Klik Untuk Melihat Jawaban Show #Jawaban di bawah ini, bisa saja tidak akurat dikarenakan si penjawab mungkin bukan ahli dalam pertanyaan tersebut. Pastikan mencari jawaban lain dari berbagai sumber terpercaya, sebelum mengklaim jawaban tersebut adalah benar. Semangat Belajar..# Dijawab oleh ### Pada Fri, 15 Jul 2022 20:32:06 +0700 dengan Kategori Sejarah dan Sudah Dilihat ### kaliJawaban: menurut yesus dan ahli taurat agar orang tersebut merasa malu dan diantara mereka ada yg pergi tanpa di beri hukuman,tetapi yesus memberi peringatan kepadanya"jangan berbuat dosa lagi". menurut pendapat saya lbh baik di tahan dari pada di bunuh dan diberi peringatan yg baik kpd orang yg berzina. Penjelasan: #nocopas #nogoogle #mikir di hati Tuhan(iya) salam. dari: ♥ï¸â™¥ï¸ PIPP PETALS♥ï¸â™¥ï¸ Baca Juga: Hasil dari 4/5-3/4 = tolong ya kakak kakak sebentar lagi deadline tugas nya plsssss​ op.dhafi.link/jawab Merupakan Website Kesimpulan dari forum tanya jawab online dengan pembahasan seputar pendidikan di indonesia secara umum. website ini gratis 100% tidak dipungut biaya sepeserpun untuk para pelajar di seluruh indonesia. saya harap pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mencari jawaban dari segala soal di sekolah. Terima Kasih Telah Berkunjung, Semoga sehat selalu.
[8:7] 1 Full Life : BARANGSIAPA DI ANTARA KAMU TIDAK BERDOSA. Nas : Yoh 8:7 Kata-kata ini tidak boleh dipergunakan sebagai peluang untuk tidak menghukum dosa di dalam gereja, atau menganggap remeh dosa sesama orang Kristen. Sikap semacam itu memutarbalikkan ajaran Alkitab terhadap dosa antara umat Allah.
[8:11] 2 Full Life : AKUPUN TIDAK MENGHUKUM ENGKAU. Nas : Yoh 8:11 Sikap Yesus ini menunjukkan tujuan-Nya dalam menebus umat manusia (Yoh 3:16). Dia tidak menghukum wanita tersebut sebagai orang yang tidak layak diampuni, tetapi menghadapinya dengan lembut dan kesabaran supaya menuntunnya kepada pertobatan. Bagi dia keselamatan akan tersedia jikalau meninggalkan "kehidupan berdosa", yaitu tinggalkan perzinaan dan kembali kepada suaminya (bd. Luk 7:47).
*QUIZ*NO NGASALKapan jerman melakukan operasi barbarossa?kapan ibu kota berlin ditaklukkan? 6. Bagian wajah dari ondel-ondel berupa .... b. a. topeng menyenangkan topeng menyedihkan c. wajah asli dirias seram d. wajah asli dirias cantikbantu … 2. Lagu Ondel-Ondel awalnya ber- tujuan untuk.... a. menjaga keamanan menampilkan hiburan b. c. anaknya menjaga leluhur d. leluhur menjaga anaknyadi b … Kondisi politih di hindia belanda pada saat perang dunia 2 Dari tinjauan histories kelahiran orde baru merupakan upaya pemerintah menegakkan pemerintahan yang bersifat Jelaskan olehmu maksud dari perlindungan hukum, profesi dan keselamatan Kualifikasi akademik apa saja yang menjadi syarat untuk menjadi calon peserta ppg, baik bagi mereka yang berasal dari kependidikan maupun non kependid … Sejumlah isu keorganisasian yang harus dicari solusinya dengan segera pada masa otonomi daerah (skor maks. 30/cpmk 1 dan 6). Sesuai pasal 41 uu no.14/2005 tentang guru dan dosen, dinyatakan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi profesi yang berfungsi untuk memajukan pr … sebutkan ulul azmi dan nama² kitab yg 4 itu, dan sebutkan nama² tuhan setiap agama ,serta nama² agama yg ada di indonesia.plis jawab ya ,>•< Yesus dan perempuan yang kedapatan berzina (atau Pericope Adulterae[a]) adalah perikop di dalam Injil Yohanes (Yohanes 7:53-8:1-11) yang sudah sering dibahas para sarjana.
