Kenapa Allah SWT Tidak Bisa Dilihat?
30 Maret 2019 14:12 |
Diperbarui: 2 Juli 2021 21:43
Mungkin kita sering bertanya-tanya di dalam benak: Mengapa Allah tidak terlihat? Mengapa Allah tidak dapat dilihat? Mengapa Allah tidak dapat di raih oleh panca indra kita? Dan lain sebagainya. Pertanyaan ini tidak masalah bagi orang-orang yang yakin akan keberadaan Allah SWT, tetapi alangkah baiknya setiap orang islam mengetahui kenapa Allah SWT tidak mampu di lihat oleh panca indra kita. Baca juga :Tindakan Allah dalam Proses Penciptaan Melalui Firman-Nya Di dalam rukun iman kita wajib percaya Allah SWT itu ada. lalu ada pertanyaan, "Terus kenapa kita harus beriman kepada Allah SWT sedangkan kita tidak bisa melihatnya?". Sebenarnya tidak ada satu makhluk pun yang dapat melihat Allah SWT, termasuk Nabi dan Rasul. Wujudnya Allah itu bukan seperti makhluk ciptaanya. Wujud Allah bukan cahaya, bukan energi, bukan udara, bukan air, bukan api, bukan wanita/pria, bukan jin, bukan malaikat, bukan manusia, dan bukan pula seperti yang di gambarkan dalam animasi atau film-film. Maha suci Allah dari sifat-sifat lemah seperti itu. Bahkan wujud Allah itu tidak bisa dibayangkan wujud-Nya karena akal dan kemampuan manusia tidak akan sampai untuk memahaminya. Baca juga :Jangan Cemas, Allah Menjawab Semua Keluhanmu
Dalam ayat di atas dapat di simpulkan pada saat Nabi Musa A.S ingin melihat wujud Allah SWT, tidak ada satu gunung tersebut yang tidak hancur saat akan datang Allah SWT, itu membuktikan kalau dimensinya ketuhanan dengan dimensi makhluk sangatlah berbeda jauh. Kalau pun kita bisa melihat Allah di dunia menggunakan panca indara, maka kita tidak akan sanggup melihat wujudnya Allah, karena Allah itu lebih terang dan lebih menyilaukan dari pada cahaya manapun. Baca juga :Karena Corona, Kita Jadi Semakin Taat atau Sesat kepada Allah SWT? Jadi dapat di simpulkan kalau melihat Allah SWT merupakan kenikmatan yang tertinggi bagi penghuni jannah (surga) nanti. Sedangkan dunia kita ini adalah bukan tempat kenikmatan, akan tetapi merupakan tempat bersusah payah, bersedih dan tempat pemberian beban (taklif) atau tempat usaha. |