Membuat lukisan pada dinding gua tempat Tinggalnya dilakukan manusia purba pada masa

KOMPAS.com - Zaman Batu Madya (Mesolitikum) merupakan masa peralihan dalam zaman batu (prasejarah) antara Paleolitikum (zaman batu tua) dan Neolitikum (zaman batu baru).

Pada zaman Mesolitikum kehidupan manusia sudah berkembang. Mereka sudah mengenal sistem masyarakat.

Mereka juga sudah mengenal cara bercocok tanam dan bagaimana pembagian tugas dalam sosial.

Untuk tempat tinggal, manusia di zaman Mesolitikum sudah tidak berpindah-pindah.

Tapi menetap di dalam gua-gua yang bagian atas terlindung oleh karang. Gua-gua tersebut sering disebut Abris Sous Roche.

Apa fungsi Abris Sous Roche bagi manusia purba?

Goa-goa tersebut banyak ditemukan dan salah satu peninggalan manusia pada zaman Batu Madya atau Mesolitikum.

Baca juga: Zaman Praaksara, Kehidupan Manusia di Indonesia

Fungsi Abris Sous Roche

Dalam buku Ensiklopedia Zaman Prasejarah (2020) karya Etty Sugiarti, pada zaman Mesolitikum banyak ditemukan Abris Sous Roche.

Abris Sous Roche merupakan gua-gua yang dijadikan sebuah tempat tinggal.

Kebudayaan Mesolitikum bekasnya banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores.

Dari peninggalan tersebut dapat diketahui bahwa manusia zaman itu mata pencahariannya sebagai berburu dan meramu.

Mereka sudah mempunyai tempat tinggal, sehingga sudah mengenal bercocok tanam secara kecil-kecilan.

Bekas-bekas tempat tinggal mereka banyak ditemukan di pinggir pantai (kjokkenmoddinger) dan di dalam gua-gua (abris sous roche).

Abris sous roche adalah gua yang dipakai manusia purba sebagai tempat tinggal. Biasanya lokasinya dekat sumber air.

Baca juga: Zaman Batu: Pembagian Zaman dan Hasil Kebudayaan

Penyelidikan pertama terhadap abris sous roche dilakukan oleh Van Stein Callenfeles di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo pada 1928 hingga 1931.

Alat-alat yang ditemukan banyak sekali macamnya, seperti ujung panah dan flakes, batu-batu penggilingan, kapak-kapak yang sudah diasah.

Kemudian alat-alat dari tulang dan tanduk rusa, serta alat-alat dari perunggu dan besi.

Kehidupan di gua dapat dilihat dari peninggalan seni lukis yang ada di Gua Leang-Leang di Provinsi Sulawesi Selatan.

Lukisan yang tertera berupa tangan-tangan manusia dan binatang dengan cat merah.

Lukisan tersebut menggambarkan perjuangan hidup manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan.

Dikutup situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), kebudayaan-kebudayaan Abris sous roche banyak ditemukan di Besuki, Bojonegoro, juga di daerah Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong.

Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah Timor dan Rote.

Baca juga: Sinopsis Film The Croods, Petualangan Keluarga Croods di Zaman Prasejarah

Di Lamoncong ditemukan flakes, ujung mata panah yang sisi-sisinya bergerigi dan pebble.

Di gua tersebut didiami oleh suku Toala, sehingga oleh tokoh peneliti Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, suku Toala yang sampai sekarang masih ada dianggap sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi Selatan zaman prasejarah.

Mobilitas manusia purba yang tinggi tidak memungkinkan untuk menghuni secara menetap.

Keberadaan gua-gua yang dekat dengan sumber air dan bahan makanan mungkin saja dimanfaatkan sebagai tempat tinggal sementara.

cnn Busur dan panah yang digunakan manusia purba untuk berburu monyet dan tupai.Peninggalan Abris sous rache

Berikut peninggalan-peninggalan kebudayaan Abris sous rache:

Serpih Bilah

Serpih bilah merupakan semacam alat berburu yang memiliki permukaan kasar.

Salah satu alat khas zaman Mesolitikum adalah alat mikrolit yang berbentuk geometris.

Dipakai untuk membuat alat ini antara lain, kalsedon, andesit, dan batu gamping.

