Nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Upacara Adat panggih

Nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Upacara Adat panggih
Nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Upacara Adat panggih
Cholis Sibah

RADARSEMARANG.ID, Mempelajari dan memaparkan ‘budaya mantu’ pada pelajaran bahasa Jawa, materi eksposisi bukanlah hal yang mudah bagi siswa. Banyak sekali upacara-upacara adat dan langkah-langkah yang harus dilakukan dengan urutan-urutan tertentu yang sangat kompleks yang harus dijelaskan dan dipahami oleh siswa. Siswa juga dituntut untuk memahami makna dari setiap langkah dan juga memahami arti filosofis yang ada pada budaya mantu tersebut.

Tujuan pembelajaran budaya mantu pada pelajaran bahasa Jawa ini adalah agar siswa dapat memahami dan menjelaskan kembali semua langkah-langkah upacara adat budaya mantu. Selain itu, dengan mempelajari budaya lokal maka siswa dapat menghargai budaya lokal yang ada di tengah derasnya budaya global yang masuk ke Indonesia sehingga budaya-budaya lokal dapat terus dilestarikan. Siswa juga akan dapat memahami secara mendalam nilai-nilai luhur yang terdapat pada budaya Jawa khususnya budaya mantu.

Menurut Octaviana dan Prastiti (2014), upacara adat adalah salah satu warisan leluhur yang bila keberadaan nilai-nilai dalam setiap simbol upacara ditelaah kembali, maka petuah-petuah moral leluhur mampu dikomunikasikan melalui makna simbol dalam setiap rangkaiannya. Dan diharapkan generasi muda khususnya siswa-siswa SMA dapat mempelajari dan menerapkan petuah-petuah moral tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga:  Pembelajaran E-Learning Quizizz dalam Analisis Bahasa Teks Esai

Betapa kompleknya langkah-langkah yang harus dipelajari. Diawali dengan lamaran, kemudian siraman, midodareni, srah-srahan, ijab kabul, upacara panggih, upacara balangan suruh, upacara wiji dadi, pupuk, sinduran, timbang, kacar-kucur, dahar klimah, mertui, sungkeman. Hingga kenduren atau resepsi, maka akan lebih mudah bagi siswa untuk memahaminya dan mengingat, serta menjelaskan kembai bila semua langkah itu dilakukan sendiri oleh siswa.

Salah satu hal yang dapat diterapkan di kelas oleh guru dalam mempelajari budaya mantu ini adalah dengan menggunakan role play atau bermain peran. Langkah-langkah yang dilakukan sebelum memulai role play adalah guru membagi siswa ke dalam 3 kelompok yang terdiri dari 8 hingga 9 orang. Kemudian guru bersama-sama dengan siswa membaca teks tentang budaya mantu sebagai bagian dari kegiatan literasi siswa.

Baca juga:  Pembelajaran Listrik Searah dengan Media Komik

Setelah membaca guru berdiskusi dengan siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik yang akan membuat siswa berpikir kritis tentang bacaan yang telah dibaca dan mempermudah pemahaman siswa. Selanjutnya guru meminta siswa dalam kelompok untuk membuat naskah role play yang di dalamnya terdapat langkah-langkah budaya mantu.

Naskah ini tidak saja hanya terdapat langkah-langkah budaya mantu tetapi juga harus memiliki cerita dan permasalahan agar lebih menarik dan menyenangkan untuk ditonton. Proses pembuatan naskah ini berlangsung selama beberapa hari dengan bantuan guru melalui WhatsApp grup atau Telegram perkelompok secara langsung.

Setelah pembuatan naskah selesai dan diberi umpan balik oleh guru, siswa mulai berlatih untuk memerankannya di rumah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Setelah latihan lancar dan sempurna, siswa mulai merekam menggunakan handphone atau kamera untuk kemudian mengedit dan mengirimkannya ke kanal YouTube masing-masing kelompok.

Guru akan mendapatkan link YouTube dari siswa dan kemudian memberi umpan balik dan penilaian melalui kolom komentar yang terdapat di YouTube agar memberikan semangat pada siswa untuk terus berkarya.

