Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit

Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit

Silahkan Masuk atau Login mengunakan Akun Website Anda Untuk Mendapatkan Materinya. Jika belum, silahkan registrasi. Untuk mendaftar atau registrasi Silahkan Klik Tombol Ini Kembali >>>>

Prinsip pengendalian OPT tanaman yang dikembangkan dewasa ini adalah menekan jumlah populasi OPT yang menyerang tanaman sampai pada tingkat populasi yang tidak merugikan. Komponen pengendalian OPT yang dapat diterapkan untuk mencapai sasaran tersebut, antara lain sebagai berikut.

Pengendalian Secara Fisik

Pengendalian OPT tanaman secara fisik ialah pengendalian OPT dengan cara mengubah faktor lingkungan fisik, seperti suhu, kelembapan, dan lain-lain sedemikian sehingga dapat menimbulkan kematian dan penurunan populasi OPT. Dasar pemikirannya adalah bahwa setiap organisme perusak tanaman (OPT) mempunyai batas-batas toleransi terhadap faktor-faktor fisik tertentu. Lebih rendah atau lebih tinggi daripada batas toleransi tersebut, OPT tidak dapat hidup dan berkembang biak.

Macam bentuk pengendalian OPT tanaman secara fisik, antara lain:

A. Perlakuan Panas

  1. Suhu dinaikkan atau menghembuskan udara panas ke dalam suatu ruangan tertutup, misalnya untuk pengendalian berbagai jenis hama gudang.
  2. Sisa-sisa tanaman yang digunakan tempat istirahat atau berlindung OPT (sumber OPT) dibakar. Teknik pembakaran ini perlu diperhitungkan secara matang agar tidak menimbulkan kerugian-kerugian seperti terbunuhnya musuh alami, rusaknya tanaman di sekitar lokasi pembakar­an akibat hembusan asap panas dan percikan api yang mungkin terbawa angin.
  3. Bahan tanaman, baik berupa benih maupun bibit direndam dalam air panas. Misalnya, bibit pisang direndam dalam air panas 55°C selama 30 menit, benih albasia dan leucaena direndam dalam air panas 60°C selama 24 jam, benih cabai direndam dalam air hangat 55°-60°C selama 15-30 menit.

B. Penggunaan Lampu Perangkap

Banyak jenis hama, terutama imagonya, yang tertarik cahaya lampu di malam hari. Sifat-sifat hama seperti ini dapat dijadikan salah satu bentuk siasat pengendalian, seperti yang pernah dilakukan petani padi di Jalur Pantai Utara, Jawa Barat tahun 1990-1991. Mereka mengadakan gerakan massal pemasangan lampu petromak untuk mengumpulkan ngengat penggerek ba-tang. Ternyata tiap malamnya bisa ditangkap ratusan ribu ngengat.

C. Penggunaan Penghalang (Barrier)

Penghalang (barrier) adalah berbagai bentuk faktor fisik yang dapat menghalangi atau membatasi pergerakan OPT sehingga tidak mendatangi atau menyerang areal pertanaman. Misalnya:

  1. Meninggikan pematang agar OPT tertentu tidak bisa pindah ke tempat lain
  2. Membuat lubang atau selokan jebakan di sekeliling areal pertanaman
  3. Membuat pagar yang rapat dan bambu, kayu, atau lembaran seng di sekeliling areal pertanaman untuk menghindari gangguan babi hutan, rusa, tikus, dan lain-lain. Penghalang ini dapat pula dibuat secara indivi­dual, misalnya pemasangan lembaran seng pada pohon kelapa untuk menghindari serangan tikus dan tupai;
  4. Memberi mulsa plastik atau jerami, misalnya untuk mencegah serangan lalat kacang pada tanaman kedelai. Pemasangan mulsa dapat mencegah lalat tidak meletakkan telur pada tanaman;
  5. Memblongsong buah dengan kantong plastik atau pembungkus lainnya sehingga hama tidak dapat meletakkan telur pada buah tersebut, seperti pengendalian pada lalat buah (Bactrocera papayas) yang sering menyerang aneka jenis buah-buahan
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Beberapa contoh teknik pengendalian OPT secara Fisik. Dari kiri ke kanan: 1. Pengggunaan TBS (Trap Barrier System) untuk mengendalikan hama tikus, 2. Penggunaan lampu perangkap untuk mengendalikan penggerek batang padi, 3 & 4. Penggunaan kepingan CD/DVD dan lembaran plastik mengkilap sehingga memantulkan sinar matahari yang silau bagi burung untuk mendekati sawah, 5. Penggunaan mulsa plastik untuk mengendalikan hama yang bertelur dalam tanah, 6. Pembungkusan buah untuk mengatasi serangan lalat buah.        

