Mengapa negara berkembang seperti Indonesia memiliki angka kelahiran dan kematian yang tinggi

Mengapa negara berkembang seperti Indonesia memiliki angka kelahiran dan kematian yang tinggi

Penjelasan soal halaman 84 IPS kelas 9 tentang mengapa negara maju di Eropa seperti Jerman memiliki angka kelahiran dan kematian yang rendah /pixabay/Free-Photos


RINGTIMES BANYUWANGI - Simak berikut pembahasan soal materi tentang mengapa negara maju di eropa seperti Jerman mempunyai angka kelahiran dan kematian yang rendah, mata pelajaran IPS kelas 9 SMP halaman 84.

Artikel ini dibuat untuk membantu adik-adik kelas 9 agar mudah memahami pembahasan tentang negara maju di Eropa seperti Jerman memiliki angka kelahiran dan kematian rendah.

Yuk segara buka halaman 84 buku IPS, mari kita belajar bersama dengan memahami pembahasan soal materi tentang alasan angka kematian dan kelahiran di negara Eropa rendah.

Baca Juga: Sebaran Penduduk Asia dan Faktor yang Mempengaruhinya, Pembahasan Soal IPS Kelas 9

Dilansir Buku Sekolah Eletronik IPS kelas 9 pada Kamis, 21 Oktober 2021, berikut penjelasan mengapa angka kelahiran dan kematian di negara Eropa rendah.

Alasan yang paling diutamakan adalah agar dapat menekan angka pertumbuhan penduduk. Apabila negara maju memiliki jumlah penduduk yang kecil maka pendapatan akan besar.

>

Sebagian besar penduduk negara maju lebih mementingkan karir daripada menikah. Oleh sebab itu banyak yang menunda pernikahan.

Baca Juga: Materi Bahasa Indonesia Halaman 82 Kelas 9 SMP, Orientasi Anak Rajin dan Pohon Pengetahuan

Biaya hidup di negara maju cenderung tinggi. Penduduk akan berpikir dua kali jika ingin menikah dan memiliki anak apabila karier belum sesuai target. Sehingga angka kelahiran sangat rendah.

Angka kelahiran yang rendah juga berdampak pada angka kematian yang rendah pula.

Sumber: Buku Sekolah Elektronik

tirto.id - Karakteristik negara maju dan negara berkembang memiliki 5 indikator, mulai dari pendapatan hingga angka melek huruf. Namun, terdapat juga beberapa karakteristik lain yang membedakan penduduk negara maju dan berkembang.

Secara umum, negara-negara di dunia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu negara maju dan negara berkembang. Pengelompokan ini dilakukan oleh Bank Dunia berdasarkan indikator kesejahteraan penduduk negara bersangkutan.

Negara-negara yang sedang berkembang juga dikenal dengan sebutan kelompok negara Dunia Ketiga atau Negara Selatan. Sementara itu, negara-negara maju disebut kelompok negara Dunia Pertama.

Saat ini, negara-negara maju sebagian besar berada di kawasan Eropa Barat, Amerika Utara, Australia, Selandia Baru, dan Jepang. Di sisi lain, negara berkembang sebagian besar berada di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Apa saja indikator negara maju dan berkembang? Yohana Prima, dkk. (2011) dalam artikel yang dimuat di Jurnal Paradigma Ekonomi menuliskan beberapa indikator negara berkembang sebagai berikut:

1. Pendapatan

Pendapatan per kapita penduduknya merupakan indikator pertama pengelompokan negara berkembang dan negara maju. Pendapatan per kapita adalah jumlah rata-rata pendapatan penduduk di negara bersangkutan.

Bagi negara maju, pendapatan per kapitanya tergolong tinggi tiap tahunnya. Karena itulah, nilai ekonomi negara maju dapat terdongkrak dan angka kemiskinan dapat teratasi.

Sebaliknya, negara berkembang memiliki pendapatan per kapita yang tergolong rendah sehingga kesejahteraan tidak merata dan jumlah kemiskinan masih tinggi di wilayahnya.

