Pakar ugm jelaskan tanda-tanda sehari sebelum erupsi gunung semeru

Pakar ugm jelaskan tanda-tanda sehari sebelum erupsi gunung semeru

We’ve detected that JavaScript is disabled in this browser. Please enable JavaScript or switch to a supported browser to continue using twitter.com. You can see a list of supported browsers in our Help Center.

Help Center

Pakar ugm jelaskan tanda-tanda sehari sebelum erupsi gunung semeru

Pakar ugm jelaskan tanda-tanda sehari sebelum erupsi gunung semeru
Lihat Foto

KOMPAS.com/ANDI HARTIK

Material awan panas Gunung Semeru di sekitar Jembatan Gladak Perak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Senin (6/12/2021). Jembatan yang menjadi akses utama Lumajang dan Malang itu putus akibat aliran awan panas Gunung Semeru yang mengalami erupsi pada Sabtu (4/12/2021) lalu.

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, pada 4 Desember 2021 mengalami erupsi.

Pakar Geofisika Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Wahyudi MS menyebut, adanya peningkatan aktivitas gempa letusan sebelum Gunung Semeru erupsi.

Ia mengatakan, Semeru adalah gunung api stratovulcano yang paling tinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 meter.

"Sejarah mencatat letusan Semeru sejak 1818 hingga 2021, sudah cukup lama juga sebenarnya," ujar Wahyudi dalam jumpa pers di Auditorium FMIPA UGM, Senin (6/12/2021).

Baca juga: Dampak Letusan Gunung Semeru, Puluhan Orang Luka Bakar, Rumah dan Jembatan Ambruk

Wahyudi menyampaikan, sejak tahun 2012 status aktivitas Gunung Semeru ditetapkan pada level II (Waspada).

Pada September 2020 mulai teramati aktivitas berupa kepulan asap putih dan abu-abu setinggi 200-700 meter di puncak Semeru.

Di Oktober 2020 setinggi 200-1000 meter. Kemudian, pada 1 Desember 2020, lanjut Wahyudi, terjadi awan panas sepanjang 2-11 kilometer ke arah Kobokan di lereng tenggara. 

Wahyudi menuturkan, sejak 90 hari terakhir sebelum erupsi, sudah ada peningkatan aktivitas gempa letusan di Gunung Semeru.

"Kegempaan itu kurang lebih rata-rata di atas 50 kali/hari, bahkan ada yang mencapai 100 kali/sehari," ucap dia.

Data kegempaan tersebut, kata Wahyudi, sudah bisa menjadi tanda-tanda akan terjadinya erupsi Gunung Semeru.

"Ini sebenarnya sudah bisa dijadikan prekursor akan terjadinya erupsi yang lebih besar," kata dia.

Seismologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Ade Anggraini menambahkan gempa letusan  menandakan matrial sudah naik kepermukaan.

"Jadi material dipermukaan itu sudah kelihatan 90 hari terakhir sebelum 4 Desember kemarin. Jadi kalau kami menganalisis lebih detail maka kami melihat sudah ada penumpukan material di permukaan banyak," tutur dia.

Pakar UGM Jelaskan Tanda-tanda Sebelum Erupsi Gunung Semeru

Pakar Vulkanologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyudi menyebut sejak 90 hari terakhir Semeru terpantau telah menunjukkan kenaikan aktivitas gempa letusan.

Baca lebih lajut: CNN Indonesia »
Pakar ugm jelaskan tanda-tanda sehari sebelum erupsi gunung semeru

5 Hal yang Harus Dilakukan untuk Menghindari Penyebaran Varian Omicron Menurut PakarPakar penyakit menular terkemuka di Amerika Serikat, Dr Anthony Fauci menyebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari infeksi virus corona penyebab Covid-19. ~ Sains Tutup akses masuk indonesia.

