Jumlah guru wilangan jeung guru lagu tina kalimah hirup sauyunan nyaeta

Pupuh sunda Seni Sastra pupuh memang menjadi salah satu tugas dari seni sastra bahasa sunda dalam pelajaran disekolah. Pupuh sendiri adalah sebuah karya sastra yang berbentuk puisi, yang termasuk ke dalam bagian dari sastra Sunda. Pupuh ini terikat oleh patokan atau aturan dan juga berupa guru wilangan, guru lagu, dan juga watek.

• Guru Wilangan adalah jumlah suku kata atau yang terdapat pada setiap baris atau larik
• Guru Lagu adalah bunyi vokal akhir disetiap baris atau larik
• Watek adalah karakteristik dari isi pupuh sunda

Baca Juga: Contoh Guguritan Sunda Pupuh Asmaranda, Sinom, Dangdanggula, Tentang alam, Cinta, Jsb

Pengertian Pupuh

Pupuh sendiri berasal dari bahasa Sunda yakni Pepeuh yang merupakan bentuk puisi tradisional berbahasa Sunda yang memiliki jumlah suku kata dan rima tertentu pada setiap barisnya. Terdapat 17 jenis pupuh, yang masing-masing memiliki sifat tersendiri, dan digunakan untuk tema cerita yang berbeda-beda.

Sejarah Pupuh

Pada jaman kolonial belanda seni pupuh sunda sering digunakan sebagai alat media dalam surat menyurat dan pidato dari kaum menak. Namun, seiring dengan perkembangannya jaman, para kreator dari seniman seni pupuh sunda dikembangkan lagi ke beberapa jenis kesenian tradisi sunda, seperti misalnya pupuh lagam cianjuran, cigawitan, ciawian, wawacan, gending, karesmen dan lain sebagainya.

Berdasarkan informasi yang beredar dimasyarakat dulu, seni pupuh sunda mendapat pengaruh dari kerajaan mataram (jawa) pada abad 17 sampai dengan 18 masehi, sehingga pengaruh budaya mataram memberikan warna terhadap seni sunda, khsusunya pada seni pupuh. Meskipun demikian, dari segi musikalitasnya dalam hal ini lagu sunda sangat berbeda dengan tembang dari jawa.

Baca juga: Ciri Ciri Lagu Daerah atau Musik Tradisional dan Pengertiannya

Pembagian Pupuh Sunda

Setidaknya sudah ada 17 jenis pupuh sunda yang terbagi ke dalam 2 kategori atau bagian, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sekar Ageung (Jumlahnya 4 jenis pupuh)

Pupuh sekar ageung dapat dinyanyikan atau ditembangkan dengan menggunakan lebih dari satu jenis lagu, sehingga pembagian lagunya pun bisa bermacam-macam. Contohnya adalah Pupuh Kinanti, Pupuh Sinom, Pupuh Asmarandana, dan Pupuh Dangdanggula.

2. Sekar Alit (Jumlahnya 13 jenis pupuh)

Pupuh sekar alit hanya dapat dinyanyikan dengan menggunakan satu jenis lagu saja dan setiap pupuh memiliki patokan guru wilangan dan guru lagu serta tema. Contohnya adalah Pupuh Balakbak, Durma, Gambuh, Gurisa, Jurudemung, Lambang, Ladrang, Magatru, Maskumambang, Mijil, Pangkur, Pucung, dan Wirangrong.

Dari ke-17 jenis pupuh diatas, di setiap bait (pada) memiliki jumlah baris atau larik yang berbeda-beda, begitu juga dengan patokan pada pupuh tersebut, baik itu guru wilangan, guru lagu, dan watek-nya pun akan berbeda. Seperti misalnya pada contoh pupuh sinom, pupuh asmarandana, pupuh balakbak, pupuh mijil bali, pupuh lambang, pupuh durma, dan lain sebagainya.

Pengelompokan Pupuh

Pupuh sendiri dapat dikelompokkan sesuai dengan konsep dari penciptanya atau sumber yang membuat karya seni pupuh tersebut, sehingga dapat dibedakan menjadi :

• Sekar Kawi/Kakawen yang merupakan terjemahan dari puisi India. Macasa adalah Lagu/wawacan (Jawa Kawi)
• Sekar Ageung/macaro lagu/tembang gede
• Sekar Tengahan/macatri lagu/sekar dagelan
• Sekar Alit/macapat lagu/tembang cilik (Asmarandana, dangdanggula, durma, kinanti, mijil, pangkur, pucung, dan sinom)

Perkembangan Pupuh Sunda

A. Bentuk Pupuh Lagam Cianjuran

Cianjuran atau asal istilahnya seni mamaos merupakan salah satu seni pupuh Sunda yang berasal dari Cianjur. Salah satu bentuk pupuh yang digunakan dalam lagam cianjuran ini misalnya dalam pupuh dangdanggula, berikut adalah contohnya:

Contoh pupuh dangdanggula

B. Bentuk Pupuh Lagam Ciawian

Ciawian merupakan salah satu kesenian Sunda yang berasal dari Ciawi Tasik Malaya. Bentuk pupuh ciawian hanya dbawakan oleh vokal saja dan lagu-lagunya pun umumnya dalam laras salendro tetapi untuk pola syair menggunakan pola pupuh. Berikut salah satu contoh pola pupuh kinanti dengan lagam ciawian.

Conto pupuh kinanti lagam ciawian

C. Pupuh Dalam Bentuk Cigawiran

Cigawiran adalah salah satu jenis seni suara sunda dalam bentuk tembang. Kesenian ini lahir di daerah Cigawir Garut. Yang merupakan lahir dari daerah pesantren Cigawir. Yang memiliki fungsi untuk pembelajaran agama, banyak menggunakan laras pelog, madenda, dan salendro, pola sastranya menggunakan pupuh, misalnya dalam lagu Cigawiran. Rumpaka pupuh dangdanggula contohnya seperti dibawah ini.

CONTOH PUPUH SUNDA LENGKAP DENGAN PENJELASAN, TEMA, LARAS DAN GERAKANNYA

Pupuh Sunda

Jenis-jenis kesenian sunda di atas merupakan salah satu bukti adanya perkembangan terhadap pupuh, sehingga pupuh dapat terus hidup sampai sekarang ini. Nah berikut ini adalah kumpulan dari pupuh-pupuh sunda yang sudah dilengkapi dengan penjelasan, tema, laras, beserta dengan gerakkannya dari ke-17 pupuh tersebut.

Baca juga:Fungsi Angklung di Jawa Barat Berdasarkan 8+ Jenis Jenisnya

1. Pupuh Asmarandana

• Tema : cinta kasih, birahi
• Laras : salendro
• Pada terdiri : 7 padalisan
• Gerakan : sedeng

• Tema : lawak, banyolan
• Laras : madenda
• 1 pada terdiri : 3 padalisan
• Gerakan : sedeng

3. Pupuh Dangdanggula

• Tema : ketentraman, keagungan, kegembiraan
• Laras : pelog, sorog
• 1 pada terdiri : 10 padalisan
• Gerakan : sedeng

4. Pupuh Durma

• Tema : kemarahan, kesombongan, semangat
• Laras : pelog
• 1 pada terdiri : 7 padalisan
• Gerakan : kering

5. Pupuh Gambuh

• Tema : kesedihan, kesusahan, kesakitan
• Laras : Pelog
• 1 pada terdiri : 5 padalisan.
• Gerakan : antare

• Tema : khayalan
• Laras : Salendro
• 1 pada terdiri : 8 Padalisan
• Gerakan : sedeng

7. Pupuh Jurudemung

• Tema : kebingungan
• Laras : Pelog Liwu
• 1 pada terdiri : 5 padalisan
• Gerakan : anca

8. Pupuh Kinanti

• Tema : penantian
• Laras : Pelog/Salendro
• 1 pada terdiri : 6 Padalisan
• Gerakan : sedeng

9. Pupuh Lambang

• Tema : lawak dengan aspek renungan
• Laras : Salendro
• 1 pada terdiri : 4 padalisan
• Gerakan : gumbira

• Tema : penyesalan
• Laras : Madenda
• 1 pada terdiri : 4 padalisan
• Gerakan : antare

11. Pupuh Maskumambang

• Tema : kesedihan yang mendalam
• Laras : madenda
• 1 pada terdiri : 4 padalisan
• Gerakan : antare

12. Pupuh Mijil

• Tema : kesedihan yang menimbulkan harapan
• Laras : Pelog
• 1 pada terdiri : 6 padalisan
• Gerakan : antare

13. Pupuh Pangkur

• Tema : rasa marah yang tersimpan dalam hati, menghadapi tugas yang berat
• Laras : Salendro
• 1 pada terdiri : 7 padalisan
• Gerakan : gancang-gagah

14. Pupuh Pucung

a) Tema : rasa marah pada diri sendiri
b) Laras : Salendro
c) 1 pada terdiri : 4 padalisan

• Tema : kegembiraan
  Laras : Madenda
  1 pada terdiri : 9 padalisan
  Gerakan : sedeng

16. Pupuh Wirangrong

• Tema : rasa malu akan tingkah laku sendiri
• Laras : pelog
• 1 pada terdiri : 6 padalisan
• Gerakan : antare

17. Pupuh Ladrang

• Tema : sindiran
• Laras : pelog
• 1 pada terdiri : 4 padalisan
• Gerakan : kesit

Jenis Jenis Pupuh Sunda

Kesimpulan:

Secara keseluruhan jumlah pupuh sunda terdiri dari 17 pupuh, yaitu: Pupuh Asmarandana yang bertemakan tentang cinta kasih, pupuh balakbak bertemakan lawak, dangdanggula bertemakan tentang ketentraman, pupuh durma bertemakan kemarahan, pupuh gumbuh bertemakan tentang kesedihan, Gurisa bertemakan tentang khayalan, Jurudemung bertemakan akan kebingungan, pupuh kinanti bertemakan penantian,

Pupuh Lambang bertemakan lawak dengan aspek renungan, Magatru bertemakan penyesalan, Pupuh Maskumambang bertemakan kesedihan mendalam, Mijil bertemakan kesedihan yang menimbulkan harapan, Pangkur bertemakan rasa marah yang tersimpan dalam hati atau menghadapi tugas yang berat, Pucung bertemakan rasa marah pada diri sendiri, Pupuh Sinom bertemakan kegembiraan, Wirangrong bertemakan rasa malu akan tingkah laku sendiri, dan Pupuh Ladrang pupuh yang bertemakan sindiran.

Baca juga: Pengertian Karawitan Fungsi dan Contoh Alat Musiknya Lengkap

Jenis-jenis kesenian di atas merupakan bukti adanya perkembangan terhadap pupuh sunda, sehingga pupuh dapat hidup sampai sekarang ini. Oleh karena itulah, mari kita bersama-sama menumbuhkan kecintaan terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kesenian sunda, dengan melestarikan serta menjaganya seperti misalnya kesenian pupuh agar tidak mudah terpengaruh dengan budaya asing seperti di jaman sekarang ini.

Nah, demikianlah pengertian, sejarah,perkembangan, pembagian, beserta kumpulan dari pupuh-pupuh sunda yang sudah dilengkapi dengan penjelasannya berdasarkan tema atau topik, laras yang digunakan, dan juga gerakannya. Semoga dapat bermanfaat, terimakasih.