Mengapa Indonesia belum memanfaatkan energi nuklir brainly

Jakarta - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN merupakan pusat stasiun pembangkit listrik yang menggunakan reaksi atom sebagai sumber energi pembangkitan listrik. Mengubah energi panas menjadi energi listrik. 

Berbeda dengan sistem pembangkit listrik tenaga air ataupun tenaga angin yang memanfaatkan energi gerak untuk diubah menjadi energi listrik. Sampai saat ini sumber energi tenaga nuklir masih menuai banyak kontroversi.

Berikut Tagar rangkumkan beberapa plus minus dari pembangkit listrik tenaga nuklir.

Manfaat Penggunaan PLTN

1. Tidak Memerlukan Lahan yang Luas

PLTN tidak begitu memerlukan area yang luas untuk pemakaiannya. Berbeda dengan pembangkit lain seperti, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin) atau PLTA yang memerlukan catchment area yang luas. 

Untuk melakukan pendinginan, PLTN bisa saja diletakkan di pinggir pantai, karena memang harus membutuhkan banyak air. Peletakannya juga harus di tempat yang dapat mencegah terganggunya air minum.

2. Emisi Karbon Cukup Rendah

PLTN tidak berkontribusi terhadap emisi karbon. Tak ada emisi CO2 yang dikeluarkan oleh PLTN, karenanya itu tidak akan menyebabkan global warming.

3. Tidak Memproduksi Partikel Polutan

PLTN juga tidak mengeluarkan partikel polutan seperti halnya Pembangkit Thermal dari bahan fosil. Sehingga tidak menimbulkan pencemaran udara yang dapat menyebabkan hujan asam.

4. Energi Yang Dihasilkan Sangat Padat

Energi nuklir memiliki intensitas energi yang tertinggi, energi yang sangat besar diproduksi dari jumlah bahan bakar yang sangat sedikit.

5. Raliable

Energi nuklir sangat reliable, tidak tergantung cuaca, tidak seperti PLT Bayu atau PLTA.

6. Volume Sampah Kecil

Sampah dari energi nulir volumenya relatif cukup kecil. Namun, sampah yang dihasilkan bersifat radioaktif

Kekurangan PLTN

1. Pembuangan Energi Nuklir

Agar tidak mencemari, tempat pembuangan sampah cukup mahal sehingga harus membutuhkan treatment khusus untuk menangani sampah yang bersifat radioaktif. Sehingga tidak dapat mencemari lingkungan.

2. Decomissioning

PLTN yang tidak terpakai tidak bisa begitu saja ditinggalkan. Proses decomissioning akan memakan waktu yang lama dan biaya yang besar untuk mencegah terpaparnya lingkungan sekitar dari sampah radioaktif.

3. Kecelakaan Nuklir

Kecelakaan nuklir dapat menyebarkan partikel radioaktif kelingkungan yang luas. Radiasi ini dapat merusak sel-sel tubuh yang dapat menyebabkan penyakit atau kematian. Penyakit dapat muncul dalam waktu yang lama setelah kejadian radiasi. []

Baca juga: 

Pengenalan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Detail

Mengapa Indonesia belum memanfaatkan energi nuklir brainly

Jakarta. Batan.go.id - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap, menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inlah yang diubah menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar.

Mengapa Indonesia belum memanfaatkan energi nuklir brainly

Daya sebuah PLTN berkisar antara 40 Mwe sampai mencapai 2000 MWe, dan untuk PLTN yang dibangun pada tahun 2005 mempunyai sebaran daya dari 600 MWe sampai 1200 MWe. Sampai tahun 2015 terdapat 437 PLTN yang beroperasi di dunia, yang secara keseluruhan menghasilkan daya sekitar 1/6 dari energi listrik dunia. Sampai saat ini sekitar 66 unit PLTN sedang dibangun di berbagai negara, antara lain Tiongkok 28 unit, Rusia 11 unit, India 7 unit, Uni Emirat Arab 4 unit, Korea Selatan 4 unit, Pakistan dan Taiwan masing-masing 2 unit.

PLTN dikategorikan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Namun pada beberapa pembangkit yang memiliki beberapa unit reaktor yang terpisah memungkinkan untuk menggunakan jenis reaktor yang berbahan bakar seperti Uranium dan Plutonium.

Dilihat: 190094

Mengapa Indonesia belum memanfaatkan energi nuklir brainly

Jakarta (batan.go.id) - Anggota Dewan Energi Nasional, Tumiran mengatakan bahwa energi nuklir adalah sebuah pilihan yang tidak bisa dihindari.

“Nuklir adalah energi, nuklir adalah anugrah dari Tuhan. Tinggal mau dimanfaatkan apa tidak, kalau dimanfaatkan ya untuk Indonesia sendiri,” kata Tumiran saat mengunjungi booth BATAN di pameran Indonesia EBTKE ConEx 2015.