Paparkan Tren Pangan 2022, Pakar: Makanan Sehat Perkuat Imun |Republika OnlineIa juga meluruskan informasi terkait MSG yang beredar di masyarakat.

Pakar Sebut Masyarakat belum Paham Grafitifikasi Sebagai Akar KorupsiMasyarakat menganggap pemberian hadiah kepada aparatur sipil negara (ASN) atau penyelenggara negara merupakan hal biasa dan dianggap sebagai wujud ucapan terima kasih.

Pakar ugm jelaskan tanda-tanda sehari sebelum erupsi gunung semeru

Pakar Tata Kota Trisakti: Sumur Resapan Tak Efektif Atasi Banjir DKIPakar Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Yoga mengatakan sumur resapan yang ada di Jakarta tak efektif dalam mengatasi banjir kota di Jakarta. Karena sumur resapan hanya menangani genangan air lokal. Nies, Nies .aniesbaswedan.. Cck,Cck,Cck .. Kowe Ki nduwe pikiran ora, siiihh? Yg bolongane gede Wae, Ora epektip? Aplg yg lobange cile'k? Biyung, biyung.! Yo wis la.. Kowe mbikin GOT wae la, Nies..👈🤣OJOK NANG OMAHKU MENGKO BANJIR NANG OMAHKU BLOK LANGSUNG! 💗💖💝🌺🌷🌹💐🥰🤩 Efektif menyerapp.......anggaran...😂😂

Pakar China Tetapkan Tingkat Kematian karena COVID 0,1 Persen Sebagai Batas NormalPakar sistem pernapasan Prof Zhong Nanshan mengajukan dua prasyarat bagi China jika ingin kembali normal dari pandemi COVID-19 tingkatkematianakibatCovid-19

Dua Pakar Sebut Omicron tidak Parah, Tetapi Tetap Waspada |Republika OnlineHingga kini data menunjukkan varian Omicron tidak menunjukkan keparahan.

Ade Armando (kiri) sebelum pengeroyokan dan Try Setia Budi Purwanto. LAMPUNGPRO.CO/HUMAS POLDA LAMPUNG

Bandar Lampung, goindonesia.co : Pakar Hukum Pidana dari Universitas Lampung, Eddy Rifai, menyebutkan Polda Metro Jaya bisa digugat secara hukum atas pengumuman nama Try Setia Budi Purwanto sebagai salah satu pelaku pengeroyokan dosen Universitas Indonesia Ade Armando. Identitas dan foto Try secara lengkap diumumkan, namun belakangan Polda Lampung membenarkan saat demo di depan Gedung DPR RI, Senin (11/4/2022), Try Setia Budi Purwanto berada di Way Kanan, bukan di Jakarta.

“Bisa dituntut perdata dan pidana sebagai fitnah sesuai Pasal 27 ayat 3 UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik, red) junto Pasal 310 KUHP,” kata Eddy Rifai menanggapi pertanyaan Lampungpro.co, Selasa (12/4/2022).

Menurut Eddy, pengumuman secara terbuka itu  melanggar asas praduga tak bersalah atau presumption of innocence. “Biasanya penyebutan nama terduga pelaku hanya dengan inisial dan penampakan foto dgn mata ditutup garis hitam,” kata Eddy yang juga pengajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung itu.

Dia menilai dalam kasus ini, Polda Metro Jaya melanggar standar operasional prosedur (SOP) kepolisian. “Kesalahan manusia, mungkin mereka ingin dinilai cepat bekerja, tetapi lupa SOP,” kata Eddy.

Pada insiden pemukulan ini, Polda Metro Jaya menetapkan enam  tersangka, tanpa nama Try Setia Budi Purwanto. “Kami tetapkan enam orang sebagai tersangka untuk kasus tindak pidana dengan korban Ade Armando,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Tubagus Ade Hidayat, kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (12/4/2022).

