Mengapa disebut sebagai zaman batu tua

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak mempunyai, leka: tulisan) yaitu istilah yang digunakan bagi merujuk bagi masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah mampu dikatakan bermula pada ketika terbentuknya dunia semesta, namun umumnya digunakan bagi mengacu bagi masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.

Batasan selang zaman prasejarah dengan zaman sejarah yaitu mulai mempunyainya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah yaitu zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah yaitu zaman setelah mempunyainya tulisan. Habisnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah bagi setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada ketika itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan habis pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar zaman ke-5; dibuktikan dengan mempunyainya prasasti yang berwujud yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.

Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melewati bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya diperoleh dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.

Periodisasi

Arkeologi

Mengapa disebut sebagai zaman batu tua
Bagi detail semakin lanjut mengenai topik ini, lihat Arkeologi.

Arkeologi yaitu ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melewati benda-benda artefak. Dari hasil penelitian para pandai arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia mampu dikenali. Sesuai penggalian arkeologi maka prasejarah mampu dibagi menjadi 2 zaman yaitu, zaman batu dan zaman logam.

Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, selang lain:

Zaman Batu Tua

Zaman batu tua (palaeolitikum) disebut demikian karena alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum kenal bercocok tanam.

Terdapat dua kebudayaan yang yaitu patokan zaman ini, yaitu:

  1. Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus)
  2. Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)

Alat-alat yang dibuat selang lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)

Zaman Batu Tengah

1. Ciri zaman Mesolithikum:

a. Nomaden dan masih memainkan food gathering (mengumpulkan makanan)b. Alat-alat yang dibuat nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih yaitu alat-alat batu kasar.c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger (sampah dapur)c. Alat-alat zaman mesolithikum selang lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah.d. Alat-alat diatas jumlah ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.e. Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut Abris Sous Roche selang lain: Flakes (Peralatan serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.

2. Tiga anggota penting kebudayaan Mesolithikum:

a. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger)b. Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)c. Flakes Culture (kebudayaan peralatan serpih dari Abris Saus Roche)

3. Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum yaitu bangsa Papua--Melanosoid

Zaman Batu Muda

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) yaitu alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dibuat selang lain:

  1. Kapak persegi, contohnya beliung, pacul, dan torah yang jumlah terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
  2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,
  3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
  4. Pakaian dari kulit kayu
  5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)

Manusia pendukung Neolithikum yaitu Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)

Zaman Batu Luhur

Zaman ini disebut juga bagi zaman megalithikum. Hasil kebudayaan Megalithikum, selang lain: 1. Menhir: tugu batu yang dibangun bagi pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang. 2. Dolmen: meja batu tempat menempatkan sesaji bagi upacara pemujaan roh nenek moyang 3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup) 4. Punden berundak: tempat pemujaan bertajuk 5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu luhur yang mampu dibuka-tutup 6. Arca/patung batu: simbol bagi mengungkapkan keyakinan mereka

Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah mampu menciptakan alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan peralatan logam mempunyai dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil memainkan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:

Zaman PerungguPada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah mampu mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang semakin keras.Alat-alat perunggu pada zaman ini selang lain :a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan peralatan perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irianb. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan bagi maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Letic. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)Zaman BesiPada zaman ini orang sudah mampu melebur besi dari bijinya bagi dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi semakin sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu karena melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.Alat-alat besi yang dibuat selang lain:a. Mata Kapak bertungkai kayub. Mata Pisauc. Mata Sabitd. Mata Pedange. CangkulAlat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bangunnya seperti alat-alat perunggu, karena biasanya alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.

Selang zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalitikum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu luhur bagi peralatannya, bahkan puncak kebudayaan megalitikum justru pada zaman logam.

Era Prasejarah Di Indonesia

Bacaan rujukan

  • Sumarno, dkk. Sejarah Norma budaya 3A, Yudhistira, 1997.

Lihat pula


edunitas.com


Page 2

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak berada, leka: tulisan) merupakan istilah yang dipergunakan kepada merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat disebutkan berasal pada ketika terbentuknya dunia semesta, namun umumnya dipergunakan kepada mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.

Batas selang zaman prasejarah dengan zaman sejarah merupakan mulai beradanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah merupakan zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah merupakan zaman setelah beradanya tulisan. Habisnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah kepada setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir semakin kurang tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada ketika itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan habis pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, semakin kurang zaman ke-5; dibuktikan dengan beradanya prasasti yang berpotongan yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.

Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melintasi bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam arti bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.

Periodisasi

Arkeologi

Mengapa disebut sebagai zaman batu tua
Kepada detail bertambah lanjut mengenai topik ini, lihat Arkeologi.

Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melintasi benda-benda artefak. Dari hasil penelitian para pakar arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia dapat dikenal. Berdasarkan penggalian arkeologi maka prasejarah dapat dibagi menjadi 2 zaman yaitu, zaman batu dan zaman logam.

Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat norma budaya istiadat terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, selang lain:

Zaman Batu Tua

Zaman batu tua (palaeolitikum) dikata demikian sebab alat-alat batu hasil pekerjaan manusia sedang dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini dikata masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya sedang hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum kenal bercocok tanam.

