakan sebuah keteraturan saat membeli tiket.

Nah, peraturan antri ini dapat disebut dengan dimensi objektiv atau objektivasi.

2. Tahap Internalisasi

Tahap internalisasi dalam realitas sosial adalah suatu proses sosialisasi mengenai peraturan yang telah dibuat oleh manusia dengan adanya interaksi.

Setelah manusia-manusia menciptakan suatu perturan seperti antri saat membeli tiket. Suatu individu atau bahkan masyarakat pastinya ingin agar peraturan tersebut diketahui dan dijalankan oleh anggota masyarakat lainnya.

Dasar aturan tersebut ditanamkan kepada orang lain maupun generasi selanjutnya.

Oleh karena itu setiap masyarakat akan melakuakan sosialisasi peraturan yang telah dibuat di masyarakat dengan melalui adanya interaksi agar semua masyarakat mentaati peraturan tersebut.

Adanya interaksi yang diberikan oleh masyarakat dengan tujuan sosialisasi peraturan yang dibuat dinamakan internalisasi.

3. Tahap Externalisasi dalam Realitas Sosial

Tahap externalisasi dalam realitas sosial adalah interpretasi dari penanaman suatu nilai atau dasar aturan yang terkadang berbeda dan menciptakan realitas sosial.

Tahapan externalises dalam realitas sosial sering dedefinisikan sebagai penerimaan masyarakat dalam menafsirkan peraturan yang telah disosialisasikan.

Jadi, setelah setiap masyarakat disosialisasikan tentang peraturan yang telah dibuat tersebut, beberapa masyarakat menafsirkannya hal yang sama berdasarkan peraturan tersebut.

Namun terkadang beberapa orang masih salah dalam mengartikan atau menafsirkan peraturan tersebut. Nah hal itu adalah salah satu konsep dari tahap externalisasi dalam realitas sosial.

Masalah Sebagai Realitas Sosial

Pengendalian sosial merupakan realitas sosial yang menjadi objek kajian sosiologi

Pengertian masalah adalah perbedaan antara apa yang diharapkan atau ideal menurut masyarakat seperti peraturan sosial dengan apa yang terjadi di kenyataan.

Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian yang terjadi antara unsur-unsur kebudayaan atar masyarakat yang membahayakan kehidupan masyarakat sosial.

Soerjono Soekanti

Proses pembentukan realitas tersebut ternyata dapat menciptakan masalah sosial akibat adanya penafsiran yang keliru oleh suatu individu atau masyarakat.

Masalah sosial juga merupakan akibat dari interaksi sosial. Dalam keadaan normal, interaksi sosial akan berjalan sesuai dengan keinginan masyarakat yaitu berupa integrasi atau persatuan.

Akan tetapi interaksi sosial juga dapat menghasilkan keadaan abnormal (tidak sesuai) seperti adanya konflik dan pertikaian. Keadaan abnormal inilah yang akhirnya menjadi masalah sosial.

Ada begitu banyak masalah sosial yang terjadi di masyarakat seperti kemiskinan, pengganguran, tawuran antar pelajar, wabah penyakit dan lain sebagainya.

Setiap masalah sosial tersebut mempunyai karakteristik dan faktor yang berbeda-beda. Misalnya kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor ekonomi. Lalu tawuran antar pelajar yang disebabkan oleh faktor budaya, dan wabah penyakit yang disebabkan oleh faktor biologis dan psikologis.

Faktor Penyebab Masalah Sosial

1. Faktor Ekonomi

Banyaknya jumlah penduduk yang ada di Indonesia tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah lapangan kerja yang memadai.

Sehingga angka pengangguran terjadi bahkan cukup banyak. Selain itu adanya persebaran penduduk sangat tidak merata antara penduduk kota dengan penduduk di desa juga berpengaruh kepada jumlah pengangguran.

Hal tersebut disebabkan karena banyaknya individu yang berbondong-bondong ke kota untuk mencari lapangan pekerjaan. Padahal jumlah lapangan pekerjaan yang ada di perkotaan tidak selalu memadai.

Selain itu adanya kesenjangan ekonomi juga terlihat sangat jelas di perkotaan, sehingga mengakibatkan rentan terjadinya tindak kriminalitas di beberapa daerah.

Adanya faktor ekonomi juga didukung dari kurangnya pendidikan moral, sehingga banyak orang yang menghalalkan berbagai cara demi mendapatkan uang.

Keadaan ekonomi yang tidak baik dan kesenjangan juga dapat menimbulkan adanya iri hati antar setiap anggota masyarakat. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan interaksi berupa masalah sosial yang tidak diinginkan.

Selain itu rendahnya kemampuan ekonomi suatu masyarakat menyebabkan rendahnya rata-rata tingkat pendidikan. Sehingga hal tersebut semakin memicu adanya masalah sosial seperti pengangguran, kemiskinan, bahkan kriminalitas.

Karena ekonomi yang rendah saling berpengaruh kepada tingkat perekonomian seseorang.

2. Faktor Biologis

Indonesia sangat rentan dengan adanya penyakit yang disebabkan oleh Aedes aegypti yaitu penyakit demam berdarah.

Penyakit itu dapat dengan mudah timbul apabila kita tidak menjaga kebersihan lingkungan.