Keenam tersangka tersebut yakni MB, Km, DUH, AP, AL, dan AM. Dua di antaranya, yakni MB dan Km, ditangkap penyidik di  Jakarta Selatan dan Jonggol. Empat tersangka lain masih buron dan dalam pengejaran.

Pasca pengeroyokan Ade Armando,  beredar foto-foto wajah para pelaku disertai identitas nama. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Endra Zulpan, menyebutkan, satu dari empat pelaku adalah TSBP (Try Setia Budi Purwanto), warga Kampung Lembasung, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan.

Mengetahui foto dan namanya viral, Try membantah sebagai pelaku pemukulan Ade Armando. “Saya Try Setia Budi Purwanto yang beritanya viral saat ini itu hoaks. Berita palsu. Saya berada di rumah kepala kampung Lembasung, Kabupaten Way Kanan, Lampung,” ujar Try. 

Dia mengaku saat pemukulan Ade Armando berlangsung, dia berada di rumahnya di Kampung Lembasung. Dia mengatakan, foto dan alamatnya yang beredar di media sosial sebagai pelaku pemukulan Ade Armando, tidak benar. Bahkan dia mempersilahkan aparat penegak hukum untuk melakukan crosscheck ke Kampung Lembasung.  (***)

Pakar ugm jelaskan tanda-tanda sehari sebelum erupsi gunung semeru

Pakar Vulkanologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyudi menyebut Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, telah mengalami peningkatan aktivitas sebelum erupsi pada 4 Desember 2021.

Wahyudi menjelaskan, sejak 90 hari terakhir Semeru terpantau telah menunjukkan kenaikan aktivitas gempa letusan yang secara teori sudah bisa dianggap cukup sebagai prekursor atau gejala erupsi pada 4 Desember.

“Sejak 90 hari terakhir ada peningkatan kegempaan, itu kurang lebih rata-rata di atas 50 kali per hari sejak 90 hari terakhir. Bahkan ada yang sampai mencapai 100 kali per hari. Ini sebenarnya sudah tanda-tanda, bisa dijadikan prekursor akan terjadinya erupsi yang lebih besar,” kata Wahyudi di Auditorium FMIPA UGM, Sleman, Senin (6/12).

Wahyudi menjabarkan, sebenarnya sejak statusnya dinaikkan menjadi Waspada (level II) pada 2012, Semeru perlahan menunjukkan kenaikan aktivitas. Seperti mengeluarkan kepulan asap putih dan abu-abu setinggi 200-700 meter pada September 2020.

Kemudian kejadian guguran awan panas sejauh 11 kilometer pada 1 Desember 2020 silam ke arah tenggara atau Besuk Kobokkan.

“Dari 2012 sampai 2020, selama 8 tahun ini sebenarnya suatu masa yang cukup untuk gunung api aktif beristirahat. Ini yang diwaspadai ketika gunung api yang aktif ketika dia tidak aktif itu fasenya mengumpulkan energi,” imbuhnya.

Namun, Wahyudi melihat erupsi 4 Desember 2021 kemarin lebih disebabkan karena tingginya curah hujan di sekitaran Semeru. Kubah lava yang tidak stabil akhirnya mengalami longsor dan mengakibatkan terjadinya awan panas.

Tingginya curah hujan ini memicu terjadinya thermal stress atau kondisi yang disebabkan akibat perubahan suhu. Situasi kubah lava yang bersuhu tinggi rentan longsor karena tekanan tinggi dari proses penguapan. Faktor eksternal ini membuat fenomena erupsi kali ini terkesan tiba-tiba atau di luar perkiraan.

“Jangkauan awan panas mencapai 11 kilometer. Ini lebih panjang, lebih jauh dari rekomendasi jarak aman karena rekomendasi pemerintah itu jarak aman hanya 5 kilometer. Khusus yang tenggara 5 kilometer, kalau segala arah 1 kilometer,” sebutnya.