Pengendalian Secara Mekanis

Pengendalian OPT secara mekanis ialah pengendalian dengan cara menangkap, memukul (hand picking), atau menghalaunya secara langsung agar OPT tersebut tidak menimbulkan kerugian ekonomi bagi tanaman budidaya. Cara ini amat sederhana dan dapat dilakukan oleh setiap orang. Pengen-dalian secara mekanis perlu dilakukan secara kontinu dan bersama-sama dalam suatu hamparan yang luas melalui pengorganisasian yang baik agar hasilnya memuaskan. Macam pengendalian fisik yang sering dilakukan, antara lain sebagai berikut.

A. Pengambilan dengan Tangan

Cara ini amat sederhana, mudah, dan murah. Telur-telur, larva, atau imago pada areal tanaman diambil dan dimusnahkan. Kegiatannya bisa ber-samaan dengan penyulaman, penyiangan, dan pemupukan. Dapat pula me­lalui kegiatan massal seperti yang pernah dilakukan di Jalur Pantai Utara Jawa Barat pada musim tanam 199071991, yaitu dengan mengerahkan pendu-duk dan anak sekolah untuk mengumpulkan kelompok telur dan ngengat penggerek batang padi putih (Tryporyza innotata Walker).

B. Gropyokan

 Cara ini sudah lazim dilakukan pada tikus. Tikus yang masih di dalam lubang maupun yang sedang berkeliaran ditangkap dan dibunuh bera-mai-ramai. Kegiatan ini akan berhasil dengan baik bila dilakukan pada saat tidak ada tanaman.

C. Pemasangan Perangkap

Alat perangkap yang digunakan tergantung kepada jenis OPT. Untuk menangkap tikus, bisa digunakan senteg dan lem tikus, sedang untuk menang-kap beberapa jenis serangga bisa digunakan botol aqua bekas dan lem se-rangga. Pemasangan perangkap ini biasanya dibantu dengan bahan penarik, seperti makanan kesukaan hama, warna, atau bau yang menarik. Contoh pemasangan penarik dan perangkap hama adalah:

  1. Sex pheromone "Ugratas" yang dipasang dalam botol aqua bekas untuk digunakan sebagai perangkap ngengat Spodoptera Sp. jantan. Baca di sini
  2. Super-Meg yang mengandung zat metil eugenol amat mangkus untuk menarik dan menangkap lalat buah bila dipasang dalam botol aqua bekas atau alat perangkap lainnya.
  3. Lembaran kertas berwarna kuning yang diberi lem khusus, seperti IATP (Insect Adhesive Trap Paper) buatan Taiwan, amat mangkus diguna­kan sebagai perangkap kutu daun dan thrips. Misalnya Perangkap Kuning dan Biru
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit

D. Pengusiran Hama

Hama bisa diusir dengan menggunakan boneka buatan (simulasi) yang telah banyak digunakan pada areal pertanaman padi. Cara mengusir hama dapat dengan jasa suara gaduh, seperti pemasangan lonceng kaleng bekas pada pohon buah-buahan, atau dengan menggoyang-goyangkan tanaman seperti yang dilakukan pada tanaman bayam, yaitu dengan menggunakan lidi.

Pengendalian Secara Kultur Teknis

Pengendalian secara kulturteknis disebut pula sebagai pengendalian agronomik, yaitu pengendalian OPT dengan cara mengelola lingkungan tanaman sedemikian sehingga kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangbiakan OPT. Usaha pengendalian ini bersifat preventif, dilakukan sebelum serangan OPT terjadi. Pelaksanaan pengendaliannya mudah dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Kegiatan pengendalian secara kulturteknis, antara lain sebagai berikut:

A. Sanitasi

Maksud sanitasi di sini adalah membersihkan lahan pertanaman dari berbagai sisa tanaman, atau limbah dan rumput liar (gulma). Contoh kegiatan sanitasi, di antaranya:

