Menantu Kertanegara yang berhasil menghancurkan kekuasaan raja Jayakatwang di Kediri adalah

Menantu Kertanegara yang berhasil menghancurkan kekuasaan raja Jayakatwang di Kediri adalah
Raja Kertanegara (Istimewa)

Avirista Midaada Senin, 14 Maret 2022 - 06:16:00 WIB

JAKARTA, iNews.id - Kejayaan Kerajaan Singasari berakhir setelah serangan Jayakatwang. Raja Kertanegara yang  memimpin Kerajaan Singasari saat itu tak kuasa menghadapi serangan pemberontakan dari Kediri ini.

Ketidakmampuan Kertanegara menghadapi serangan ketiga kalinya ini karena sedang menggelar ritual mabuk minuman keras (miras).

Dikisahkan dalam buku 'Hitam Putih Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan' yang ditulis Muhammad Syamsuddin, Kertanegara dan Jayakatwang adalah saudara sepupu, sekaligus ipar dan besan. Dia menyerang Kerajaan Singasari lantaran dendam penaklukan Kediri oleh Singasari. 

Pemberontakan Jayakatwang diawali dari salah seorang pejabat yang sempat dimutasi oleh Kertanegara yakni Arya Wiraraja. Arya Wiraraja yang saat itu menjadi adipati atau Bupati Sumenep memprovokasi Jayakatwang untuk melakukan pemberontakan. 

Arya Wiraraja memengaruhi Jayakatwang dengan mengatakan kalau dia merupakan keturunan terakhir dari Kertajaya yang memerintah Kerajaan Kediri, sebelum akhirnya dikalahkan Ken Arok, leluhur Kertanegara. 

Provokasi Arya Wiraraja ini dilakukan karena ia merasa sakit hati akibat dimutasi menjadi adipati Sumenep yang membuat dirinya keluar dari istana Kerajaan Singasari. 

Jayakatwang yang terpengaruh pun akhirnya menyusun kekuatan untuk menyerang Kertanegara.  Pasukan Jayakatwang saat itu dipimpin oleh Jaran Guyang bergerak menyerang Singasari dari utara. Sementara Patih Kebo Mundarang dari sisi selatan. 

Menghadapi serangan Jayakatwang ternyata membuat pemerintahan Kerajaan Singasari kewalahan. Kekuatan militer Kerajaan Singasari disinyalir berkurang jauh lantaran banyak pasukan yang dikirimkan ke luar Jawa untuk memperluas kekuasaan. 

Sebagai upaya untuk menghadapi pemberontakan ini, Kertanegara mengutus kedua menantunya, Raden Wijaya Putra Lembu Tak, dan Ardharaja yang merupakan putra Jayakatwang untuk melakukan perlawanan. Tetapi kekuatan keduanya mungkin sangat lemah dibandingkan kekuatan Kediri. 

Tak hanya itu, ikatan emosional antara Ardharaja dengan sang ayah Jayakatwang membuat pilihannya tak mungkin berpihak ke Kertanegara. Alhasil, Ardharaja yang seharusnya diutus melawan Kediri, balik menyerang Raja Kertanegara di Singasari. 

Jayakatwang cukup cerdik dalam mengelola strategi perang. Awalnya, pasukan Jaran Guyang hanya untuk pancingan untuk mengosongkan ibu kota. Dengan kehadiran pasukan Jaran Guyang, maka seluruh pasukan Singasari yang berjaga akan keluar dari istana. Pasukan yang berada di dalam istana pun menjadi kosong. 

Dengan kekosongan itu, pasukan Patih Kebo Mundarang bisa masuk dari sisi selatan untuk menduduki istana Kerajaan Singasari. Ironisnya, dikisahkan saat penguasaan istana Kerajaan Singasari ini Kertanegara tengah mengadakan pesta miras sebagai salah satu ritual agama yang dianutnya. 

Dalam kondisi mabuk dan tak siap, Kertanegara langsung keluar menghadapi serangan musuh. Saat itu pula dengan tanpa kekuatan dan keamanan pasukan yang memadai, Singasari berhasil ditaklukkan oleh Jayakatwang. 

