Mengendalikan serangan organisme pengganggu tanaman opt merupakan fungsi dari

oleh : Ahmad Ryan Cahyono & Intan Hadiatun Maghfirah

Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang menjadi sumber karbohidrat yang penting untuk mencukupi kebutuhan pangan sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan akan padi juga semakin meningkat sehingga dibutuhkan upaya untuk meningkatkan produktivitas padi agar kebutuhan pangan dapat terpenuhi dan tercapainya ketahanan pangan sebagai salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Tantangan yang dihadapi untuk mencapai ketahanan pangan, yaitu alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk yang menyebabkan lahan pertanian menjadi berkurang sehingga dibutuhkan pengelolaan lahan yang baik oleh petani. Padi yang sangat rentan terhadap hama dan penyakit menyebabkan kerusakan produk dan kegagalan panen sehingga produktivitas padi pun menjadi menurun. Serangan hama dan penyakit pada tanaman padi dapat diatasi dengan melakukan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang terdapat di sawah.

Menurut Yuwono dkk., (2019) Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah organisme yang berukuran makro ataupun mikro  yang dapat mengganggu atau merusak tanaman yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu: hama, vektor atau penyebab penyakit, dan gulma. Upaya umum yang sering dilakukan oleh petani di Indonesia adalah menggunakan pestisida secara intensif dengan dosis tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan tanaman dan lingkungan. Petani padi tidak dapat menghilangkan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi sepenuhnya, tetapi para petani dapat mengendalikannya. Contoh hama yang menyerang tanaman padi, yaitu tikus, penggerek batang coklat, walang sangit, keong mas, dan lain sebagainya

Serangan hama pada tanaman padi dapat dikendalikan dengan pengendalian hama dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian Hama Terpadu merupakan salah satu sistem atau cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit dengan cara tradisional yang memanfaatan perilaku hama yang kemudian perkembangannya dapat dihambat sehingga mengurangi kemungkinan hama menyerang tanaman utama. Perlindungan tanaman padi dari hama dapat juga memanfaatkan musuh alami hama atau OPT  yang berada di sekitar lingkungan tersebut. Pengendalian hama ini dilakukan dengan pendekatan ekologi yang bersifat teratur dan disiplin menggunakan taktik atau cara yang sesuai dengan prinsip kelestarian lingkungan untuk mengelola populasi hama (Sutanto, 2002).

Konservasi musuh alami OPT dalam pengendalian hayati OPT yang menyerang tanaman padi termasuk pengendalian hama terpadu (PHT) yang bertujuan untuk meningkatkan populasi musuh alami OPT pada lahan sawah dan menekan populasi OPT yang dapat merusak tanaman padi. Pengendalian OPT dapat membantu menyeimbangkan ekosistem agar pertumbuhan hama tidak melampaui ambang batas toleransi tanaman yang dapat merugikan para petani. Pengendalian OPT dapat dilakukan dengan bantuan tanaman refugia

Tanaman Refugia dapat dijadikan sebagai penarik serangga yang menjadi musuh alami OPT sebagai sumber nektar dan polen bagi musuh alami OPT padi seperti predator dan parasitoid. Contoh tanaman refugia yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama ini adalah bunga kembang kertas (Zinnia ellegans). bunga Matahari (Heliantus annuus L.), dan bunga Kenikir (Cosmos caudatus). Tanaman ini memiliki karakteristik yang mendukung dan manfaat yang dapat menuntungkan para petani padi, seperti: ramah lingkungan, mudah ditanam, biaya lebih murah, memiliki warna bunga yang mencolok sehingga disukai oleh predator, memiliki nektar dan pollen sebagai pakan musuh alami, dan mempercantik lahan pertanian.

Menurut Setyadin dkk., (2017) musuh alami OPT mengalami peningkatan jumlah populasi di lahan persawahan dengan bantuan tanaman refugia. Beberapa contoh musuh alami OPT yang dapat ditemukan di sawah dengan adalah kumbang Koksinelid, belalang sembah, lebah, dan capung jarum. Musuh alami tersebut dapat berperan menjadi predator bagi OPT yang menyerang tanaman padi. Keberadaan musuh alami tersebut juga dapat dipengaruhi oleh faktor abiotik seperti: intensitas cahaya, suhu, dan kelembapan. Tanaman refugia yang dapat menarik musuh alami OPT menyebabkan keseimbangan ekosistem sehingga OPT yang terdapat di lahan sawah dapat dikendalikan oleh para petani.