  • membersihkan singgang padi agar wereng cokelat, wereng hijau, dan hama lainnya tidak dapat melangsungkan hidup;
  • membersihkan tunggul tanaman padi, baik dengan cara dibongkar, dibenamkan, maupun dibakar, agar penggerek batang padi putih selama musim kemarau tidak punya tempat berdiapause;
  • membersihkan buah-buahan yang terserang lalat buah agar tempayak tidak dapat melanjutkan perkembangannya;
  • mengumpulkan buah kopi yang jatuh atau yang masih tertinggal di pohon setelah panen selesai (rogesan), untuk mengendalikan hama bubuk buah kopi (Hypothenemus hampei);membersihkan rerumputan di sekitar lokasi sawah untuk mengendali­kan walang sangit, sebelum tanaman padi bermalai.

B. Pengolahan Tanah

Serangga yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dalam tanah amat dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, komposisi kimiawi tanah, kelembapan dan suhu tanah, serta adanya organisme tanah lainnya. Banyak jenis hama yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dalam tanah. Misalnya:

  1. Belalang kayu dan belalang sexava meletakkan telur di dalam tanah.
  2. Jangkrik, gangsir, dan anjing tanah sebagian besar waktu hidupnya ber­ada di dalam tanah.
  3. Ulat buah mangga, ulat petal, ulat grayak, ulat penggerek buah durian, ulat heliothis, dan ulat polong kedelai berkepompong di dalam tanah. Ulat tanah pada siang hari bersembunyi dalam tanah dekat tanaman inang.
  4. Kumbang badak, kumbang catut. kumbang katimumul, dari mulai telur, larva, sampai membentuk pupa, berada di dalam tanah.
  5. Lalat bisul daun mangga, lalat buah asia, lalat semangka, lalat nangka, dan lalat bibit padi, berpupa di dalam tanah.
  6. Bekicot sering meletakkan telur di dalam tanah yang gembur dan terlindung.
  7. Banyak nematoda yang seluruh waktu hidupnya berada di dalam tanah yang gembur dan cukup air.

Jadi, dengan pengolahan tanah yang baik, hama-hama tersebut dapat terbunuh atau terhambat perkembangannya karena terkena sengatan matahari, dimakan predator yang berkeliaran di permukaan tanah, atau terbenam jauh ke dalam tanah.

C. Pengelolaan Air

Pengelolaan air yang baik dan teratur bisa menekan perkembangan hama. Misalnya:

  1. Penggenangan sawah dalam beberapa hari bisa mematikan larva peng­gerek padi putih yang sedang berdiapause di dalam tunggul tanaman padi.
  2. Penggenangan lahan darat dalam beberapa hari dapat mengendalikan hama uret.
  3. Pengeringan sawah selama 7-10 hari dapat mengendalikan hama putih padi (Nymphula depunctalis Guenee) dan anjing tanah.

D. Rotasi Tanaman

Menggilir (rotasi) tanaman dengan jenis yang tidak memiliki hama sama, dapat memutuskan siklus hidup hama tersebut karena pada musim berikutnya hama akan mati kelaparan.

E. Penanaman Serempak

Penanaman serempak dalam suatu hamparan yang luas akan memperpendek masa ketersediaan makanan hama karena panen dapat dilakukan bersamaan pula. Selain itu, penanaman serempak akan memperkecil risiko serangan karena hama yang ada bisa terbagi-bagi.

F. Pengaturan Jarak Tanam

Pengaturan jarak tanam berpengaruh terhadap iklim mikro sekitar ta­naman. Bila jarak tanam rapat, lingkungan sekitar tanaman menjadi lembap, sedang bila jarak tanam terlalu renggang, lingkungan sekitar tanaman mudah kering akibat evapotranspirasi cukup tinggi. Wereng batang padi mempunyai sifat menghindari cahaya dan menghendaki kelembapan tinggi dengan sirku-lasi udara kurang baik. Padi yang ditanam rapat dan pemupukan nitrogennya tinggi akan cenderung mudah (peka) diserang wereng cokelat. Selain itu, jarak tanam yang rapat akan mempermudah hama berpindah-pindah. Sebalik-nya, dengan memperjarang jarak tanam menyebabkan hama wereng batang padi kurang betah pada lingkungan tersebut sehingga perkembangbiakan dan daya serangnya menurun.