Menurutnya payung hukum dari pemerintah sangat penting untuk menyakinkan publik mengenai kebutuhan akan pemanfaatan tenaga nuklir.

Sesuai dengan Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) sebelum diubah dengan Perpres No. 79 Tahun 2014, nuklir masih dimasukkan ke dalam kelompok energi baru dan terbarukan (EBT) yang akan digunakan sebagai pembangkit listrik. Jumlah kontribusi listrik dari tenaga nuklir diharapkan mencapai 5% dari 100.000 MWe yang diproyeksikan untuk disediakan hingga tahun 2025.

Dengan Perpres tersebut secara keseluruhan jumlah kontribusi dari EBT adalah sekitar 17% yang meliputi energi matahari, air, angin, panas bumi, biodiesel dan nuklir. Namun pada Perpres No. 79 Tahun 2014 dinyatakan bahwa tenaga nuklir dimasukkan sebagai energi alternatif dari sumber energi lainnya.

Ini bisa dimaknai bahwa tenaga nuklir belum masuk dalam skala prioritas pembangunan pembangkit listrik hingga tahun 2019. Hal tersebut bisa dipahami mengingat persiapan untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) memerlukan waktu yang cukup lama.

Pameran Indonesia EBTKE ConEx 2015 merupakan perhelatan besar nasional yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam bidang energi baru terbarukan dan konservasi energi, yang bertujuan untuk mendorong pemanfaatan energi baru dan terbarukan yang lebih besar. Kegiatan ini akan fokus pada langkah nyata untuk percepatan pencapaian target pengembangan dan pemanfaatan EBTKE yang tercantum dalam Kebijakan Energi Nasional.

Mengapa Indonesia belum memanfaatkan energi nuklir brainly

Menurut Kepala Bidang Diseminasi dari Pusat Diseminasi dan Kemitraan (PDK) BATAN, Heru Santosa, pihaknya sangat bangga mengikuti acara Indonesia EBTKE ConEx 2015 ini. Sebab, BATAN berkesempatan memperdalam hubungan dengan pihak-pihak lain untuk pengembangan teknologi nuklir di bidang energi, khususnya nuklir yang ramah lingkungan di Indonesia.

Salah satu pengembangan teknologi nuklir yang telah BATAN rencanakan adalah tapak-tapak untuk calon Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang tersebar di sejumlah daerah, seperti di Semenanjung Muria, Bangka Belitung, Batam, Banten, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.

“Pihaknya hanya bisa menentukan tapak-tapak di daerah yang potensial untuk pembangunan PLTN. Soal pembangunannya sendiri, itu tergantung pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Nanti terserah pemerintah mau menggunakan atau tidak. Kita hanya memilihkan. Karena membangun PLTN itu tidak bisa di sembarang tempat,” jelas Heru.

Selain menentukan lokasi calon tapak PLTN, Heru juga menjelaskan saat ini BATAN tengah merencanakan pembangunan reaktor daya non komersial (RDNK) untuk kepentingan riset bernama proyek Reaktor Daya Eksperimental (RDE).

RDE merupakan suatu strategi pemerintah untuk mengenalkan reaktor nuklir yang menghasilkan listrik dan sekaligus dapat digunakan untuk eksperimen/riset. RDE merupakan PLTN mini yang dimasa depan dapat diaplikasikan di daerah yang tidak membutuhkan daya besar, terutama di wilayah Indonesia Bagian Tengah dan Timur. Disamping itu, untuk menghasilkan listrik kelak tipe reaktor ini dapat dimanfaatkan untuk proses desalinasi (mengubah air laut menjadi air tawar), produksi hidrogen dan proses pencairan batubara.

“Tujuan pembangunan RDE ini adalah membangun reaktor nuklir dengan ukuran kecil yang dapat digunakan sebagai sarana penguasaan teknologi bagi putra-putri Indonesia dalam manajemen pembangunan, pengoperasian dan perawatan reaktor nuklir untuk pembangkit listrik,” ungkap Heru.

Selain itu, RDE juga akan digunakan sebagai sarana demonstrasi teknologi dan edukasi kepada seluruh stakeholders bahwa PLTN aman, ramah lingkungan dan ekonomis sebagai pembangkit listrik.

Lokasi yang dipilih untuk proyek itu sendiri adalah di Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, berdekatan dengan Reaktor Serba Guna GA Siwabessy yang sudah 28 tahun dioperasikan oleh BATAN dengan daya 30 MW.