2. Kemiskinan

Negara maju mampu menanggulangi kemiskinan penduduknya. Angka kemiskinan ditekan sedemikian rupa dan kesejahteraan menjadi merata di sebagian besar penduduk negara bersangkutan.

Sementara itu, angka kemiskinan di negara berkembang masih tergolong tinggi. Akibatnya, kesejahteraan menjadi tidak merata dan kualitas hidup penduduknya masih rendah.

3. Tingkat Pengangguran

Di negara maju, tingkat pengangguran penduduknya rendah dan lapangan kerjanya produktif menyerap tenaga kerja.

Sementara itu, di negara berkembang, tingkat penganggurannya tinggi, dan banyak tenaga kerja yang tidak produktif, serta tidak terserap lapangan kerja.

4. Angka Kematian Bayi dan Ibu Melahirkan

Di negara-negara maju, angka kematian bayi dan ibu melahirkan tergolong rendah. Karena itulah, penduduknya bisa mencukupi makanan bergizi, serta pelayanan kesehatan dan obat-obatan memadai.

Sementara itu, di negara berkembang, angka kematian bayi dan ibu melahirkan tergolong tinggi. Keadaan ini ditambah dengan perekonomian negara yang belum bisa mencukupi kebutuhan gizi, serta pelayanan kesehatan yang belum maksimal, menjadikan ibu dan anak-anak kurang sejahtera.

5. Angka Melek Huruf

Di bidang pendidikan, yang menentukan suatu negara tergolong maju dan berkembang adalah angka melek hurufnya. Di negara maju, angka melek huruf penduduknya tergolong tinggi, sementara itu, di negara berkembang, angka melek hurufnya masih rendah.

Selain itu, Lincolin Arsyad dalam Konsep dan Pengukuran Pembangunan Ekonomi (2010) menyebutkan bahwa terdapat beberapa karakteristik lain yang membedakan penduduk negara maju dan berkembang, yang mencakup standar hidup kedua kelompok negara di atas, produktivitas kerja, dan tingkat pertumbuhan penduduknya.

Negara berkembang memiliki standar hidup rendah, seperti sarana kesehatan yang terbatas, kondisi perumahan yang kurang memadai, pendidikan yang rendah dan lain sebagainya. Sebaliknya, penduduk negara maju memiliki standar hidup yang tinggi.

Negara berkembang juga memiliki tingkat produktivitas kerja rendah, sementara negara maju memiliki tingkat produktivitas kerja tinggi.

Selain itu, tingkat pertumbuhan penduduk negara berkembang juga tinggi, seiring dengan beban tanggungan yang tinggi. Di sisi lain, di negara maju, tingkat pertumbuhan penduduk dan beban tanggungannya rendah sehingga kebutuhan sandang, pangan, dan papan lebih berkualitas dan dapat tercukupi secara merata.

Baca juga:

  • 2020, Resesi Pertama Negara Berkembang Asia dalam 60 Tahun Terakhir
  • Faisal Basri: Indonesia Akan Krisis Energi sebelum Jadi Negara Maju

Baca juga artikel terkait NEGARA MAJU atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/dip)


Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Kontributor: Abdul Hadi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Mengapa negara berkembang seperti Indonesia memiliki angka kelahiran dan kematian yang tinggi

Ilustrasi populasi dunia | Arthimedes /Shutterstock

Hasil riset terbaru mengatakan adanya ledakan jumlah penduduk di negara berkembang. Namun, jumlah kelahiran menurun drastis di sejumlah negara maju.

Sumber dari hasil riset berdasarkan investigasi global, media sosial, dan informasi publik yang dilakukan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME).

Mereka menemukan bahwa jumlah penduduk yang meningkat pesat di negara berkembang dikarenakan ledakan jumlah kelahiran.

Sementara itu, penduduk negara yang dikategorikan lebih maju tidak memproduksi jumlah anak yang cukup untuk mempertahankan populasi mereka.