G. Tumpang Sari

Tidak semua hama memiliki inang yang sama. Ulat plutella dan croci tidak menyukai bau tanaman tomat, jagung, dan bawang daun sehingga bila tanaman kubis ditumpangsarikan dengan tanaman tersebut, populasi ulat akan lebih rendah dibanding dengan kubis yang ditanam secara monokultur.

H. Penanaman Tanaman Perangkap (Trap Crop)

Tanaman perangkap ialah tanaman yang amat disukai hama, dan ditanam di sekitar tanaman utama untuk mengalihkan sasaran serangan hama. Adanya tanaman perangkap, sasaran hama akan terkonsentrasi (terpusat) pada tanam­an perangkap tersebut sehingga serangan terhadap tanaman utama berkurang. Contoh jenis tanaman yang sering digunakan sebagai tanaman perangkap adalah sebagai berikut.

  1. Jagung, yang ditanam di antara tanaman kapas, dapat mengendalikan penggerek pucuk atau buah kapas (Helicoverpa armigera). hama ini amat menyukai biji jagung. Tongkol-tongkol yang sudah terserang (ada hamanya) dikumpulkan dan dimusnahkan agar hama tidak kembali ke pertanaman lagi.
  2. Sesbania, bila ditanam di antara tanaman kacang-kacangan, akan me-ngurangi serangan kepik hijau.
  3. Mustrad dan rape, bila ditanam di sekeliling pertanaman kubis, akan mengurangi serangan ulat plutella dan croci pada tanaman kubis ter­sebut.

I. Menanam Varietas Unggul

Varietas unggul, di samping memiliki daya produksi tinggi, tumbuh cepat, juga tahan terhadap beberapa organisme pengganggu. Misalnya, kita mengenal Vanetas Unggul Tahan Wereng (VUTW).

Pengendalian Secara Kimiawi

Pengendalian OPT secara kimiawi ialah pengendalian dengan cara menggunakan senyawa kimia (pestisida). Cara ini dianjurkan sebagai alternatif pengendalian terakhir karena meskipun ampuh membunuh sasaran, mempunyai efek sampingan yang berbahaya bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia.

Penggunaan pestisida harus memperhatikan tiga prinsip penting sebagai berikut:

  1. Penggunaan secara legal, yakni penggunaan pestisida pertanian yang tidak bertentangan dengan semua peraturan yang berlaku di Indonesia.
  2. Penggunaan secara benar, yakni penggunaan pestisida sesuai dengan metode aplikasinya, sehingga pestisida yang diaplikasikan mampu menampilkan efikasi biologisnya yang optimal. Dengan kata lain, penggunaan pestisida harus efektif dan mampu mengendalikan OPT sasaran. Efikasi biologis (biological efficacy) adalah kemampuan, efikasi atau keampuhan pestisida dalam mengendalikan OPT sasaran seperti yang dinyatakan dalam label atau petunjuk penggunaannya.
  3. Penggunaan pestisida secara bijaksana, yaitu:
    • Penggunaan pestisida yang mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan risiko (risk management), untuk menjamin keselamatan pengguna, konsumen dan lingkungan.
    • Penggunaan pestisida sejalan dengan prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
    • Penggunaan pestisida yang ekonomis dan efisien

Prinsip Penggunaan Pestisida sesuai PHT adalah

  1. Pestisida merupakan salah satu teknik atau komponen PHT yang ter¬masuk dalam pengendalian kimiawi. PHT bukanlah pendekatan yang "anti pestisida", tetapi PHT ingin memanfaatkan pestisida sedemikian rupa sehingga prinsip dan sasaran PHT tetap dapat dipertahankan, dengan mengurangi sekecil mungkin dampak negatif yang ditimbulkan.
  2. Pestisida digunakan pada saat dan tempat bila pengendali alami dan cara pengendalian lainnya tidak mampu menahan populasi hama yang pada kondisi lingkungan tertentu ternyata meningkat melebihi ambang pengendalian atau ambang ekonomi. Tujuan penggunaan pestisida adalah sekedar menurunkan populasi hama sampai pada aras populasi keseimbangan, yang pada aras tersebut agensia pengendali alami mampu mengendalikan hama secara mantap. Selama agensia pengendali alami keadaan lingkungan pertanian yang kita kembangkan melalui teknik budidaya pertanian telah mampu mem-pertahankan populasi hama dalam keadaan seimbang, perlakuan pestisida tidak diperlukan lagi.
  3. Apabila hasil monitoring mengharuskan kita mempergunakan pestisida maka jenis pestisida yang dipergunakan harus memiliki sifat selektivitas sasaran yang tinggi atau spesifik dan tidak berspektrum lebar.