Di dalam perikop tersebut diriwayatkan bahwa, saat Yesus sedang mengajar di Bait Allah, seturunnya dari bukit Zaitun, sekelompok ahli Taurat dan orang Farisi datang menyela ceramahnya. Mereka menghadapkan seorang perempuan yang tertangkap basah berbuat zina, sembari berkoar-koar bahwa hukuman bagi pezina yang tertangkap basah seperti perempuan itu adalah rajam, sesuai ketentuan syariat Musa.[1] Yesus hanya menulis-nulis sesuatu di lantai dengan jarinya, tetapi lantaran para pendakwa perempuan itu terus-menerus menuntut fatwa darinya, Yesus akhirnya menegaskan bahwa orang yang tidak berdosalah yang harus melemparkan batu pertama untuk merajam perempuan itu. Karena insaf bahwa tak seorang pun di antara mereka yang tidak berdosa, para pendakwa maupun kerumunan akhirnya membubarkan diri, tinggal Yesus sendiri bersama perempuan itu. Yesus menanyai perempuan itu, adakah orang yang menghukumnya, dan perempuan itu menjawab, tidak. Yesus mengatakan bahwa ia pun tidak menghukumnya, lalu menyuruhnya pulang dan tidak lagi berbuat dosa. Sudah menjadi mufakat akademis yang bulat dewasa ini bahwasanya perikop tersebut adalah sebuah interpolasi yang baru ditambahkan kemudian hari, yaitu sesudah penulisan naskah-naskah tertua Injil Yohanes yang diketahui. Sekalipun disertakan di dalam semua terjemahan modern, biasanya perikop ini dilengkapi dengan keterangan yang menyatakan statusnya sebagai interpolasi yang baru ditambahkan kemudian hari, seperti yang terdapat di dalam Novum Testamentum Graece NA28. Pandangan ini sudah dianut "sebagian besar sarjana Perjanjian Baru, termasuk sebagian besar sarjana Perjanjian Baru yang injili, lebih dari seabad lamanya" (ditulis pada tahun 2009).[2] Tampaknya perikop ini sudah menjadi bagian dari beberapa teks Injil Yohanes pada abad ke-4, dan berterima umum pada abad ke-5. Kisah ini sejalan dengan banyak cerita dalam kitab-kitab Injil dan bertarikh kuno (dirujuk dalam Didascalia Apostolorum, dan tampaknya juga oleh Papias dari Hierapolis), tetapi sejumlah kritikus berargumen[3][4] bahwa bagian itu "bukan merupakan bagian asli naskah Injil Yohanes."[5] Sebaliknya, Konsili Trento menyatakan bahwa Alkitab bahasa Latin Vulgata adalah otektik dan otoritatif.[6] Alkitab Vulgata memuat Yohanes 7:53-8:11 sebagaimana yang ada dalam Alkitab modern sekarang. Kisah ini dan pesan untuk tidak cepat menghukum jika seseorang tidak suci, serta melaksanakan keadilan dengan kemurahan hati, telah tertanam lama dalam pemikiran Kristen. Baik kata-kata "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu"[7] dan "Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi "[8] telah dipakai secara umum. Frasa pepatah bahasa Inggris "cast the first stone" ("melempar batu pertama") diturunkan dari nas ini.[9] Bagian ini dianggap sebagai konfirmasi kemampuan Yesus Kristus untuk "menulis" (bukan hanya "membaca" saja; dalam masyarakat kuno, lebih banyak orang dapat membaca daripada dapat menulis), bukan hanya diindikasikan dalam kitab-kitab Injil, meskipun kata "εγραφεν" (egrafen) dalam ayat Yohanes 8:8 dapat juga diartikan "menggambar" selain "menulis".