Orang yang sering berbohong hatinya akan menjadi

Hampir setiap orang pernah berkata bohong ataupun dibohongi. Namun apabila kebiasaan berbohong ini sulit dihentikan, atau sudah menjadi bagian dari ciri kepribadian seseorang, maka sering berbohong ini merupakan salah satu ciri gangguan psikologis.

Show

Ada beragam alasan seseorang berbohong, mulai dari menghindari perasaan tidak enak, merasa lebih dihargai, ataupun membuat orang lain merasa kagum. Ada pula jenis bohong yang sering kali disebut sebagai bohong untuk kebaikan (white lies). Secara umum, semua jenis kebohongan memiliki konsekuensi yang tidak baik.

Secara medis, ada beberapa hal yang diduga berperan dalam menyebabkan kenapa seseorang menjadi sering berbohong, seperti kelainan pada otak karena cedera fisik atau kelainan bawaan lahir. Secara psikologis, sering berbohong dapat menjadi salah satu penanda adanya gangguan mental, seperti gangguan kepribadian dan gangguan obsesif.

Tanda-tanda Orang Berbohong

Para ahli meyakini, seseorang yang berbohong dapat dikenali melalui ekspresi pada wajah yang tidak disadari. Ekspresi tersebut digerakkan oleh otot-otot yang berada di sekitar alis, dahi, dan bibir. Ketika berbohong bersifat sesuatu yang emosional, maka tanda-tanda tersebut akan makin jelas.

Studi yang dilakukan kemudian membandingkan ekspresi pada wajah antara orang yang berbohong dan yang berkata jujur.

Saat berkata jujur, maka lebih banyak kontraksi otot di sekitar mata dan mulut. Sementara itu, pembohong tampak lebih banyak mengalami kontraksi otot di sekitar dahi dan pipi. Dahi yang tampak jelas berkerut saat seseorang berbicara, merupakan salah satu tanda kejujurannya dipertanyakan.

Meski demikian, ada sebagian wajah yang tampak polos. Wajah ini bisa saja mengecoh orang lain yang menyangkanya selalu berkata jujur, walaupun sebenarnya tidak begitu.

Wajah-wajah tidak berdosa ini umumnya terlihat simetris antara sisi kanan dan kiri, tampak menarik dengan mata yang besar, memiliki kulit halus dan dahi lebar yang sesuai dengan bentuk dagunya, atau sering dikategorikan memiliki wajah bayi atau baby face.

Karena sulitnya mengetahui apakah seseorang berkata jujur atau berbohong, kini ada beberapa jenis pemeriksaan psikologis (psikotes) yang dapat digunakan sebagai penentu apakah seseorang memiliki kecenderungan untuk berbohong atau berkata jujur.

Sering Berbohong Dapat Mengganggu Kesehatan

Ternyata berbohong tidak hanya memiliki dampak sosial, namun juga memengaruhi kondisi kesehatan. Peneliti menghubungkan, kebiasaan berbohong dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan, depresi, kecanduan judi, dan juga risiko kanker serta obesitas. Selain itu, berbohong juga dapat menurunkan kualitas hubungan interpersonal dan kepuasan kerja.

Bagaimana hal itu terjadi? Hal ini disebabkan meningkatnya stres pada seseorang saat berbohong. Ada beban emosional dan fisik yang dirasakan seorang pembohong. Apalagi, berbohong sering kali harus diikuti dengan kebohongan berikutnya.

Sebuah studi lain menguatkan hal tersebut. Disebutkan bahwa seseorang yang berusaha berkata jujur, memiliki hubungan yang lebih baik dan makin sedikit mengalami gangguan kesehatan. Rupanya, perbaikan dalam hubungan dapat meningkatkan kondisi kesehatan.

Berhati-hati pula berbohong jika Anda memiliki anak, sebab seorang peneliti meyakini, anak belajar hal tersebut dari orang tuanya. Ketika anak mendengar orang tua berbohong, maka ia akan menganggap hal itu diperbolehkan. Waspadai jika berbohong makin menjadi kebiasaan yang berbahaya.

Kejujuran memang tidak selalu menyenangkan, namun mengatakan atau mendengar kebohongan justru lebih menyakitkan. Ungkapkan hal sebenarnya sambil mengupayakan jalan keluar. Sedapat mungkin hindari berkata bohong untuk kondisi kesehatan dan hubungan sosial yang lebih baik.

Apabila Anda atau orang yang Anda kenal memiliki kecenderungan untuk berbohong dan sulit untuk dihentikan, maka disarankan untuk menemui psikiater atau psikolog untuk menggali lebih lanjut apa alasan untuk kebiasaannya tersebut. Kemungkinan hal ini merupakan salah satu pertanda adanya gangguan mental.

fShare

Tweet

Orang yang sering berbohong hatinya akan menjadi

Sepertinya hampir seluruh manusia di muka Bumi pernah berbohong atas berbagai alasan. Namun jika anda sering melakukannya maka mulailah berhati-hati akan dampaknya pada nurani anda sendiri.

Ternyata sikap atau perilaku apa pun, jika dilatih secara memadai dapat menjadi kebiasaan, termasuk berbohong. Begitu terbentuk, kebiasaan yang kita lakukan tersebut secara otomatis akan menjadi sikap atau perilaku tanpa disadari alias secara mental kebiasaan tersebut akan spontan kita lontarkan untuk berbagai menghasilkan peestiwa-peristiwa kehidupan. Dalam artikel yang Media Indonesia kutip dari Psychology Today (4/5) kunci untuk berprilaku terpuji dan terhormat adalah berpikir dengan hati-hati tentang sikap dan perilaku yang kita lakukan dan diulangi. Hal tersebut akan berkontribusi pada integritas pribadi dimana melakukan hal-hal yang baik sudah menjadi kebiasaan. Namun sebakiknya, jika sikap dan perilaku yang berulang-ulang mengajari kita untuk tidak jujur, maka prilaku yang muncul akan secara tidak disadari sama dengan apa yang sudah menjadi kebiasaan.

