Merdeka.com - Punden berundak merupakan salah satu peninggalan zaman megalitikum yang identik terbuat dari batu-batu besar. Budaya megalitik merupakan salah satu corak budaya prasejarah yang berkembang di Indonesia. Awal perkembangan megalitik diperkirakan muncul pada waktu meluasnya tradisi bercocok tanam pada sekitar tahun 6000 SM. Peninggalan kebudayaan megalitik tersebar di berbagai daerah mulai dari Sumatera hingga Pulau Jawa. Secara garis besar fungsi bangunan dan peninggalan megalitik dapat dibagi ke dalam dua hal, yaitu sebagai penguburan dan pemujaan. Beberapa bangunan yang memiliki ciri fungsi penguburan misalnya dolmen, peti kubur batu, balik batu, sarkofagus, kalamba atau bejana batu, waruga, batu kandang dan batu temu gelang. Sementara itu, bangunan lain yang memiliki ciri fungsi sebagai pemujaan terhadap nenek moyang adalah punden berundak, arca megalitik, menhir, patung nenek moyang, batu saji, batu lumpang, lesung batu, batu dakon dan lain sebagainya. Di antara bangunan-bangunan peninggalan tradisi megalitik yang telah disebutkan tersebut, bangunan berundak menunjukkan bentuk yang paling kompleks, memiliki ukuran yang relatif besar dan bersifat monumental jika dibandingkan peninggalan tradisi megalitik lainnya. Berikut ini informasi lengkap mengenai fungsi punden berundak sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang, lengkap dengan penjelasannya yang telah dirangkum merdeka.com melalui lib.ui.ac.id pada Kamis, (18/2/2021). 2 dari 3 halaman
Punden berundak merupakan suatu bangunan yang terbuat dari batu-batu besar berbentuk struktur yang berundak-undak. Bangunan ini berupa bangunan terbuka berstruktur tingkat yang tidak memiliki ruang dan tidak memiliki atap. Keseluruhan bangunan berundak terdiri atas satuan-satuan batu yang disusun atau di atas susunan lainnya mirip susunan anak tangga dan pada umumnya semakin tinggi tingkatannya semakin ke belakang letaknya. Jenis struktur lainnya yang biasa ditemukan bersama dengan bangunan punden berundak adalah jalanan batu, dinding batu, anak tangga, yang kesemuanya biasa ditemukan dalam satu kesatuan. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat upacara dalam hubungan dengan pemujaan arwah leluhur. 3 dari 3 halaman
Punden berundak tersebar di 12 wilayah yang meliputi kawasan barat (Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung), kawasan utara (Sulawesi Selatan), kawasan selatan (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur), dan kawasan timur (Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur). Di Jawa Barat punden berundak bisa ditemukan di Kabupaten Sukabumi (Pangguyangan dan Gunung Padang), Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Rangkasbitung, Kabupaten Kuningan hingga daerah Banten Selatan. (mdk/nof)Punden berundak atau teras berundak adalah struktur tata ruang bangunan yang berupa teras atau trap berganda yang mengarah pada satu titik dengan tiap teras semakin tinggi posisinya. Struktur ini kerap ditemukan pada situs kepurbakalaan di Nusantara, sehingga dianggap sebagai salah satu ciri kebudayaan asli Nusantara.
Struktur dasar punden berundak ditemukan pada situs-situs purbakala dari periode kebudayaan Megalit-Neolitikum pra-Hindu-Buddha masyarakat Austronesia, meskipun ternyata juga dipakai pada bangunan-bangunan dari periode selanjutnya, bahkan sampai periode Islam masuk di Nusantara. Persebarannya tercatat di kawasan Nusantara sampai Polinesia,[1] meskipun di kawasan Polinesia tidak selalu berupa undakan, dalam struktur yang dikenal sebagai marae oleh orang Maori. Masuknya agama-agama dari luar sempat melunturkan praktik pembuatan punden berundak pada beberapa tempat di Nusantara, tetapi terdapat petunjuk adanya adopsi unsur asli ini pada bangunan-bangunan dari periode sejarah berikutnya, seperti terlihat pada Candi Borobudur, Candi Ceto, dan Kompleks Pemakaman Raja-raja Mataram di Imogiri. Kata "pundèn" (atau pundian) berasal dari bahasa Jawa. Kata pepundèn yang berarti "objek-objek pemujaan" mirip pengertiannya dengan konsep kabuyutan pada masyarakat Sunda. Dalam punden berundak, konsep dasar yang dipegang adalah para leluhur atau pihak yang dipuja berada pada tempat-tempat tinggi (biasanya puncak gunung). Istilah punden berundak menegaskan fungsi pemujaan/penghormatan atas leluhur, tidak semata struktur dasar tata ruangnya.
Media terkait Punden Berundak di Wikimedia Commons
Wilhelm rontgen & W.Z. johannes Apa saja informasi yang saya sampaikan dalam poster saya? Selain menjelaskan cara kerja penemuan tersebut, kalian … Halo tolong bantu dong ini membingungkan bgt sy gk konek sama soalnya. Buatlah analisis tentang peristiwa masa lalu, masa depan, masa kini dan masa se … pohon syajaratun beserta silsilah jelaskan maknayg terkandung dalam ucapan astagfirullah al adzim kak tolong bantu jawab dong kak soal mau di kumpulkan Dan jangan asal asalan apakah ada akibat yang negatif dari penemuan Wright bersaudara Untuk apa saja penemuan galelio di gunakan 4. Islam sebelum datang, Indonesia sudah memilki banyak seni kebudayaan yang terlahir dengan pengaruh Hindu-Buddha. Bagaimana sikap para pendakwah dal … Bagaimanakah cara untuk mengekalkan warisan tersebut? apa serangan bunuh diri jepang yang terkenal dengan pesawat |