Jika seseorang memiliki cardiovascular baik dan kuat, maka kebugarannya dapat dikatakan

Liga Indonesia

© Media Officer Barito

Jika seseorang memiliki cardiovascular baik dan kuat, maka kebugarannya dapat dikatakan

Skuad klub Liga 1 Barito Putera menjalani tes kebugaran di Lapangan Terpadu Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rabu (02/09/20).

INDOSPORT.COM - Skuad klub Liga 1 Barito Putera menjalani tes kebugaran di Lapangan Terpadu Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rabu (02/09/20).

Pasukan Laskar Antasari memang mulai menggelar latihan di Sleman setelah memilih Stadion Maguwoharjo sebagai home base lanjutan Liga 1 2020.

Pelatih fisik Barito Putera, Dino Sefriyanto menjelaskan, seluruh pemain dan staf pelatih langsung dilakukan pengecekan suhu tubuh. Selain itu, penggunaan maskerpun tak luput dari pengawasan, memang dalam kondisi pandemik begini kedisiplinan menggunakan masker menjadi tolak ukur utama dalam memutus mata rantai penyebaran virus corona.

"Tes Kebugaran yang dilakukan pagi ini lebih difungsikan untuk mengukur koordinasi jantung, paru-paru dan pembuluh darah atau dengan kata lain cardiovascular."

"Ketika seseorang memiliki cardiovascular yang baik dan kuat maka kebugarannya dapat dikatakan kuat pula," kata Dino setelah latihan.

Sebelumnya, para pemain, staf pelatih dan official lebih dulu menjalani test kesehatan yakni. Bekerjasama dengan Jogjakarta International Hospital (JIH) total pagi ini ada sebanyak 28 orang pemain dan staf pelatih yang mengikuti test tersebut.

Dokter tim Barito Putera, Rey Adiwirawan menjelaskan test tersebut menjadi satu dari rangkaian protokol kesehatan yang harus diterapkan jelang kompetisi Liga 1 2020 bergulir kembali guna mencegah penyebaran virus corona.

  • Belum Nampak di TC Barito Putera, Begini Nasib OK John

  • Timothy Bradley, Penakluk Pacquiao yang Berujung 2 Rapor Merah

"Test di awal ini penting untuk dilakukan,. Karena semua personel tim yang sudah berkumpul harus dalam keadaan sehat dan bugar sebelum menggelar sesi pemusatan latihan di UNY," pungkasnya.

Sekadar informasi, meski sempat memutuskan tidak ingin ikut serta, Barito Putera pada akhirnya mengubah keputusannya dan turut ambil bagian di lanjutan Liga 1 2020.

(1)

KEBUGARAN JASMANI

A. Kebugaran jasmani

Untuk mengetahui kebugaran jasmani seseorang dapat dilakukan dengan Beberapa cara antara lain yaitu :

1. Cooper Test lari 12 menit

Tes kebugaran jasmani lainnya yang dikembangkan oleh Cooper adalah tes lari selama 12 menit. Pada tes ini jarak yang ditempuh oleh peserta tes tidak ditentukan, yang ditentukan adalah waktu tempuh yaitu selama 12 menit selanjutnya jarak tempuh diukur setelah peserta tes berlari selama 12menit.

Pelaksanaan tes lari 12 menit dari Cooper ini memerlukan prosedur yang agak rumit, dimana pesrta diharuskan berhenti ketika waktu 12 menit telah terlampaui, lalu mereka perlu memberikan tanda dimana tempat berhentinya, untuk segera diukur jarak hasil ditempuhnya. Jika peserta tes banyak maka perlu kejelian untuk mengukurnya.

Jarak yang dicapai tersebut selanjutnya dikonfirmasikan pada table kategori kebugaranjasmani untuk menetapkan status kebugaran peserta tes. Kategori tes tersebut dibedakan berdasarkan ejnis kelamin dan kelompok umur.

