Mengapa apabila ada masalah lebih baik disampaikan pada guru bk

Mengapa apabila ada masalah harus disampaikan ke bk

Tips untuk Guru BK dalam Mengatasi Permasalahan pada Siswa

Sebagai guru BK, Anda harus memastikan bahwa perkembangan siswa di sekolah berjalan dengan baik. Jika siswa menghadapi masalah, Anda harus berusaha memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahannya tersebut. Adapun berikut ini merupakan tips untuk guru BK dalam mengatasi permasalahan siswa, di antaranya yaitu:

1. Berkomunikasi dengan Siswa

Ketika Anda mendengar ada siswa yang terkena masalah, hal pertama yang harus Anda lakukan yaitu berkomunikasi dengannya. Anda bisa memanggil siswa tersebut ke ruangan Anda dan melakukan komunikasi secara pribadi. Pastikan keamanan siswa terjaga dan permasalahannya dirahasiakan dari siswa lainnya, dengan begitu ia tidak akan ragu memberitahu permasalahan yang dihadapi.

Anda bisa bertanya masalah yang dihadapi siswa secara detail. Jika siswa tersebut menutupi atau tidak memberitahu permasalahan yang dihadapinya, sebaiknya Anda tidak memaksa mereka. Anda bisa mencari tahunya secara perlahan atau hingga anak tersebut berani menyampaikan permasalahannya.

2. Membuat Ruang BK Terasa Nyaman

Tak sedikit siswa yang menganggap bahwa ruang BK sama seperti "pengadilan" untuk mereka yang bermasalah. Sudah saatnya stigma tersebut harus dihilangkan karena memberikan pengaruh buruk, di mana siswa akan merasa takut untuk memasuki ruang BK. Dengan membuat ruang BK terasa nyaman dan aman, siswa akan lebih rileks dan tenang mengikuti bimbingan dan konseling.

Anda bisa membereskan ruang BK secara menyeluruh, singkirkan barang yang tidak penting dan mempersempit ruangan, serta siapkan kursi yang nyaman. Anda juga bisa memberi pengharum ruangan, vas bunga, tisu dan lainnya yang membuat siswa merasa nyaman.

3. Menjadi Pendengar yang Baik

Ketika siswa mengeluhkan sesuatu di sekolahnya atau menceritakan masalah yang ia hadapi, Anda harus bisa menjadi pendengar yang baik. Terlebih, mendengarkan merupakan tujuan utama bimbingan konseling di sekolah.

Biasanya, siswa yang sedang bingung bingung, resah atau bermasalah membutuhkan pendengar untuk mencurahkan isi hati mereka. Dengan memiliki pendengar yang baik, setidaknya mereka bisa meringankan beban berat yang selama ini ditanggung sendiri. Kalau perlu, Anda bisa memberikan solusi tepat untuk menyelesaikan permasalahannya.

4. Perlakukan Siswa dengan Baik

Ketika siswa mulai menceritakan masalahnya, perlakukanlah mereka dengan baik dan jangan memperlakukan mereka layaknya anak kecil. Jika Anda menghadapi siswa SMP atau SMA, Anda tidak boleh lagi menganggap mereka seperti anak kecil dengan cara memarahinya, menggurui dan lainnya. Anda cukup mendengarkan curhatan dan keluhan mereka dengan seksama juga sudah membuat mereka terkesan.

Masa remaja merupakan masa seseorang mulai beradaptasi serta mengelola emosi dengan baik. Jika Anda memarahi atau terlalu menggurui siswa yang mendapatkan masalah, mereka justru akan merasa insecure dan memberontak. Perlakukanlah siswa layaknya sahabat yang ingin didengar dengan baik.

5. Meminimalisir Kontak Fisik

Agar siswa tetap merasa nyaman saat berkomunikasi dengan Anda, ada baiknya Anda meminimalisir kontak fisik seperti merangkul, mengelus rambut, memegang tangan dan lainnya. Meski kontak fisik tersebut menunjukkan kepedulian dan kasih sayang, namun beberapa anak akan merasa tidak nyaman. Masih banyak hal lainnya yang bisa Anda lakukan, misalnya dengan tersenyum atau menatapnya dalam-dalam.