Seismologi UGM Ade Anggraini menambahkan, rangkaian gempa letusan di Semeru menandakan material vulkanik sudah menumpuk di permukaan sebelum 4 Desember 2021. Material ini bisa sewaktu-waktu mengalami longsor.

“Jadi kalau kita lihat analisis lebih detail, makanya kita lihat sudah ada penumpukan material di permukaan cukup banyak,” ucapnya.

Ade kemudian merujuk pada laporan PVMBG yang mengklaim tak mendapati adanya gempa vulkanik dalam (VTA) dan gempa vulkanik dangkal (VTB) sebelum kejadian erupsi 4 Desember. Artinya, menurut dia, memang tidak ada kecenderungan suplai material baru dari perut gunung.

“Kalau kemudian terjadi awan panas, maka dari data tersebut ketidakadaan VTA dan VTB tetapi dominasi adalah gempa erupsi. Jadi benar-benar penumpukan material di permukaan lalu terjadi awan panas, maka analisisnya mengarah pada awan panas disebabkan oleh runtuhnya kubah lava,” papar Ade.

Ade meyakini, rekomendasi PVMBG mengenai jarak aman 5 kilometer dari puncak Semeru didasarkan pada karakteristik gunung tersebut sejauh pengamatannya. Akan tetapi, bukan tidak mungkin ketika erupsi suatu gunung terjadi di luar kebiasannya.

“Nah ketidakpastian di dalam faktor yang kemudian membuat menjadi lebih panjang itu memang kadang di luar kuasa kita, karena kita hanya berbicara dengan data analisis yang kita punya. Data yang tidak kita punya tidak bisa dimasukkan dalam analisis, kita hanya bisa membuat sebagai suatu ketidakpastian,” ucapnya.

Pakar Vulkanologi UGM lainnya, Herlan Darmawan menerangkan, ada beberapa parameter yang mempengaruhi jarak luncuran awan panas. Mulai dari volume kubah lava, keberadaan gas, hingga hujan.

Herlan menjelaskan, gas yang muncul ketika magma terfragmentasi berubah solid menjadi ‘pelicin’ bagi material longsoran untuk meluncur lebih jauh.

“Banyaknya gas yang terbentuk jadi pelicin antara permukaan bumi dan material yang dilongsorkan. Jadi seperti ada gas layer di bawah awan panas,” terangnya.

“Kemudian ada air hujan juga melicinkan permukaan dengan material awan panas, atau memperkecil gaya gesek antara permukaan bumi dan material awan panas yang longsor tadi. Pas (erupsi) Merapi 2010 itu juga pas musim hujan sehingga (jarak luncur) bisa 15 kilometer,” sambung dia.

Pakar Sistem Informasi Geografi UGM Sandy Budi Wibowo sementara memperkuat hasil analisa terkait pemicu awan panas guguran tanggal 4 Desember 2021 yang tak terkait aktivitas magmatis. Melainkan dipicu tingginya curah hujan.

Berdasarkan pemantauan via citra radar, tidak ada perubahan topografi di badan Semeru. Artinya, tidak ada fenomena deformasi gunung. Perubahan topografi justru nampak di sepanjang sungai yang berhulu dari Puncak Semeru hingga ke arah selatan.

“Ini menguatkan statement sebelumnya, nampaknya erupsinya itu tidak berhubungan dengan dengan suplai magma dari dalam perut bumi. Lalu kalau tidak ada suplai magma dari dalam perut bumi gunungnya tidak mengembang, kuncup gunung apinya tetap seperti sebelumnya,” paparnya.

Tingginya curah hujan, menurut Sandy, tak terlepas dari fenomena La Nina di Indonesia yang membuat curah hujan meningkat 40 persen di atas normal.

“Hanya saja di bagian permukaan gunung karena ini erupsinya sekunder jadi mungkin karena ada tumpukan material yang cukup panas 800-900 derajat celsius ketika baru keluar itu lalu terkena hujan,” tutupnya.

Sumber : CNN [dot] COM