Tradisi serpih bilah terutama berlangsung dalam kehidupan di gua Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.

Teknik pembuatan alat serpih bilah hampir sama dengan pembuatan alat-alat serpih pada masa sebelumnya.

Baca juga: 4 Pembagian Zaman Prasejarah Berdasarkan Geologi

Alat tulang

Alat tulang banyak ditemukan di Jawa tepatnya di Gua Lawa dekat Sampung.

Alat-alat tersebut antara lain lancipan, belatik dari tanduk, sundip tulang, dan beberapa mata kail.

Lukisan dalam gua

Lukisan yang ada di dalam gua dibuat dengan cara menggores pada dinding-dinding menggunakan cat berwarna merah, hitam, atau putih.

Lukisannya berupa cap tangan dengan cara merentangkan jari-jari tangan pada dinding-dinding gua.

Ada juga lukisan berupa gambaran pengalaman, perjuangan dan harapan hidup.

Sumber inspirasi lukisan ini adalah kehidupan sehari-hari mereka.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

KOMPAS.com- Lukisan goa tertua di dunia yang ditemukan di Sulawesi diyakini berusia 45.500 tahun yang lalu. Penemuan gambar cadas tersebut memberikan pemahaman tentang sejarah migrasi manusia purba modern (Homo sapiens) di Nusantara, Indonesia.

Rekan penulis dan pakar gambar cadas Indonesia, Adhi Agus Oktaviana, mengatakan temuan tersebut amat penting dalam memahami pola dan jalur migrasi manusia modern ke Nusantara, sekaligus adaptasi mereka di kepulauan.

"Selama Zaman Es berlangsung, selat-selat dalam yang mengelilingi Sulawesi tidak pernah mengering, sehingga mustahil bagi manusia prasejarah untuk masuk ke wilayah ini tanpa menyeberangi lautan," jelas Adhi saat dihubungi Kompas.com via WhatsApp, Kamis (14/1/2021.

Hal ini, kata Adhi, mengindikasikan teknologi maritim mungkin telah dikuasai oleh manusia modern awal yang masuk ke Nusantara sejak puluhan ribu tahun yang lalu.

Baca juga: Ahli Temukan Lukisan Purba Sepanjang 13 Kilometer di Pedalaman Amazon

Lukisan prasejarah di dinding goa Leang Tedongnge ini menggambarkan babi kutil Sulawesi yang merupakan hewan endemik Indonesia di pulau ini. 

Profesor Maxime Aubert, spesialis pertanggalan dari Griffith Center for Social Science and Cultural Research mengungkapkan bahwa babi adalah hewan yang paling sering digambarkan pada gambar cadas zaman es di pulau ini.

Kemungkinan hewan ini memiliki nilai penting, baik sebagai makanan maupun sebagai ide kreatif dan ekspresi seni, kata Prof Aubert.

Analisis usia lukisan gua

Untuk mengetahui usia lukisan goa tertua di dunia tersebut, peneliti menggunakan penanggalan seri uranium, sebuah metode yang mengukur peluruhan radioaktif uranium.

Baca juga: Jejak Kaki Berusia 120.000 Tahun, Ungkap Rute Migrasi Manusia Purba dari Afrika

Membuat lukisan pada dinding gua tempat Tinggalnya dilakukan manusia purba pada masa
shutterstock.com Ilustrasi manusia purba Homo sapiens

Sampel pertanggalan dari gambar babi kutil ini kemudian dianalisis menggunakan metode uranium series di Radiogenic Isotope Fasility, University of Quensland.

"Di Leang Tedongnge, sampel popcorn (kalsium karbonat) yang tumbuh di atas pigmen gambar cadas diambil dari salah satu kaki belakang babi kutil tersebut. Jadi setelah dipertanggalkan itu memberikan kami umur minimum dari lukisan tersebut," jelas Prof Aubert.

Prof Aubert mengambil deposit mineral tersebut secara hati-hati. Selanjutnya, hasil pertanggalan uranium series menghasilkan umur 45.500 tahun.

Ini menunjukkan bahwa panil gambar cadas itu telah dilukis sebelum deposit mineral tersebut terbentuk.

Dengan metode yang sama, peneliti juga menganalisis gambar babi kutil kedua yang berada di Leang Balangajia 1, goa lain di kawasan tersebut. Menghasilkan pertanggalan umur 32.000 tahun.