Dalam sebuah studi yang dilakukan di salah satu universitas di Inggris, menunjukkan bahwa orang menjadi tidak peka terhadap kebohongan. Eksperimen tersebut melibatkan pembuatan skenario dimana orang bisa berbohong.

Dalam percobaan dengan 80 orang, mereka ditempatkan di ruangan yang terpisah melihat foto sebuah toples yang penuh dengan uang receh. Foto itu jelas hanya untuk satu orang dan tugasnya adalah memberi tahu orang lain berapa banyak uang dalam tabung toples tersebut. Orang yang membuat perkiraan diberitahu bahwa hadiah akan bervariasi pada setiap percobaan, tanpa mengetahui detail penting tentang struktur insentif bawaan. Meskipun sebenarnya tidak ada timbal balik yang akan diberikan. Berbagai kondisi dimanipulasi sehingga kebohongan bisa menguntungkan masing-masing peserta, menguntungkan peserta yang memberi saran dengan mengorbankan peserta lainnya atau menguntungkan peserta pemberi saran saja. Dari percobaan tersebut, ternyata hasilnya kebohongan terbesar terjadi ketika hanya menguntungkan orang yang berbohong. Ketidakjujuran bertahan di tingkat yang lebih rendah jika mereka bekerjasama dan saling mendapatkan manfaat. Saat dilakukan Pemindaian otak, menunjukan bahwa aktivitas di pusat emosi utama otak, amigdala, menjadi kurang aktif. Intinya, otak dilatih untuk berbohong. Dengan demikian, sedikit ketidakjujuran mungkin dipandang sebagai jurang yang dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam lubang ketidakjujuran.

Emosi adalah inti dari masalah tersebut, biasanya, kita cenderung merasa bersalah ketika melakukan sesuatu yang kita tahu salah, seperti berbohong. Tetapi ketika kita terbiasa berbohong, rasa malu atau rasa bersalah yang terkait muncul. Kita menjadi terbiasa dan hati nurani kita seakan menjadi kebal dan menganggap kebohongan menjadi hal yang biasa. Memang dalam faktanya, manusia tidak dapat selalu mengatakan kejujuran namun dengan penelitian ini menunjukan bahwa setiap kebohongan kecil atau tindakan tidak jujur ​​dapat meningkat dan secara negatif mengubah kita tanpa disadari. Jadi, jika seseorang mendapat manfaat dari berbohong kemungkinan akan melakukannya lebih banyak. Tetapi di dunia nyata, tingkat ketidakjujuran sangat dipengaruhi oleh timbal balik yang didapatkan apakah dengan berbohonf mendapatkan keuntungan atau hukuman. (M-1)

Oase.id - Manusia terkadang lupa bahwa berbohong bukanlah perkara kecil, namun sebuah hal yang akan mendatangkan konsekuensi yang nyata. Dalam Al-Quran banyak ayat yang membahas tentang dusta atau berbohong, salah satunya surat An-Nahl ayat 105 yang berbunyi;

اِنَّمَا يَفۡتَرِى الۡـكَذِبَ الَّذِيۡنَ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ‌ۚ وَاُولٰۤٮِٕكَ هُمُ الۡكٰذِبُوۡنَ

“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong.”

Selain itu, Rasulullah ﷺ juga menegaskan untuk umat-nya tidak berbohong.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).’” (Abu Dawud no.4989)

Berikut ganjaran yang diperoleh orang-orang yang suka berbohong:

1. Azab yang pedih

Orang yang suka berbohong sudah dipastikan azab yang pedih oleh Allah SWT. Dalam Al-Quran Allah SWT telah berfirman,

فِىۡ قُلُوۡبِهِمۡ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا ‌ۚ وَّلَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌۙۢ بِمَا كَانُوۡا يَكۡذِبُوۡنَ

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.” (Q.S. Al-Baqarah : 10)

Selain itu, Allah SWT berfirman:

ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَّعْنَتَ اللّٰهِ عَلَى الْكٰذِبِيْنَ

"Kemudian marilah kita bermubahalah agar laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (Q.S. Ali ‘Imran : 61)

2. Mengurangi rejeki dan keberkahan

عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا. رواه البخاري

Dari Hakim bin Hizam r.a., ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Penjual dan pembeli masih dalam khiyar (memilih antara membeli atau tidak), selama mereka berdua belum pisah, atau beliau bersabda, sampai mereka berdua pisah. Jika mereka jujur dan saling menjelaskan, maka diberkahilah untuk keduanya dalam transaksi mereka. Jika mereka menyembunyikan dan berbohong, maka keberkahan transaksi mereka sirna.” (H.R. Al-Bukhari).

3. Disiksa dalam kubur

Rasulullah ﷺ selalu memperingatkan kepada umatnya untuk tidak berbohong karena siksa kubur yang sangat pedih.

رَأَيْتُ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي، قَالاَ: اَلَّذِى رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ، يَكْذِبُ بِالْكَذْبَةِ تُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغُ الآفَاقَ، فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

"Aku melihat dalam mimpi dua orang Malaikat, keduanya berkata: “Orang yang engkau lihat mulutnya dikoyak hingga telinga, adalah seorang pembohong. Ia berbohong hingga kebohongannya tersebut dibebankan kepadanya hingga mencapai ufuk, maka dibuatlah ia diberi beban seperti itu hingga hari kiamat.” (HR. Bukhari).


(ACF)