Sifat-Sifat Pestisida yang Sesuai Dengan Prinsip PHT adalah:

  1. Efektif menurunkan populasi hama sasaran yang sedang meningkat di • atas ambang ekonomi
  2. Sedapat mungkin tidak mempengaruhi populasi hama-hama lain
  3. Tidak menurunkan fungsi populasi musuh alami (predator dan parasitoid) sebagai pengendali alami hama
  4. Pestisida yang termasuk kelompok IGR (Insect Groivth Regulator), dan pestisida biologik yang kerjanya lebih lunak dan spesifik sasaran sesuai dengan prinsip PHT dibandingkan dengan insektisida syaraf.

Pengendalian dengan Undang-Undang Atau Peraturan Pemerintah

Bentuk pengendalian ini, antara lain sebagai berikut:

  1. Program Eradikasi (Pemusnahan). Program eradikasi umumnya diterapkan pada areal pertanaman yang mendapat serangan berat, dan tidakmungkin disembuhkanlagi. Seluruh areal pertanaman yang terserang berat bisa dibakar, atau dimusnahkan dengan cara lain, sehingga hama tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya.

  1. SertifikasiBenih. Dalam proses sertifikasi, benih diproduksi dengan paket teknologi sempurna dan pengawasan ketat sehingga kemurnian dan kualitas benih tetap terjaga sebagai varietas unggul bermutu tinggi yang tahan dan bebas hama-penyakit.

  1. Karantina. Pemerintah menetapkan suatu lembaga yang selalu waspada terhadap kemungkinan masuknya OPT baru ke dalam negeri. Lembaga tersebut biasa-nya bertempat di pelabuhan udara dan laut, yang dikenal dengan nama Dinas Karantina. Bila ada bahan impor, akan diperiksa di laboratorium Dinas Karan­tina. Bila ternyata bahan tersebut mengandung OPT dan penyakit, akan dimusnahkan atau diisolasi dan dicucihamakan.

Pengendalian Penyakit Tumbuhan

Dari diagnosis penyakit, penyebab penyakit, mekanisme penyakit, epidemiologi penyakit, dan lain-lain, dapat dikembangkan suatu metode pengendalian penyakit yang dapat diaplikasikan dan efektif. Ada empat prinsip dalam pengendalian penyakit tumbuhan yaitu:

  1. Eksklusi patogen
  2. Eradikasi (pemusnahan) patogen
  3. Proteksi (perlindungan) inang yang rentan
  4. Resistensi inang

A. Eksklusi Patogen

Tujuan eksklusi adalah mencegah masuknya patogen ke daerah yang masih bebas patogen. Selama patogen dan inangnya tidak kontak maka tidak akan terjadi penyakit. Prinsip ini berhasil digunakan untuk patogen yang penyebarannya melalui bahan tanaman, tetapi sulit untuk patogen yang disebarkan oleh angin. Jadi, pengetahuan tentang cara penyebaran suatu patogen sangat penting dalam eksklusi.

Beberapa cara pengendalian yang menggunakan prinsip ekslusi yaitu:

1). Karantina dan peraturan

Karantina adalah suatu tindakan pelarangan yang resmi bagi pengangkutan bahan tanaman tertentu terhadap kemungkinan terbawanya patogen yang berpotensi merusak tanaman di daerah baru. Jadi, tujuannya adalah melindungi tanaman di suatu wilayah tertentu terhadap serangan patogen baru. Aktivitas karantina antara lain meliputi hal-hal berikut.

  1. Embargo total terhadap tanaman tertentu dan produk-produknya.Pemeriksaan dan sertifikasi bahan tanaman dari negara asal.
  2. Pemeriksaan dan perlakuan terhadap bahan tanaman di pintu masuk negara pengimpor.
  3. Perlakuan ini bisa berupa penghancuran dengan segera, perlakuan dengan pestisida, atau uji par-tumbuhan pasca-masuk.
  4. Pemasukan bahan dan hasil tanaman yang dimonitor secara berkelanjutan.
  5. Fasilitas karantina di negara ketiga (di luar negara asal dan tujuan).