Terdapat dua norma budaya istiadat yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

  1. Norma budaya istiadat Pacitan (Pithecanthropus)
  2. Norma budaya istiadat Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)

Alat-alat yang dihasilkan selang lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang hewan atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)

Zaman Batu Tengah

1. Ciri zaman Mesolithikum:

a. Nomaden dan sedang melaksanakan food gathering (mengumpulkan makanan)b. Alat-alat yang dihasilkan hampir sama dengan zaman palaeolithikum yakni sedang merupakan alat-alat batu kasar.c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang dikata Kjoken Mondinger (sampah dapur)c. Alat-alat zaman mesolithikum selang lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah.d. Alat-alat diatas jumlah ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.e. Alat-alat norma budaya istiadat Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang dikata Abris Sous Roche selang lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.

2. Tiga anggota penting norma budaya istiadat Mesolithikum:

a. Pebble-Culture (alat norma budaya istiadat kapak genggam dari Kjoken Mondinger)b. Bone-Culture (alat norma budaya istiadat dari Tulang)c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)

3. Manusia pendukung norma budaya istiadat Mesolithikum merupakan bangsa Papua--Melanosoid

Zaman Batu Muda

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) merupakan alat-alat batu hasil pekerjaan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan selang lain:

  1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang jumlah terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
  2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,
  3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
  4. Pakaian dari kulit kayu
  5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)

Manusia pendukung Neolithikum merupakan Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)

Zaman Batu Luhur

Zaman ini dikata juga kepada zaman megalithikum. Hasil norma budaya istiadat Megalithikum, selang lain: 1. Menhir: tugu batu yang dibangun kepada pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang. 2. Dolmen: meja batu tempat meletak sesaji kepada upacara pemujaan roh nenek moyang 3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup) 4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat 5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu luhur yang dapat dibuka-tutup 6. Arca/patung batu: simbol kepada mengungkapkan kepercayaan mereka

Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat menciptakan alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diminta. Teknik pembuatan alat logam berada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang dikata bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang dikata a cire perdue. Periode ini juga dikata masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melaksanakan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:

Zaman PerungguPada zaman perunggu atau yang dikata juga dengan norma budaya istiadat Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang bertambah keras.Alat-alat perunggu pada zaman ini selang lain :a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irianb. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang dipergunakan kepada maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Letic. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)Zaman BesiPada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya kepada dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi bertambah sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.Alat-alat besi yang dihasilkan selang lain:a. Mata Kapak bertungkai kayub. Mata Pisauc. Mata Sabitd. Mata Pedange. CangkulAlat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga dikata zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab biasanya alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.

Selang zaman neolitikum dan zaman logam sudah mengembang norma budaya istiadat megalitikum, yaitu norma budaya istiadat yang menggunakan media batu-batu luhur kepada alatnya, bahkan puncak norma budaya istiadat megalitikum justru pada zaman logam.

Era Prasejarah Di Indonesia

Bacaan rujukan

  • Sumarno, dkk. Sejarah Adat 3A, Yudhistira, 1997.

Lihat juga


edunitas.com


Page 3

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak berada, leka: tulisan) merupakan istilah yang dipergunakan kepada merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat disebutkan berasal pada ketika terbentuknya dunia semesta, namun umumnya dipergunakan kepada mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.

Batas selang zaman prasejarah dengan zaman sejarah merupakan mulai beradanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah merupakan zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah merupakan zaman setelah beradanya tulisan. Habisnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah kepada setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir semakin kurang tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada ketika itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan habis pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, semakin kurang zaman ke-5; dibuktikan dengan beradanya prasasti yang berpotongan yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.

Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melintasi bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam arti bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.

Periodisasi

Arkeologi

Mengapa disebut sebagai zaman batu tua
Kepada detail bertambah lanjut mengenai topik ini, lihat Arkeologi.

Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melintasi benda-benda artefak. Dari hasil penelitian para pakar arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia dapat dikenal. Berdasarkan penggalian arkeologi maka prasejarah dapat dibagi menjadi 2 zaman yaitu, zaman batu dan zaman logam.

Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat norma budaya istiadat terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, selang lain:

Zaman Batu Tua

Zaman batu tua (palaeolitikum) dikata demikian sebab alat-alat batu hasil pekerjaan manusia sedang dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini dikata masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya sedang hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum kenal bercocok tanam.

Terdapat dua norma budaya istiadat yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

  1. Norma budaya istiadat Pacitan (Pithecanthropus)
  2. Norma budaya istiadat Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)

Alat-alat yang dihasilkan selang lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang hewan atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)

Zaman Batu Tengah

1. Ciri zaman Mesolithikum:

a. Nomaden dan sedang melaksanakan food gathering (mengumpulkan makanan)b. Alat-alat yang dihasilkan hampir sama dengan zaman palaeolithikum yakni sedang merupakan alat-alat batu kasar.c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang dikata Kjoken Mondinger (sampah dapur)c. Alat-alat zaman mesolithikum selang lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah.d. Alat-alat diatas jumlah ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.e. Alat-alat norma budaya istiadat Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang dikata Abris Sous Roche selang lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.