Mengenal konsep Teori Labeling dalam Pembelajaran. Berikut 7 Fakta Menariknya

Ketika seseorang diberi label atau cap negatif sesuai apa yang sudah dilakukannya (penyimpangan primer), maka orang tersebut akan cenderung melanjutkan atau mengulangi kembali perilaku atau tindakan tersebut (penyimpangan sekunder) sesuai identitas yang telah melekat pada dirinya.

kejarpenaAfandi Madjid

6. Menasihati Tanpa Menggurui

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan siswa yaitu dengan memberikan nasihat yang baik. Pastikan Anda memberi nasihat tanpa terlalu menggurui, agar siswa bisa menerima nasihat tersebut dengan lapang dada untuk menyelesaikan masalahnya.

Saat ingin memberi nasihat pada siswa, hal pertama yang harus Anda ingat yaitu dengan tidak menghakimi mereka. Tidak ada siswa yang harus dianggap tidak baik atau buruk mengenai pilihan yang mereka ambil, karena setiap orang memiliki peran masing-masing dalam menjalani hidupnya. Berikan nasehat dengan bijak agar siswa bisa mengambil nilai baik dari nasehat disebut.

7. Menjadi Fasilitator

Jika ada siswa yang tidak bisa menerima materi pelajaran dengan cepat, bukan berarti siswa tersebut bodoh. Bisa saja, penyebabnya ada pada metode pengajaran guru mata pelajaran tersebut yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa.

Dalam hal ini, mungkin Anda merasa serba salah karena harus menegur rekan kerja atas keluhan para siswa. Namun sebagai guru BK, Anda berperan sebagai fasilitator agar kegiatan belajar mengajar bisa berlangsung secara efektif dan permasalahan siswa teratasi. Seorang guru BK yang baik bukan hanya menyelesaikan masalah siswa, tetapi memperbaiki hubungan siswa dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.

8. Memberi Motivasi yang Konkret

Memberikan motivasi layaknya ceramah yang terlalu lama mungkin akan membuat siswa merasa bosan, terlebih jika isinya tidak relevan dengan perkembangan zaman. Sebagai guru BK, alangkah baiknya jika Anda memberi motivasi yang bersifat konkret, motivasi tersebut bisa diambil dari video inspiratif, kisah menarik dan lainnya.

Pada dasarnya guru yang bisa memberikan motivasi kepada siswa merupakan guru yang berhasil. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Thorndike tentang Stimulus Respon, jika guru bisa memberi stimulus pada siswa, maka siswa akan memberi respon dengan baik, begitupun sebaliknya.

Itulah 8 strategi tepat yang mesti dilakukan guru BK untuk mengatasi permasalahan pada siswa. Kedelapan strategis tersebut bisa Anda coba lakukan untuk membantu siswa keluar dari masalahnya.

Dari hal tersebut kita dapat mengetahui bahwa kebutuhan psikis siswa dinilai lebih penting dibandingkan kebutuhan fisik. Sebagai guru BK, Anda harus bisa memberikan bimbingan yang menyenangkan untuk membangkitkan semangat siswa. Jika siswa dapat mengurangi atau bahkan keluar dari masalahnya, perkembangan mereka tidak akan terganggu, mereka juga akan lebih fokus mengikuti kegiatan belajar dan meningkatkan prestasi lebih baik.

Anggapan yang Perlu Dibenarkan dalam Bimbingan Konseling di Sekolah

22 Desember 2014 17:58 |

Diperbarui: 17 Juni 2015 14:43


Mengapa apabila ada masalah lebih baik disampaikan pada guru bk

Digital. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengapa apabila ada masalah lebih baik disampaikan pada guru bk

Mengapa apabila ada masalah lebih baik disampaikan pada guru bk

Pendahuluan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konseling ialah: 1.pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya; 2.pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah. Sedangkan bimbingan konseling adalah layanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995).

Bimbingan Konseling (BK) merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan di sekolah. Siswa, guru, orang tua atau wali murid dan warga masyarakat masih banyak yang belum mengetahui dan memahami BK di sekolah. Banyak anggapan yang ditujukan terhadap BK di sekolah. Mereka memiliki persepsi yang berbeda-beda. Ada yang menafsirkan BK adalah tempat menyelesaikan masalah, tempat pemberian hukuman. Ada pula yang menganggap bahwa BK merupakan tempat yang menyeramkan dan menakutkan, karena guru BKnya galak, garang, sadis,bahkan bertindak kekerasan secara fisik. Sehingga hal tersebut meniimbulkan kesan bahwa guru BK adalah polisi sekolah.

Sebagai contoh, siswa yang datang terlambat ke sekolah atau melanggar tata tertib sekolah, kemudian dipanggil ke ruang BK untuk menghadap konselor, maka siswa tersebut akan memiliki pandangan atau anggapan bahwa konselor sekolah adalah sosok orang yang galak, yang biasanya hanya menghukum dan mengatur para siswanya.

