Show
Silahkan Masuk atau Login mengunakan Akun Website Anda Untuk Mendapatkan Materinya. Jika belum, silahkan registrasi. Untuk mendaftar atau registrasi Silahkan Klik Tombol Ini Kembali >>>> Prinsip pengendalian OPT tanaman yang dikembangkan dewasa ini adalah menekan jumlah populasi OPT yang menyerang tanaman sampai pada tingkat populasi yang tidak merugikan. Komponen pengendalian OPT yang dapat diterapkan untuk mencapai sasaran tersebut, antara lain sebagai berikut. Pengendalian Secara FisikPengendalian OPT tanaman secara fisik ialah pengendalian OPT dengan cara mengubah faktor lingkungan fisik, seperti suhu, kelembapan, dan lain-lain sedemikian sehingga dapat menimbulkan kematian dan penurunan populasi OPT. Dasar pemikirannya adalah bahwa setiap organisme perusak tanaman (OPT) mempunyai batas-batas toleransi terhadap faktor-faktor fisik tertentu. Lebih rendah atau lebih tinggi daripada batas toleransi tersebut, OPT tidak dapat hidup dan berkembang biak. Macam bentuk pengendalian OPT tanaman secara fisik, antara lain: A. Perlakuan Panas
B. Penggunaan Lampu PerangkapBanyak jenis hama, terutama imagonya, yang tertarik cahaya lampu di malam hari. Sifat-sifat hama seperti ini dapat dijadikan salah satu bentuk siasat pengendalian, seperti yang pernah dilakukan petani padi di Jalur Pantai Utara, Jawa Barat tahun 1990-1991. Mereka mengadakan gerakan massal pemasangan lampu petromak untuk mengumpulkan ngengat penggerek ba-tang. Ternyata tiap malamnya bisa ditangkap ratusan ribu ngengat. C. Penggunaan Penghalang (Barrier)Penghalang (barrier) adalah berbagai bentuk faktor fisik yang dapat menghalangi atau membatasi pergerakan OPT sehingga tidak mendatangi atau menyerang areal pertanaman. Misalnya:
Pengendalian Secara MekanisPengendalian OPT secara mekanis ialah pengendalian dengan cara menangkap, memukul (hand picking), atau menghalaunya secara langsung agar OPT tersebut tidak menimbulkan kerugian ekonomi bagi tanaman budidaya. Cara ini amat sederhana dan dapat dilakukan oleh setiap orang. Pengen-dalian secara mekanis perlu dilakukan secara kontinu dan bersama-sama dalam suatu hamparan yang luas melalui pengorganisasian yang baik agar hasilnya memuaskan. Macam pengendalian fisik yang sering dilakukan, antara lain sebagai berikut. A. Pengambilan dengan TanganCara ini amat sederhana, mudah, dan murah. Telur-telur, larva, atau imago pada areal tanaman diambil dan dimusnahkan. Kegiatannya bisa ber-samaan dengan penyulaman, penyiangan, dan pemupukan. Dapat pula melalui kegiatan massal seperti yang pernah dilakukan di Jalur Pantai Utara Jawa Barat pada musim tanam 199071991, yaitu dengan mengerahkan pendu-duk dan anak sekolah untuk mengumpulkan kelompok telur dan ngengat penggerek batang padi putih (Tryporyza innotata Walker). B. GropyokanCara ini sudah lazim dilakukan pada tikus. Tikus yang masih di dalam lubang maupun yang sedang berkeliaran ditangkap dan dibunuh bera-mai-ramai. Kegiatan ini akan berhasil dengan baik bila dilakukan pada saat tidak ada tanaman. C. Pemasangan PerangkapAlat perangkap yang digunakan tergantung kepada jenis OPT. Untuk menangkap tikus, bisa digunakan senteg dan lem tikus, sedang untuk menang-kap beberapa jenis serangga bisa digunakan botol aqua bekas dan lem se-rangga. Pemasangan perangkap ini biasanya dibantu dengan bahan penarik, seperti makanan kesukaan hama, warna, atau bau yang menarik. Contoh pemasangan penarik dan perangkap hama adalah:
D. Pengusiran HamaHama bisa diusir dengan menggunakan boneka buatan (simulasi) yang telah banyak digunakan pada areal pertanaman padi. Cara mengusir hama dapat dengan jasa suara gaduh, seperti pemasangan lonceng kaleng bekas pada pohon buah-buahan, atau dengan menggoyang-goyangkan tanaman seperti yang dilakukan pada tanaman bayam, yaitu dengan menggunakan lidi.