2. Tiga anggota penting norma budaya istiadat Mesolithikum:

a. Pebble-Culture (alat norma budaya istiadat kapak genggam dari Kjoken Mondinger)b. Bone-Culture (alat norma budaya istiadat dari Tulang)c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)

3. Manusia pendukung norma budaya istiadat Mesolithikum merupakan bangsa Papua--Melanosoid

Zaman Batu Muda

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) merupakan alat-alat batu hasil pekerjaan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan selang lain:

  1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang jumlah terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
  2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,
  3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
  4. Pakaian dari kulit kayu
  5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)

Manusia pendukung Neolithikum merupakan Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)

Zaman Batu Luhur

Zaman ini dikata juga kepada zaman megalithikum. Hasil norma budaya istiadat Megalithikum, selang lain: 1. Menhir: tugu batu yang dibangun kepada pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang. 2. Dolmen: meja batu tempat meletak sesaji kepada upacara pemujaan roh nenek moyang 3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup) 4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat 5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu luhur yang dapat dibuka-tutup 6. Arca/patung batu: simbol kepada mengungkapkan kepercayaan mereka

Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat menciptakan alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diminta. Teknik pembuatan alat logam berada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang dikata bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang dikata a cire perdue. Periode ini juga dikata masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melaksanakan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:

Zaman PerungguPada zaman perunggu atau yang dikata juga dengan norma budaya istiadat Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang bertambah keras.Alat-alat perunggu pada zaman ini selang lain :a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irianb. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang dipergunakan kepada maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Letic. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)Zaman BesiPada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya kepada dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi bertambah sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.Alat-alat besi yang dihasilkan selang lain:a. Mata Kapak bertungkai kayub. Mata Pisauc. Mata Sabitd. Mata Pedange. CangkulAlat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga dikata zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab biasanya alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.

Selang zaman neolitikum dan zaman logam sudah mengembang norma budaya istiadat megalitikum, yaitu norma budaya istiadat yang menggunakan media batu-batu luhur kepada alatnya, bahkan puncak norma budaya istiadat megalitikum justru pada zaman logam.

Era Prasejarah Di Indonesia

Bacaan rujukan

  • Sumarno, dkk. Sejarah Adat 3A, Yudhistira, 1997.

Lihat juga


edunitas.com


Page 4

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak berada, leka: tulisan) merupakan istilah yang dipergunakan kepada merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat disebutkan berasal pada ketika terbentuknya dunia semesta, namun umumnya dipergunakan kepada mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.

Batas selang zaman prasejarah dengan zaman sejarah merupakan mulai beradanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah merupakan zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah merupakan zaman setelah beradanya tulisan. Habisnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah kepada setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir semakin kurang tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada ketika itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan habis pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, semakin kurang zaman ke-5; dibuktikan dengan beradanya prasasti yang berpotongan yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.

Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melintasi bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam arti bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.

Periodisasi

Arkeologi

Mengapa disebut sebagai zaman batu tua
Kepada detail bertambah lanjut mengenai topik ini, lihat Arkeologi.

Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melintasi benda-benda artefak. Dari hasil penelitian para pakar arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia dapat dikenal. Berdasarkan penggalian arkeologi maka prasejarah dapat dibagi menjadi 2 zaman yaitu, zaman batu dan zaman logam.

Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat norma budaya istiadat terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, selang lain:

Zaman Batu Tua

Zaman batu tua (palaeolitikum) dikata demikian sebab alat-alat batu hasil pekerjaan manusia sedang dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini dikata masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya sedang hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum kenal bercocok tanam.

Terdapat dua norma budaya istiadat yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

  1. Norma budaya istiadat Pacitan (Pithecanthropus)
  2. Norma budaya istiadat Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)

Alat-alat yang dihasilkan selang lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang hewan atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)

Zaman Batu Tengah

1. Ciri zaman Mesolithikum:

a. Nomaden dan sedang melaksanakan food gathering (mengumpulkan makanan)b. Alat-alat yang dihasilkan hampir sama dengan zaman palaeolithikum yakni sedang merupakan alat-alat batu kasar.c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang dikata Kjoken Mondinger (sampah dapur)c. Alat-alat zaman mesolithikum selang lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah.d. Alat-alat diatas jumlah ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.e. Alat-alat norma budaya istiadat Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang dikata Abris Sous Roche selang lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.

2. Tiga anggota penting norma budaya istiadat Mesolithikum:

a. Pebble-Culture (alat norma budaya istiadat kapak genggam dari Kjoken Mondinger)b. Bone-Culture (alat norma budaya istiadat dari Tulang)c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)

3. Manusia pendukung norma budaya istiadat Mesolithikum merupakan bangsa Papua--Melanosoid

Zaman Batu Muda

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) merupakan alat-alat batu hasil pekerjaan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan selang lain:

  1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang jumlah terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
  2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,
  3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
  4. Pakaian dari kulit kayu
  5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)

Manusia pendukung Neolithikum merupakan Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)

Zaman Batu Luhur

Zaman ini dikata juga kepada zaman megalithikum. Hasil norma budaya istiadat Megalithikum, selang lain: 1. Menhir: tugu batu yang dibangun kepada pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang. 2. Dolmen: meja batu tempat meletak sesaji kepada upacara pemujaan roh nenek moyang 3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup) 4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat 5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu luhur yang dapat dibuka-tutup 6. Arca/patung batu: simbol kepada mengungkapkan kepercayaan mereka

Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat menciptakan alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diminta. Teknik pembuatan alat logam berada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang dikata bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang dikata a cire perdue. Periode ini juga dikata masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melaksanakan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:

Zaman PerungguPada zaman perunggu atau yang dikata juga dengan norma budaya istiadat Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang bertambah keras.Alat-alat perunggu pada zaman ini selang lain :a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irianb. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang dipergunakan kepada maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Letic. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)Zaman BesiPada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya kepada dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi bertambah sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.Alat-alat besi yang dihasilkan selang lain:a. Mata Kapak bertungkai kayub. Mata Pisauc. Mata Sabitd. Mata Pedange. CangkulAlat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga dikata zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab biasanya alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.

