Larik yang tepat untuk melengkapi puisi lama di atas adalah

23 Questions | Total Attempts: 595

  • Satu demi satu yang maju tersadap darahnya Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka. ---Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal! Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa. Majulah Joko Pandan! Di mana ia? Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa. Anak panah empat arah dan musuh tiga silang Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang. ---Joko Pandan! Di mana ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa. Berdasarkan diksi dan isi penggalan puisi di atas, gaya pembacaan puisi yang paling tepat ketika membacakan puisi tersebut adalah...

    • Suara keras dan tegas sehingga memunculkan kesan kasar dan menantang

    • Pengucapan kata demi kata diberi tekanan sehingga berkesan tegas

    • Suara keras dan agak parau sehingga memunculkan kesan gemetar

    • Dibuat seperti suara setengah perempuan sehingga memunculkan kesan banci

    • Suara mengalun sehingga memunculkan kesan indah dalam membaca puisi

  • Satu demi satu yang maju tersadap darahnya Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka. ---Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal! Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa. Majulah Joko Pandan! Di mana ia? Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa. Anak panah empat arah dan musuh tiga silang Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang. ---Joko Pandan! Di mana ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa. Dari penggalan puisi di atas, larik puisi yang sebaiknya dibaca dengan volume suara biasa dan dengan gaya bercerita adalah ....

    • Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!/ Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.

    • Majulah Joko Pandan! Di mana ia?/Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.

    • Joko Pandan! Di mana ia!/Hanya padanya seorang kukandung dosa.

    • Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa./Majulah Joko Pandan! Di mana ia?

    • Satu demi satu yang maju tersadap darahnya/ Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.

  • Satu demi satu yang maju tersadap darahnya Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka. ---Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal! Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa. Majulah Joko Pandan! Di mana ia? Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa. Anak panah empat arah dan musuh tiga silang Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang. ---Joko Pandan! Di mana ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa. Gaya bahasa yang paling dominan dalam penggalan puisi di atas adalah ....

  • Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang Menyinggung muram, desir hari lari berenang Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak Dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak       Latar suasana yang tercermin dalam penggalan puisi di atas adalah ….

  • Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku   Sikap dan nada suara yang paling tepat dalam membaca penggalan puisi di atas adalah ….

    • Lembut, rendah hati, seperti orang berbisik kepada pengemis.

    • Lembut, mencerminkan rasa kasihan pada pengemis.

    • Agak ketus, dan seolah minta agar pengemis itu segera berlalu.

    • Agak keras, seperti mengusir pengemis.

    • Biasa, terkesan bahwa kita sama dengan pengemis

  •       Makan nasi di Jalan Abu Bakar Ali       Nasi opor lauknya tahu       Setiap pagi hatiku senang sekali       …..         Larik yang tepat untuk melengkapi bagian rumpang dari pantun di atas adalah ….

    • Banyak motor di jalanan menyalakan lampu

    • Sarapan pagi sebelum sekolah

    • Pergi ke sekolah pakai sepeda

    • Dikasih ibu banyak uang saku

  • Kalau pandai berkain panjang Serupa dengan kain sarung Lebih dari kain pelikat. Kalau pandai berinduk semang Serupa dengan ibu kandung Siang dan malam dijadikan tongkat.   Berdasarkan bentuknya, puisi lama di atas disebut ….

  • Bakhil jangan diberi singgah, itulah perampok yang amat gagah. Berdasarkan bentuknya, puisi lama di atas disebut ....

  • Bersandar pada tari warna pelangi kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda                         Baris keempat dari penggalan sajak di atas memberikan citraan ….

  • Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, Kekasihku? Dengan senja samar sepoi, Pada masa purnama meningkat naik, Setelah menghalaukan panas payah terik, Angin malam menghembus lemah, Menyejuk badan, melambung rasa, menayang pikir, Membawa angan ke bawah kursiMu? Pernyataan berikut yang sesuai dengan isi penggalan puisi di atas adalah ....

    • Penyair menggambarkan pertemuannya dengan Sang Pencipta

    • Penyair menganggap Sang Pencipta sebagai kekasihnya

    • Penyair bertemu dengan Sang Pencipta pada suatu senja

    • Penyair merasa badannya sejuk karena bertemu kekasihnya

    • Penyair bermimpi bertemu kekasihnya

  • Kutulis surat ini kala hujan gerimis bagai bunyi tambur mainan anak-anak peri dunia yang gaib Dan angin mendesah, Wahai, dik Narti aku cinta padamu!   Majas personifikasi terdapat pada larik ….

    • Bagai bunyi tambur mainan

    • Anak-anak peri dunia yang gaib

  • Kalau semua sudah jauh, sehabis memperdua malam Sepi meraja di mana saja, sayup-sayup hanya kudengar Hariku berdetak kepadamu, menurut denyut desah jam tua Sampai ke lapang dengan remuknya sedan penghabisan   Citraan yang dominan dalam penggalan puisi di atas adalah ....

  •       Pisang emas bawa berlayar       Masak sebiji di bawah pergi       …………………………..       Utang budi dibawa mati   Untuk melengkapi larik puisi yang rumpang dengan kata berirama yang sesuai dengan puisi di atas adalah ….

