Maksud di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung

Salah satu peribahasa yang populer di kalangan masyarakat adalah ‘di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung’. Peribahasa tersebut mengandung arti bahwa seseorang sudah sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat tinggalnya.

Kata kata dimana kaki berpijak?

Pribahasa “dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung” memiliki arti (Dimana kita menginjakan kaki kita harus selalu menghormati adat istiadat tempat itu.)

Di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung merupakan pepatah mengenai norma sosial dari daerah?

Peribahasa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung yang berasal dari Sumatera Barat mengandung makna bahwa dimanapun kita berada kita harusA.mematuhi norma-norma yang berlaku.

Dimana bumi di pijak di situ langit di junjung jelaskan pernyataan ini dihubungkan dengan etika?

Maksud pepatah “dimana bumi dipijak,disitu langit dijunjung” : Dimana pun kita berada,kita harus menaati peraturan asli daerah tersebut. Hubungannya dengan hak dan kewajiban setiap individu : Hak setiap individu adalah untuk dihormati dan dihargai, kewajibannya adalah menaati peraturan dimanapun,dan kapanpun.

Dimana ada niat pasti ada jalan?

“Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Dimana ada usaha pasti akan ada hasil. Terus berjuang sampai akhir, jangan mudah menyerah.”

Apa tujuan adanya norma dalam kehidupan masyarakat?

Tujuan norma adalah untuk mengatur kehidupan antar masyarakat, dan tentunya di dalam masyarakat juga telah berkembang norma kesopanan. Norma kesopanan menjadi aturan yang berkaitan dengan sopan santun, tata krama, atau adat istiadat.

Peribahasa di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung yang berasal dari Sumatra Barat mengandung makna bahwa dimanapun kita berada kita harus *?

Bagaimana dengan peribahasa “Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” Tahukah Anda apa artinya? Artinya kita wajib menghormati adat istiadat dan kebiasaan di tempat dimanapun kita berada.

Sebuah pepatah lama yang tentunya sudah begitu familiar bagi kita semua. Pepatah ini tentunya bisa ditafsirkan dalam banyak makna positif. Salahsatunya terkait dengan budaya, dimana ketika kita tinggal disuatu tempat,suatu daerah tertentu, sudah selayaknya kita berperilaku, bersikap dan menghargai budaya setempat dengan adat istiadatnya.  Demikian halnya dengan Binus Bandung menjunjung dan sangat mengapresiasi nilai-nilai budaya Sunda dan menjadikannya sebagai suatu ciri khas dari Binus Bandung. Mengapa? Tentunya karena nilai-nilai kesundaan ini merupakan tatanan nilai yang diyakini dan dijalankan oleh masyarakat  Sunda, yang juga merupakan khasanah budaya lokal yang adiluhung.

Mari kita sedikit mengenal mengenai masyarakat Sunda dan nilai kearifannya

Siapa sebenernya yang disebut masyarakat Sunda? Ya tentunya masyarakat Sunda ini adalah mereka yang tinggal di Jawa Barat yang berbahasa ibu Sunda. Masyarakat Sunda ini memiliki sejumlah karakteristik mentalitas yang khas sebagai masyarakat ladang (huma )yaitu mereka secara alamiah dan tipografinya hidup didaerah perbukitan.

Nilai kesundaan yang sangat khas yang tercermin, melekat dan diamalkan dalam pergaulan sehari-hari adalah nilai Silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh (SILAS).

Apa itu Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh (SILAS)?

Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh secara konsepnya merupakan nilai kearifan lokal yang juga menjadi falsafah hidup masyarakat Sunda. Nilai-nilai ini melekat dan dijadikan pegangan, landasan dalam hidup bermasyarakat.

Secara harafiah, silih sendiri dapat disubtitusi dalam bahasa Indonesia dengan kata “saling”. Kata silih ini bukan sekedar menunjukan kesadaran untuk berbagi, tetapi juga merujuk pada kesadaran bahwa apa yang dikerjakan dan dihasilkan adalah untuk kepentingan bersama. Silih juga mencerminkan suatu kesadaran untuk dapat maju dan bertumbuh kembang bersama.

Silih Asih berarti saling mengasihi, saling mencintai satu sama lainnya. Memberi perhatian, afeksi, dan kasih sayang, satu sama lain menunjukan kepeduliannya, memberikan apa yang dibutuhkan dengan tulus. Silih Asah secara harafiah memiliki arti mempertajam. Silih Asah, mempunyai makna saling bertukar ilmu, satu sama lain mengajarkan apa yang dia ketahui dan kuasai. Sedangkan Silih Asuh dapat diartikan sebagai saling mengasuh, mengayomi, membimbing satu sama lainnya. Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh dapat diartikan sebagai  saling mempertajam diri, saling mengasihi, dan saling memelihara.

Dalam bersosialisasi yang Nyunda ,SILAS ini dapat dimaknai sebagai berikut:

  • Silih Asih atau silaturahim yang bening,
  • Silih Asah atau saling mencerdaskan akal pikiran lahir batin,
  • dan Silih Asuh atau sadar posisi, proporsional dan profesional.

Di dalam bersosialisasi yang sehat, nilai kesundaaan SILAS perlu didukung dengan nilai kemanusiaan yang Nyunda yaitu Manusia Sunda anu cageur (sehat lahir batin, sehat fisik dan psikis, sehat jasmani dan rohani), bageur (hidupnya sesuai dengan hukum Agama,  dan hati nurani), bener (jelas dan benar visi, misi hidupnya), pinter  (mampu mengatasi masalah hidup).

Mari kita menjaga silaturahmi dan bersosialisasi dengan menjunjung nilai-nilai Kesundaan. Let’s do Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh

Makna dari peribahasa di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung adalah?

Salah satu peribahasa yang populer di kalangan masyarakat adalah 'di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung'. Peribahasa tersebut mengandung arti bahwa seseorang sudah sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat tinggalnya.

Dimana bumi di pijak di situ langit di junjung jelaskan pernyataan ini dihubungkan dengan etika?

Maksud pepatah "dimana bumi dipijak,disitu langit dijunjung" : Dimana pun kita berada,kita harus menaati peraturan asli daerah tersebut. Hubungannya dengan hak dan kewajiban setiap individu : Hak setiap individu adalah untuk dihormati dan dihargai, kewajibannya adalah menaati peraturan dimanapun,dan kapanpun.