Selang zaman neolitikum dan zaman logam sudah mengembang norma budaya istiadat megalitikum, yaitu norma budaya istiadat yang menggunakan media batu-batu luhur kepada alatnya, bahkan puncak norma budaya istiadat megalitikum justru pada zaman logam.

Era Prasejarah Di Indonesia

Bacaan rujukan

  • Sumarno, dkk. Sejarah Adat 3A, Yudhistira, 1997.

Lihat juga


edunitas.com


Page 5

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak berada, leka: tulisan) merupakan istilah yang dipergunakan kepada merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat disebutkan berasal pada ketika terbentuknya dunia semesta, namun umumnya dipergunakan kepada mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.

Batas selang zaman prasejarah dengan zaman sejarah merupakan mulai beradanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah merupakan zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah merupakan zaman setelah beradanya tulisan. Habisnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah kepada setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir semakin kurang tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada ketika itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan habis pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, semakin kurang zaman ke-5; dibuktikan dengan beradanya prasasti yang berpotongan yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.

Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melintasi bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam arti bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.

Periodisasi

Arkeologi

Mengapa disebut sebagai zaman batu tua
Kepada detail bertambah lanjut mengenai topik ini, lihat Arkeologi.

Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melintasi benda-benda artefak. Dari hasil penelitian para pakar arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia dapat dikenal. Berdasarkan penggalian arkeologi maka prasejarah dapat dibagi menjadi 2 zaman yaitu, zaman batu dan zaman logam.

Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat norma budaya istiadat terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, selang lain:

Zaman Batu Tua

Zaman batu tua (palaeolitikum) dikata demikian sebab alat-alat batu hasil pekerjaan manusia sedang dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini dikata masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya sedang hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum kenal bercocok tanam.

Terdapat dua norma budaya istiadat yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

  1. Norma budaya istiadat Pacitan (Pithecanthropus)
  2. Norma budaya istiadat Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)

Alat-alat yang dihasilkan selang lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang hewan atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)

Zaman Batu Tengah

1. Ciri zaman Mesolithikum:

a. Nomaden dan sedang melaksanakan food gathering (mengumpulkan makanan)b. Alat-alat yang dihasilkan hampir sama dengan zaman palaeolithikum yakni sedang merupakan alat-alat batu kasar.c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang dikata Kjoken Mondinger (sampah dapur)c. Alat-alat zaman mesolithikum selang lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah.d. Alat-alat diatas jumlah ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.e. Alat-alat norma budaya istiadat Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang dikata Abris Sous Roche selang lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.

2. Tiga anggota penting norma budaya istiadat Mesolithikum:

a. Pebble-Culture (alat norma budaya istiadat kapak genggam dari Kjoken Mondinger)b. Bone-Culture (alat norma budaya istiadat dari Tulang)c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)

3. Manusia pendukung norma budaya istiadat Mesolithikum merupakan bangsa Papua--Melanosoid

Zaman Batu Muda

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) merupakan alat-alat batu hasil pekerjaan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan selang lain:

  1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang jumlah terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
  2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,
  3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
  4. Pakaian dari kulit kayu
  5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)

Manusia pendukung Neolithikum merupakan Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)

Zaman Batu Luhur

Zaman ini dikata juga kepada zaman megalithikum. Hasil norma budaya istiadat Megalithikum, selang lain: 1. Menhir: tugu batu yang dibangun kepada pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang. 2. Dolmen: meja batu tempat meletak sesaji kepada upacara pemujaan roh nenek moyang 3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup) 4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat 5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu luhur yang dapat dibuka-tutup 6. Arca/patung batu: simbol kepada mengungkapkan kepercayaan mereka

Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat menciptakan alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diminta. Teknik pembuatan alat logam berada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang dikata bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang dikata a cire perdue. Periode ini juga dikata masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melaksanakan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:

Zaman PerungguPada zaman perunggu atau yang dikata juga dengan norma budaya istiadat Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang bertambah keras.Alat-alat perunggu pada zaman ini selang lain :a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irianb. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang dipergunakan kepada maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Letic. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)Zaman BesiPada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya kepada dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi bertambah sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.Alat-alat besi yang dihasilkan selang lain:a. Mata Kapak bertungkai kayub. Mata Pisauc. Mata Sabitd. Mata Pedange. CangkulAlat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga dikata zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab biasanya alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.

Selang zaman neolitikum dan zaman logam sudah mengembang norma budaya istiadat megalitikum, yaitu norma budaya istiadat yang menggunakan media batu-batu luhur kepada alatnya, bahkan puncak norma budaya istiadat megalitikum justru pada zaman logam.

Era Prasejarah Di Indonesia

Bacaan rujukan

  • Sumarno, dkk. Sejarah Adat 3A, Yudhistira, 1997.

Lihat juga


edunitas.com


Page 6

Mengapa disebut sebagai zaman batu tua

Prasasti El Baul Stela.

Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai penghabisan dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, dimana masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajai tentang prasasti disebut Epigrafi.

Di selang bermacam sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Mempunyai jumlah hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan argumen mengapa prasasti tersebut dikeluarkan.

Dalam pengertian modern di Indonesia, prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di batu nisan atau di gedung, terutama pada ketika peletakan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan. Dalam berita-berita media massa, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri, atau kepala daerah meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga sekarang.