Persepsi siswa terhadap konselor terjadi karena siswa tersebut memperhatikan sesuatu yang nampak pada diri konselor yang meliputi penampilan fisik, perilaku dan juga ruang lingkup kerja (tugas) konselor. Jika penampilan fisik, perilaku dan ruang lingkup kerja konselor tidak seperti apa yang diharapkan oleh siswa, maka siswa akan berpersepsi kurang baik (negatif) terhadap konselor. Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa masih ditemukan siswa yang menganggap konselor adalah seorang guru yang galak, tidak bias diajak bercanda, bahkan konselor disebut polisi sekolah yang bisanya hanya memarahi dan menghukum siswa-siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Sehingga apabila ada siswa yang datang menghadap konselor, maka siswa tersebut diyakini mempunyai masalah pelanggaran atau telah berbuat suatu kesalahan.

Anggapan-anggapan yang seperti ini pada dasarnya adalah salah. Anggapan yang salah ini bisa saja disebabkan dari para siswa atau mungkin dari para guru khususnya gur BK itu sendiri. Oleh karena itu anggapan-anggapan seperti ini perlu dibenarkan sebagaimana mestinya agar maksud, peran, fungsi dan tujuan bisa terealisasi secara optimal.

Pembahasan

Mempersepsi tidaklah sama dengan memandang benda dan kejadian tanpa makna. Yang dipersepsi seseorang selalu merupakan ekspresi-ekspresi, benda-benda dengan fungsinya, tanda-tanda serta kejadian-kejadian. Leavitt berpendapat bahwa “persepsi merupakan pandangan atau bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu” (Sobur, 2003). Persepsi berasal dari sudut pandang yang berbeda-beda tergantung subjek yang mempersepsi. Kadang persepsi seseorang terhadap sesuatu bisa benar dan sesuai dengan realit dan kadang pula perspsi itu tidak sesuai dan menjadi persepsi yang salah karena tidak sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu, walaupun subjek yang memperspsi itu menyatakan apa yang menjadi persepsinya dalah benar.

Ada beberapa anggapan yang perlu dibenarkan mengenai Bimbingan Konseling di sekolah, baik dari siswa maupun dari para guru. Berikut beberapa penjelasannya:

1.Siswa yang bermasalah saja yang didatangkan kepada guru BK. Sering kali hanya siswa yang mempunyai masalah dengan peraturan sekolah yang menjadi bulan-bulanan guru BK. Ketika ada suatu pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, maka siswa yang bersangkutan langsung dihukum oleh BK dan jika ia mengulanginya maka ia akan menjadi langganan guru BK. Yang menjadi pertanyaan ialah, mengapa hanya siswa yang mempunyai kasus dengan peraturan saja ?. bukankah masalah siswa itu tidak hanya itu saja ? Ada masalah lain yang bisa mengganggu siswa.

2.Guru BK adalah momok bagi siswa. Guru BK yang selama ini dianggap sebagai orang yang selalu memberikan hukuman, poin pelanggaran hingga skors yang pantas bagi siswa yang bermasalah. Para siswa menjadi takut terhadap guru BK. Berurusan dengan guru BK sama halnya bertemu hantu. Berurusan dengan guru BK adalah mimpi buruk setiap siswa. Apakah fungsi BK di sekolah adalah menakut-nakuti ? Apakah fungsi guru BK hanya menghukum siswa ? Penting untuk mengerti dan memahami fungsi Bimbingan Konseling di sekolah.

3.Para siswa tidak mau mengerti dan memahami tentang apa sebenarnya BK dan seberapa perlu BK di sekolah. Para siswa ketika diberikan sosialisaasi masalah Bimbingan Konseling kurang bisa memahami tentang BK di sekolah. Mereka mendapat informasi-informasi negatif yang telah lalu dan membudaya di kalangan siswa. Sebelum adanya sosialisasi itu pun mereka sudah mempunyai anggapan negatif terhadap guru BK. Anggapan yang membudaya ini perlu untuk diluruskan. Akan tetapi, mungkin juga dari para guru yang ketika memberikan sosialisasi membuat acara itu biasa-biasa saja ? Atau mungkin guru BK saat sosialisasi dan publikasi tampil dengan gaya yang kurang familiar dan kurang komunikatif ?