[10] Topik "Yesus menulis di tanah" menjadi umum dalam bidang seni, terutama sejak zaman Renaissance dan seterusnya; "Christ and the Woman Taken in Adultery" lukisan Pieter Bruegel adalah contoh yang terkenal. Ada tradisi abad pertengahan, berasal dari komentar yang dianggap dari Ambrose, bahwa kata-kata yang dituliskan adalah terra terram accusat ("bumi menuduh bumi"), yang ditunjukkan dalam penggambaran sejumlah karya seni, misalnya Codex Egberti. Lagu "The Stones" dari penyanyi Kristen, Ray Boltz, mengidungkan kisah Alkitab ini. Ada usulan spekulatif lain mengenai apa yang tertulis.[11] Sumber: Yohanes 7:53-8:11 versi Terjemahan Baru:
Yohanes 7:52–8:12 dalam Codex Vaticanus Graecus 1209 (kira-kira 350 AD): baris 1&2 berakhir pada 7:52; baris 3&4 mulai dengan 8:12. Perhatikan tanda di tepi kiri, di antara baris 2 dan 3 yang menandai adanya bagian yang tidak dicantumkan. Bagian perikop ini tidak ditemukan dalam sejumlah naskah kuno bahasa Yunani tertua yang masih ada; baik dalam dua naskah papirus abad ke-3 yang merupakan saksi bagi Injil Yohanes - P66 dan P75; atau dari abad ke-4 Codex Sinaiticus dan Vaticanus, meskipun semua empat naskah ini tampaknya mengakui adanya nas ini dengan penandaan diakritik pada lokasi seharusnya. Naskah bahasa Yunani tertua yang memuat perikop ini adalah naskah Latin/Yunani diglot Codex Bezae dari akhir abad ke-4 atau awal ke-5. Demikian pula naskah-naskah bahasa Latin paling kuno memuatnya; 17 dari 23 naskah Latin kuno Yohanes 7-8 memuat sedikitnya bagian perikop ini. Papias (~ tahun 125) merujuk kepada kisah Yesus dan perempuan "yang dituduh melakukan banyak dosa" ditemukan dalam Injil Ibrani (Gospels of Hebrews), yang dianggap merujuk kepada nas ini. Ada pula kutipan pasti mengenai pericope adulterae pada naskah bahasa Suryani dari abad ke-3 Didascalia Apostolorum; meskipun tidak mengindikasi dari Injil Yohanes. "Konstitusi Apostolik" (Constitutions of the Holy Apostles Book II.24 merujuk kepada nas “Dan ketika para tua-tua menempatkan wanita lain yang berdosa di hadapan-Nya, dan memibarkan-Nya menentukan hukuman, dan kemudian pergi, Tuhan kita, Peneliti hati, menanyakan kepada perempuan itu apakah para tua-tua menghukumnya, dan setelah dijawab Tidak, Ia berkata kepadanya: "Karena itu pergilah, karena Akupun tidak menghukum engkau." Book II secara umum bertarikh pada akhir abad ke-3 (Von Drey, Krabbe, Bunsen, Funk).[12] Codex Fuldensis, yang secara positif bertarikh tahun 546 M, memuat pericope adulterae ini. Surat kedua Paus Callistus bagian 6[13] memuat kutipan yang rupanya dari Yohanes 8:11 - "Baiklah ia berjaga agar tidak berbuat dosa lagi, supaya kalimat Injil tinggal dalam dirinya: “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi.”" Namun surat ini mengutip tulisan-tulisan dari abad ke-8 dan tidak dianggap asli.[14] Tadinya diyakini bahwa tidak ada Bapa gereja Yunani yang mengutip nas ini sebelum abad ke-12; tetapi pada tahun 1941 sebuah koleksi besar tulisan-tulisan Didymus Si Buta (Didymus the Blind; ~ 313-398) ditemukan di Mesir, memuat Referensi kepada pericope adulterae ditemukan pada "beberapa salinan"; dan sekarang telah dipastikan bahwa nas ini memang ada pada tempatnya yang biasa pada beberapa naskah bahasa Yunani yang dikenal di Aleksandria dan tempat-tempat lain sejak abad ke-4. Yang