Pengendalian Secara Kultur TeknisPengendalian secara kulturteknis disebut pula sebagai pengendalian agronomik, yaitu pengendalian OPT dengan cara mengelola lingkungan tanaman sedemikian sehingga kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangbiakan OPT. Usaha pengendalian ini bersifat preventif, dilakukan sebelum serangan OPT terjadi. Pelaksanaan pengendaliannya mudah dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Kegiatan pengendalian secara kulturteknis, antara lain sebagai berikut: A. SanitasiMaksud sanitasi di sini adalah membersihkan lahan pertanaman dari berbagai sisa tanaman, atau limbah dan rumput liar (gulma). Contoh kegiatan sanitasi, di antaranya:
B. Pengolahan TanahSerangga yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dalam tanah amat dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, komposisi kimiawi tanah, kelembapan dan suhu tanah, serta adanya organisme tanah lainnya. Banyak jenis hama yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dalam tanah. Misalnya:
Jadi, dengan pengolahan tanah yang baik, hama-hama tersebut dapat terbunuh atau terhambat perkembangannya karena terkena sengatan matahari, dimakan predator yang berkeliaran di permukaan tanah, atau terbenam jauh ke dalam tanah. C. Pengelolaan AirPengelolaan air yang baik dan teratur bisa menekan perkembangan hama. Misalnya:
D. Rotasi TanamanMenggilir (rotasi) tanaman dengan jenis yang tidak memiliki hama sama, dapat memutuskan siklus hidup hama tersebut karena pada musim berikutnya hama akan mati kelaparan. E. Penanaman SerempakPenanaman serempak dalam suatu hamparan yang luas akan memperpendek masa ketersediaan makanan hama karena panen dapat dilakukan bersamaan pula. Selain itu, penanaman serempak akan memperkecil risiko serangan karena hama yang ada bisa terbagi-bagi. F. Pengaturan Jarak TanamPengaturan jarak tanam berpengaruh terhadap iklim mikro sekitar tanaman. Bila jarak tanam rapat, lingkungan sekitar tanaman menjadi lembap, sedang bila jarak tanam terlalu renggang, lingkungan sekitar tanaman mudah kering akibat evapotranspirasi cukup tinggi. Wereng batang padi mempunyai sifat menghindari cahaya dan menghendaki kelembapan tinggi dengan sirku-lasi udara kurang baik. Padi yang ditanam rapat dan pemupukan nitrogennya tinggi akan cenderung mudah (peka) diserang wereng cokelat. Selain itu, jarak tanam yang rapat akan mempermudah hama berpindah-pindah. Sebalik-nya, dengan memperjarang jarak tanam menyebabkan hama wereng batang padi kurang betah pada lingkungan tersebut sehingga perkembangbiakan dan daya serangnya menurun. G. Tumpang SariTidak semua hama memiliki inang yang sama. Ulat plutella dan croci tidak menyukai bau tanaman tomat, jagung, dan bawang daun sehingga bila tanaman kubis ditumpangsarikan dengan tanaman tersebut, populasi ulat akan lebih rendah dibanding dengan kubis yang ditanam secara monokultur. H. Penanaman Tanaman Perangkap (Trap Crop)Tanaman perangkap ialah tanaman yang amat disukai hama, dan ditanam di sekitar tanaman utama untuk mengalihkan sasaran serangan hama. Adanya tanaman perangkap, sasaran hama akan terkonsentrasi (terpusat) pada tanaman perangkap tersebut sehingga serangan terhadap tanaman utama berkurang. Contoh jenis tanaman yang sering digunakan sebagai tanaman perangkap adalah sebagai berikut.
I. Menanam Varietas UnggulVarietas unggul, di samping memiliki daya produksi tinggi, tumbuh cepat, juga tahan terhadap beberapa organisme pengganggu. Misalnya, kita mengenal Vanetas Unggul Tahan Wereng (VUTW).