4.Tampilan yang kurang familiar. Tampilan guru BK mungkin selama ini monoton seperti itu saja. Bahkan, bebrapa guru BK di sekolah tampilannya memang menakutkan bagi para siswa. Tampilan disini maksudnya ialah tampilan secara fisik maupun psikis. Guru BK di sekolah tampil dengan penuh menjaga kewibawaan terhadap para siswa. Kewibawaan memang perlu, namun alangkah baiknya jika kewibawaan itu tidak menjadikan jarak yang semakin jauh dengan para siswa. Sehingga para siswa juga enggan untuk berkomunikasi. Tampilan yang kurang ramah juga menjadikan guru BK ditakuti oleh para siswa. Senyum kecil dapat menjadi sebab baiknya hubungan. Bahkan jika seorang guru BK di sekolah ketika bertemu hanya menampilkan wajah dingin tanpa ekspresi yang komunikatif, tentu siswa menjadi tidak suka dengan guru BK.

5.Publikasi yang komunikatif dan menarik. Publikasi ini bisa juga disebut soialisasi Bimbingan Konseling. Hal yang sering terjadi ialah sosialisasi ini dilaksanakan hanya satu kali setahun, bahkan satu kali pada awal masuk sekolah di jenjang yang bersangkutan. Sosialisasi itu hanya berisi pemberitahuan saja tanpa mengajak audien untuk bertanya ataupun sedikit berdiskusi masalah Bimbingan Konseling. Hal yang jarang terjadi dan kurang mengena di ingatan tentu tidak akan membuat sebuah kesan. Para siswa secara otomatis atau perlahan akan lupa dengan poin-poin pada sosialisasi BK tersebut dan tidak mengiraukan terhadap batasan-batasan yang telah disampaikan pada saat sosialisasi BK.

Beberapa hal yang telah dijelaskan tersebut mungkin akan lebih baik jika bisa diatasi. Ada poin-poin penting yang bisa membantu menyelaraskan para siswa dan guru BK agar anggapan yang salah ini bisa dibenarkan, yakni sebagai berikut:

1.Bukan hanya siswa yang bermasalah saja yang datang atau didatangkan kepada BK. Bimbingan Konseling ini bukan bengkel bagi para siswa yang ‘rusak’. Konseling juga membantu menyelesaikan masalah-masalah lain pada siswa seperti masalah hubungan dengan teman, hubungan dengan guru yang lain, hingga masalah pribadi yang menghambat lancarnya proses pembelajaran di sekolah. Hartono dan Soedarmadji (2012) mengemukakan ada lima fungsi konseling yaitu: a.fungsi pemahaman; b.fungsi pencegahan; c.fungsi pengentasan; d.fungsi pemeliharaan; e.fungsi advokasi. Seharusnya kelima fungsi tersebut bisa dijalankan secara maksimal sehingga fungsi Bimbingan Konseling di sekolah sesuai dengan fungsi pokok konseling. Dengan itu, proses konseling bisa merata terhadap para siswa dari setiap kalangan.

2.Anggapan bahwa guru BK itu adalah momok, tukang hukum, musuhnya siswa nakal, dan sebagainya merupakan anggapan yang kurang benar. Para siswa perlu memahami bahwa seorang guru BK itu adalah orang yang membantu siswa untuk mengatasi masalah-masalah para siswa, dari yang sederhana hingga yang serius atau komplek. Para siswa yang tidak nakal pun bisa mengunjungi guru BK untuk sekedar bercerita tentang masalah psikologis apa pun yang dihadapinya. Guru BK juga bisa membantu menangani masalah seorang siswa yang walaupun keilhatannya biasa saja namun menjadikannya terhambat seperti masalah kebiasaan belajar hingga larut malam, atau bahkan ia bermasalah dengan keluarganya dan hal itu mengganggu proses pembelajaran di sekolah. Guru BK selalu siap untuk membantu para siswa menangani masalah psikologis yang dihadapi.

3.Pemahaman yang tepat mengenai makna Bimbingan Konseling di sekolah. Seperti yang telah disampaikan pada poin sebelumnya bahawa guru BK siap untuk membantu menangani masalah psikologis yang dihadapi para siswa. Proses konseling di sekolah pada intinya adalah membantu menangani masalah psikologis para siswa. Masalah psikologis yang dimaksud ialah segala hal yang menjadikan kondisi mental para siswa tidak tenang seperti trauma, stress, konflik, frustasi hingga depresi. Kenakalan para siswa tentunya menjadi objek konseling guru BK. Kenakalan para siswa bisa saja terjadi disebabkan oleh beberapa hal tersebut dari berbagai latar belakang yang berbeda. Maka perlu pemahaman yang tepat mengenai makna Bimbingan Konseling di sekolah agar para siswa bisa mendapat bantuan dalam menangani masalah psikologisnya dan proses pembelajran di sekolah bisa berjalan maksimal.