2). Menghindari patogen

Usaha menghindari patogen pada saat produksi bibit bebas patogen dapat dilakukan dengan menanam di areal yang bebas atau terisolasi dari patogen, daerah yang kondisi lingkungannya tidak sesuai bagi patogen atau vektornya. Penggunaan bibit bebas patogen dan pemilihan waktu tanam dapat memperbesar peluang bagi tanaman untuk terhindar dari serangan patogen. Di sini, terlihat jelas pentingnya program sertifikasi benih atau bibit yang baik.

B. Eradikasi

Prinsip eradikasi bertujuan untuk memusnahkan atau mengurangi banyaknya patogen yang berada di daerah atau bagian tanaman. Tujuan ini dapat dicapai dengan berbagai cara yang sifatnya budidaya, fisik, kimiawi, dan hayati.

  • Budidaya tanaman: pemusnahan inang, pergiliran tanaman, sanitasi, memperbaiki kondisi tumbuh tanaman, membuat keadaan tidak sesuai bagi perkembangan patogen, mulsa dengan polietilen, irigasi, dan sebagainya.
  • Fisik: sterilisasi tanah, penggunaan panas untuk organ tanaman, pendinginan, dan radiasi.
  • Kimiawi: fumigasi tanah dan perlakuan benih dengan pestisida.
  • Hayati: penggunaan tanaman perangkap dan penambahan bahan-bahan yang menguntungkan bagi mikroflora yang antagonis terhadap patogen atau introduksi agen antagonis.

Pergiliran Tanaman dapat efektif digunakan dalam pengendalian penyakit bila patogennya mempunyai jenis inang yang sedikit, patogen tidak dapat bertahan lama dalam keadaan tidak ada inang, dan secara agronomis serta ekonomis layak dilakukan.

Sanitasi adalah tindakan yang bertujuan untuk menyingMrkan atau mengurangi banyaknya inokulum yang terdapat di tanah, pertanaman, dan tempat penyimpanan; serta mencegah penyebaran patogen ke tanaman atau produk yang sehat. Contoh tindakan sanitasi yaitu memangkas bagian tanaman atau bibit yang terinfeksi dan menyingkirkannya atau membakarnya secara aman. Pencucian alat-alat pertanian sebelum digunakan ke tempat lain mungkin dapat mengurangi kemungkinan penyebaran suatu patogen.

Cara-cara seperti aerasi di gudang, perlakuan benih atau bibit, pengaturan jarak tanam, pengapuran, pengaturan drainase, dan penggenangan merupakan usaha untuk membuat keadaan lingkungan tidak cocok bagi patogen. Misalnya, drainase yang baik akan mergurangi jumlah dan aktivitas cendawan Pythium dan nematoda.

Tanah-tanah tertentu ada yang mengandung berbagai mikroorganisme yang antagonistik aktif terhadap patogen sehingga penyakit tidak berkembang. Tanah yang demikian disebut tanah supresif. Adapun tanah yang mendukung perkembangan penyakit disebut tanah kondusif. Antagonisme dapat terjadi antara lain karena ada produksi zat antibiotik, enzim yang mampu mendegradasi struktur patogen, ada persaingan makanan atau ruang, maupun secara langsung memarasit patogen.

Sterilisasi tanah dengan suhu tinggi biasa dilakukan di rumah kaca dan persemaian dengan mengalirkan uap panas. Perlakuan air panas atau kimia dilakukan terhadap benih atau bibit yang mungkin mengandung patogen. Tinggi suhu dan lama Sterilisasi tergantung pada kombinasi inang dan patogen. Misalnya, buah-buahan dari sayuran yang mudah rusak biasanya disimpan dalam suhu rendah.

Proteksi Tanaman Rentan

Proteksi atau perlindungan tanaman yang rentan terhadap penyakit dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida protektif dan dengan cara budi daya tanaman yang baik. Fungisida protektif seperti senyawa tembaga, belerang, senyawa organik yang mengandung belerang (karbamat) atau klor, kuinon, dan keton.

