Mengapakah perundingan lebih baik daripada peperangan

Perundingan Mempertahankan Kemerdekaan

Setelah proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, gangguan terhadap kedaulatan negara masih berlangsung. Selain pertempuran, upaya perundingan terus diupayakan.

Oleh Slamet JP

Selasa, 25 Agustus 2020 21:54:40 WIBRabu, 3 Februari 2021 20:04:38 WIB

Bagikan

Mengapakah perundingan lebih baik daripada peperangan

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia menjadi pertanda bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang merdeka dan lepas dari penjajahan. [...]

This entry was posted in Peta Tematik and tagged 17 Agustus, diplomasi, Dirgahayu RI 75, Hari Kemerdekaan, HUT RI, kemerdekaan, KMB, kompaspedia, Konferensi Meja Bundar, Linggarjati, mempertahankan kemerdekaan, perundingan, peta, Renville, Roem-Royen.

Artikel Terkait


Mengapakah perundingan lebih baik daripada peperangan

Paparan Topik

19 Agustus 2021

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Wilayah Indonesia

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Sesudahnya, berita proklamasi...

Mengapakah perundingan lebih baik daripada peperangan

Paparan Topik

18 Agustus 2021

Mendalami Pidato-Pidato Presiden dalam Bingkai Kemerdekaan RI

Menjelang hari kemerdekaan bangsa Indonesia, Presiden selalu menyampaikan Pidato Kenegaraan. Pada masa Presiden Soekarno disampaikan...

Mengapakah perundingan lebih baik daripada peperangan

Poster

17 Agustus 2021

Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Berkat desakan golongan muda, Indonesia berhasil memanfaatkan waktu yang sempit untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

Mengapakah perundingan lebih baik daripada peperangan

Paparan Topik

17 Agustus 2021

Menelusuri Sejarah Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka)

Pembentukan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka yang terdiri dari putra-putri daerah bukan semata menjadi simbol persatuan...

Peta Tematik Lainnya



4 Desember 2021

Kawasan Rawan Bencana Gunung Semeru


25 November 2021

Jumlah Guru di Indonesia


28 Juni 2021

Pengguna Internet di Indonesia


24 Juni 2021

Tindak Pidana Narkoba di Indonesia


20 Juni 2021

Program Kelas Internasional di 10 PTN Terbaik


16 Juni 2021

Seleksi Mandiri Perguruan Tinggi Negeri-Badan Hukum


11 Juni 2021

Stadion Penyelenggara Euro 2020


9 Juni 2021

Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia

Perjuangan Diplomasi Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Selepas Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia belum sepenuhnya diakui dunia. Jalur diplomasi menjadi jalan yang dipilih untuk menggalang pengakuan dunia di tengah ancaman militer Belanda yang berencana merebut kembali Indonesia dengan memanfaatkan Sekutu sebagai pemenang Perang Dunia II.

Oleh Inggra Parandaru

Senin, 16 Agustus 2021 05:00:49 WIBSenin, 4 October 2021 17:45:44 WIB

Bagikan

Mengapakah perundingan lebih baik daripada peperangan

IPPHOS Konferensi Meja Bundar (KMB) tanggal 23 Agustus 1949 antara lain memutuskan, sebagai imbalan penyerahan kedaulatan kepada Indonesia, pihak Belanda mendapat bayaran sejumlah Rp 4,5 miliar gulden dari pihak Indonesia. Lewat tulisannya di de [...]

This entry was posted in Paparan Topik and tagged Agresi Militer Belanda, Agresi Militer I, agresi militer II, Ahmad Soebardjo, BFO, Den Haag, Hari Kemerdekaan, Kabinet Hatta, Kabinet Sjahrir, kementerian luar negeri, Kemerdekaan RI, KII, KMB, KNIP, Konferensi Inter Indonesia, Konferensi Meja Bundar, KTN, Linggarjati, mempertahankan kemerdekaan, Mohammad Hatta, Negara Kesatuan Republik Indonesia, NKRI, PBB, Perjanjian Renville, Persetujuan Linggarjati, Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville, proklamasi, Republik Indonesia Serikat, Roem-Royen, Schermerhorn, Sejarah Diplomasi, sekutu, Sutan Sjahrir, Van Mook.

Artikel Terkait


Mengapakah perundingan lebih baik daripada peperangan

Paparan Topik

19 Agustus 2021

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Wilayah Indonesia

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Sesudahnya, berita proklamasi...

