Majas apa saja yang terkandung dalam puisi karawang bekasi?

Pendahuluan :Puisi “Krawang Bekasi karya Chairil Anwar” ini termasuk kedalam puisi naratif. Puisinaratif adalah puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita menjadi pelaku, perwatakan,latar, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Puisi “KrawangBekasi” ini berkisah tentang perjuangan, yang lebih mengutamakan pada tempatterjadinyasuatu peristiwa di dalam puisi ini.Kalau melihat dari judul tersebut Chairil ingin menegaskanarti penting dari peristiwa yang berkaitan dengan tempat. Tempat merupakan identitas bagiseseorang, tempat merupakan titik awal dari suatu kejadian. Disini seakan ada pesan jangansampai kita lupa terhadap asal usul kita, tempat kita, dimana suatu peristiwa itu terjadi,sekecil apapun tempat itu, kalau mengandung nilai sejarah harus tetap kita hargaisebagaimana mestinya, karena dari sana nilai sejarah itu berawal.

Karawang – BekasiKarya : Chairil AnwarKami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasitidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagiTapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,terbayang kami maju dan mendegap hati ?Kami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debuKenang, kenanglah kamiKami sudah coba apa yang kami bisaTapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawaKami cuma tulang-tulang berserakanTapi adalah kepunyaanmu

Upload your study docs or become a

Course Hero member to access this document

Upload your study docs or become a

Course Hero member to access this document

End of preview. Want to read all 5 pages?

Upload your study docs or become a

Course Hero member to access this document

Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan tentang analisis dari 2 puisi. Saya akan menjelaskan analisa tentang puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar dan puisi ODE I karya Toto Sudarto Bahtiar. Setelah itu saya akan menjelaskan tentang persamaan dan perbedaan kedua puisi tersebut. Alasan saya memilih 2 puisi ini karena keduanya sama-sama menjelaskan tentang kisah pahlawan Indonesia.

Berikut adalah puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar:

KARAWANG BEKASI
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
Karya Chairil Anwar


Analisa Puisi Karawang Bekasi:

       Puisi ini menceritakan tentang kisah para pejuang Indonesia yang gugur dalam pertempuran untuk meraih kemerdekaan. Mereka rela mempertaruhkan nyawa mereka demi Indonesia merdeka, tetapi disisi lain mereka meminta kita sebagai penerusnya untuk terus mempertahankan kemerdekaan Indonesia jangan sampai pengorbanan mereka menjadi sia-sia dan hargailah usaha mereka. Amanat dari puisi ini adalah untuk mengingatkan para pemuda dan penerus bangsa untuk mempertahankan persatuan dan kemerdekaan Indonesia dan terus kenanglah pahlawan-pahlawan negara Indonesia. Karena sebenarnya mereka lah yang membuat Indonesia bersatu dan merdeka saat ini. Suasana dalam puisi ini adalah sedih, khawatir dan prihatin karena melihat kondisi para pejuang yang gugur pada masa itu, dan juga kekhawatiran mereka memberi kemerdekaan pada penerus bangsa Indonesia untuk dijaga dan dipertahankan. Waktu dari puisi ini adalah malam hari dan latar tempatnya adalah di medan perang.


       Majas yang digunakan adalah majas metafora pada kalimat “kami cuma tulang-tulang berserakan” pada kalimat ini terdapat bahwa kata meninggal diganti menjadi tulang-tulang berserakan. Yang dimaksud si penulis adalah kami sudah meninggal jadi tidak bisa berbuat apa-apa lagi, sudah tidak berguna lagi. Majas lainnya adalah Majas repetisi pada kalimat “ Menjaga Bung Karno, Menjaga Bung Hatta, Menjaga Bung Syahrir” terdapat pengulangan menjaga pada kalimat kalimat tersebut. Majas lainnya adalah majas Alegori “ Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian” dalam kalimat dijelaskan tentang teruslah mempertahankan kemerdekaan Indonesia diganti dengan kata pernyataan dan impian.

ODE I 
Oleh :Toto Sudarto Bahtiar

katanya, kalau sekarang aku harus berangkat 


kuberi pacarku peluk penghabisan yang berat 
aku besok bisa mati, kemudian diam-diam 
aku mengendap di balik sendat kemerdekaan dan malam 
malam begini beku, dimanakah tempat terindah 
buat hatiku yang terulur padamu megap dan megah 
O, tanah 
tanahku yang baru terjaga 

malam begini sepi dimanakah tempat yang terbaik 


buat peluru pistol di balik baju cabik 
0, tanah di mana mesra terpendm rindu 
kemerdekaan yang mengembara kemana saja 

ingin aku menyanyi kecil, tahu betapa tersandarnya 


engkau pada pilar derita, megah napasku di gang tua 
menuju kubu musuh di kota sana 
aku tak sempat hitung langkahku bagi jarak 

mungkin pacarku kan berpaling 


dari wajahku yang terpaku pada dinding 
tapi jam tua, betapa pelan detiknya kudengar juga 
di tengah malam yang begini beku 

teringat betapa pernyataan sangat tebalnya 


coretan-coretan merah pada tembok tua 
betapa lemahnya jari untuk memetik bedil 
membesarkan hatimu yang baru terjaga 