Baca juga: Makna Penting di Balik Lukisan 44.000 Tahun di Gua Sulawesi

"Kami sekarang telah mengetahui beberapa contoh gambar cadas awal di Sulawesi, termasuk penggambaran binatang dan gambar adegan bercerita yang luar biasa bagus, baik kualitas pembuatan maupun kelangkaannya di dunia," ungkap Prof Aubert.

Penemuan lukisan goa tertua zaman prasejarah ini dikategorikan sebagai salah satu dari 10 terobosan ilmiah tahun 2020.

Sebelumnya, pertanggalan 'adegan' gambar cadas tertua yang pernah ditemukan, tercatat berumur 43.900 tahun. Lukisan prasejarah tersebut berupa penggambaran hibrid antara manusia dan hewan yang berburu babi kutil Sulawesi dan anoa.

Gambar tersebut ditemukan tim peneliti yang sama di kawasan goa batu gamping yang sama.

"Kami telah menemukan dan mendokumentasikan banyak motif gambar cadas di Sulawesi yang masih menunggu penanggalan ilmiah. Kita berharap gambar cadas tertua di pulau ini menghasilkan penemuan-penemuan yang signifikan," imbuh Adhi.

Baca juga: Lukisan 17.000 Tahun Buktikan Manusia Kenal Astronomi Sejak Zaman Es

Membuat lukisan pada dinding gua tempat Tinggalnya dilakukan manusia purba pada masa
Maxime Aubert/Griffith University Lukisan gua tertua di dunia menggambarkan babi kutil Sulawesi yang dilukis di dinding gua Leang Tedongnge berumur 45.500 tahun yang lalu. Lukisan prasejarah tertua di dunia ini mengungkapkan sejarah migrasi manusia purba modern, Homo sapiens di Nusantara, Indonesia.

Seni cadas manusia modern di Indonesia

Dengan penemuan lukisan gua tersebut, Adhi menambahkan bahwa penelitian di Maros-Pangkep ini masih akan terus dilakukan, untuk lebih menelusuri kehidupan manusia modern, Homo sapiens dalam perjalanannya di Nusantara.

"Penelitian gambar cadas untuk mengetahui pertanggalannya, kita lebarkan ke Indonesia timur seperti di Raja Ampat, Kaimana, Fakfak, dan kepulauan Kei dan untuk mengetahui migrasi manusia dari Nusantara ke Australia juga," imbuh Adhi.

Sistem penanggalan pada lukisan goa tertua yang ditemukan di Sulawesi sekarang merepresentasikan gambar cadas paling awal.

Jika bukan yang paling tua, maka mewakili penanggalan arkeologis sebagai bukti manusia modern, Homo sapiens yang ada di wilayah kepulauan Nusantara yang terletak di antara Asia dan Australia yang dikenal sebagai ‘Wallacea’.

Baca juga: Migrasi Manusia ke Nusantara Membawa Penyakit

Tim dari Griffith berharap penelitian ke depan di kawasan timur Indonesia akan mengarah pada penemuan gambar cadas yang lebih tua umurnya dan temuan arkeologis lainnya, setidaknya 65.000 tahun dan mungkin lebih awal.

"Penemuan ini menggarisbawahi keunikan yang luar biasa dari gambar cadas Indonesia dan signifikansinya yang luar biasa untuk memahami sejarah seni yang mendalam dan perannya dalam sejarah awal umat manusia," kata Profesor Adam Brumm dari Australian Research Centre for Human Evolution (ARCHE), salah satu pemimpin peneliti tim Griffith-Arkenas.

Lukisan goa tertua zaman prasejarah ini, risetnya telah dipublikasikan dalam jurnal Science Advances dan memberikan lebih banyak bukti bahwa Indonesia merupakan salah satu pusat untuk seni cadas.

Riset gabungan antara peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Arkenas) dengan Universitas Griffith (Australia) ini, memberikan wawasan baru tentang lukisan prasejarah tersebut bahwa tradisi seni cadas pertama mungkin tak muncul di zaman es Eropa seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Baca juga: Tali Tertua di Dunia Ditemukan, Pembuatnya Manusia Purba Neanderthal

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.