Keindahan karya seni yang dinilai dari keindahan fisik disebut dengan keindahan

Ilustrasi penciptaan karya seni yang memiliki nilai keindahan. Foto: iStock

Prinsip nilai-nilai keindahan karya seni mencakup empat bagian pokok, yaitu kesatuan (unity), keselarasan (harmoni), keseimbangan (balance), dan kontras (contrast).

Dikutip dari Sejarah Seni Budaya oleh Ida Ayu Trisnawati, prinsip-prinsip suatu karya seni adalah unsur non-fisik dalam karya seni berupa kaidah atau aturan baku yang diyakini oleh beberapa seniman secara konvensional dapat membentuk sebuah karya seni yang baik dan indah.

Sementara itu, keindahan adalah nilai-nilai estetis yang menyertai sebuah karya seni. Keindahan dikenal juga dengan istilah estetika.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai prinsip nilai-nilai keindahan suatu karya seni, simak uraian lengkapnya berikut ini.

Prinsip Nilai-Nilai Keindahan Karya Seni

Ilustrasi lukisan sebagai salah satu karya seni yang memiliki nilai-nilai keindahan. Foto: iStock

Dikutip dari Prakarya dan Kewirausahaan SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 oleh RR. Indah Setyowati dkk., keindahan dapat diartikan sebagai pengalaman estetis.

Pengalaman itu diperoleh ketika seseorang menaruh minat pada objek seni, atau dapat pula dipahami sebagai sebuah objek yang memiliki unsur keindahan.

Nilai-nilai keindahan atau keunikan karya seni memiliki prinsip yaitu kesatuan (unity), keselarasan (harmoni), keseimbangan (balance), dan kontras (contrast), sehingga menimbulkan perasaan haru, nyaman, nikmat, bahagia, agung, ataupun rasa senang.

Dikutip dari Arsitektur Akhlak dan Budi Pekerti dalam Interaksi Lintas Budaya oleh Darmadi, adapun pengertian dari masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

Kesatuan menyangkut keterkaitan unsur-unsur karya seni yang membentuk suatu sistem yang utuh. Kesatuan dalam karya seni menunjukkan keterpaduan berbagai unsur dengan karakter yang berbeda dalam sebuah karya.

Unsur yang terpadu dan saling mengisi akan mendukung terwujudnya karya seni yang indah. Prinsip ini sering pula ditunjukkan dengan penataan berbagai objek yang terdapat dalam sebuah karya seni.

Keselarasan merupakan prinsip yang disebut sebagai keteraturan tatanan di antara bagian suatu karya. Keselarasan menyangkut unsur-unsur yang sama atau mirip dan ditata menjadi selaras.

Keselarasan umumnya dapat diwujudkan dengan dua cara, yaitu:

  1. Keselarasan dari segi bentuk

  2. Keselarasan dari segi warna

3. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan adalah penyusunan unsur-unsur yang berbeda atau berlawanan tetapi memiliki keterpaduan dan saling mengisi atau menyeimbangkan.

Ilustrasi karya seni dengan prinsip keseimbangan. Foto: suewookey.com

Secara sederhana, keseimbangan menyangkut unsur-unsur yang berbeda, yang ditata sedemikian rupa sehingga seimbang.

Ada dua metode pendekatan dalam menciptakan keseimbangan, yaitu simetris dan asimetris. Simetris adalah menunjukkan atau menggambarkan beberapa unsur yang sama diletakkan dalam susunan yang sama (kiri-kanan, atas-bawah, dan lainnya).

Sementara, asimetris adalah penyusunan unsurnya tidak ditempatkan secara sama, tetapi tetap menunjukkan kesan keseimbangan.

Kontras adalah adanya perbedaan yang mencolok pada beberapa unsur. Tujuan utama dalam penerapan prinsip kontras untuk memberikan penekanan, yaitu untuk mengarahkan pandangan penikmat seni pada suatu yang ditonjolkan.

Karya seni rupa tiga dimensi memiliki nilai-nilai estetis. Sumber: Pexels.com

Seni rupa merupakan sebuah cabang seni yang dalam proses pembentukan karyanya menggunakan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan.

Berdasarkan dimensi atau ukuran, karya seni rupa dibagi menjadi dua yaitu karya seni rupa dwimatra (dua dimensi) dan trimatra (tiga dimensi).

Karya seni rupa dua dimensi adalah bentuk karya seni rupa yang memiliki ukuran panjang dan lebar serta dilihat dari arah depan saja seperti lukisan dan gambar.

Karya seni rupa tiga dimensi adalah bentuk karya seni rupa yang memiliki ukuran panjang, lebar dan ketebalan atau ketinggian serta dapat dilihat dari berbagai arah, contoh seni patung, seni pahat dan sebagainya.

Seperti halnya karya seni lainnya, karya seni rupa tiga dimensi tentunya memiliki nilai estetis. Simak penjelasan mengenai nilai estetis yang dimiliki oleh karya seni rupa 3 dimensi.

Seni rupa tiga dimensi adalah sebuah kesenian yang menghasilkan karya yang tidak dibatasi tidak hanya dengan sisi panjang dan lebar, tetapi juga dibatasi oleh kedalaman dan tinggi.

Secara sederhana, seni rupa tiga dimensi adalah jenis kesenian yang menghasilkan karya seni yang memiliki ruang. Unsur ruang inilah yang menjadi pembeda antara karya seni tiga dimensi dengan karya seni rupa 2 dimensi.

Contoh-contoh karya seni rupa tiga dimensi ialah patung, keramik, bangunan, karya kriya, dan sebagainya.

Patung merupakan salah satu karya seni rupa tiga dimensi. Sumber: Pixabay.com

Mengutip dari buku Analisa Karya Seni Rupa Tiga Dimensi karya Winna Mardani, M.Pd dan Ary Trisna Oktavierasasi M.Sn, seni rupa tiga dimensi memiliki fungsi sebagai berikut:

  • Karya seni murni, yaitu sebuah karya seni yang dibuat mengutamakan hanya pada unsur keindahan, seperti monumen, patung, dan lainnya

  • Karya seni terapan adalah karya seni yang dibuat mengutamakan nilai pakai atau fungsi kegunaannya, seperti tikar, anyaman, lampu hias, kotak tisu, kursi rotan, dan sebagainya.

Nilai Estetis Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Nilai estetis subjektif didasari selera penikmat seni. Sumber: Pexels.com

Karya yang dihasilkan oleh seni rupa 3 dimensi tentunya memiliki beberapa nilai keindahan atau estetis di dalamnya. Nilai estetis pada sebuah karya seni rupa dapat bersifat objektif dan subjektif.

Keindahan suatu karya seni jika dilihat menggunakan pendekatan objektif akan berfokus pada wujud karya seni itu sendiri atau dalam artian suatu keindahan karya seni yang tampak kasat mata.

Nilai estetis objektif akan melihat keindahan suatu karya seni rupa tersusun dari komposisi baik, perpaduan warna yang pas, penempatan objek yang membentuk kesatuan dan keseimbangan, dan lain-lain.

Nilai subjektif adalah nilai keindahan yang dimiliki suatu karya seni, yang tidak hanya fokus pada unsur-unsur fisik yang diserap oleh mata secara visual, tetapi juga ditentukan oleh selera penikmatnya atau orang yang melihatnya.

Oleh karena itu, nilai estetis ini disebut sebagai nilai subjektif karena akan menghasilkan penilaian mengenai keindahan suatu karya seni yang berbeda-beda karena perbedaan preferensi dan selera yang dimiliki oleh para penikmat seni.