Kalau serang aku harus ergi, aku hanya tahu 


kawan-kawanku akan terus maju 
tak berpaling dari kenangan pada dinding 
O, tanah dimana tempat yang terbaik buat hati dan hidupku 

Analisa Puisi Ode I:



      Puisi diatas menceritakan tentang kisah seorang pahlawan kemerdekaan yang ingin berperang dan harus meninggalkan kekasihnya. Ia rela berkorban demi meraih kemenangan karena ia percaya bahwa Indonesia akan menang dan pejuang-pejuang bangsa adalah pejuang yang mempunyai rasa nasionalisme tinggi dan akan terus berjuang. Walau harus meninggalkannya kekasih nya ia berpikir bahwa hal ini adalah yang terbaik untuk bangsa Indonesia. Amanat puisi diatas adalah hargailah usaha-usaha para pahlawan Indonesia, kita harus tau apa saja yang mereka korbani demi Indonesia merdeka. Maka dari itu jagalah dan pertahankanlah kemerdekaan Indonesia ini. Kita juga dapat belajar bahwa sesuatu yang kita inginkan dan susah diraih butuh pengorbanan lebih untuk meraihnya. Suasana dalam puisi diatas adalah suasana sedih, prihatin dan rindu. Sedih dan prihatin melihat kondisi si penulis (pejuang bangsa Indonesia) dan perasaan si penulis yang sebenarnya merindukan sang kekasih. Waktu yang dipakai dalam puisi ini adalah malam hari dan latar tempatnya adalah medan perang.
     Majas yang digunakan dalam puisi ini adalah hiperbola dalam kalimat “Malam begini beku, dimanakah tempat terindak buat hatiku yang terulur padamu megap dan megah”, “aku tak sempat hitung langkahku bagi jarak”,  
dalam kalimat ini terdapat makna yang sedikit berlebihan dan sebenarnya inti dari kalimat sudah didapat tetapi si penulis memilih untuk memperpanjang kalimat itu. Majas lainnya adalah personifikasi yang terdapat pada kalimat “O, tanah 
tanahku yang baru terjaga”, “engkau pada pilar derita” kalimat ini menggunakan benda mati yaitu tanah dan pilar sedang melakukan sesuatu yang hanya makhluk hidup bisa lakukan yaitu merasakan derita dan terjaga.


 
Pada bagian ini saya akan menjelaskan tentang persamaan dan perbedaan puisi Karawang Bekasi dan Puisi ODE I:

        Kedua puisi diatas adalah puisi hasil karya 2 pujangga terkenal. Karawang Bekasi dibuat oleh Chairil Anwar sedangkan ODE I dibuat oleh Toto Sudarto Bahtiar. Kedua puisi diatas bertema tentang pahlawanan-pahlawan tanah air yang gigih untuk memperjuangkan kemerdekaan dan rela mempertaruhkan nyawanya demi kemerdekaan Indonesia. Puisi Karawang Bekasi berbicara tentang banyaknya pahlawan yang meninggal pada saat peperangan memperebutkan kemerdekaan. ODE I berbicara tentang pengorbanan seorang pahlawan untuk berperang demi kemerdekaan. Keduanya bercerita tentang rasa sejati yang dimiliki pahlawan-pahlawan Indonesia dalam meraih kemerdekaan bagi negaranya sendiri. Selain itu kedua puisi bercerita tentang perjuangan yang mereka lalui saat memperebutkan kemerdekaan.


       Amanat yang bisa kita ambil dari kedua puisi ini juga hampir sama. Keduanya sama-sama memberitahu kita untuk menghargai pahlawan-pahlawan negara dan menyadarkan kita untuk terus menjaga kemerdekaan yang sudah di raih ini. puisi ini mengajarkan kita bahwa sesuatu yang sulit diraih butuh resiko besar untuk menggapainya, dan itulah yang dilakukan pahlawan-pahlawan negara Indonesia. Cara penyampaian amanat di kedua puisi ini sedikit berbeda, puisi Karawang Bekasi langsung menyuruh masyarakat untuk mengenang pahlawan dan menjaga kemerdekaan Indonesia dari kalimat-kalimatnya. “Kenang, kenanglah kami” , “Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa”. Sedangkan puisi Ode hanya bercerita tentang kisah seorang pahlawan yang rela pergi meninggalkan kekasihnya untuk berperang. Tapi ia mempunyai kepercayaan dan rasa cinta kepada negaranya yang besar.

       Tokoh dari kedua puisi diatas juga sama-sama pahlawan (pejuang bangsa pada masa kemerdekaan). Tetapi Puisi Karawang Bekasi memberikan cerita tentang banyak pahlawan bukan hanya 1 pahlawan sedangkan puisi Ode I menceritakan kisah 1 pahlawan.
      Suasana dalam kedua puisi ini adalah haru, sedih, prihatin serta bangga. Dengan membacanya, kita bisa merasakan apa yang pejuang Indonesia rasai, kesedihan mereka dengan itu membuat kita kasian dan prihatin kepada mereka. Di sisi lain kita merasa bangga dengan mereka karena rela mengobarkan nyawanya demi kemerdekaan Indonesia.
       Tujuan saya menulis artikel ini adalah menyadarkan generasi muda bahwa mempunyai rasa nasionalisme itu penting, agar kita dapat mempertahankan kemerdekan negara kita sendiri.