Etimologi

Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta, dengan artian sebenarnya adalah "pujian". Namun yang belakang sekali dianggap bagi "piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang atau tulisan". Di kalangan arkeolog prasasti disebut inskripsi, sementara di kalangan orang awam disebut batu bertulis atau batu bertulis.

Meskipun artiannya "pujian", tidak semua prasasti mengandung puji-pujian (kepada raja). Sebagian luhur prasasti dikenali mempunyai isinya keputusan mengenai penetapan suatu desa atau daerah menjadi sima atau daerah perdikan. Sima adalah tanah yang diberikan oleh raja atau penguasa kepada masyarakat yang dianggap berguna. Karena itu keberadaan tanah sima dilindungi oleh kerajaan.

Konten

Konten prasasti lainnya berupa keputusan pengadilan tentang perkara perdata (disebut prasasti jayapatra atau jayasong), bagi tanda kemenangan (jayacikna), tentang utang-piutang (suddhapatra), dan tentang kutukan atau sumpah. Prasasti tentang kutukan atau sumpah nyaris semuanya ditulis pada masa kerajaan Sriwijaya. Serta adapula prasasti yang mengandung tentang genealogi raja atau asal usul suatu tokoh.

Sampai kini prasasti tertua di Indonesia teridentifikasi berasal dari zaman ke-5 Masehi, yaitu prasasti Yupa dari kerajaan Kutai, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut mengandung mengenai hubungan genealogi pada masa pemerintahan raja Mulawarman. Prasasti Yupa adalah prasasti batu yang ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Periode paling jumlah pengeluaran prasasti terjadi pada zaman ke-8 hingga ke-14. Pada ketika itu aksara yang jumlah digunakan adalah Pallawa, Prenagari, Sanskerta, Jawa Kuna, Melayu Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna. Bahasa yang digunakan juga bervariasi dan umumnya adalah bahasa Sanskerta, Jawa Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna.

Mengapa disebut sebagai zaman batu tua

Batu bertulis dari Sumatera Barat

Prasasti dapat ditemukan dalam bangun angka tahun maupun tulisan singkat. Angka tahun dapat ditulis dengan angka maupun candrasengkala, baik kata-kata maupun tulisan. Tulisan singkat dapat ditemukan pada dinding candi, pada ambang pintu anggota atas dan pada batu-batu candi.

Pada zaman kerajaan Islam, prasasti menggunakan aksara dan bahasa Arab ataupun aksara Arab namun bicara Melayu aksara Pegon. Sebagian luhur prasasti terdapat pada lempengan-lempengan tembaga bertulis, makam, masjid, alat berselok dinding, baik di masjid maupun dirumah para bangsawan, pada cincin cap dan cap kerajaan, mata uang, meriam, dan lain-lainnya. Pada masa yang semakin muda yaiyu masa kolonial, aksara Latin jumlah digunakan, meliputi bahasa-bahasa Inggris, Portugis, dan Belanda. Prasasti Latin umumnya terdapat pada gereja-gereja, rumah dinas pejabat kolonial, benteng-benteng, tugu peringatan, meriam, mata uang, cap, dan makam. Prasasti beraksara dan bicara Cina juga dikenal di Indonesia yang tersebar selang masa Klasik sampai masa Islam. Prasasti tersebut terdapat pada mata uang, benda-benda porselin, gong perunggu dan batu-batu kubur yang biasanya terbuat dari batuan pualam.

Bahan yang digunakan bagi menuliskan prasasti biasanya berupa batu atau lempengan logam, daun, dan kertas. Selain andesit, batu yang digunakan adalah batu kapur, pualam, dan basalt. Dalam arkeologi, prasasti batu disebut upala prasasti. Prasasti logam yang umumnya terbuat dari tembaga dan perunggu, biasa disebut tamra prasasti. Hanya sedikit sekali prasasti yang berbahan lembaran perak dan emas. Adapula yang disebutripta prasasti, yakni prasasti yang ditulis di atas lontar atau daun tal. Beberapa prasasti terbuat tanah liat atau tablet yang dimasukkan dengan mantra-mantra agama Buddha.

Lihat pula


edunitas.com


Page 7

Mengapa disebut sebagai zaman batu tua

Prasasti El Baul Stela.

Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai penghabisan dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, dimana masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajai tentang prasasti disebut Epigrafi.

Di selang bermacam sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Mempunyai jumlah hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan argumen mengapa prasasti tersebut dikeluarkan.

Dalam pengertian modern di Indonesia, prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di batu nisan atau di gedung, terutama pada ketika peletakan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan. Dalam berita-berita media massa, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri, atau kepala daerah meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga sekarang.

Etimologi

Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta, dengan artian sebenarnya adalah "pujian". Namun yang belakang sekali dianggap bagi "piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang atau tulisan". Di kalangan arkeolog prasasti disebut inskripsi, sementara di kalangan orang awam disebut batu bertulis atau batu bertulis.

Meskipun artiannya "pujian", tidak semua prasasti mengandung puji-pujian (kepada raja). Sebagian luhur prasasti dikenali mempunyai isinya keputusan mengenai penetapan suatu desa atau daerah menjadi sima atau daerah perdikan. Sima adalah tanah yang diberikan oleh raja atau penguasa kepada masyarakat yang dianggap berguna. Karena itu keberadaan tanah sima dilindungi oleh kerajaan.