mendukung antara lain adalah Codex Vaticanus Graecus 1209, yang ditulis di Mesir pada abad ke-4, menandai akhir Yohanes pasal 7 dengan sebuah tanda "umlaut", mengindikasikan bahwa ada bacaan alternatif yang dikenal saat itu. Hieronimus (atau disebut Jerome) melaporkan bahwa pericope adulterae ditemukan pada tempat biasanya di "banyak naskah Yunani dan Latin" di Roma dan di Latin Barat pada akhir abad ke-4. Ini didukung oleh beberapa bapa gereja dari abad ke-4 dan ke-5 M; termasuk Ambrose, dan Augustinus. Augustinus menulis bahwa nas ini rupanya secara tidak lazim sengaja dihilangkan pada sejumlah naskah dengan tujuan untuk menghindari kesan bahwa Kristus mengizinkan perzinaan:
Codex Sangallensis 48 dengan ruang kosong untuk perikop Yohanes 7:53-8:11. Orang pertama yang secara sistematik menerapkan tanda-tanda kritik pada kritikus-kritikus Aleksandria adalah Origen:[16]
Ada kritikus-kritikus tekstual awal yang mengenal penggunaan dan makna tanda-tanda ini dalam karya-karya Yunani klasik misalnya dari Homer, menafsirkan tanda-tanda ini mengandung makna bahwa bagian (Yohanes 7:53-8:11) merupakan interpolasi ("pengembangan tambahan") dan bukan bagian asli dari Injil. Selama abad ke-16, para sarjana Eropa Barat – baik Katolik maupun Protestan – berusaha memulihkan sebagian besar naskah Yunani Perjanjian Baru yang benar, daripada bersandar pada terjemahan bahasa Latin Vulgata. Pada waktu ini, ditemukan bahwa sejumlah naskah kuno yang memuat Injil Yohanes tidak memuat Yohanes 7:53-8:11 secara inklusif; dan juga beberapa naskah yang memuat ayat-ayat ini mengandung tanda-tanda kritik, biasanya tanda lemniscus atau asteris. Juga dicatat bahwa, dalam leksionari gereja Yunani, bacaan Injil untuk hari Pentakosta adalah dari Yohanes 7:37 sampai 8:12, tetapi melompati hampir 12 ayat perikop ini. Dimulai dengan Lachmann (di Jerman, 1840), muncul perdebatan lebih kuat mengenai perikop ini sampai ke periode modern, dan pendapat-pendapat yang muncul dibawa ke dunia bahasa Inggris oleh Samuel Davidson (1848–1851), Tregelles (1862),[17] dan lain-lain; argumen menentang ayat-ayat ini mendapat ekspresi dan bentuk akhir dalam Hort (1886). Yang menentang keotentikan ayat-ayat ini sebagai bagian dari Injil Yohanes pada abad ke-20 antara lain adalah Cadbury (1917), Colwell (1935), dan Metzger (1971).[18] Henry Alford dan F. H. A. Scrivener berspekulasi bahwa nas ini ditambahkan oleh Yohanes pada edisi kedua Injilnya, bersama Yohanes 5:3,4 dan Yohanes 21. Sebaliknya, banyak pakar mendukung kuat bahwa Yohanes adalah pengarang ayat-ayat ini, dan mengajukan argumen-argumen serta kontra-analisis. Kelompok kritikus-kritikus ini misalnya adalah pakar-pakar seperti Nolan (1865), dan Burgon (1886); dan pakar modern Hoskier (1920), O.T. Fuller (1978), Pickering (1980), Hodges & Farstad (1985), Pierpont, serta Robinson (2005). Sekarang, hampir semua terjemahan modern memuat Pericope de Adultera pada Yohanes 7:53-8:11; meskipun ada beberapa yang memasukkannya dalam tanda kurung, dan/atau memberi catatan mengenai saksi-saksi yang tertua dan dapat dipercaya. Papirus 66, salah satu naskah kuno yang tidak memuat bagian Yohanes 7:52-8:16. Uskup J.B. Lightfoot menulis bahwa ketiadaan nas ini dalam naskah-naskah paling kuno, dikombinasi dengan munculnya ciri-ciri yang dianggap tidak lazim untuk Injil Yohanes, bersama-sama menyiratkan bahwa nas ini merupakan interpolasi (pengembangan tambahan). Namun, ia menganggap kisah ini sebagai sejarah otentik.