Fungisida pertama yang terkenal adalah campuran bubur bordo yang terdiri dari sulfat tembaga, kapur tohor, dan air. Kemudian muncul fungisida organik yang protektif, misalnya kaptan, zineb, maneb, vapam, ferbam, dan dikion. Efisiensi fungisida protektif dipengaruhi oleh kestabilan toksisitas, kemampuan menembus spora atau struktur cendawan yang lain, daya lekat, kemampuan menyebar dan melapisi permukaan tanaman. Untuk melindungi tanaman, penyemprotan fungisida perlu diulang beberapa kali untuk menjamin agar bagian-bagian yang baru rumbuh dapat terlapisi juga.

Pengaturan jarak tanam yang lebih lebar dan penjarangan tanaman peneduh dapat mengurangi kelembapan di kebun. Hal ini dapat mencegah perkembangan cendawan patogen. Perlakuan yang dapat merangsang pertumbuhan dan pendewasaan jaringan batang dapat melindungi tanaman muda dari penyakit rebah kecambah.

Resistensi Tanaman

Resistensi tanaman atau ketahanan tanaman dapat dilakukan melalui program pemuliaan, termasuk seleksi varietas tahan. Ketahanan ini bisa merupakan ketahanan yang bersifat morfologi, fungsional, protoplasmik, dan biokimiawi.

  • Ketahanan morfologi terjadi karena adanya struktur dari tanaman yang dapat mencegah patogen masuk, misalnya berupa kulit buah atau kulit umbi yang tebal.
  • Ketahanan fungsional misalnya ditunjukkan oleh varietas gandum yang stomatanya membuka agak lambat pada pagi hari dan cepat menutup pada siang hari. Varietas yang demikian, tahan terhadap penyakit karat karena tabung kecambah patogennya sulit masuk lewat stomata.
  • Tanaman yang mempunyai ketahanan protoplasmik meskipun jaringan selnya dapat dimasuki oleh patogen, tetapi protoplasmanya akan melawan aktivitas patogen. Meskipun hakekat biokimiawi ketahanan protoplasmik ini belum diketahui, tetapi diketahui bahwa sifat ketahanan ini diwariskan.
  • Ketahanan biokimiawi merupakan ketahanan tanaman dengan cara memproduksi senyawa yang toksik bagi patogen (toksin, fitoaleksin) maupun enzim yang dapat mendesintegrasikan patogen.

Menggunakan Fungisida

Fungisida biasanya diartikan sebagai bahan kimia yang dapat mematikan cendawan, tetapi kini pengerriannya lebih luas mencakup semua bahan yang mampu mencegah kerusakan tanaman yang disebabkan oleh cendawan. Fungisida yang digunakan sebelum terjadi infeksi disebut protektan (pelindung), sedangkan yang dapat mematikan cendawan setelah infeksi disebut terapetan (penyembuh). Fungisida yang bekerja di dalam tubuh tanaman digolongkan sebagai fungisida sistemik, sedangkan yang bekerja di permukaan digolongkan sebagai yang non-sistemik.

Formulasi fungisida komersial umumnya berbentuk WP (wettable powder) atau bubuk yang dapat dibasahi, debu (dusf), suspensi atau lumpur (slurries), dan EC (emulsifiable concentrate) atau larutan pekat yang dapat diemulsikan. Bentuk WP banyak digunakan untuk campuran bahan fungisida yang disemprotan. Formulasi debu biasanya mengandung 4-10% bahan aktif. Fungisida bentuk kering yang perlu dicampur air sehingga seperti lumpur biasanya digunakan untuk melapisi benih.

Cara penggunaan fungisida antara lain dalam perlakuan benih, perlakuan tanah, penyemprotan, dan penghembusan. Dalam perlakuan tanah, beberapa hal yang haras diperhatikan antara lain tanah haras cukup remah dan lembap sehingga mudah ditembus oleh bahan kimia; penambahan pupuk dan bahan lain haras dilakukan sebelum perlakuan fungisida. Bila menggunakan bahan fumigan seperti metil bromida, maka semua alat yang digunakan haras segera dibersihkan setelah pakai, dan tanah dapat ditanami setelah 2-4 minggu kemudian. Fumigasi tanah di lapangan sebaiknya tidak dilakukan karena tidak sesuai dengan konsep PHT dan keefektifannya diragukan serta mahal. Cara penyemprotan merupakan cara yang banyak dilakukan, baik pada daun, buah, dan batang.