Pengendalian Secara KimiawiPengendalian OPT secara kimiawi ialah pengendalian dengan cara menggunakan senyawa kimia (pestisida). Cara ini dianjurkan sebagai alternatif pengendalian terakhir karena meskipun ampuh membunuh sasaran, mempunyai efek sampingan yang berbahaya bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia. Penggunaan pestisida harus memperhatikan tiga prinsip penting sebagai berikut:
Prinsip Penggunaan Pestisida sesuai PHT adalah
Sifat-Sifat Pestisida yang Sesuai Dengan Prinsip PHT adalah:
Pengendalian dengan Undang-Undang Atau Peraturan PemerintahBentuk pengendalian ini, antara lain sebagai berikut:
Pengendalian Penyakit TumbuhanDari diagnosis penyakit, penyebab penyakit, mekanisme penyakit, epidemiologi penyakit, dan lain-lain, dapat dikembangkan suatu metode pengendalian penyakit yang dapat diaplikasikan dan efektif. Ada empat prinsip dalam pengendalian penyakit tumbuhan yaitu:
A. Eksklusi PatogenTujuan eksklusi adalah mencegah masuknya patogen ke daerah yang masih bebas patogen. Selama patogen dan inangnya tidak kontak maka tidak akan terjadi penyakit. Prinsip ini berhasil digunakan untuk patogen yang penyebarannya melalui bahan tanaman, tetapi sulit untuk patogen yang disebarkan oleh angin. Jadi, pengetahuan tentang cara penyebaran suatu patogen sangat penting dalam eksklusi. Beberapa cara pengendalian yang menggunakan prinsip ekslusi yaitu: 1). Karantina dan peraturan Karantina adalah suatu tindakan pelarangan yang resmi bagi pengangkutan bahan tanaman tertentu terhadap kemungkinan terbawanya patogen yang berpotensi merusak tanaman di daerah baru. Jadi, tujuannya adalah melindungi tanaman di suatu wilayah tertentu terhadap serangan patogen baru. Aktivitas karantina antara lain meliputi hal-hal berikut.
2). Menghindari patogen Usaha menghindari patogen pada saat produksi bibit bebas patogen dapat dilakukan dengan menanam di areal yang bebas atau terisolasi dari patogen, daerah yang kondisi lingkungannya tidak sesuai bagi patogen atau vektornya. Penggunaan bibit bebas patogen dan pemilihan waktu tanam dapat memperbesar peluang bagi tanaman untuk terhindar dari serangan patogen. Di sini, terlihat jelas pentingnya program sertifikasi benih atau bibit yang baik. B. EradikasiPrinsip eradikasi bertujuan untuk memusnahkan atau mengurangi banyaknya patogen yang berada di daerah atau bagian tanaman. Tujuan ini dapat dicapai dengan berbagai cara yang sifatnya budidaya, fisik, kimiawi, dan hayati.
Pergiliran Tanaman dapat efektif digunakan dalam pengendalian penyakit bila patogennya mempunyai jenis inang yang sedikit, patogen tidak dapat bertahan lama dalam keadaan tidak ada inang, dan secara agronomis serta ekonomis layak dilakukan. Sanitasi adalah tindakan yang bertujuan untuk menyingMrkan atau mengurangi banyaknya inokulum yang terdapat di tanah, pertanaman, dan tempat penyimpanan; serta mencegah penyebaran patogen ke tanaman atau produk yang sehat. Contoh tindakan sanitasi yaitu memangkas bagian tanaman atau bibit yang terinfeksi dan menyingkirkannya atau membakarnya secara aman. Pencucian alat-alat pertanian sebelum digunakan ke tempat lain mungkin dapat mengurangi kemungkinan penyebaran suatu patogen. Cara-cara seperti aerasi di gudang, perlakuan benih atau bibit, pengaturan jarak tanam, pengapuran, pengaturan drainase, dan penggenangan merupakan usaha untuk membuat keadaan lingkungan tidak cocok bagi patogen. Misalnya, drainase yang baik akan mergurangi jumlah dan aktivitas cendawan Pythium dan nematoda. Tanah-tanah tertentu ada yang mengandung berbagai mikroorganisme yang antagonistik aktif terhadap patogen sehingga penyakit tidak berkembang. Tanah yang demikian disebut tanah supresif. Adapun tanah yang mendukung perkembangan penyakit disebut tanah kondusif. Antagonisme dapat terjadi antara lain karena ada produksi zat antibiotik, enzim yang mampu mendegradasi struktur patogen, ada persaingan makanan atau ruang, maupun secara langsung memarasit patogen. Sterilisasi tanah dengan suhu tinggi biasa dilakukan di rumah kaca dan persemaian dengan mengalirkan uap panas. Perlakuan air panas atau kimia dilakukan terhadap benih atau bibit yang mungkin mengandung patogen. Tinggi suhu dan lama Sterilisasi tergantung pada kombinasi inang dan patogen. Misalnya, buah-buahan dari sayuran yang mudah rusak biasanya disimpan dalam suhu rendah. Proteksi Tanaman RentanProteksi atau perlindungan tanaman yang rentan terhadap penyakit dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida protektif dan dengan cara budi daya tanaman yang baik. Fungisida protektif seperti senyawa tembaga, belerang, senyawa organik yang mengandung belerang (karbamat) atau klor, kuinon, dan keton. Fungisida pertama yang terkenal adalah campuran bubur bordo yang terdiri dari sulfat tembaga, kapur tohor, dan air. Kemudian muncul fungisida organik yang protektif, misalnya kaptan, zineb, maneb, vapam, ferbam, dan dikion. Efisiensi fungisida protektif dipengaruhi oleh kestabilan toksisitas, kemampuan menembus spora atau struktur cendawan yang lain, daya lekat, kemampuan menyebar dan melapisi permukaan tanaman. Untuk melindungi tanaman, penyemprotan fungisida perlu diulang beberapa kali untuk menjamin agar bagian-bagian yang baru rumbuh dapat terlapisi juga. Pengaturan jarak tanam yang lebih lebar dan penjarangan tanaman peneduh dapat mengurangi kelembapan di kebun. Hal ini dapat mencegah perkembangan cendawan patogen. Perlakuan yang dapat merangsang pertumbuhan dan pendewasaan jaringan batang dapat melindungi tanaman muda dari penyakit rebah kecambah. Resistensi TanamanResistensi tanaman atau ketahanan tanaman dapat dilakukan melalui program pemuliaan, termasuk seleksi varietas tahan. Ketahanan ini bisa merupakan ketahanan yang bersifat morfologi, fungsional, protoplasmik, dan biokimiawi.