Daftar Pustaka

  • Herlinda S, Waluyo Estuningsih S.P., Irsan, C. 2008. Perbandingan Keanekaragaman Spesies dan Kelimpahan Arthropoda Predator Penghuni Tanah di Sawah Lebak yang Diaplikasi dan Tanpa Aplikasi Insektisida. Entomol. 5(2): 96-10.
  • Setyadin, Y., Sakinah H. A., Haidar A., Fatiyatur R., dan Amin S. L. 2017. Efek Refugia Tanaman Jagung (Zea mays) dan Tanaman Kacang Panjang (Vigna cylindrica) pada Pola Kunjungan Serangga di Sawah Padi (Oryza sativa) Dusun Balong, Karanglo, Malang. Biotropika. 5(2): 54-58.
  • Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik: Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius.
  • Yuwono, T., Sri W., Dwidjono H. D., Masyhuri, Didik I., Susamto S., dan Sunarru S. H. 2019. Pengembangan Pertanian: Pembangungan Kedaulatan Pangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ditulis Oleh Anonymous

Organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Hal ini mengakibatkan perlunya penanggulangan akan adanya serangan OPT karena perkembangan serangan OPT yang tidak dapat dikendalikan, akan berdampak kepada timbulnya masalah-masalah lain yang bersifat sosial, ekonomi, dan ekologi. Salah satu organisme pengganggu tanaman yang perlu diwaspadai adalah Gulma.

Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan. Hal ini  dikarenakan menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Salah satu kelompok gulma yang perlu diperhatikan adalah golongan cyperacceae. Cyperacceae merupakan gulma kelompok teki-tekian, memiliki ciri utama yaitu batangnya yang berbentuk segitiga dan sebagian besar sistem perakarannya terdiri dari akar rimpang (rhizome) dan umbi (tuber). Selain itu, cyperacceae memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik. Hal ini dikarenakan umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan dan mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 meter). Disamping itu, gulma ini juga memiliki jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam ‘menguasai’ areal pertanian secara cepat. Contoh dari kelompok cyperacceae adalah teki ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllingia) dan Cyperus killingia. Namun demikian, kelompok Cyperacceae selain merugikan tanaman budidaya juga memiliki banyak manfaat.

Salah satu kelompok Cyperacceae yang memiliki banyak manfaat yaitu Cyperus rotundus. Cyperus rotundus memiliki ciri-ciri yaitu (1) rumput semu menahun dengan tinggi 10-95 cm, (2) batang rumput berbentuk segitiga dan tajam, (3) daunnya berjumlah 4-10 helai yang terkumpul pada pangkal batang, (4) akar dengan pelepah daunya tertutup tanah, helaian daun berbentuk pita bersilang sejajar, permukaan atas berwarna hijau mengilat dengan panjang daun 10-30cm dan lebar 3-6 cm, (5) memiliki allelopati yang mampu membunuh tumbuhan lainnya, dan (6) memiliki umbi sebesar kelingking, bulat atau lonjong, berkerut atau bertekuk, bila diraba  agak  berduri.  Bagian  luar  umbi  berwarna  cokelat  dan  bagian  dalam  umbi berwarna putih, berbau seperti rempah-rempah, rasanya  agak pahit (Sudarsono dkk, 1996).

Cyperus rotundus banyak memiliki manfaat terutama di umbi dan akarnya. Hal ini dikarenakan dalam umbi dan akar mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, sineol, pinen, siperon, rotunal, siperenon, dan siperol. (www.sobatbumi.com). Umbi  teki  mengandung alkaloid,  flavonoid  dan  minyak  atsiri  sebanyak  0,3  –  1  %  yang  isinya  bervariasi,  tergantung  daerah  asal  tumbuhnya  (Achyad  dan  Rasyidah,  2000). Adapun pemanfaatan umbi yang kaya khasiat diantaranya adalah (1) sebagai bahan makanan yaitu umbi emping teki (Sudarsono dkk, 1996), (2) tepung umbi teki sebagai bedak dingin beraroma menthol, berkhasiat pengusir nyamuk, (3) obat herbal, seperti rebusan umbi teki bersama jahe berkhasiat mengatasi nyeri haid, mengatasi kejang perut, dan pelancar air seni; umbi segar yang digeprak kemudian diseduh dengan air panas dapat digunakan sebagai obat kencing batu (Suhartiningsih, 1996), (4) perangsang ASI, umbi yang ditumbuk dapat digunakan untuk perangsang ASI dan penghenti pendarahan rahim, (5) Diuretik, umbi rumput teki yang diramu dengan daun pegagan dan alang-alang bisa memperlancar buang air kecil.

Cyperus rotundus yang memiliki banyak manfaat menjadikan tanaman tersebut memiliki arti penting selain sebagai gulma (pengganggu tanaman), yang keberadaannya gulma tersebut selalu tidak diinginkan dalam budidaya tanaman. Namun kelebihan dan keunggulan yang dimiliki oleh Cyperus rotundus akan menjadi penting karena memberikan banyak manfaat bagi manusia tanpa  dipandang sebagai organisme pengganggu tanaman.

_________________

Penulis:  Lisa Navitasari (STTP Malang)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA