Keteladanan yang bisa kita ambil dari Umar bin Khattab

Umar bin Khatab hidup bersahaja, adil, amanah.

republika

Sifat teladan Umar bin Khatab

Red: Joko Sadewo

REPUBLIKA.CO.ID, 3 Sifat Teladan Umar bin KhattabUmar bin Khattab merupakan salah satu sahabat yang memiliki kedudukan mulia. Selain dikenal tegas, berikut tiga karakteristik yang melekat pada diri sang pemimpin kedua dalam urutan masa Khulafaur Rasyidin itu.>Mengutamakan adil Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang pemimpin yang adil. Ini sebagaimana dilakukan terhadap putra Amr bin Ash saat menjabat sebagai gubernur. Umar tetap memberikan sanksi meski anaknya gubernur Mesir. > Selalu amanahUmar dikenal sangat amanah. Ini seperti saat Umar secara langsung mengurus unta yang merupakan sedekah untuk para yatim dan janda.  > Hidup bersahajaSebagai seorang pemimpin, Umar bin Khattab selalu hidup sederhana. Padahal, wilayah kekuasaan Islam saat itu sudah merambah luas hingga ke luar Arab.

Ia selalu menjaga diri dan keluarganya dari apa-apa yang syubhat, apalagi yang bukan haknya. Umar tidak akan nyaman mencerna makanan sebelum merasa yakin bahwa seluruh rakyatnya telah menerima hak mereka.

Penulis: Hasanul Rizqa
Pengolah: Nashih Nashrullah

  • kisah umar bin khatab
  • sahabat rasulullah
  • khalifah islam

Keteladanan yang bisa kita ambil dari Umar bin Khattab

OLEH HASANUL RIZQA

Semasa hidupnya, Nabi Muhammad SAW dalam menyiarkan agama Islam senantiasa disertai para sahabat. Mereka dengan setia dan penuh keikhlasan menemani beliau dalam berdakwah, jihad, dan menyebarkan ilmu. Salah seorang di antaranya adalah Umar bin Khattab.

Lelaki dari Bani Adi itu tergolong kaum bangsawan di Makkah. Sebelum memeluk Islam, tokoh yang lahir 13 tahun sesudah kelahiran Rasulullah SAW itu sangat memusuhi ajaran tauhid. Begitu menjadi Muslim, sahabat yang bergelar al-Faruq itu selalu terdepan dalam membela Islam.

Ada berbagai keteladanan yang ditunjukkan Umar hingga ajal menjemputnya. Berikut tiga karakteristik yang melekat pada diri sang pemimpin kedua dalam urutan masa Khulafaur Rasyidin itu.

Mengutamakan Adil

Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang pemimpin yang adil. Ia tidak akan tinggal diam ketika mengetahui, apatah lagi menyaksikan, kesewenang-wenangan. Sifat itu tergurat jelas, seperti umpamanya ketika terjadi kasus anak Amr bin Ash.

Suatu hari, putra sang pembebas Mesir itu mengikuti sayembara pacuan kuda. Sebagai anak gubernur Mesir, ia merasa berhak menjadi pemenang. Lawannya yang berasal dari golongan rakyat biasa tidak mau menerima dalih tersebut.

Dengan semena-mena, putra Amr memukul sang lawan. Begitu kabar tentang kasus itu sampai ke Madinah, Khalifah Umar sangat marah. Al-Faruq segera memanggil Amr bin Ash dan putranya.

Pemuda Mesir yang menjadi korban dipersilakan untuk membalas anak gubernur Mesir itu dengan tindakan yang sama. Bahkan, Amr pun tak luput dari hukuman. Melalui peristiwa tersebut, Umar hendak memberikan pelajaran agar siapapun, khususnya mereka yang diamanahi kekuasaan, tidak berlaku semena-mena.

Selalu Amanah

Selain adil, Khalifah Umar juga sangat menjaga amanah. Ada kisah menarik terkait itu. Pada suatu siang, rombongan utusan dari Irak mengunjungi sang khalifah. Ahnaf bin Qais, salah seorang pemuka Bani Tamim, ikut dalam rombongan tersebut.

Ahnaf menjumpai Umar sedang mengobati unta yang terluka. Melihat seseorang datang, al-Faruq berkata, “Tanggalkanlah pakaianmu, wahai Ahnaf! Alangkah eloknya bila engkau membantu Amirul Mu'minin merawat unta ini. Ketahuilah, ia salah satu unta sedekah. Dalam tubuhnya mengandung hak anak yatim dan para janda!”

Orang-orang terheran mendengarnya. Sebab, Umar bisa saja menyuruh seorang budak untuk melakukan tugas itu. “Budak mana yang lebih hina statusnya dari saya dan al-Ahnaf?” tanya Umar retoris kepada mereka, “ketahuilah, setiap orang yang diberi amanah untuk mengurus kaum Muslimin harus berlaku seperti seorang budak kepada tuannya; memberikan nasihat dan menjalankan amanah.”

Hidup Bersahaja

Sebagai seorang pemimpin, Umar bin Khattab selalu hidup sederhana. Sang khalifah kedua dari jajaran Khulafaur Rasyidin tersebut jauh dari kesan glamor, layaknya seorang raja. Padahal, wilayah kekuasaan Islam saat itu sudah merambah luas hingga ke luar Arab.

Bahkan, kedaulatan Islam sudah berhasil menaklukkan Persia dan menggetarkan Romawi. Lagi pula, Umar pun mungkin layak memperoleh jaminan keuangan dari kas negara.

Namun, ia selalu menjaga diri dan keluarganya dari apa-apa yang syubhat, apalagi yang bukan haknya. Umar tidak akan nyaman mencerna makanan sebelum merasa yakin bahwa seluruh rakyatnya telah menerima hak mereka.

Tidak jarang, mertua Rasulullah SAW ini diam-diam berkeliling memantau langsung keadaan rakyatnya pada malam hari. Matanya tidak bisa terpejam dengan tenang bila ada rakyatnya yang tidur dalam kondisi kelaparan.

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Umar bin Khattab adalah Khalifah kedua setelah Abu Bakar Ashshidiq. Umar yang semula hidupnya sebagai pimpinan Kafir Quraisy yang selalu menghalangi dan mengganggu Rasulullah SAW dalam syiarkan Islam, akhirnya dengan hidayatullah, Umar bin Khathab menjadi muaalaf.

Karena karakter dan sifat kepribadiannya, Umar diterima dengan sangat baik oleh  Rasulullah SAW sebagai Sahabat untuk perjuangkan Islam. Bahkan setelah Rasulullah SAW wafat, Umar terus ikut mengawal gerak dan siar Islam hingga beliau diamanati sebagai Khalifah kedua, setelah Abu Bakar Ashshidiqi wafat.

Untuk menghadapi tantangan jaman yang semakin kompleks. Kiranya sudah sepatutnyalah berbagai kebaikan yang ada pada Khalifah Umar bin Khattab dapat diteladani, yang di antaranya:

Pemberani; Umar bin Khattab merupakan sosok yang sangat pemberani. Beliau pemberani menegakkan kebenaran yang diyakini. Ketika menjadi salah satu pimpinan Kaum Quraisy, terus menjadi sahabat Rasulullah, hingga sampai pada waktu Umar bin  Khattab menjadi Khalifah.

Pada saat menjadi sahabat Rasulullah SAW, syiar dan dakwah Islam menjadi terbuka. Tidak sembunyi-sembunyi, bahkan dengan terang-terangan. Dengan demikian diharapkan sekali, semua ummat Islam berani menegakkan kebenaran.

Sederhana; Umar bin Khottab adalah sosok pemimpin yang memiliki sikap sederhana. Walau beliau sudah menjadi pemimpin, hidup beliau dan keluarganya masih tetap sederhana. Umar tidak pernah tinggal di sebuah istana, rumah mentereng ataupun gedung yang tinggi. Tetapi, beliau tinggal di sebuah bangunan sederhana dekat masjid, dan lebih sering berada di masjid. Bahkan, beliau lebih sering tidur di atas pelepah kurma daripada kasur yang empuk. Atau ketika beliau tidak melebihkan harta rampasan (ghanimah) yang dibagikan diantara kaum muslimin. Beliau benar-benar membatasi penggunaan fasilitas negara.

Adil; Umar bin Khattab bersikap fair dalam mengawal tugas pemerintahan. Meskipun beliau seorang pemimpin namun beliau tetap adil terhadap rakyat dan keluarganya. Jika keluarganya bersalah, beliau tetap menghukumnya sebagaimana jika rakyatnya bersalah. Bahkan terhadap keluarganya yang bersalah diberi hukuman yang lebih berat.

Jika orang berbicara tentang keadilan yang murni tanpa cacat, orang akan teringat pada keadilan Umar.

Gemar Musyawarah; Umar bin Khattab adalah sosok pimpinan yang ketika menjabat gemar bermusyawarah. Banyak kita jumpai pada saat sekarang ini para pemimpin yang tidak mau bermusyawarah dengan rakyatnya terkait kebijakan yang hendak dilakukan.

Beliau adalah sosok yang tidak pernah memposisikan dirinya sebagai seorang penguasa. Akan tetapi, beliau beranggapan bahwasanya memiliki kedudukan yang sama dengan anggota musyawarah lainnya.

Beliau tidak pernah merasa paling tahu dan semena-mena. Beliau senantiasa menanamkan perasaan bahwa rakyatnya adalah guru yang akan menunjukkan jalan kebaikan, menyelamatkannya dari kesengsaraan hisab di akhirat kelak.

Membedakan yang haq dan bathil; Umar bin Khattab adalah sosok pimpinan yang berani dan bisa bedakan yang iman dan kafir. Membedakan yang haq dan bathil Berjuang hidup dalam kebenaran dan mati dalam kebenaran. Dengan komitmen Umar bin Khattab dalam menegakkan kebenaran, gigih perjuangkan antara yang haq dan yang batil. Dalam kapasitas inilah Umar bin Khattab mendapat julukan Al-Faruuq.

Dalam kehidupan yang semakin kompleks dewasa ini, baik dalam kehidupan di keluarga, kantor/tempat kerja,masyarakat, kita dapat implementasikan keteladanan Umar bin Khattab. Cara hidup yang baik yang sangat bermanfaat untuk membangun keluarga yang baik, terutama tugas kekhalifahan di manapun berada. Bahkan spirit Umar bin Khattab sangat tepat untuk memberesi praktek KKN secara tuntas di Indonesia yang hingga kini masih menggurita. (*)

*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

Editor : Wahyu Nurdiyanto

Tidak anti kritik dan sayang pada rakyatnya!

Surabaya, IDN Times - Keteladanan seorang pemimpin, akhir-akhir ini memudar. Karena begitu banyaknya pejabat korupsi, jual beli jabatan, hingga gemar tebar pesona, menghiasi negeri ini. Mencari pemimpin yang bisa diandalkan rakyatnya tampaknya bak oase di tengah padang pasir.

Membincangkan keteladanan pemimpin, masih relevan bila menengok kembali prototipe pejabat publik ideal di era sahabat Rasulullah Muhammad SAW, yakni Umar bin Khattab ra. Berikut ini, kajian tentang model kepemimpinan Umar bin Khattab, dilansir dari NU Online atau nu.or.id.

Baca Juga: Sore-Sore Berkah: Cara Menghadapi Wabah di Zaman Umar bin Khattab

Keteladanan yang bisa kita ambil dari Umar bin Khattab
kisah.lihin.net/Firstian Azrul Akbar

Umar bin Khattab berkuasa (634-644 M/13-23 H) setelah sahabat Abu Bakar ra (632-634 M/11-13 H), ia merupakan pemimpin negara yang memiliki tanggung jawab publik yang begitu tinggi.