[19] Akibatnya, berdasarkan pernyataan Eusebius bahwa tulisan-tulisan Papias memuat kisah "seorang perempuan yang dituduh secara palsu di hadapan Tuhan telah berbuat banyak dosa" (H.E. 3.39), ia berpendapat bahwa bagian ini aslinya merupakan tulisan Papias' Interpretations of the Sayings of the Lord ("Penafsiran perkataan-perkataan Tuhan), dan memasukkannya ke dalam koleksi fragmen Papias. Bart D. Ehrman menilai dalam Misquoting Jesus, bahwa nas ini mengandung banyak kata dan frasa yang tidak lazim dalam Injil Yohanes.[20] Namun, Michael W. Holmes menunjuk bahwa tidak pasti "bahwa Papias mengenal kisah tersebut tepat dalam bentuk semacam ini, sebagaimana sekarang rupanya ada paling sedikit dua kisah yang independen mengenai Yesus dan perempuan berdosa di antara orang Kristen pada dua abad pertama berdirinya gereja, maka bentuk tradisional yang ditemukan di banyak naskah Perjanjian Baru rupanya merupakan konflasi dua versi kuno, pendek dan independen dari insiden tersebut."[21] Kyle R. Hughes berpendapat bahwa satu dari versi-versi kuno ini rupanya sangat mirip dalam bentuk dan isinya dengan materi khusus dari Injil Lukas (disebut sumber "L"), menunjukkan bahwa inti tradisi ini tampaknya berakar dalam ingatan orang Kristen paling awal, meskipun bukan berarti pasti dari Yohanes).[22] Argumen mengakui Yohanes sebagai pengarangBerdasarkan rujukan nyata mengenai pericope adulterae dari gereja Kristen primitif dalam naskah bahasa Suryani Didascalia Apostolorum. (II,24,6; ed. Funk I, 93.) Zane C. Hodges dan Arthur L. Farstad mendukung bahwa Yohanes adalah pengarang perikop ini.[23] Mereka mengemukakakan beberapa titik kesamaan antara gaya tulisan perikop ini dengan gaya penulisan bagian lain dari Injil Yohanes. Mereka menunjukkan bahwa detail pertemuan ini sesuai benar dalam konteks ayat-ayat sebelum dan sesudahnya. Mereka berargumen bahwa adanya perikop ini dalam sebagian besar naskah, meskipun tidak dalam beberapa yang paling tua, merupakan bukti keotentikannya. Yohanes 7:52–8:12 in Codex Sinaiticus. Bagian ini tidak ditemukan, tetapi terdapat tanda (garis panjang) di tepi halaman yang menunjukkan indikasi ada bagian yang sengaja tidak dicantumkan. Baik Novum Testamentum Graece (NA27) dan United Bible Societies (UBS4) memberikan teks kritik untuk perikop ini tetapi menandai dengan [[tanda kurung persegi ganda]], mengindikasikan bahwa perikop ini dianggap sebagai tambahan di waktu kemudian.[24] Namun, UBS4 memberi penilaian { A } akan rekonstruksinya terhadap perkataan perikop ini, artinya "secara virtual sudah pasti" untuk merefleksikan naskah asli pada "tambahan" (addition).
Perikop ini tidak pernah dibaca sebagai bagian pengajaran untuk hari Pentakosta (Yohanes 7:37-8:12), tetapi dikhususkan untuk peringatan atau festival orang-orang kudus (para santo atau santa) seperti Theodora, 18 September, atau Pelagia, 8 Oktober.[25]
8:3 – επι αμαρτια γυναικα ] γυναικα επι μοιχεια – D
|