Nah penyakit atau wabah yang terjadi di masyarakat juga termasuk dalam masalah sosial.

Namun yang menjadi masalah bukan penyakit atau wabahnya akan tetapi kepanikan dan hubungan antar individu menjadi tidak seimbang akibat mewabahnya penyakit tersebut.

Masalah sosial seperti penyakit demam berdarah tersebut yang didasari oleh faktor biologis pada manusia tersebut didasari atas pemikiran Soerjono Soekanto.

3. Faktor Psikologis

Ternyata faktor biologis pada masalah sosial tidak selalu berupa penyakit yang menyerang fisik seseorang melainkan juga berhubungan dengan psikis dan pikiran seseorang.

Menurut sosiologi faktor terjadinya masalah sosial yang berhubungan dengan psikis dan pikiran seseorang disebut dengan faktor psikologis.

Faktor psikologis adalah faktor yang muncul dari adanya perilaku, pikiran, mental maupun kejiwaan seseorang.

Faktor ini dapat muncul apabila psikologis suatu masyarakat mengalami gangguan atau sangat lemah.

Seperti adanya kasus ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) masih sangat banyak terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Salah satunya seperti di daerah Lahat Sumatera Selatan.

Tercatat ada sekitar 700 warga di daerah Lahat provinsi Sumatera Selatan yang merupakan ODGJ an 56 diantaranya dipasung oleh keluarganya karena perilakunya yang mengkhawatirkan seperti mengamuk dan cenderung melukai diri sendiri maupun orang lain.

Bukan hanya di lagat Sumatra Selatan saja yang terdapat ODGJ, namun hal tersebut juga terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta.

Jika diperhatikan terjadinya kasus ODGJ merupakan sebuah masalah sosial karena sangat banyak terjadi sehingga mendapatkan banyak perhatian dari pemerintah setempat karena dikhawatirkan akan meresahkan warga.

Sedangkan kasus ODGJ yang ada di perkotaan dapat disebut sebagai masalah sosial saat menggunakan imajinasi sosial dalam menganalisisnya.

Bayangkan saja jika ternyata bukan hanya satu atau dua orang saja yang mengalami gangguan jiwa, melainkan terdapat puluhan bahan ratusan orang yang menjadi ODGJ tersebut. Nah sehingga itu dapat disebut sebagai masalah sosial.

Terdapat 14 juta atau 6% dari total penduduk di Indonesia yang mengalami depresi.

Dan ada 400 ribu penduduk yang mengalami gangguan kejiwaan secara berat.

RISKESDAS (riset kesehatan dasar) Tahun 2013-2017

4. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil dari karya manusia yang dijadikan milik manusia untuk belajar.

Soerjono Soekanto

Maksudnya adalah suatu karya dapat berupa perilaku maupun kegiatan yang didapatkan melalui belajar atau diajarkan.

Salah satu contoh faktor kebudayaan adalah adanya tawuran pelajar. Tawuran pelajar dapat disebabkan oleh faktor kebudayaan karena diajarkan oleh orang lain maupun media masa.

Pengertian Masalah Sosial Berbentuk Manifest

Masalah sosial berbentuk manifest adalah suatu masalah sosial yang berbentuk nyata, disadari serta diketahui oleh masyarakat itu sendiri.

Masyarakat tidak perlu mengkaji atau berpikir panjang untuk dapat mengetahui masalah sosial ini.

Contoh dari masalah manifes adalah maraknya terjadi pencurian dirumah-rumah yang kosong saat tiba moment liburan, dimana setiap pemilik rumah akan mudik.

Para pencuri biasanya beraksi saat keadaan lingkungan sepi, mereka biasa melaksanakan aksinya secara diam-diam dan menggasak berbagai isi rumah seperti barang elektronik, perhiasan, hingga uang tunai.

Adanya tindakan tersebut tentunya akan merugikan pemilik rumah dan meresahkan masyarakat. Karena pencurian yang biasanya terjadi menjelang Hari Raya Lebaran bukan hanya satu atau dua kasus saja, melainkan terjadi cukup banyak.

Sehingga hal tersebut membuat masyarakat menjadi resah dan akhirnya memunculkan adanya masalah sosial.

Masalah Sosial Berbentuk Laten

Pengendalian sosial merupakan realitas sosial yang menjadi objek kajian sosiologi

Masalah sosial berbentuk laten adalah masalah sosial yang terjadi dan tidak disadari oleh masyarakat. Masalah sosial ini disebut juga dengan masalah sosial tidak nyata karena seringkali tidak disadari oleh masyarakat. Contohnya seperti kasus body shaming.

Body shaming adalah kegiatan menilai maupun mengkritik ciri fisik atau tubuh seseorang atau diri sendiri yang mampu mengakibatkan adanya perasaan tidak enak, sedih, atau bahkan depresi yang dialami orang lain karena kritik tersebut.

Kasus body shaming tersebut dapat menjadi masalah sosial laten karena masyarakat tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa hal yang telah mereka lakukan tersebut merupakan masalah yang menyakiti atau merugikan orang lain.

Demikian penjelasan terkait realitas sosial sebagai objekt sosiologi, semoga dapat menambah wawasan pengatahuan kita.