Konten

Konten prasasti lainnya berupa keputusan pengadilan tentang perkara perdata (disebut prasasti jayapatra atau jayasong), bagi tanda kemenangan (jayacikna), tentang utang-piutang (suddhapatra), dan tentang kutukan atau sumpah. Prasasti tentang kutukan atau sumpah nyaris semuanya ditulis pada masa kerajaan Sriwijaya. Serta adapula prasasti yang mengandung tentang genealogi raja atau asal usul suatu tokoh.

Sampai kini prasasti tertua di Indonesia teridentifikasi berasal dari zaman ke-5 Masehi, yaitu prasasti Yupa dari kerajaan Kutai, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut mengandung mengenai hubungan genealogi pada masa pemerintahan raja Mulawarman. Prasasti Yupa adalah prasasti batu yang ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Periode paling jumlah pengeluaran prasasti terjadi pada zaman ke-8 hingga ke-14. Pada ketika itu aksara yang jumlah digunakan adalah Pallawa, Prenagari, Sanskerta, Jawa Kuna, Melayu Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna. Bahasa yang digunakan juga bervariasi dan umumnya adalah bahasa Sanskerta, Jawa Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna.

Mengapa disebut sebagai zaman batu tua

Batu bertulis dari Sumatera Barat

Prasasti dapat ditemukan dalam bangun angka tahun maupun tulisan singkat. Angka tahun dapat ditulis dengan angka maupun candrasengkala, baik kata-kata maupun tulisan. Tulisan singkat dapat ditemukan pada dinding candi, pada ambang pintu anggota atas dan pada batu-batu candi.

Pada zaman kerajaan Islam, prasasti menggunakan aksara dan bahasa Arab ataupun aksara Arab namun bicara Melayu aksara Pegon. Sebagian luhur prasasti terdapat pada lempengan-lempengan tembaga bertulis, makam, masjid, alat berselok dinding, baik di masjid maupun dirumah para bangsawan, pada cincin cap dan cap kerajaan, mata uang, meriam, dan lain-lainnya. Pada masa yang semakin muda yaiyu masa kolonial, aksara Latin jumlah digunakan, meliputi bahasa-bahasa Inggris, Portugis, dan Belanda. Prasasti Latin umumnya terdapat pada gereja-gereja, rumah dinas pejabat kolonial, benteng-benteng, tugu peringatan, meriam, mata uang, cap, dan makam. Prasasti beraksara dan bicara Cina juga dikenal di Indonesia yang tersebar selang masa Klasik sampai masa Islam. Prasasti tersebut terdapat pada mata uang, benda-benda porselin, gong perunggu dan batu-batu kubur yang biasanya terbuat dari batuan pualam.

Bahan yang digunakan bagi menuliskan prasasti biasanya berupa batu atau lempengan logam, daun, dan kertas. Selain andesit, batu yang digunakan adalah batu kapur, pualam, dan basalt. Dalam arkeologi, prasasti batu disebut upala prasasti. Prasasti logam yang umumnya terbuat dari tembaga dan perunggu, biasa disebut tamra prasasti. Hanya sedikit sekali prasasti yang berbahan lembaran perak dan emas. Adapula yang disebutripta prasasti, yakni prasasti yang ditulis di atas lontar atau daun tal. Beberapa prasasti terbuat tanah liat atau tablet yang dimasukkan dengan mantra-mantra agama Buddha.

Lihat pula


edunitas.com


Page 8

Mengapa disebut sebagai zaman batu tua

Prasasti El Baul Stela.

Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai penghabisan dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, dimana masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajai tentang prasasti disebut Epigrafi.

Di selang bermacam sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Mempunyai jumlah hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan argumen mengapa prasasti tersebut dikeluarkan.

Dalam pengertian modern di Indonesia, prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di batu nisan atau di gedung, terutama pada ketika peletakan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan. Dalam berita-berita media massa, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri, atau kepala daerah meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga sekarang.

Etimologi

Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta, dengan artian sebenarnya adalah "pujian". Namun yang belakang sekali dianggap bagi "piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang atau tulisan". Di kalangan arkeolog prasasti disebut inskripsi, sementara di kalangan orang awam disebut batu bertulis atau batu bertulis.

Meskipun artiannya "pujian", tidak semua prasasti mengandung puji-pujian (kepada raja). Sebagian luhur prasasti dikenali mempunyai isinya keputusan mengenai penetapan suatu desa atau daerah menjadi sima atau daerah perdikan. Sima adalah tanah yang diberikan oleh raja atau penguasa kepada masyarakat yang dianggap berguna. Karena itu keberadaan tanah sima dilindungi oleh kerajaan.

Konten

Konten prasasti lainnya berupa keputusan pengadilan tentang perkara perdata (disebut prasasti jayapatra atau jayasong), bagi tanda kemenangan (jayacikna), tentang utang-piutang (suddhapatra), dan tentang kutukan atau sumpah. Prasasti tentang kutukan atau sumpah nyaris semuanya ditulis pada masa kerajaan Sriwijaya. Serta adapula prasasti yang mengandung tentang genealogi raja atau asal usul suatu tokoh.

Sampai kini prasasti tertua di Indonesia teridentifikasi berasal dari zaman ke-5 Masehi, yaitu prasasti Yupa dari kerajaan Kutai, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut mengandung mengenai hubungan genealogi pada masa pemerintahan raja Mulawarman. Prasasti Yupa adalah prasasti batu yang ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Periode paling jumlah pengeluaran prasasti terjadi pada zaman ke-8 hingga ke-14. Pada ketika itu aksara yang jumlah digunakan adalah Pallawa, Prenagari, Sanskerta, Jawa Kuna, Melayu Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna. Bahasa yang digunakan juga bervariasi dan umumnya adalah bahasa Sanskerta, Jawa Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna.