Mengapakah perundingan lebih baik daripada peperangan

Paparan Topik

18 Agustus 2021

Mendalami Pidato-Pidato Presiden dalam Bingkai Kemerdekaan RI

Menjelang hari kemerdekaan bangsa Indonesia, Presiden selalu menyampaikan Pidato Kenegaraan. Pada masa Presiden Soekarno disampaikan...

Mengapakah perundingan lebih baik daripada peperangan

Poster

17 Agustus 2021

Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Berkat desakan golongan muda, Indonesia berhasil memanfaatkan waktu yang sempit untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

Mengapakah perundingan lebih baik daripada peperangan

Paparan Topik

17 Agustus 2021

Menelusuri Sejarah Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka)

Pembentukan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka yang terdiri dari putra-putri daerah bukan semata menjadi simbol persatuan...

Paparan Topik Lainnya



24 Februari 2022

Regulasi dan Upaya Pelindungan Pekerja Migran Indonesia


23 Februari 2022

KTT-G-20: Peran Women-20 dan G-20 Empower dalam Pengarusutamaan Gender


21 Februari 2022

Keanekaragaman Hayati di Bumi Papua: Potret, Tantangan, dan Upaya Pengelolaan


20 Februari 2022

Kesenian Betawi: Potret Akulturasi dan Tumbuh Kembangnya Seni Budaya


18 Februari 2022

Beras: Sejarah, Produksi, Konsumsi, dan Impor Indonesia


16 Februari 2022

Rangkaian Pertemuan Menuju KTT G20 Tahun 2022


14 Februari 2022

Metaverse: Dimensi Kehidupan Virtual Buatan Manusia


10 Februari 2022

Riwayat Astrologi China dan Ramalan Shio

Tujuan Diplomasi Adalah Untuk Ciptakan Perdamaian Dunia

Oktober 20, 2015, oleh:

Diplomasi merupakan suatu alat yang membawa kepentingan negara dalam level tertentu. Dari diplomasi tersebut, sebuah negara akan menghasilkan keputusan kerja sama antar negara untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Oleh sebab itu, perlu adanya penyelesaian agar negara-negara tersebut aman untuk ditinggali. Seperti yang dikatakan oleh Reza Bayu Oktavian Arief S. IP bahwa tujuan dari diplomasi ini adalah untuk menciptakan world peace, artinya dapat mencipatakan rasa aman dan sejahtera untuk masyarakat dunia. Untuk itu perlu adanya gerakan atau tempat yang bisa dijangkau oleh masyarakat luas untuk menyalurkan pendapatnya terkait dengan penyelesaian konflik di negara-negara yang berkonflik. “Melakukan sebuah diplomasi itu perlu adanya keterlibatan dari faktor lain misalnya government yang tentunya memiliki peran peting untuk melakukan diplomasi antar negara, “ terangnya saat menjadi pembicara dalam acara Workshop on Diplomacy and Model United Nations dengan tema “Promoting Diplomacy as a Tool Resolving Future Global Challenge” pada hari Senin (19/10) di AR. Facrudin B Lt.5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Menurut sejarah yang pernah ada, diplomasi pernah ditiadakan oleh suatau negara karena dianggap mementingkan negaranya sendiri bukan untuk kepentingan orang banyak. “Pada Perang Dunia I beberapa aktor yang terlibat gagal melakukan diplomasi sampai menimbulkan Perang Dunia II dan melibatkan banyak aktor yang lebih besar. Secara umum, diplomasi dapat dikatakan sebagai agency room, artinya sebagai mesin atau alat penggerak yang dapat menghubungkan dan mengkomunikasikan antar negara-negara secara global. Sampai akhirnya muncullah sebuah wadah yang berperan untuk melakukan diplomasi yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memiliki peran penting dalam melakukan sebuah diplomasi antar bangsa saat ini, “ jelas alumnus HI UGM ini lagi.

Reza menerangkan, bahwa, ada 9 Multytrack Diplomacy yang biasa dilakukan oleh beberapa negara dalam melakukan sebuah diplomasi. Pertama, Government memiliki peran penting untuk melakukan sebuah diplomasi antar negara karena Government memiliki kekuasana dalam suatu negara tersebut. Kedua, Non Government, karena terkadang keterlibatan mereka menjadikan sebuah kesepakatan yang lebih besar. Ketiga, Bussines, biasanya bisa dilakukan dengan membuat sebuah perjanjian perdagangan misalnya jual beli dan bisa dilakukan dengan cara bernogosiasi. Keempat, Private Citizen, meskipun mereka tidak ada di sebuah forum, mereka akan menggerakkan diri mereka sendiri untuk melakukan sebuah diplomasi.

