Satu demi satu yang maju tersadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
---Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
---Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berdasarkan diksi dan isi penggalan puisi di atas, gaya pembacaan puisi yang paling tepat ketika membacakan puisi tersebut adalah...
Suara keras dan tegas sehingga memunculkan kesan kasar dan menantang
Pengucapan kata demi kata diberi tekanan sehingga berkesan tegas
Suara keras dan agak parau sehingga memunculkan kesan gemetar
Dibuat seperti suara setengah perempuan sehingga memunculkan kesan banci
Suara mengalun sehingga memunculkan kesan indah dalam membaca puisi
Satu demi satu yang maju tersadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
---Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
---Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Dari penggalan puisi di atas, larik puisi yang sebaiknya dibaca dengan volume suara biasa dan dengan gaya bercerita adalah ....
Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!/ Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?/Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Joko Pandan! Di mana ia!/Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa./Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Satu demi satu yang maju tersadap darahnya/ Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
Satu demi satu yang maju tersadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
---Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
---Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Gaya bahasa yang paling dominan dalam penggalan puisi di atas adalah ....
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak
Latar suasana yang tercermin dalam penggalan puisi di atas adalah ….
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku
Sikap dan nada suara yang paling tepat dalam membaca penggalan puisi di atas adalah ….
Lembut, rendah hati, seperti orang berbisik kepada pengemis.
Lembut, mencerminkan rasa kasihan pada pengemis.
Agak ketus, dan seolah minta agar pengemis itu segera berlalu.
Agak keras, seperti mengusir pengemis.
Biasa, terkesan bahwa kita sama dengan pengemis
Makan nasi di Jalan Abu Bakar Ali
Nasi opor lauknya tahu
Setiap pagi hatiku senang sekali
…..
Larik yang tepat untuk melengkapi bagian rumpang dari pantun di atas adalah ….
Banyak motor di jalanan menyalakan lampu
Sarapan pagi sebelum sekolah
Pergi ke sekolah pakai sepeda
Dikasih ibu banyak uang saku
Kalau pandai berkain panjang
Serupa dengan kain sarung
Lebih dari kain pelikat.
Kalau pandai berinduk semang
Serupa dengan ibu kandung
Siang dan malam dijadikan tongkat.
Berdasarkan bentuknya, puisi lama di atas disebut ….
Bakhil jangan diberi singgah,
itulah perampok yang amat gagah.
Berdasarkan bentuknya, puisi lama di atas disebut ....
Bersandar pada tari warna pelangi
kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Baris keempat dari penggalan sajak di atas memberikan citraan ….
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, Kekasihku?
Dengan senja samar sepoi,
Pada masa purnama meningkat naik,
Setelah menghalaukan panas payah terik,
Angin malam menghembus lemah,
Menyejuk badan, melambung rasa, menayang pikir,
Membawa angan ke bawah kursiMu?
Pernyataan berikut yang sesuai dengan isi penggalan puisi di atas adalah ....
Penyair menggambarkan pertemuannya dengan Sang Pencipta
Penyair menganggap Sang Pencipta sebagai kekasihnya
Penyair bertemu dengan Sang Pencipta pada suatu senja
Penyair merasa badannya sejuk karena bertemu kekasihnya
Penyair bermimpi bertemu kekasihnya
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
anak-anak peri dunia yang gaib
Dan angin mendesah,
Wahai, dik Narti
aku cinta padamu!
Majas personifikasi terdapat pada larik ….
Bagai bunyi tambur mainan
Anak-anak peri dunia yang gaib
Kalau semua sudah jauh, sehabis memperdua malam
Sepi meraja di mana saja, sayup-sayup hanya kudengar
Hariku berdetak kepadamu, menurut denyut desah jam tua
Sampai ke lapang dengan remuknya sedan penghabisan
Citraan yang dominan dalam penggalan puisi di atas adalah ....
Pisang emas bawa berlayar
Masak sebiji di bawah pergi
…………………………..
Utang budi dibawa mati
Untuk melengkapi larik puisi yang rumpang dengan kata berirama yang sesuai dengan puisi di atas adalah ….
Apa kang mas sudah punya pacar
Bertanak beras tiada henti
Udara panas pikiran buyar
Ingat utang segera dibayar
Hatinya susah iman tergoda
Kepada Tunggal’lah jatuh cinta
…………………………………
…………………………………
Larik yang tepat untuk melengkapi bagian syair yang rumpang tersebut adalah ….
Wajahnya terbayang di ruang mata
gaya senyumnya semua nyata
Soal hidup perlu direnungi
agar tidak menyesal nanti
Segala sesuatu terasa hambar
nasi dimakan serasa sekam
Barang siapa tiada memegang agama
sekali-kali tiada boleh dibilang nama
Jika sedikit berbuat bohong
tanda orang yang amat celaka
Tumbuhlah lumut dengan kemumu
Ambil penjolok tabung madat
Hidup tidak berilmu
………………………
Larik yang tepat untuk melengkapi pantun yang rumpang di atas adalah ….
Angin barat gelombang barat
Sesat jalan dunia akhirat
TERBUKA BUNGA
Terbuka bunga dalam hatiku!
Kembang rindang disentuh bibir-kesturi-mu
Melayah-layah mengintip restu senyumanmu
Dengan mengelopaknya bunga ini, layulah bunga
lampau, kekasihku
Nyanyi Sunyi, Amir Hamzah
Kata bercetak miring pada pusi tersebut melambangkan makna ....
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia, selalu
(Dari Amir Hamzah, “Padamu Jua”)
Nilai religi yang terkandung dalam penggalan puisi di atas adalah....
Menjalani hidup dengan penuh cinta
Bersyukur atas segala anugrah Tuhan
Selalu berdoa kepada Tuhan
Selalu ada pengampunan dari Tuhan
Hidup harus selalu rajin beribadah
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
…..
Deru campur Debu, Chairil Anwar
Maksud kata bercetak miring pada puisi tersebut mengiaskan ….
Anakku, engkau adalah Sulaiman
Yang kutangisi dari balik kandungan
Tatkala sejuta panah
Membuat Daud, ayahmu
Tertatih-tatih bagai seranga
… Eka Budianto
Majas bercetak miring yang digunakan penyair dalam puisi tersebut sama benar dengan kalimat bermajas ….
Nama-Mu kusebut dengan bibir gemetar
Aman terbaring dalam tilam penghabisan
Dukanya adalah pisau tajam bermata dua
Jarum-jarum sibuk menghitung saat
Melangkah gagah meluncur rampak
Tetap, madep, manteb
Gemati, nastiti, ngati-ati
Supaya kita mandiri, perkasa dan pinter ngatur hidup
Tak tergantung tengkulak, pak dukuh, bekel, atau lurah
Seperti Subadra bagi Arjuna
Makin jelita ia di antara maru-marunya,
Seperti Arimbi bagi Bima
Jadilah ia jelita ketika melahirkan jabang tetuka
Seperti Sawitri bagi Setyawan
Ia memelihara nyawa kita dari malapetaka
Alangkah pentingnya istri ketika kita mulai melupakannya.
Isi dari penggalan puisi di atas adalah .....
Menempatkan istri sebagai pembantu rumah tangga
Posisi istri dalam keluarga menurut kebudayaan jawa
Fungsi istri sebagai pelengkap suami dalam kehidupan
Memperlakukan istri secara semestinya
Jasa-jasa itri terhadap suami
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan,
sebelum pada akhirnya kita menyerah
(Chairil Anwar, “Dera-derai Cemara”)
Kata metaforis “menyerah” dalam bait di atas berarti ….
Para penjaga kubur baru coba bunuh imajinasi kitaengkau adalah istriku yang melahirkan puisi-puisinamun, debat jadi berkepanjangan ketika peradaban menuntutbapak biologis atas puisi-puisidan, norma digantungkan di bawah salib teman seprofesiyang jelas tak mengerti hakikat imajinasipada penghujung nafasmudemi masa depan puisi-puisi kitaengkau selipkan bunga kamboja di pelupuk matamuengkau kalungkan rangkaian kenanga di masa depanmuengkau adalah cintaku yang harus kudeklarasikan sembunyi-sembunyimaklum, malam selalu ingin berpaling dari kita. Larik bermajas personifikasi yang terdapat dalam puisi di atas adalah ....