Gambaran tingkat kelahiran, kematian, dan penderita penyakit secara global digunakan periset untuk mengevaluasi ribuan rangkaian data berdasarkan kondisi negara.

Mereka pun menemukan bahwa sekarang ini penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia.

IHME bersama dengan University of Washington by the Bill and Melinda Gates Foundation mengumpulkan 8.000 sumber data, sebanyak 600 sampel baru, untuk mengumpulkan informasi lebih detil dalam mempelajari kesehatan dan populasi lingkup global.

Mereka menemukan, sementara populasi dunia meroket, 2,6 miliar jiwa pada tahun 1950 menjadi 7,5 miliar pada tahun 2017, pertumbuhan yang terjadi sangat tidak merata berdasarkan wilayah dan pendapatan.

Sebanyak 91 negara di Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan, ditemukan tidak menghasilkan cukup banyak anak-anak untuk mempertahankan populasi saat ini.

Namun, kondisi berbeda terjadi di Afrika dan Asia. Dua wilayah tersebut mengalami peningkatan jumlah kelahiran dari waktu ke waktu. Salah satu contohnya adalah perempuan Nigeria bisa melahirkan tujuh anak selama masa hidupnya.

Ali Mokdad, Profesor Ilmu Metrik Kesehatan di IHME, mengatakan bahwa satu faktor paling penting dalam menentukan pertumbuhan adalah pendidikan.

“Tergantung pada faktor sosial ekonomi, tetapi pendidikan untuk perempuan sangat penting fungsinya,” jelas Mokdad.

“Semakin banyak perempuan yang teredukasi dengan baik, dia akan mengembangkan diri lebih banyak di sekolah, menunda kehamilan, dan akan mengatur kehamilan lebih bijak,” imbuhnya.

Berdasarkan hasil riset, IHME juga menemukan, Siprus merupakan negara yang paling tidak subur di Bumi dengan rata-rata perempuan melahirkan hanya satu dalam masa hidup. Sebaliknya, perempuan di Mali, Afganistan, dan Chad, rata-rata satu perempuan memiliki enam bayi.

Bagaimana dengan Indonesia?

Menurut laporan UNICEF, Tanah Air kita merupakan negara kelima penyumbang angka kelahiran terbesar di dunia.

Laporan UNICEF seirama dengan IHME. Mereka menginformasikan bahwa 90 persen bayi yang lahir di dunia berasal dari negara-negara berkembang. Indonesia tercatat memiliki 13.370 kelahiran bayi.

Kelahiran bayi tertinggi terjadi di India, angkanya mencapai 69.070. Lalu, pada peringkat kedua diduduki Tiongkok dengan angka 44.760 kelahiran bayi. Sementara itu, Nigeria di posisi ketiga dengan 20.210 kelahiran. Posisi keempat adalah Pakistan yang terdokumentasi memiliki 14.910 kelahiran bayi pada awal tahun 2018.

United Nations (UN) memprediksi dunia akan dihuni oleh lebih kurang 10 miliar jiwa pada pertengahan abad ke-21 ini.

Mokdad mengatakan bahwa lonjakan populasi di negara berkembang bisa jadi pengaruh dari pergerakan ekonomi yang membaik.

Menurut dia, perbaikan ekonomi memang memberikan pengaruh tinggi pada lonjakan angka kelahiran.

“Ekonomi di Asia dan Afrika yang sedang bergerak lebih baik, maka kemungkinan besar saat sudah dalam kategori maju, tingkat kelahiran akan menurun dan rata,” jelasnya.

Selain lonjakan angka kelahiran, IHME juga menyebutkan bahwa masa hidup orang-orang zaman sekarang lebih lama dari sebelumnya.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal medis, The Lancet, menunjukkan bahwa harapan hidup laki-laki meningkat menjadi 71 tahun dibandingkan tahun 1950 yang hanya 48 tahun.

Lalu, harapan hidup perempuan sekarang ini sampai dengan usia 76 tahun. Sementara itu, pada tahun 1950 hanya 53 tahun.