4.Memberikan penampilan yang menarik, sesuai dan sebisa mungkin untuk familiar dengan para siswa dan guru. Seorang guru BK adalah guru yang selayakanya bisa berinteraksi dengan siswa maupun guru dan karyawan di sekolah. Lebih baik jika seorang guru BK itu komunikatif dan interaktif, aktif berinteraksi dengan para siswa. Karena hal itu bisa menjadikan anggapan negatif terhadap guru BK berkurang. Seorang guru BK seharusnya tidak terlalu membatasi hubungan antara guru dan siswa. Guru sebgai penerima aspirasi siswa dan para siswa berhak menyampaikan aspirasinya. Para siswa juga berhak menceritakan masalah-masalah yang menghambat proses pembelajarannya di sekolah, sehingga guru mengerti mengapa ia mengalami masalah dan apa yang menyebabkan masalah itu di sekolah. Jika guru BK lebih familiar, komunikatif, dan aktif berinteraksi dengan para siswa maka proses konseling bisa maksimal dan berjalan lancar.

5.Publikasi tentang Bimbingan Konseling kepada para siswa sejak awal dan publikasi rutin untuk tetap menyampaikan program-program BK. Publikasi yang dimaksud ialah pemberitahuan atau sosialisasi kepada para siswa terkait program Bimbingan Konseling di sekolah. Publikasi atau sosialisasi ini tidak cukup hanya dilakukan di awal tahun atau awal masuk sekolah. Ada baiknya jika penjelasan dan sosialisai program BK dilaksanakan setiap tiga bulan sekali, atau mungkin sebulan sekali. Hal litu ditujukan untuk memaksimalkan efektifitas konseling Bimbingan Konseling di sekolah. Jika publikasi berjalan maksimal, maka para siswa sedikit kemungkinannya untuk tidak memahami tentang BK di sekolah. Para siswa tidak akan merasa BK adalah momok dan sebagainya. Mereka akan mulai akrab dengan Bimbingan Konseling.

Jika beberapa hal yang telah dijelaskan dapat dilaksanakan dengan maksimal, maka anggapan negatif atau anggapan salah yang perlu dibenarkan bisa terealisasi dan Bimbingan Konseling di sekolah bisa maksimal, efektif, dan merata terhadap semua kalangan siswa.

Kesimpulan

Dari pemaparan atau penjelasan yang disebutkan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1.Anggapan yang salah mengenai BK di sekolah mencakup kenakalan siswa, peran dan fungsi guru BK dan pemahaman tentang Bk di sekolah

2.Perlu adanya pemahaman bersama antara siswa dan guru mengenai BK di sekolah dan perlu adanya sosialisasi yang rutin agar BK bisa terlaksana secara maksimal dan menyeluruh.

3.Interaksi yang tepat dan tidak terlalu membatasi antara guru BK dan para siswa akan membantu memaksimalkan BK di sekolah, karena setiap siswa tentu punya masalah psikologis masing-masing yang berbeda

Daftar pustaka

Chaplin, J.P. ( 2005). Kamus Lengkap Psikologi (penerjDr.Kartini Kartono). Jakarta: Raja Grafindo.

Penyusun, Tim (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hartono &Soedarmadji. (2012). Psikologi Konseling. Jakarta:Kencana

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia




Stigma mengenai Guru BK perlu diubah

Mei 25, 2010, oleh:

Adanya stigma dari sebagian masyarakat bahwa guru Bimbingan Konseling (BK) kurang berperan dalam meningkatkan mutu kualitas pendidikan siswa serta adanya anggapan jika menemui guru BK adalah anak-anak nakal atau bermasalah perlu diubah.

Hal tersebut disampaikan Koordinator Diklat dan Studi Banding Guru BK Kota Bengkulu, Hatra Dewi, S.Pd di sela-sela diklat Guru BK di Kampus Terpadu, Selasa (25/5).