Menggunakan FungisidaFungisida biasanya diartikan sebagai bahan kimia yang dapat mematikan cendawan, tetapi kini pengerriannya lebih luas mencakup semua bahan yang mampu mencegah kerusakan tanaman yang disebabkan oleh cendawan. Fungisida yang digunakan sebelum terjadi infeksi disebut protektan (pelindung), sedangkan yang dapat mematikan cendawan setelah infeksi disebut terapetan (penyembuh). Fungisida yang bekerja di dalam tubuh tanaman digolongkan sebagai fungisida sistemik, sedangkan yang bekerja di permukaan digolongkan sebagai yang non-sistemik. Formulasi fungisida komersial umumnya berbentuk WP (wettable powder) atau bubuk yang dapat dibasahi, debu (dusf), suspensi atau lumpur (slurries), dan EC (emulsifiable concentrate) atau larutan pekat yang dapat diemulsikan. Bentuk WP banyak digunakan untuk campuran bahan fungisida yang disemprotan. Formulasi debu biasanya mengandung 4-10% bahan aktif. Fungisida bentuk kering yang perlu dicampur air sehingga seperti lumpur biasanya digunakan untuk melapisi benih. Cara penggunaan fungisida antara lain dalam perlakuan benih, perlakuan tanah, penyemprotan, dan penghembusan. Dalam perlakuan tanah, beberapa hal yang haras diperhatikan antara lain tanah haras cukup remah dan lembap sehingga mudah ditembus oleh bahan kimia; penambahan pupuk dan bahan lain haras dilakukan sebelum perlakuan fungisida. Bila menggunakan bahan fumigan seperti metil bromida, maka semua alat yang digunakan haras segera dibersihkan setelah pakai, dan tanah dapat ditanami setelah 2-4 minggu kemudian. Fumigasi tanah di lapangan sebaiknya tidak dilakukan karena tidak sesuai dengan konsep PHT dan keefektifannya diragukan serta mahal. Cara penyemprotan merupakan cara yang banyak dilakukan, baik pada daun, buah, dan batang. Page 2
Mata kuliah ini membahas tentang: 1) Pengertian dan peranan perlindungan tanaman, gangguan, kerusakan dan kerugian yang erat kaitannya dengan Organisme Penganggu Tanaman (OPT); 2). Morfologi umum serangga, perkembangan anatomi serangga, ekologi serangga, perilaku serangga dan gejala serangan serangga, serta serangga hama penting tanaman; 3) Biologi, perilaku dan gejala serangan vertebrata hama (tikus) dan satwa liar lainnya; 4) Arti, ruang lingkup, agen penyebab penyakit tanaman, ekologi penyakit tanaman, gejala dan tanda penyakit tanaman, serta penyakit penting tanaman pertanian; 5) Bioekologi gulma, persaingan gulma dengan tanaman pertanian, serta jenis-jenis gulma penting pada pertanaman; 6) Jenis, cara kerja, teknik aplikasi, dan masalah residu Pestisida; 7. Teknik-teknik pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT); 8). Prinsip PHT dalam pengendalian OPT. Manfaat Mata Kuliah ini adalah emberikan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan kepada mahasiswa tentang organisme pengganggu tanaman dan tindakan pengendaliannya dengan mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan. Setelah selesai mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu mengendalikan organisme pengganggu tanaman dengan mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan.
|