"Kalau lancar semua dan mendapatkan dukungan pemerintah tahun 2021 reaktor daya non komersial sudah dapat beroperasi," jelas Heru. (*arial)

Mengapa Indonesia belum memanfaatkan energi nuklir brainly

Mengapa Indonesia belum memanfaatkan energi nuklir brainly
Lihat Foto

AFP PHOTO/BOBBY YIP

Menteri Keuangan Inggris George Osborne (kiri) berbicara dengan manajer umum Joint Venture Tenaga Nuklir Taishan Guo Liming di depan reaktor nuklir yang sedang dibangun di pembangkit listrik tenaga nuklir di Taishan, provinsi Guangdong, pada 17 Oktober 2013.

KOMPAS.com - Pemanfatan teknologi nuklir dinilai bisa menjadi opsi sumber energi yang potensial bagi Indonesia. 

Hal itu mengingat Indonesia memiliki sumber bahan bakunya sehingga energi yang dihasilkan bisa lebih murah. 

"Kita memiliki cukup banyak bahan bakunya, energi ini juga akan menjadi murah, sehingga secara keseluruhan dampak ekonomi terhadap industri kita akan cukup baik," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Ridwan Djamaluddin dalam sebuah webinar, Jumat (10/9/2021).

 

Berdasarkan data Badan Tenaga Nuklir Nasional, bahan baku nuklir berupa sumber daya uranium yang dimiliki Indonesia mencapai 81.090 ton dan thorium 140.411 ton.

Baca juga: ESDM: Nuklir Opsi Energi yang Potensial bagi Indonesia

Lantas, mungkinkah Indonesia mampu memanfaatkan potensi itu?

Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, tak ada alasan bagi Indonesia untuk tidak mengembangkan nuklir sebagai sumber energi.

Selain ramah lingkungan, Indonesia juga memiliki sumber mineral dan uranium yang menjadi sumber daya utama reaktor nuklir.

"Kalau resources itu tidak digunakan secara optimal, Indonesia menanggung opportunity cost," kata Fahmy saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/9/2021).

Keamanan reaktor nuklir

Menurut Fahmy, teknologi terbaru reaktor nuklir kini telah mengikis kekhawatiran akan terjadinya kecelakaan, bahkan bisa mencapai zero accident.

Namun, belum ada pemerintahan yang memiliki political will untuk melakukan itu setelah Presiden Habibie.

Ia pun berharap agar Presiden Joko Widodo berkomitmen untuk mengembangkan nuklir sebagai pembangkit listrik, dengan mengubah peraturan yang menempatkan nuklir sebagai alternatif terakhir, menjadi energi prioritas.

Fahmy menuturkan, kurangnya pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) kemungkinan disebabkan oleh adanya resistensi dari kalangan bisnis yang selama ini memasok energi primer pembangkit listrik.

"Saya menduga ada resistensi juga dari kalangan bisnis yang selama ini memasok energi primer untuk pembangkit listrik. Pasalnya, energi nuklir akan menjadi pesaing utama," jelas dia.

Baca juga: Ilmuwan China Gunakan Teknologi Nuklir untuk Membasmi Nyamuk

Ketergantungan energi fosil

Ia menjelaskan, energi fosil pada bauran energi pembangkit listrik hingga akhir 2020 masih sebesar 87,85 persen, sebanyak 57,22 persen di antaranya didominasi oleh batu bara.

Sementara itu, Energi Baru Terbarukan (EBT) hanya 12,16 persen, jauh dari target yang ditetapkan pada 2025 sebesar 23 persen dan 31 persen pada 2050.

Menurutnya, PLN sebenarnya sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan EBT dalam bauran energi sesuai target yang ditetapkan, seperti penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Namun, kapasitas pembangkit listrik tetap EBT masih kecil.

"Tanpa ada upaya terobosan, PLN diproyeksikan tidak akan dapat mencapai 100 persen EBT yang dipersyaratkan untuk mencapai zero carbon pada 2050," ujarnya.

Baca juga: Benarkah Kecoa Bisa Selamat dari Nuklir?

Tiga syarat utama

Agar pengembangan PLTN berjalan lancar, Fahmy menyebut ada tiga syarat yang dibutuhkan.

Pertama, komitmen yang kuat dari kepala negara untuk merealisasikan PLTN. Minimal, komitmen itu serupa dengan pembangunan jalan tol di Indonesia.

Kedua, Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Energi Nasional (DEN) harus merealisasikan komitmen Joko Widodo dengan mengubah Kebijakan Energi Nasional (KEN).

"KEN yang selama ini menempatkan energi nuklir sebagai alternatif terakhhir, harus diubah menjadikan energi nuklir sebagai energi prioritas," kata Fahmy.

Ketiga, melakukan kampanye publik untuk meningkatkan tingkat penerimaan masyarakat terhadap penggunaan PLTN.

Selama ini, tingkat penerimaan masyarakat terhadap PLTN masih sangat rendah. Salah satunya disebabkan oleh trauma kecelakaan reaktor nuklir di beberapa negara.

Baca juga: Pembangkit Nuklir China Dilaporkan Bocor, Berbahayakah?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.