Setelah selesai semua langkah dan video role play budaya mantu sudah dapat ditonton di YouTube, guru dan siswa melakukan konfirmasi. Diskusi kembali dilakukan untuk mengecek pemahaman siswa tentang budaya mantu ini setelah mereka melakukan role play.

Ternyata siswa-siswa dapat menjelaskan kembali, tanpa melihat teks, dengan jelas dan benar. Selain itu mereka juga dapat menjelaskan pesan-pesan moral atau petuah-petuah leluhur yang terdapat dalam setiap langkah upacara mantu dengan tepat.

Bermain peran atau role play dalam rangka mempelajari budaya mantu memberikan hal yang positif untuk siswa. Siswa menjadi tidak bosan dan juga dapat menjelaskan dan memahami budaya mantu dengan cara yang menyenangkan namun tetap bermakna. (bk1/lis)

Guru SMA Negeri 1 Kajen, Kabupaten Pekalongan

tolong dibantu nanti harus dikumpulkan segera​

Sebutkan 5 makna proklamasi​

Negara apa saja yang telah menjajah Indonesia​

Dimanakah teks proklamasi ditulis​

Siapakah yang telah menjahit bendera merah putih​

Siapakah yang membacakan teks proklamasi​

apa yang menjadi faktor kemenangan daud atas goliat​

Yang kristen dan katolik tolong jawab ​

1. Yang bukan urutan bacaan shalawat dalam maulid dibai ialah...... A. Ya Rabbi shalli 'ala muhammad B. Ya Rasulallah Salamun 'alaika C. Ya badratin D … . Shalawat nariyah 2. Biografi nabi Muhammad dalam maulid ad-dibai disusun dengan bahasa... A. Sastra B. Syair C. Sehari hari D. Formal

1)Tuliskan 7 presiden kita yang telah memimpin kita2)tuliskan hak dan dan kewajiban kita sebagai siswa3)tuliskan 5 pahlawan nasional Indonesia​

Ilustrasi Sanggan, sumber tertera)

Upacara panggih merupakan satu di antara serangkaian upacara pernikahan dalam adat Jawa. Panggih dalam Bahasa Jawa berarti bertemu. Maka, upacara panggih bisa diartikan sebagai sebuah upacara pertemuan antara mempelai laki-laki dan perempuan. Prosesi ini biasanya diadakan di kediaman pihak perempuan. 

Dalam upacara ini terdapat berbagai prosesi yang memuat simbolisme-simbolisme dengan makna yang luhur serta dapat dikait eratkan pula dengan beberapa nilai keislaman. Salah satunya, ada prosesi seserahan sanggan. 

Sanggan artinya bawaan, merupakan simbolisme dari penebusan pengantin perempuan. Artinya, orangtua sang mempelai perempuan menyerahkan putri yang diasuhnya sedari kecil kepada seorang laki-laki yang dipercaya. 

Laki-laki ini kedepan akan memberikan nafkah baik lahir maupun batin, menjaga, membimbing dan mengarahkan, serta bertanggung jawab atas perbuatan istrinya. 

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Allah dalam Al Qur'an "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (At-Tahrim: 6). 

Baca juga : Panggih Pengantin

Lalu Nabi SAW pernah bersabda, mengenai apa hal terjadi jika suami gagal dalam menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya "Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku." (HR. Muslim).

Kemudian, apa saja yang ada dalam sanggan? Pertama ada satu tangkep atau dua sisir pisang raja matang pohon, kemudian suruh ayu, gambir, kembang telon (mawar, melati, kenanga), serta benang lawe. Seluruhnya ditata dalam satu wadah khusus berupa keranjang anyaman. Pembawa sanggan berada di depan dari rombongan keluarga mempelai pria.

Pisang sanggan terdiri dari dua kata yaitu pisang dan sanggan. Pisang mengandung arti "jenis buah-buahan" dan sanggan yang berarti "segala hal untuk menyangga" (Poerwadarminta, 1939:543). 