Kelima, lanjutnya, Researcher, pusat studi ini juga memiliki peran untuk melakukan sebuah diplomasi. Misalnya mereka bertugas untuk memprediksi angka kemiskinan atau angka kecelakaan, tentu ini sangat diperlukan. Keenam, aktifis, saat ini sudah banyak sekali aktifis-aktifis yang muncul dan membuat gerakan-gerakan world peace. Ketujuh, Badan Amal atau Founding Rising, ini bisa menjadi sebuah alat untuk berdiplomasi karena sejatinya setiap negara akan butuh bantuan dari negara-negara lain sekalipun itu negara super power. “Kedelapan, Tokoh Agama, tokoh agama juga memiliki peran penting dalam hal berdiplomasi, karena ini bisa menjadi sebuah cara untuk menyelesaikan konflik agama. Dan terakhir yang kesembilan, communication & media, jangan pernah remehkan ini, mass media ini memiliki perang penting untuk membentuk opini publik. Karena tugas dari media sendiri yaitu untuk memberikan informasi kepada masyarakat, contoh organisasinya adalah International Monitoring Found (IMF), “ jelasnya.

Tentunya sebuah diplomasi ini ada hubungannya dengan International Assosiation, karena ini sebuah wadah untuk mempertemukan antar negara untuk berdiplomasi dan berkomunikasi. “Jika tidak ada International Assosiation, diplomasi tidak akan berjalan dengan lancar. Salah satu International Assosiation adalah PBB. Pembentukan yang pertama kali dibentuk oleh PBB adalah dewan keamanan PBB, karena ketika itu isu yang sering muncul karena masih banyaknya negara berkonflik. Setelah itu muncullah organisasi-organisasi lain yang ada di PBB guna menyelamatkan dunia. Jika ditarik kesimpulan, sudah terlihat jelas benang merahnya, bahwa ini menjadi sebuah alat bagi mahasiswa untuk menyalurkan pendapatnya terkait dengan isu global dalam forum internasional yang resmi. Semua orang bisa menyalurkan idenya untuk tujuan yang sama yaitu “World Peace,” tutupnya.

Berita terkini

  • Ikut Semarakkan Milad ke-41 UMY, Pekan Olahraga Mahasiswa 2022 Resmi Dibuka
  • Sistem Keamanan Informasi UMY Kembali Raih Serifikasi ISO 270001:2013
  • Kolaborasi Jadi Salah Satu Kunci Menjadi Peneliti Kelas Dunia
  • Sebagai Lulusan Insinyur, Harus Terapkan Nilai Inovasi, Modern dan Keberlanjutan

Kategori

  • Agenda
  • Alumni
  • Berita
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pengabdian Dosen
  • Penmaru

Mengapa bangsa indonesia juga menempuh perjuangan diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaannya

Mengapa Belanda tidak mengakui 1945 sebagai tahun kemerdekaan Indonesia

Annemarie Toebosch, University of Michigan

Diterbitkan: Agustus 17, 2018 8.11am WIB

.

×

Get news that’s free, independent and based on evidence.
Get newsletter

Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 sesudah berada dalam genggaman kekuasaan VOC dan pemerintahan Belanda selama 350 tahun, ditambah pendudukan Jepang selama Perang Dunia II.

Tetapi setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Belanda mengobarkan perang untuk berusaha kembali menguasai Indonesia.

Perang itu menewaskan 300.000 orang Indonesia dan sekitar 6.000 korban orang Belanda.

Di Indonesia, identitas nasional dibangun seputar sentimen anti-kolonial. Sejarah kekejaman Belanda diajarkan dan didiskusikan. Publik Indonesia memperhatikan perkembangan di Belanda ketika pengadilan di sana pada 2011 menetapkan Belanda harus meminta maaf untuk pembantaian tahun 1947 di Rawagede—dan ketika gambar eksekusi mengemuka pada tahun 2012. Di Indonesia kekerasan Indonesia terhadap Belanda kurang ditekankan, tetapi tidak diabaikan.

Join 175,000 people who subscribe to free evidence-based news.
Get newsletter

Bagaimana cara Belanda menanggapi sejarah ini?

Sebagai ilmuwan sosial dan direktur studi Belanda dan Flemish di University of Michigan, saya mengajukan pertanyaan ini dalam tulisan-tulisan dan kuliah saya tentang masalah inklusi di daerah-daerah berbahasa Belanda.

Jawaban pertanyaan itu: Belanda mengabaikan pengorbanan orang Indonesia. Begini alasannya.