Kenapa anak perempuan pertama selalu menangis

Oleh: Fatimahhakki Salsabela, S.Psi.

ADA anggapan bagi ma­sya­rakat Indonesia, anak per­tama selalu dika­takan anak paling disayang dan paling akhir (bungsu) serta paling di­manja. Secara sosial dapat diterima ka­rena anak pertama anak yang sangat di­nantikan kelahirannya oleh pasa­ngan suami istri. Sedangkan anak bung­su tidak begitu dinanti­kan kela­hi­rannya maka anak pertama paling di­sayang dan anak bungsu paling di­manja karena ada kakak dan abang­nya.

Faktanya anak pertama ter­lihat lain dari yang lain. Bo­leh jadi karena men­dapatkan perlakuan istimewa, sangat disayang. Hal ini membentuk kepri­ba­dian anak berbeda de­ngan anak yang lainnya. Ben­tuk didikan orangtua meme­ngaruhi kondisi kejiwaan si anak.

Anak pertama pasti berbe­da dengan anak kedua, ketiga dan seterusnya teru­tama dari segi fisik. Pasti anak per­tama lebih dahulu menjadi remaja dan de­wasa. Kondisi ini mem­buat anak per­tama me­mi­liki sifat pemimpin ka­rena yang paling tua. Hal ini po­si­tif karena akan menjaga adik-adiknya.

Anak pertama memiliki sifat am­bisius, bertanggung­jawab, biasanya le­bih pintar dari saudara atau adik-adik­­nya. Hal itu boleh jadi karena men­da­patkan kesempatan belajar lebih ba­nyak dari sau­daranya. Kondisi ini mem­­buat anak pertama lebih gesit dan mandiri.

Biasanya anak pertama sa­ngat jarang tumbuh dan ber­kembang men­jadi anak na­kal. Kondisi ini dipenga­ru­hi karena anak pertama apa bila ingin melakukan sesuatu selalu berta­nya kepada orang tuanya. Sedangkan anak ke­dua, ketiga dan seterusnya bisa ber­tanya kepada anak pertama. Arti­nya, anak perta­ma lebih banyak men­dapat didikan dari orangtuanya.

Sebaliknya anak pertama akan selalu disalahkan oleh orangtuanya ka­rena kena­kal­an adiknya. Orangtua bia­sa­nya akan membela anak bung­su bila ada satu perseli­sihan di antara anak-anaknya. Hal ini pula mendorong anak pertama memiliki tanggung­jawab atas perbuatan saudara atau adik-adiknya.

Fenomena ini menjadi ka­jian psi­kologi oleh para psi­kolog pendidikan. Se­cara so­siologi anak pertama akan men­jadi pribadi yang baik dan ber­tang­gungjawab maka anak pertama apa bila orang tua mereka tidak hadir dalam menyelesaikan masalah ke­luar­ga maka tampil anak per­tama me­nye­lesaikannya.

Banyak orang menilai se­mua anak itu sama sebab ti­dak ada pengaruh terhadap urutan kelahiran seseorang, namun, faktanya secara il­mi­ah me­mi­liki pengaruh sangat besar. Anak per­tama memi­liki kreatifitas lebih dari anak yang lain. Cara berpikir dan krea­tifitas anak pertama biasanya lebih baik dari anak yang lainnya. Hal ini karena didikan orangtuanya yang ber­beda terhadap anak-anak­nya. Anak per­tama biasanya sangat disayang dan rasa sa­yang itu akan berbagi ketika lahir anak kedua, anak ketiga dan se­terusnya. Akhir anak terakhir (bungsu) menjadi di­manja.

Secara Medis danPsiko­logi Anak Pertama

Secara psikologi anak per­tama me­miliki sifat empati lebih besar dari adik-adik­nya. Anak pertama bisa mem­­beri­kan perhatian lebih terhadap orang lain sebab ke­tika dalam lingku­ngan ke­luar­ga anak pertama sudah me­miliki adik-adik­nya yang memiliki rasa tang­gung­ja­wab. Namun, secara medis anak pertama mudah terse­rang penyakit karena anak pertama daya tahan tubuh le­mah, sehingga minimal cen­derung mudah diserang pe­nya­kit alergi.

Hal ini telah dibuktikan secara il­miah melalui peneli­tian yang menya­ta­kan bahwa gen orangtua yang ditu­run­­kan ke anak pertama cende­rung me­nurunkan keadaan rentan itu. Umum­nya anak pertama ketika lahir memi­liki berbagai alergi tertentu. Kesehatan anak pertama ke­tika lahir berbeda dengan anak kedua, anak ketiga dan seterusnya. Pada hal persiap­an ibu ke­tika melahirkan anak pertama sangat siap bila dibandingkan dengan anak kedua, anak ketiga dan se­te­­rusnya. Namun, banyak para ibu yang mela­hirkan anak pertama kesia­pan­nya jauh lebih siap melahirkan anak kedua, anak ketiga dan sete­rusnya.

Perawatan, pemeliharaan kesehatan ibu hamil untuk me­lahirkan anak pertama jauh lebih terawat dan terpe­li­hara. Penjagaan kesehatan ibu hamil anak pertama men­jadi perhatian besar. Namun, kesehatan anak pertama tidak sama dengan anak kedua, anak ketiga dan seterusnya tidak berarti lebih baik.

Lantas, para orangtua umumnya me­ngajarkan anak pertama memiliki tanggung­jawab terhadap diri si anak dan tanggungjawab terhadap adik-adiknya. Pada banyak daerah, anak pertama bila perempuan orangtuanya me­­nyuruh si anak mengasuh adik-adik­nya. Bila laki-laki, orangtuanya mem­beri tang­gungjawab mencari naf­kah. Anak laki-laki itu dibawa orang­tuanya bekerja mencari nafkah. Ak­hir­nya anak perta­ma acapkali stress sebab telah memiliki tanggungjawab dan ha­rus sempurna dalam tugas yang diem­bankan kepada­nya.

Anak pertama yang dibe­bani tang­gungjawab mem­buat rentan stress. Aki­­bat dari anak pertama sudah ter­biasa bertanggungjawab terhadap adik-adiknya maka jiwa pe­mimpin tum­buh dan berkem­bang ketika dibe­ri­kan tang­gungjawab dalam bentuk lain.

Faktor-faktor ini mem­buat anak pertama memiliki sifat pemimpin. Hal ini sa­ngat baik sebagai pelajaran tentang kepemimpinan dan berbagai pengetahuan lain. Psikologi anak yang diberi tanggungjawab akan ber­kem­bang kemampuan untuk me­mimpin. Fak­tanya memang anak pertama itu berpeluang besar menjadi seorang calon pemimpin hebat bagi ke­luar­ga, ma­syarakat dan negara. Ke­sehatan anak pertama ha­rus dijaga dan arahan se­bagai anak yang bertanggungjawab harus diwujudkan dalam kehidupan sehar-hari. Semo­ga!

(Penulis pemerhati masa­lah psikologi anak, alumni Fakultas Psikologi Universitas Medan Area)