"Seandainya seekor unta/anak kambing mati sia-sia akibat kebijakanku maka saya takut kelak Allah akan meminta pertanggungjawabanku tentang kematiannya." (Ibnu Asakir, Tarikhu Madinati Dimasyq, [Beirut, Darul Fikr: 1995], juz XLV, halaman 356) dan (Yusuf Al-Mubarrad, Mahdlus Shawab fi Fadla`ili Amiril Mukminin Umar bin Al-Khattab, halaman 621).

Keteladanan yang bisa kita ambil dari Umar bin Khattab
https://www.panggilandarisurau.co

Umar ra sangat perhatian terhadap kebutuhan pangan warganya. Ia bahkan memikul sendiri karung berisi tepung untuk janda dan anak-anak yatim. Ketika seorang warga menawarkan bantuan, Umar ra menolak.

"Siapa yang siap memikul beban dosaku kelak di hari kiamat?" (Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani, At-Thabaqatul Kubra, [Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 19).

Menurut Rasulullah SAW, "Sebaik-baik orang adalah Umar, ia mencari janda dan anak yatim dan membawakan mereka makanan. Sementara mereka dalam keadaan tidur." (Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], halaman 32-33).

Sayyidina Umar ra dikenal sebagai kepala negara yang sangat peduli kepada warganya. Bila malam tiba, ia blusukan di tengah masyarakat dan mengumumkan:

"Siapa saja yang berkepentingan, jangan segan datangi kami." (As-Sya’rani: I/18).

Dalam mengangkat menteri atau gubernur, Umar ra juga menerapkan kedisiplinan dan menuntut dedikasi yang tinggi. Umar ra akan mensyaratkan mereka untuk tidak menggunakan kendaraan, makanan, dan pakaian mewah. Mereka juga harus selalu on call. Layanan tidak boleh tutup pintu. Kalau melanggar, mereka kena sanksi dari Umar ra. (As-Suyuthi, Tarikhul Khulafa, [Kairo, Darul Ghaddil Jadid: 2007 M/1328 H], halaman 136).

Umar ra sendiri termasuk pejabat publik yang kurang tidur. Ia mendedikasikan waktu siangnya untuk layanan publik. Sedangkan malamnya digunakan untuk beribadah.

"Tidak ada waktu untuk tidur bagiku. Andai tidur siang, aku menelantarkan masyarakat. Andai tidur malam (tanpa ibadah sunnah), aku menyia-nyiakan diriku sendiri." (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], 2018 M: I/440).

Salah satu doa Umar ra sebagai pejabat publik adalah:

"Allahumma lā taj’al halāka ummati Muhammadin shallallāhu ‘alayhi wa sallama ‘alā yadī," atau "Ya Allah, jangan jadikan kesengsaraan umat Muhammad SAW pada tangan (kebijakan) ku," (As-Sya’rani: I/18).

Keteladanan yang bisa kita ambil dari Umar bin Khattab
Khalifah Umar bin Khattab (history101.com)

Umar ra juga pejabat publik yang berpihak pada keadilan. Ia pernah memenangkan seorang Yahudi yang berhadapan dengan gubernurnya sendiri di Mesir, Amr bin Ash dalam kasus sengketa lahan. Putusan itu didasarkan pada pertimbangan keadilan, bukan sebaliknya memenangkan gubernur atas nama kepentingan negara.

Keteladanan yang bisa kita ambil dari Umar bin Khattab
http://viralmediaislami.blogspot.com

Umar ra terkenal makan dengan satu jenis lauk dan pakaian penuh tambalan. Suatu hari ia mendapati putranya, Ashim, sedang memakan daging. Ia bertanya, "Apa maksudnya ini?" "Kami sedang menginginkannya Ayah," jawab Ashim. "Apakah setiap yang kauinginkan mesti kau makan? Seseorang cukup dianggap sebagai berlebihan ketika memakan apa yang diinginkan," kata Umar ra. (As-Suyuthi, 2007 M/1328 H: 137).

Baca Juga: Kisah Umar bin Khattab, Sahabat Rasulullah Berjuluk Singa Padang Pasir

Baca Artikel Selengkapnya