Pemberontakan ini mengakhiri hidup Kertanegara yang tewas dibunuh oleh Jayakatwang, setelah bersekongkol dengan para mantan anak buah Kertanegara seperti Arya Wiraraja, Mpu Raganata, Patih Kebo Anengah, Panji Angragani, dan Wirakreti. 

Selain itu, kekuasaan Kerajaan Singasari pun akhirnya runtuh seiring dengan tewasnya Kertanegara. 

Setelah tewasnya Kertanegara, dikisahkan naskah Negarakertagama Kertanegara dan istrirnya dicandikan di Sagala sebagai Wairocana dan Locana dengan lambang arca tunggal Ardhanareswari. 

Namun tak semua anggota keluarga Kertanegara tewas. Konon, Raden Wijaya yang menjadi pemimpin pasukan bersama menantu Kertanegara yakni Ardharaja melarikan diri. 

Raden Wijaya melarikan diri ke Sumenep hingga akhirnya diberikan perlindungan oleh Arya Wiraraja sebagai adipati Sumenep. 

Tapi Raden Wijaya tak mengetahui bila Arya Wiraraja inilah yang memprovokasi pemberontakan Jayakatwang kepada Singasari. Lambat laun, justru Arya Wiraraja yang balik mendukung Raden Wijaya untuk menaklukkan Jayakatwang dengan bantuan tentara Kekaisaran Mongol.


Editor : Reza Yunanto

TAG : raja kertanegara kerajaan singasari mabuk minuman keras kediri

Menantu Kertanegara yang berhasil menghancurkan kekuasaan raja Jayakatwang di Kediri adalah

KERTANEGARA naik tahta sebagai raja ke lima Singasari, menggantikan ayahnya Wisnuwardhana. Dia akhirnya menjadi raja terakhir dari kerajaan yang didirikan oleh Ken Arok tersebut. Singasari didirikan ken Arok, usai menghabisi Raja Kadiri, Kertajaya.

Kartanegara dihabisi di tengah pesta minum-minuman keras, Raja Kertanagara tak sadar pasukan Jayakatwang telah memasuki keratonnya di pusat Kerajaan Singasari. Dengan mudah, pasukan Gelang-gelang yang merupakan bagian dari kebangkitan Kerajaan Kadiri, membunuh Kertanagara.

Kematian memilukan Kertanagara di dalam istananya sendiri tersebut, tak lepas dari siasat jitu Jayakatwang yang kala itu memimpin Gelang-gelang. Atas saran dari Aria Wiraraja, Jayakatwang menyerang Singasari dari dua arah.

Pada awalnya, Jayakatwang mengirimkan pasukan kecil dari sisi utara yang dipimpin Jaran Guyang. Tak ingin pemberontakan Jayakatwang meluas, Kertanagara mengirimkan pasukan yang dipimpin menantunya, Raden Wijaya.

Menurut Riboet Darmosoetopo dalam tulisannya yang berjudul "Sejarah Perkembangan Majapahit", dan termuat dalam "700 Tahun Majapahit, Sebuah Bunga Rampai" seperti dikutip dari Sindonews, disebutkan Raden Wijaya menghadang pasukan Jayakatwang, bersama para panglima yang memiliki pengalaman dalam perang.

Para panglima yang turut serta menghadang pasukan Jayakatwang, antara lain Banyak Kapuk, Ranggalawe, Pedang, Sora, Dangdi, Gajahpanggon, Nambi yang merupakan anak Aria Wiraraja, Peteng, dan Wirot.

Saat Raden Wijaya dapat memporakporandakan pasukan Jayakatwang di sisi utara Singasari. Ternyata, pasukan yang lebih besar datang menyerang dari sisi selatan, dan langsung masuk ke jantung Kerajaan Singasari.

Pusat kerajaan yang tidak terjaga, dengan mudah ditakhlukkan pasukan Jayakatwang yang datang dari arah selatan. Pasukan yang dipimpin Patih Mahisa Mundarang, langsung masuk mengobrak-abrik istana, dan membunuh Raja Kertanagara.