Pisang sanggan ini menjadi bintang utama dalam prosesi ini. Tentunya, makna dari pisang sanggan masih berkaitan dengan simbolisme mengenai pengalihan kewajiban kedua orang tua kepada suami.

Selanjutnya suruh ayu, berasal dari dua kata suruh berarti "daun sirih" dan ayu berarti "cantik". Daun sirih harus dalam kondisi yang baik, mengandung maksud daunnya masih utuh dan segar. 


Page 2

Upacara panggih merupakan satu di antara serangkaian upacara pernikahan dalam adat Jawa. Panggih dalam Bahasa Jawa berarti bertemu. Maka, upacara panggih bisa diartikan sebagai sebuah upacara pertemuan antara mempelai laki-laki dan perempuan. Prosesi ini biasanya diadakan di kediaman pihak perempuan. 

Dalam upacara ini terdapat berbagai prosesi yang memuat simbolisme-simbolisme dengan makna yang luhur serta dapat dikait eratkan pula dengan beberapa nilai keislaman. Salah satunya, ada prosesi seserahan sanggan. 

Sanggan artinya bawaan, merupakan simbolisme dari penebusan pengantin perempuan. Artinya, orangtua sang mempelai perempuan menyerahkan putri yang diasuhnya sedari kecil kepada seorang laki-laki yang dipercaya. 

Laki-laki ini kedepan akan memberikan nafkah baik lahir maupun batin, menjaga, membimbing dan mengarahkan, serta bertanggung jawab atas perbuatan istrinya. 

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Allah dalam Al Qur'an "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (At-Tahrim: 6). 

Baca juga : Panggih Pengantin

Lalu Nabi SAW pernah bersabda, mengenai apa hal terjadi jika suami gagal dalam menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya "Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku." (HR. Muslim).

Kemudian, apa saja yang ada dalam sanggan? Pertama ada satu tangkep atau dua sisir pisang raja matang pohon, kemudian suruh ayu, gambir, kembang telon (mawar, melati, kenanga), serta benang lawe. Seluruhnya ditata dalam satu wadah khusus berupa keranjang anyaman. Pembawa sanggan berada di depan dari rombongan keluarga mempelai pria.

Pisang sanggan terdiri dari dua kata yaitu pisang dan sanggan. Pisang mengandung arti "jenis buah-buahan" dan sanggan yang berarti "segala hal untuk menyangga" (Poerwadarminta, 1939:543). 

Pisang sanggan ini menjadi bintang utama dalam prosesi ini. Tentunya, makna dari pisang sanggan masih berkaitan dengan simbolisme mengenai pengalihan kewajiban kedua orang tua kepada suami.

Selanjutnya suruh ayu, berasal dari dua kata suruh berarti "daun sirih" dan ayu berarti "cantik". Daun sirih harus dalam kondisi yang baik, mengandung maksud daunnya masih utuh dan segar. 


Nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Upacara Adat panggih

Lihat Sosbud Selengkapnya


Page 3

Upacara panggih merupakan satu di antara serangkaian upacara pernikahan dalam adat Jawa. Panggih dalam Bahasa Jawa berarti bertemu. Maka, upacara panggih bisa diartikan sebagai sebuah upacara pertemuan antara mempelai laki-laki dan perempuan. Prosesi ini biasanya diadakan di kediaman pihak perempuan. 

Dalam upacara ini terdapat berbagai prosesi yang memuat simbolisme-simbolisme dengan makna yang luhur serta dapat dikait eratkan pula dengan beberapa nilai keislaman. Salah satunya, ada prosesi seserahan sanggan. 

Sanggan artinya bawaan, merupakan simbolisme dari penebusan pengantin perempuan. Artinya, orangtua sang mempelai perempuan menyerahkan putri yang diasuhnya sedari kecil kepada seorang laki-laki yang dipercaya. 

Laki-laki ini kedepan akan memberikan nafkah baik lahir maupun batin, menjaga, membimbing dan mengarahkan, serta bertanggung jawab atas perbuatan istrinya. 