Mengapa disebut sebagai zaman batu tua

Batu bertulis dari Sumatera Barat

Prasasti dapat ditemukan dalam bangun angka tahun maupun tulisan singkat. Angka tahun dapat ditulis dengan angka maupun candrasengkala, baik kata-kata maupun tulisan. Tulisan singkat dapat ditemukan pada dinding candi, pada ambang pintu anggota atas dan pada batu-batu candi.

Pada zaman kerajaan Islam, prasasti menggunakan aksara dan bahasa Arab ataupun aksara Arab namun bicara Melayu aksara Pegon. Sebagian luhur prasasti terdapat pada lempengan-lempengan tembaga bertulis, makam, masjid, alat berselok dinding, baik di masjid maupun dirumah para bangsawan, pada cincin cap dan cap kerajaan, mata uang, meriam, dan lain-lainnya. Pada masa yang semakin muda yaiyu masa kolonial, aksara Latin jumlah digunakan, meliputi bahasa-bahasa Inggris, Portugis, dan Belanda. Prasasti Latin umumnya terdapat pada gereja-gereja, rumah dinas pejabat kolonial, benteng-benteng, tugu peringatan, meriam, mata uang, cap, dan makam. Prasasti beraksara dan bicara Cina juga dikenal di Indonesia yang tersebar selang masa Klasik sampai masa Islam. Prasasti tersebut terdapat pada mata uang, benda-benda porselin, gong perunggu dan batu-batu kubur yang biasanya terbuat dari batuan pualam.

Bahan yang digunakan bagi menuliskan prasasti biasanya berupa batu atau lempengan logam, daun, dan kertas. Selain andesit, batu yang digunakan adalah batu kapur, pualam, dan basalt. Dalam arkeologi, prasasti batu disebut upala prasasti. Prasasti logam yang umumnya terbuat dari tembaga dan perunggu, biasa disebut tamra prasasti. Hanya sedikit sekali prasasti yang berbahan lembaran perak dan emas. Adapula yang disebutripta prasasti, yakni prasasti yang ditulis di atas lontar atau daun tal. Beberapa prasasti terbuat tanah liat atau tablet yang dimasukkan dengan mantra-mantra agama Buddha.

Lihat pula


edunitas.com


Page 9

Mengapa disebut sebagai zaman batu tua

Prasasti El Baul Stela.

Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai penghabisan dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, dimana masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajai tentang prasasti disebut Epigrafi.

Di selang bermacam sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Mempunyai jumlah hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan argumen mengapa prasasti tersebut dikeluarkan.

Dalam pengertian modern di Indonesia, prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di batu nisan atau di gedung, terutama pada ketika peletakan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan. Dalam berita-berita media massa, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri, atau kepala daerah meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga sekarang.

Etimologi

Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta, dengan artian sebenarnya adalah "pujian". Namun yang belakang sekali dianggap bagi "piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang atau tulisan". Di kalangan arkeolog prasasti disebut inskripsi, sementara di kalangan orang awam disebut batu bertulis atau batu bertulis.

Meskipun artiannya "pujian", tidak semua prasasti mengandung puji-pujian (kepada raja). Sebagian luhur prasasti dikenali mempunyai isinya keputusan mengenai penetapan suatu desa atau daerah menjadi sima atau daerah perdikan. Sima adalah tanah yang diberikan oleh raja atau penguasa kepada masyarakat yang dianggap berguna. Karena itu keberadaan tanah sima dilindungi oleh kerajaan.

Konten

Konten prasasti lainnya berupa keputusan pengadilan tentang perkara perdata (disebut prasasti jayapatra atau jayasong), bagi tanda kemenangan (jayacikna), tentang utang-piutang (suddhapatra), dan tentang kutukan atau sumpah. Prasasti tentang kutukan atau sumpah nyaris semuanya ditulis pada masa kerajaan Sriwijaya. Serta adapula prasasti yang mengandung tentang genealogi raja atau asal usul suatu tokoh.

Sampai kini prasasti tertua di Indonesia teridentifikasi berasal dari zaman ke-5 Masehi, yaitu prasasti Yupa dari kerajaan Kutai, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut mengandung mengenai hubungan genealogi pada masa pemerintahan raja Mulawarman. Prasasti Yupa adalah prasasti batu yang ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Periode paling jumlah pengeluaran prasasti terjadi pada zaman ke-8 hingga ke-14. Pada ketika itu aksara yang jumlah digunakan adalah Pallawa, Prenagari, Sanskerta, Jawa Kuna, Melayu Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna. Bahasa yang digunakan juga bervariasi dan umumnya adalah bahasa Sanskerta, Jawa Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna.

Mengapa disebut sebagai zaman batu tua

Batu bertulis dari Sumatera Barat

Prasasti dapat ditemukan dalam bangun angka tahun maupun tulisan singkat. Angka tahun dapat ditulis dengan angka maupun candrasengkala, baik kata-kata maupun tulisan. Tulisan singkat dapat ditemukan pada dinding candi, pada ambang pintu anggota atas dan pada batu-batu candi.