Page 2

Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit

Mata kuliah ini membahas tentang: 1) Pengertian dan peranan perlindungan tanaman, gangguan, kerusakan dan kerugian yang erat kaitannya dengan Organisme Penganggu Tanaman (OPT); 2). Morfologi umum serangga, perkembangan anatomi serangga, ekologi serangga, perilaku serangga dan gejala serangan serangga, serta serangga hama penting tanaman; 3) Biologi, perilaku dan gejala serangan vertebrata hama (tikus) dan satwa liar lainnya; 4) Arti, ruang lingkup, agen penyebab penyakit tanaman, ekologi penyakit tanaman, gejala dan tanda penyakit tanaman, serta penyakit penting tanaman pertanian; 5) Bioekologi gulma, persaingan gulma dengan tanaman pertanian, serta jenis-jenis gulma penting pada pertanaman; 6) Jenis, cara kerja, teknik aplikasi, dan masalah residu Pestisida; 7. Teknik-teknik pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT); 8). Prinsip PHT dalam pengendalian OPT. 

Manfaat Mata Kuliah ini adalah emberikan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan kepada mahasiswa tentang organisme pengganggu tanaman dan tindakan pengendaliannya dengan mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan. Setelah selesai mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu mengendalikan organisme pengganggu tanaman dengan mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan.

  1. Dapat menjelaskan pengertian dan bentuk kegiatan perlindungan tanaman serta konsep gangguan, kerusakan, dan kerugian pada tanaman (Sub CPMK-1)
  2. Dapat menjelaskan hubungan atau interaksi Organisme Penganggu Tanaman (OPT) dengan Tanaman (Sub CPMK-2)
  3. Dapat mengidentifikasi jenis-jenis organisme penganggu tanaman (OPT) berdasarkan morfologi dan gejala serangannya (Sub CPMK 3-9).
  4. Dapat melakukan penilaian serangan OPT dan analisis vegetasi gulma untuk pengambilan keputusan pengendalian yang tepat sesuai konsepsi PHT (Sub CPMK-10).
  5. Dapat mengaplikasikan pestisida yang tepat sesuai konsepsi PHT (Sub CPMK-11)
  6. Dapat menerapkan teknik-teknik pengendalian organisme pengganggu tanaman kegiatan produksi tanaman sesuai konsepsi PHT (Sub CPMK-12).
  1. Dapat menjelaskan menjelaskan pengertian dan bentuk kegiatan perlindungan tanaman serta konsep gangguan, kerusakan, dan kerugian pada tanaman (CPMK-1).
  2. Dapat menjelaskan hubungan atau interaksi antara tanaman dengan hama, tanaman dengan pathogen, tanaman dengan gulma serta serangga sebagai perusak tanaman (CPMK-2).
  3. Dapat mengidentifikasi kelompok serangga hama berdasarkan morfologi, tipe alat mulut, dan gejala serangan (CPMK-3).
  4. Dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan serangga hama dan mengenali serangga hama penting tanaman pertanian (CPMK-3).
  5. Dapat membedakan tungau, nematoda parasitik, dan siput; serta menjelaskan hubungan antara tungau, nematoda parasitik, dan siput dengan tanaman pertanian (CPMK-3).
  6. Dapat menjelaskan biologi tikus, perilaku tikus sebagai hama tanaman, dan gejala serangan tikus di pesemaian di lahan pertanian (CPMK-3).
  7. Dapat membedakan penyebab primer penyakit tanaman dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit tanaman (CPMK-3).
  8. Dapat membedakan gejala & tanda penyakit tanaman, serta mengenali penyakit-penyakit penting tanaman pertanian (CPMK-3).
  9. Dapat mengenali jenis-jenis gulma-gulma penting tanaman pertanian dan pengaruhnya terhadap tanaman (CPMK-3).
  10. Dapat menilai tingkat serangan OPT dan menganalisis vegetasi gulma untuk pengambilan keputusan pengendalian yang sesuai (CPMK-4).
  11. Dapat menjelaskan aplikasi pestisida pertanian yang tepat sasaran, tepat mutu, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis atau konsentrasi, dan tepat cara (CPMK-5).
  12. Dapat menjelaskan tindakan pengendalian OPT yang sesuai konsepsi PHT (CPMK-6).

Pengendalian OPT dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit