RENUNGAN HARIAN KRISTEN TERBARU, KAMIS 9 JULI 2020 560. TUHAN YESUS MENNGAMPUNI PEREMPUAN YANG BERDOSA Oleh: E. Gunawi Sp. FIRMAN TUHAN: Shalom. Haleluya! Salam damai sejahtera dan sukacita dari Yesus Kristus, Tuhan kita. Pada hari yang berbahagia ini, kita akan menyelidiki dan merenungkan dua ayat nas Firman Tuhan yang dicatat dalam Kitab Injil Yohanes 8:10-11. Perikopnya adalah “Perempuan yang berzinah” Kali ini, kita menyuguhkan topik: TUHAN YESUS MENGAMPUNI PEREMPUAN YANG BERDOSA. Karenanya, marilah kita panjatkan doa, ucapan syukur, hormat, pujian dan kemuliaan kepada Tuhan Yesus Kristus yang memberi kita waktu untuk menyelidiki dan merenungkan Firman-Nya pada saat ini. Puji Tuhan! Pengantar Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah kemudian berkata kepada-Nya bahwa perempuan itu sedang berbuat zinah dan tertangkap basah. Mereka mencobai Dia agar dapat menangkap-Nya. Mereka lalu meminta pendapat-Nya tentang hal itu. Ketika Ia didesak menjawab mereka, maka Ia pun bangkit berdiri. Ia kemudian berkata kepada mereka bahwa barangsiapa di antara mereka tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama kali melemparkan batu kepada perempuan berzinah yang dihadapkan kepada-Nya. Lalu Ia membungkuk lagi dan menulis di tanah. Setelah mereka mendengar perkataan Tuhan Yesus itu, maka mereka pergi satu persatu, mulai dari yang tertua. Dengan demikian, maka tinggal Tuhan Yesus dan perempuan itu yang tetap berdiri di tempatnya. Kemudian Tuhan Yesus bertanya kepadanya, di manakah mereka dan apakah mereka menghukumnya? Perempuan itu pun menjawab bahwa tidak ada yang menghukumnya. Oleh karena itu, maka Tuhan Yesus berkata: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Hai perempuan, di manakah mereka? Sementara itu, Tuhan Yesus yang memperkatakan perkataan itu, lalu menunduk ke bawah dan menulis lagi di tanah. Mereka tidak ada yang berani melemparkan batu kepada perempuan yang didapatinya sedang berzinah meninggalkan Tuhan Yesus dan perempuan itu. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus bertanya kepada perempuan yang dikatakan berzinah bahwa di manakah mereka, hai perempuan? Firman Tuhan yang dicatat dalam Kitab Injil Yohanes 8:10, menyatakan kepada kita: “Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? ….” Benar! Di manakah mereka, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, yang membawa perempuan yang berzinah kepada-Nya? Mengapa mereka pergi tanpa melakukan sesuatu pada perempuan yang ditangkap? Mengapa mereka tidak mengambil batu dan melempar perempuan itu? Mengapa mereka tidak merajamnya? Mengapa mereka, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, lebih memilih pergi daripada melempar perempuan itu dengan batu? Hal itu karena mereka semua merasa dirinya adalah orang berdosa, tetapi tidak mau mengakuinya. Mereka merasa pernah berbuat dosa, sehingga tidak melemparkan batu kepada perempuan itu. Namun tidak mau bertobat. Kemunafikan sudah membelenggu hidup mereka. Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Demikianlah Tuhan Yesus bertanya kepada perempuan itu sebagaimana ditulis pada akhir ayat 10 dalam Kitab Injil Yohanes 8:11: “… Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Aku pun tidak menghukum engkau Menurut ayat Firman Tuhan ini, kita mendapati bahwa dengan sangat berwibawa dan penuh kuasa, Tuhan Yesus berkata pada perempuan itu bahwa diri-Nya juga tidak akan menghukumnya. Bahwa Tuhan Yesus tidak memberinya hukuman atas perbuatannya. Bertolak dari pernyataan Tuhan Yesus tersebut, kita dapat memetik pelajaran bahwa Tuhan Yesus, Anak Tunggal Allah Bapa, tidak menghukum perempuan itu. Ia tidak menghukumnya, bukan karena Ia berbuat dosa seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang meninggalkan diri-Nya dan perempuan itu. Sebab Ia kudus dan tidak mengenal dosa. Tuhan Yesus tidak menghukum perempuan itu karena Ia menaruh belas kasihan kepadanya. Dalam perkataan lain, Dia, Tuhan Yesus Yang Mahakudus, tidak menghukum perempuan berzinah yang dibawa kepada-Nya oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Dia pun tidak menghukumnya, karena Dia menaruh belas kasihan kepadanya. Di sini, secara implisit menunjukkan betapa mulia-Nya, Dia, Yesus Kristus, Tuhan yang kita sembah, kita puji dan kita muliakan. Dia Yang Mahakudus sungguh menaruh belas kasihan kepada orang berdosa supaya bertobat. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi Pelajaran yang dapat kita petik Kemudian, mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah. Mereka berkata kepada Tuhan Yesus bahwa perempuan itu ditangkap karena kedapatan sedang berbuat dosa. Mereka meminta pendapat tentang hal itu kepada Tuhan Yesus. Ketika Tuhan Yesus tidak segera menjawab, mereka mendesak-Nya agar menjawab pertanyaan mereka. Oleh karena itu, maka Tuhan Yesus bangkit berdiri. Tuhan Yesus berkata kepada mereka bahwa barangsiapa di antara mereka tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama kali yang melemparkan batu kepada perempuan berdosa yang sedang dihadapkan kepada-Nya. Setelah mereka mendengar perkataan Tuhan Yesus itu, maka mereka pun pergi meninggalkan Tihan Yesus dan perempuan itu. Tidak seorang pun di antara mereka yang merakam atau melempar batu kepada perempuan yang berdosa itu. Ketika Tuhan Yesus bangkit berdiri, Ia tidak melihat seorang pun di antara mereka. Tuhan Yesus bertanya kepada kepada perempuan itu, di manakah mereka dan apakah mereka menghukumnya? Perempuan itu pun menjawab bahwa tidak ada seorang pun yang menghukumnya. Oleh karena itu, maka Tuhan Yesus berkata bahwa Dia pun tidak menghukumnya. Dia mengampuninya. Lalu Tuhan Yesus memintanya pergi dan tidak berbuat dosa lagi. Lalu, bagaimanakah dengan kita? Sudahkah kita berhenti mencari-cari atau mengungkit dosa dan kesalahan orang lain? Sudahkah kita berhenti berbuat dan melemparkan masalah kepada orang lain? Sudahkah kita mengampuni dengan hati yang tulus kepada orang-orang yang bersalah kepada kita? Sudah tentu, kita percaya bahwa semua pribadi di antara kita sudah berhenti mencari-cari atau mengungkit dosa dan kesalahan orang lain. Tentu, kita percaya bahwa semua pribadi di antara kita sudah berhenti berbuat dan melemparkan masalah kepada orang lain. Sudah tentu, kita percaya bahwa semua pribadi di antara kita sudah mengampuni dengan hati yang tulus kepada orang-orang yang bersalah pada kita. Berbahagialah kita Berbahagialah kita dan semua pribadi di antara kita yang sudah berhenti berbuat dan melemparkan masalah kepada orang lain, karena Dia sudah mengampuni, melindungi dan menyelamatkan kita dengan baik, lebih baik dan sangat baik. Berbahagialah kita yang sudah mengampuni dengan hati yang tulus kepada orang-orang yang bersalah pada kita, karena Dia sudah menyediakan bagi kita bagian hidup dalam kehidupan kekal yang penuh sukacita dan damai sejahtera di sorga. JESUS CHRIST BLESS YOU AND US. HALLELUJAH. AMEN. ********* Kamis, 23 Mei 2019
8:1 tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. 8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. 8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. 8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. 8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” 8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. 8:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” 8:8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. 8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. 8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” 8:11 Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974 Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu. —Yohanes 8:7 Dulu Lisa paling sulit bersimpati dengan orang yang berselingkuh . . . sampai suatu saat ia merasa sangat tidak puas dengan pernikahannya dan berjuang menolak godaan berbahaya yang memikatnya. Pengalaman yang menyakitkan itu menolongnya untuk bisa merasakan apa yang orang lain rasakan dan memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang perkataan Kristus: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu” (Yoh. 8:7). Yesus sedang mengajar di Bait Allah ketika Dia membuat pernyataan itu. Para ahli Taurat dan orang Farisi baru saja menyeret seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah ke hadapan Yesus dan menantang-Nya, “Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” (ay.5). Karena mereka menganggap Yesus adalah ancaman bagi kekuasaan mereka, tujuan pertanyaan itu adalah “untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya” (ay.6)—lalu menyingkirkan-Nya. Namun, saat Yesus menjawab, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa . . .” tidak seorang pun dari para penuduh wanita itu berani memungut batu. Satu per satu, mereka semua berjalan pergi. Agar tidak menghakimi perilaku orang lain dengan pedas sambil memandang ringan dosa kita sendiri, mari kita ingat bahwa kita semua “telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23). Ketimbang mengutuk, Juruselamat kita menunjukkan kepada wanita itu—dan kepada kita—kasih karunia dan pengharapan (Yoh. 3:16; 8:10-11). Bagaimana mungkin kita tidak melakukan hal yang sama bagi orang lain? —Alyson Kieda WAWASAN Walaupun kisah dalam Yohanes 8:1–11 tidak ada pada manuskrip Yunani yang paling tua, para pakar meyakini bahwa ini adalah peristiwa kehidupan Yesus yang benar-benar pernah terjadi—berasal dari tradisi lisan yang belakangan ditambahkan ke dalam Injil Yohanes. Hukum Musa memerintahkan agar pezinah lelaki maupun perempuan dirajam sampai mati (Imamat 20:10; Ulangan 22:22-24). Kalau Yesus melepaskan perempuan yang kedapatan berzinah tanpa dihukum, orang Farisi akan menuduh dan mengutuk Dia karena menentang dan menolak hukum Allah (Yohanes 8:6). Kalau Yesus menyetujui hukuman mati, Ia akan dicela karena dianggap tak berbelas kasih, bahkan bisa dituduh melanggar hukum Romawi karena pada zaman itu ada undang-undang bahwa hanya orang Romawi yang boleh mengeksekusi seseorang. —K. T. Sim |