    • Apa kang mas sudah punya pacar

    • Bertanak beras tiada henti

    • Udara panas pikiran buyar

    • Ingat utang segera dibayar

  • Hatinya susah iman tergoda Kepada Tunggal’lah jatuh cinta ………………………………… …………………………………   Larik yang tepat untuk melengkapi bagian syair yang rumpang tersebut  adalah ….

    • Wajahnya terbayang di ruang mata gaya senyumnya semua nyata

    • Soal hidup perlu direnungi agar tidak menyesal nanti

    • Segala sesuatu terasa hambar nasi dimakan serasa sekam

    • Barang siapa tiada memegang agama sekali-kali tiada boleh dibilang nama

    • Jika sedikit berbuat bohong tanda orang yang amat celaka

  • Tumbuhlah lumut dengan kemumu Ambil penjolok tabung madat Hidup tidak berilmu ………………………                                       Larik yang tepat untuk melengkapi pantun yang rumpang di atas adalah ….

    • Angin barat gelombang barat

    • Sesat jalan dunia akhirat

  • TERBUKA BUNGA   Terbuka bunga dalam hatiku! Kembang rindang disentuh bibir-kesturi-mu Melayah-layah mengintip restu senyumanmu Dengan mengelopaknya  bunga ini, layulah bunga lampau, kekasihku                   Nyanyi Sunyi, Amir Hamzah   Kata bercetak miring pada pusi tersebut melambangkan makna ....

  • Habis kikis Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali aku padamu Seperti dahulu   Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia, selalu (Dari Amir Hamzah, “Padamu Jua”)   Nilai religi yang terkandung dalam penggalan puisi di atas adalah....

    • Menjalani hidup dengan penuh cinta

    • Bersyukur atas segala anugrah Tuhan

    • Selalu berdoa kepada Tuhan

    • Selalu ada pengampunan dari Tuhan

    • Hidup harus selalu rajin beribadah

  • PENERIMAAN Kalau kau mau kuterima kembali Dengan sepenuh hati Aku masih sendiri   Kutahu kau bukan yang dulu lagi Bak kembang sari sudah terbagi ….. Deru campur Debu, Chairil Anwar       Maksud kata bercetak miring pada puisi tersebut mengiaskan ….

  • Anakku, engkau adalah Sulaiman Yang kutangisi dari balik kandungan Tatkala sejuta panah Membuat Daud, ayahmu Tertatih-tatih bagai seranga …                           Eka Budianto                    Majas bercetak miring yang digunakan penyair dalam puisi tersebut sama benar dengan kalimat bermajas ….

    • Nama-Mu kusebut dengan bibir gemetar

    • Aman terbaring dalam tilam penghabisan

    • Dukanya adalah pisau tajam bermata dua

    • Jarum-jarum sibuk menghitung saat

    • Melangkah gagah meluncur rampak

  • Tetap, madep, manteb Gemati, nastiti, ngati-ati Supaya kita mandiri, perkasa dan pinter ngatur hidup Tak tergantung tengkulak, pak dukuh, bekel, atau lurah Seperti Subadra bagi Arjuna Makin jelita ia di antara maru-marunya, Seperti Arimbi bagi Bima Jadilah ia jelita ketika melahirkan jabang tetuka Seperti Sawitri bagi Setyawan Ia memelihara nyawa kita dari malapetaka Alangkah pentingnya istri ketika kita mulai melupakannya.   Isi dari penggalan puisi di atas  adalah .....

    • Menempatkan istri sebagai pembantu rumah tangga

    • Posisi istri dalam keluarga menurut kebudayaan jawa

    • Fungsi istri sebagai pelengkap suami dalam kehidupan

    • Memperlakukan istri secara semestinya

    • Jasa-jasa itri terhadap suami

  • Hidup hanya menunda kekalahan tambah terasing dari cinta sekolah rendah dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan, sebelum pada akhirnya kita menyerah (Chairil Anwar, “Dera-derai Cemara”)   Kata metaforis “menyerah” dalam bait di atas berarti ….

  • Para penjaga kubur baru coba bunuh imajinasi kitaengkau adalah istriku yang melahirkan puisi-puisinamun, debat jadi berkepanjangan ketika peradaban menuntutbapak biologis atas puisi-puisidan, norma digantungkan di bawah salib teman seprofesiyang jelas tak mengerti hakikat imajinasipada penghujung nafasmudemi masa depan puisi-puisi kitaengkau selipkan bunga kamboja di pelupuk matamuengkau kalungkan rangkaian kenanga di masa depanmuengkau adalah cintaku yang harus kudeklarasikan sembunyi-sembunyimaklum, malam selalu ingin berpaling dari kita. Larik bermajas personifikasi yang terdapat dalam puisi di atas adalah ....

    • Engkau adalah istriku yang melahirkan puisi-puisi

    • Engkau selipkan bunga kamboja di pelupuk matamu

    • Maklum, malam selalu ingin berpaling dari kita

    • Bapak biologis atas puisi-puisi

    • Para penjaga kubur baru coba bunuh imajinasi kita