Pembajakan kapal di Somalia

MOGADISHU Kelompok bajak laut dilaporkan telah membajak sebuah kapal tanker yang berlayar di lepas pantai Somalia. Insiden ini adalah yang pertama kalinya terjadi terhadap sebuah kapal komersial besar sejak 2012.

Laporan pembajakan terhadap kapal tanker Aris 13 itu mengejutkan industri pelayaran global karena wilayah perairan Somalia selama ini dijaga oleh kapal-kapal angkatan laut dari negara anggota NATO juga China dan India. Patroli tersebut telah berhasil meredam aktivitas bajak laut Somalia selama beberapa tahun belakangan.

Namun, pada Oktober, PBB memperingatkan situasi rawan yang kembali muncul di wilayah tersebut yang disebabkan niat dan kapabilitas kelompok bajak laut untuk kembali melakukan serangan. Seorang ahli mengatakan, penjagaan di beberapa wilayah mulai lengah setelah situasi yang berangsur tenang.

Kapal tanker Aris 13 yang diawaki oleh delapan pelaut berkewarganegaraan Sri Lanka membawa muatan berupa bahan bakar dari Djibouti dengan tujuan Mogadishu, Somalia. Kapal itu dimiliki oleh perusahaan bernama Azmi Shipping SA. Yang alamatnya terdaftar di bawah Aurora Ship Management FZE, yang berbasis di Fujairah, Uni Emirat Arab.

Kapal itu didekati oleh kelompok bersenjata yang datang dalam dua perahu kecil.

Kapten kapal melaporkan kepada perusahaan mereka didekati oleh dua kapal kecil dan di salah satunya mereka dapat melihat ada personel bersenjata. Kapal berganti arah sesaat setelah laporan tersebut dan saat ini telah berlabuh, kata seorang pejabat berwenang yang menolak disebutkan namanya kepada Associated Press, Rabu (15/3/2017).

Berdasarkan keterangan Salad Nur, seorang tetua setempat, Aris 13 telah membuang sauh di Kota Alula, Somalia dengan orang-orang bersenjata di atasnya. Sejauh ini belum ada permintaan tebusan yang datang dari para perompak. Juru Bicara Operasi Angkatan Laut Uni Eropa di Somalia, Letnan Louise Tagg mengatakan, penyelidikan terkait insiden ini masih berlangsung.

Perompakan di lepas pantai Somalia pernah menjadi sebuah ancaman serius jalur pelayaran dunia. Setelah dilakukannya patroli gabungan negara-negara dunia di wilayah perairan itu, aktivitas mereka dapat ditekan. Sejak saat itu, wilayah rawan perompakan berpindah ke Teluk Guinea.

Diduga, rasa frustrasi dari nelayan lokal terhadap penangkapan ikan ilegal di perairan Somalia mendorong mereka untuk kembali menjadi perompak dan melakukan pembajakan kapal.

(dka)