Pada zaman kerajaan Islam, prasasti menggunakan aksara dan bahasa Arab ataupun aksara Arab namun bicara Melayu aksara Pegon. Sebagian luhur prasasti terdapat pada lempengan-lempengan tembaga bertulis, makam, masjid, alat berselok dinding, baik di masjid maupun dirumah para bangsawan, pada cincin cap dan cap kerajaan, mata uang, meriam, dan lain-lainnya. Pada masa yang semakin muda yaiyu masa kolonial, aksara Latin jumlah digunakan, meliputi bahasa-bahasa Inggris, Portugis, dan Belanda. Prasasti Latin umumnya terdapat pada gereja-gereja, rumah dinas pejabat kolonial, benteng-benteng, tugu peringatan, meriam, mata uang, cap, dan makam. Prasasti beraksara dan bicara Cina juga dikenal di Indonesia yang tersebar selang masa Klasik sampai masa Islam. Prasasti tersebut terdapat pada mata uang, benda-benda porselin, gong perunggu dan batu-batu kubur yang biasanya terbuat dari batuan pualam.

Bahan yang digunakan bagi menuliskan prasasti biasanya berupa batu atau lempengan logam, daun, dan kertas. Selain andesit, batu yang digunakan adalah batu kapur, pualam, dan basalt. Dalam arkeologi, prasasti batu disebut upala prasasti. Prasasti logam yang umumnya terbuat dari tembaga dan perunggu, biasa disebut tamra prasasti. Hanya sedikit sekali prasasti yang berbahan lembaran perak dan emas. Adapula yang disebutripta prasasti, yakni prasasti yang ditulis di atas lontar atau daun tal. Beberapa prasasti terbuat tanah liat atau tablet yang dimasukkan dengan mantra-mantra agama Buddha.

Lihat pula


edunitas.com


Page 10

Tags (tagged): 3 Title of articles, 3 April, 3 Juno, 3 Letters of John, 3 November, 300, 3000 BC, 303, 30s, 325, 33, 340s, 341, 37, 380's, 381, 387, 3rd century BC, 3rd Millennium, 3rd millennium BC, 3x3 Eyes


Page 11

Tags (tagged): 3 Title of articles, 3 April, 3 Juno, 3 Letters of John, 3 November, 300, 3000 BC, 303, 30s, 325, 33, 340s, 341, 37, 380's, 381, 387, 3rd century BC, 3rd Millennium, 3rd millennium BC, 3x3 Eyes


Page 12

Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir


Page 13

Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir


Page 14

Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script


Page 15

Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script


Page 16

Tags (tagged): H Title of articles, Half-Blood Prince (character), Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos (football player), Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans


Page 17

Tags (tagged): H Title of articles, Half-Blood Prince (character), Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos (football player), Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans


Page 18

Tags (tagged): I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217


Page 19

Tags (tagged): I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217


Page 20

Tags (tagged): J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto


Page 21

Tags (tagged): J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto


Page 22

Tags (tagged): K Title of articles, Karl Erik Algot Almgren, Karl Gosta Herbert Lofgren, Karl Henry, Karl Hohmann, Kerkrade, Kermes ilicis, Kern County, California, Kernel (computer science), King of Bahrain Cup 2012, King of Bandits Jing, King Osanga, King Power Stadium, Konstantinos Mitroglou, Konstanz, Konya, Koo Ja-Cheol, Kwandang, North Gorontalo, Kwasi Appiah, KY, Kyai


Page 23

Tags (tagged): K Title of articles, Karl Erik Algot Almgren, Karl Gosta Herbert Lofgren, Karl Henry, Karl Hohmann, Kerkrade, Kermes ilicis, Kern County, California, Kernel (computer science), King of Bahrain Cup 2012, King of Bandits Jing, King Osanga, King Power Stadium, Konstantinos Mitroglou, Konstanz, Konya, Koo Ja-Cheol, Kwandang, North Gorontalo, Kwasi Appiah, KY, Kyai


Page 24

Tags (tagged): L Title of articles, La Romareda, La Romareda Stadium, La Rosaleda Stadium, La Spezia, Laureano Sanabria Ruiz, Lauren, Lauren Colthorpe, Lauren Etame Mayer, lesions, Lesley de Sa, lesmo, Lesotho, List of counties and cities in Central Java, List of counties and cities in Central Kalimantan, List of counties and cities in Central Sulawesi, List of counties and cities in East Java, List of Indonesian leaders, List of Indonesian legendary football player, List of Indonesian local clothing, List of Indonesian minister


Page 25

Tags (tagged): L Title of articles, La Romareda, La Romareda Stadium, La Rosaleda Stadium, La Spezia, Laureano Sanabria Ruiz, Lauren, Lauren Colthorpe, Lauren Etame Mayer, lesions, Lesley de Sa, lesmo, Lesotho, List of counties and cities in Central Java, List of counties and cities in Central Kalimantan, List of counties and cities in Central Sulawesi, List of counties and cities in East Java, List of Indonesian leaders, List of Indonesian legendary football player, List of Indonesian local clothing, List of Indonesian minister


Page 26

Tags (tagged): O Title of articles, Obu, Aichi- Obu, Aichi, Occidental Mindoro, Occimiano, Occitania, OIC, OIC Islamic University, Oier Olazabal, Oier Sanjurjo, Olympic Stadium Berlin, Olympic Stadium Fisht, Olympic Stadium San Marino, Olympic Stadium, Munich, Orchid, Orchidaceae, Orchids, North Gorontalo, Order of Carmelites, Oskemen, Oslo, Oslo Peace Agreement, Osman Chavez