Hatra mengungkapkan, pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan bernegara. Namun belakangan ini banyak persoalan yang muncul dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah rendahnya mutu pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan tidak terlepas dari rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM). “Jika berbicara tentang SDM di dalam dunia pendidikan jelas salah satu objeknya adalah guru. Guru yang dimaksudkan salah satunya adalah Guru BK,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ia menuturkan di daerahnya saat ini keberadaan guru BK secara kuantitas dan kualitas juga perlu ditingkatkan. “Saat ini jumlah guru BK di daerah kami masih terbatas karena perbandingan guru BK mencapai 1:700 siswa, sedangkan idealnya 1:150 siswa. Selain itu, pelatihan yang diberikan untuk guru BK juga masih kurang sehingga pengembangan dan peningkatan kualitas guru BK menjadi penting dilaksanakan,” jelasnya.

Adanya stigma dari sebagian masyarakat mengenai guru BK juga menjadi perhatian untuk segera diubah. Hasil dari didikan guru BK disadari merupakan proses dan hasil jangka panjang yang tidak secara instan dan cepat terlihat dalam diri anak didiknya. Hal ini lantaran guru BK tidak mengajar suatu bidang studi yang nantinya akan diukur melalui perolehan nilai saat ujian.

“Kondisi ini kemudian dianggap sebagian masyarakat bahwa guru BK tidak berperan dalam peningkatan dan pengembangan kualitas anak didiknya karena memang proses dan hasil yang diajarkan guru BK kepada para anak didiknya tidak diukur dengan nilai ujian semata. Akibatnya, keberadaan guru BK terkadang masih dianggap sebelah mata. Stigma inilah yang perlu diubah sehingga guru BK pun dipahami apabila mereka juga mempunyai tanggung jawab yang sama dalam meningkatkan dan menjamin kualitas mutu pendidikan bagi siswa,” urai Hatra.

Sementara itu, Trainer UMY yang menjadi fasilitator diklat, Muhammad Samsudin, S.Ag, M.Pd memaparkan guru BK tidak sekedar mengatasi masalah tetapi juga berfungsi sebagai tempat untuk pengembagan diri atau soft skill siswa.

Menurutnya saat ini adanya angapan tersebut bisa disebabkan berbagai faktor salah satunya kebanyakan dasar ilmu guru BK sebelumnya bukan ilmu untuk menjadi guru BK. “Banyaknya guru BK yang dasar ilmunya tidak sesuai dengan ilmu atau kuliah yang telah diambil sebelumnya sehingga guru BK tersebut tidak paham apa yang harus dilakukan. Apa yang dilakukan pada akhirnya lebih kepada hal-hal administratif. Bahkan sampai timbul anggapan di kalangan siswa bahwa guru BK adalah orang yang galak,” jelasnya.

Padahal guru BK tidak selalu berhubungan dengan kenakalan siswa. “Guru BK dapat dijadikan untuk pengembangan diri atau soft skill seperti konsultasi karir dan lainnya,”urainya. Dari pihak sekolah pun terkadang juga menganggap bahwa guru BK tidak penting yang kemudian berdampak pada penempatan ruangan guru BK yang tidak layak seperti ruangan di pojok, serta fasilitas yang kurang bahkan pengurang jam konseling untuk para siswa.

Untuk mengubah image negatif tersebut menurut Samsudin, guru BK harus mampu tampil mandiri. Guru BK harus meningkatkan pengetahuan, pengembangan wawasan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan serta layanan konseling melalui Teknologi Informasi yang saat ini semakin berkembang. “Dengan semakin tampil mandiri dan kemampuan yang semakin bertambah akan meningkatkan performance guru BK tersebut,” paparnya.

Selain itu, guru BK harus mampu memposisikan diri sebagai teman siswa bukan sebagai atasan, mendampingi siswa bukan mengawasi. Jika ada masalah, menyelesaikan dari akar permasalahannya. “Misalnya ada siswa yang merokok yang disalahkan jangan langsung siswa yang merokok tersebut karena siapa tahu tingkat kedisilpinan sekolah tersebut masih kurang. Bisa jadi mungkin ada permasalahan lain penyebab siswa tersebut merokok,” pungkas Samsudin.

Berita terkini

  • Ikut Semarakkan Milad ke-41 UMY, Pekan Olahraga Mahasiswa 2022 Resmi Dibuka
  • Sistem Keamanan Informasi UMY Kembali Raih Serifikasi ISO 270001:2013
  • Kolaborasi Jadi Salah Satu Kunci Menjadi Peneliti Kelas Dunia
  • Sebagai Lulusan Insinyur, Harus Terapkan Nilai Inovasi, Modern dan Keberlanjutan

Kategori

  • Agenda
  • Alumni
  • Berita
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pengabdian Dosen
  • Penmaru