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Allah dalam Al Qur'an "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (At-Tahrim: 6). 

Baca juga : Panggih Pengantin

Lalu Nabi SAW pernah bersabda, mengenai apa hal terjadi jika suami gagal dalam menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya "Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku." (HR. Muslim).

Kemudian, apa saja yang ada dalam sanggan? Pertama ada satu tangkep atau dua sisir pisang raja matang pohon, kemudian suruh ayu, gambir, kembang telon (mawar, melati, kenanga), serta benang lawe. Seluruhnya ditata dalam satu wadah khusus berupa keranjang anyaman. Pembawa sanggan berada di depan dari rombongan keluarga mempelai pria.

Pisang sanggan terdiri dari dua kata yaitu pisang dan sanggan. Pisang mengandung arti "jenis buah-buahan" dan sanggan yang berarti "segala hal untuk menyangga" (Poerwadarminta, 1939:543). 

Pisang sanggan ini menjadi bintang utama dalam prosesi ini. Tentunya, makna dari pisang sanggan masih berkaitan dengan simbolisme mengenai pengalihan kewajiban kedua orang tua kepada suami.

Selanjutnya suruh ayu, berasal dari dua kata suruh berarti "daun sirih" dan ayu berarti "cantik". Daun sirih harus dalam kondisi yang baik, mengandung maksud daunnya masih utuh dan segar. 


Nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Upacara Adat panggih

Lihat Sosbud Selengkapnya


Page 4

Upacara panggih merupakan satu di antara serangkaian upacara pernikahan dalam adat Jawa. Panggih dalam Bahasa Jawa berarti bertemu. Maka, upacara panggih bisa diartikan sebagai sebuah upacara pertemuan antara mempelai laki-laki dan perempuan. Prosesi ini biasanya diadakan di kediaman pihak perempuan. 

Dalam upacara ini terdapat berbagai prosesi yang memuat simbolisme-simbolisme dengan makna yang luhur serta dapat dikait eratkan pula dengan beberapa nilai keislaman. Salah satunya, ada prosesi seserahan sanggan. 

Sanggan artinya bawaan, merupakan simbolisme dari penebusan pengantin perempuan. Artinya, orangtua sang mempelai perempuan menyerahkan putri yang diasuhnya sedari kecil kepada seorang laki-laki yang dipercaya. 

Laki-laki ini kedepan akan memberikan nafkah baik lahir maupun batin, menjaga, membimbing dan mengarahkan, serta bertanggung jawab atas perbuatan istrinya. 

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Allah dalam Al Qur'an "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (At-Tahrim: 6). 

Baca juga : Panggih Pengantin

Lalu Nabi SAW pernah bersabda, mengenai apa hal terjadi jika suami gagal dalam menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya "Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku." (HR. Muslim).

Kemudian, apa saja yang ada dalam sanggan? Pertama ada satu tangkep atau dua sisir pisang raja matang pohon, kemudian suruh ayu, gambir, kembang telon (mawar, melati, kenanga), serta benang lawe. Seluruhnya ditata dalam satu wadah khusus berupa keranjang anyaman. Pembawa sanggan berada di depan dari rombongan keluarga mempelai pria.

Pisang sanggan terdiri dari dua kata yaitu pisang dan sanggan. Pisang mengandung arti "jenis buah-buahan" dan sanggan yang berarti "segala hal untuk menyangga" (Poerwadarminta, 1939:543). 

Pisang sanggan ini menjadi bintang utama dalam prosesi ini. Tentunya, makna dari pisang sanggan masih berkaitan dengan simbolisme mengenai pengalihan kewajiban kedua orang tua kepada suami.

Selanjutnya suruh ayu, berasal dari dua kata suruh berarti "daun sirih" dan ayu berarti "cantik". Daun sirih harus dalam kondisi yang baik, mengandung maksud daunnya masih utuh dan segar. 


Nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Upacara Adat panggih

Lihat Sosbud Selengkapnya