Raja Kertanagara disebut sedang pesta minum-minum saat pasukan Jayakatwang datang menyerang ke dalam istana. Namun, Negarakartagama menyebut, Raja Kertanagara sedang melakukan ritual keagamaan.

Strategi serangan dari dua arah, dan dilakukan pada saat yang tepat tersebut, dilakukan Jayakatwang, berkat saran dari Aria Wiraraja yang saat itu sudah digeser oleh Raja Kertanagara menjadi Bupati Sumenep.

Diduga, pergeseran menjadi Bupati Sumenep tersebut, memicu rasa sakit hati Aria Wiraraja terhadap Raja Kertanagara. Aria Wiraraja yang mengetahui kondisi Singasari sedang kosong, karena sebagian besar pasukannya melakukan penyerangan ke Melayu, meminta Jayakatwang membagi pasukannya menjadi dua. Satu sebagai pengecoh, dan satu kekuatan besar untuk memukul.

Pemberontakan dan perang penuh darah dalam perebutan kekuasaan antara Singasari, dengan Kadiri tersebut, sebenarnya terjadi antar keluarga dan kerabat kerajaan. Secara silsilah keluarga, Kertanagara merupakan kakak dari Turukbali yang merupakan istri Jayakatwang. Sementara di pasukan Raden Wijaya, ada Nambi yang merupakan anak Aria Wiraraja.

Selain itu, Raja Kertanagara yang sudah mencium gelagat perlawanan dari Jayakatwang, mencoba meredamnya dengan menikahkan putrinya dengan putra Jayakatwang, Ardharaja. Namun, strategi ini tak berjalan mulus dan Jayakatwang yang kala itu menjabat sebagai Bupati Gelang-gelang, tetap melakukan pemberontakan hingga menewaskan Raja Kertanagara.

Ardharaja yang saat terjadi serangan pasukan Jayakatwang, sedang berada dalam pasukan Raden Wijaya. Akhirnya turut berkhianat kepada Kertanagara yang tak lain merupakan mertuanya sendiri. Dia lebih memilih ikut pasukan ayahnya sendiri.

Kematian Raja Kertanagara, membuat Singasari runtuh. Jayakatwang akhirnya naik tahta menjadi Raja Kadiri. Jayakatwang menyimpan dendam kesumat terhadap Singasari, karena Raja Kadiri, Kertajaya yang merupakan leluhur Jayakatwang, tewas dibunung Ken Arok.

Riboet Darmosoetopo menyebutkan, menurut prasasti Mula-Malurung 1177 Saka, Wisnuwardhana menikah dengan Naraya Waning Hyung, putri pamannya. Dari pernikahan itu, memiliki anak, Kertanagara, Naraya Murddhaja, dan Turubalik. Turukbali diperistri Jayakatwang.

Hubungan Raden Wijaya dengan Singasari juga sangat dekat. Saat Singasari dipimpin ayah Wisnuwardhana, Ranggawungi. Mahisa Cempaka memberikan dukungan penuh kepada Ranggawungi. Mahisa Cempaka memiliki anak bernama Lembu Tal. Lembu Tal memiliki anak Raden Wijaya.

Saat Singasari telah ditakhlukkan oleh Jayakatwang, datang pasukan Mogol yang hendak menyerang Singasari. Kedatangan pasukan Mongol ini, dimanfaatkan Raden Wijaya menjadi kekuatan untuk menyerang balik Kadiri.

Serangan balik dari Raden Wijaya, yang memanfaatkan pasukan Mongol tersebut, mampu menakhlukkan Jayakatwang. Kerajaan Kadiri yang baru saja dibangkitkan Jayakatwang melalui perang besar melawan Singasari, akhirnya pupus kembali.

Sementara Raden Wijaya dengan para panglimanya, balik menyerang pasukan Mongol yang telah kelelehan berperang melawan pasukan Kadiri. Pasukan mongol akhirnya lari tunggang langgang, dan Raden Wijaya berhasil mendirikan Majapahit, lalu naik tahta menjadi raja pertama.

  • #sejarah Indonesia
  • #Ken Arok
  • #Kertanegara
  • #Kerajaan Singasari