Untuk mengetahui berapa besaran VO2MAX peserta tes dapat dihitung menggunakan system poinyang dikemukakan oleh Copper. Penghitungan poin mengunakan data jarak yang ditempuh peserta tes selama 12 menit. Jarak tersebut harus diubah menjadi satuan mil dimana satu milsama dengan 1609 mater. Kemudian dimasukan dalam rumus :

VO2max = Jarak yang ditempuh (meter) – 504.9) / 44.73.

2. Tes Kebugaran Jasmani Lari 2.4 Km Copper

Tes lari 2.4 Km yang dirancang oleh Cooper adalah salah satu bentuk tes lapangan untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani seseorang. Peserta tes harus berlari secepat-cepatnya menempuh jarak 2.4 Km. Lintasan Tes 2.4Km usahakan berstruktur datar tidak bergelombang, tidak licin, tidak terlalu

(2)

banyak belokan tajam. Garis start untuk mengawali tes rancanglah sedemikian rupa hingga jarak finis sama, artinya garis start sama dengan garis finis hal ini dilakukan untuk memudahkan pengetes.

Waktu tempuh yang dicapai oleh peserta tes dicatat dalam satuan menit dua angka dibelakang koma. Waktu tersebut digunakan untuk memprediksi tingkat kebugaran siswa dengan cara mengkonfirmasikan dengan table tingkat kebugaran jasmani milik Cooper. Rumus : VO2max = (483 / time) + 3.5 => time : satuan dalam menit

Tes ini dilakukan untuk kelompok umur

 Kelompok laki-laki dan perempuan berumur dibawah 30 tahun

 Kelompok laki-laki dan perempuan berumur 30 sampai dengan 39 tahun

 Kelompok laki-laki dan perempuan berumur 40 sampai dengan 49 tahun

 Kelompok laki-laki dan perempuan berumur diatas 50 tahun

Peserta yang melakukan tes harus dinyatakan sehat oleh dokter dengan mengenakan pakaian olahraga yang nyaman dan sopan. Kemudian dilakukan pencatatan tinggi badan, berat badan, dan denyut nadi. Setelah itu peserta tes berlari 2.4 Km dengan ditandai dengan aba-aba pada saat itu stopwatch dihidupkan. Setelah mencapai finis dengan kaki menginjak garis finis stopwatch dimatikan yang kemudian diukur catatan waktunya dan setelah itu ditimbang kembali berat badan, diukur tinggi badan dan denyut nadinya setelah berselang 15 menit diukur kembali denyut nadinya.

Kategori kebugaran jasmani untuk tes 2.4Km milik Cooper dibagi menjadi lima kategori sesuai dengan kelompok umurnya.

3. Multistage Fitnes Test (MFT) a. Prosedur Tes MFT

Pelaksanaan tes dapat dilakukan dengan beberapa orang sekaligus, asalkan yang mengetes dapat mencatat dengan tepat dan cermat setiap tahapan tes serta dapat menghentikan dengan tepat sesuai dengan ketentuan. tes MFT sangatlah mudah dilakukan karena dibandingkan dengan tes-tes kebugaran lainnya tes ini tidak rumit dalam pelaksanaannya. tes ini mengukur koordinasi jantung, paru dan pembuluh dara atau dengan kata lain Cardiovascular. ketika seseorang

(3)

memiliki Cardiovascular yang baik dan kuat maka kebugarannya dapat dikatakan kuat pula.

b. Mekanisme Tes MFT

peserta tes akan berlari sejauh 20M secara bolak balik. peserta yang tidak kuat akan diberhentikan. dalam tes ini terdapat 21 tingkatan denagan 16 balikan semakin tinggi tingkatannya maka semakin baik Cardiovascular orang tersebut.

c. Beberapa Tindakan Pencegahan

Peserta tes harus dalam kondisi sehat, dan apabila terdapat peserta tes yang kurang sehat dapat melakukan konsultasi dengan dokter, perawat atau tenaga medis lainnya.

Pengetes perlu menggugah motivasi dan perhatian peserta test agar mereka dapat melakukan tes dengan sungguh-sungguh. usahakan sedapat mungkin peserta tes berhenti berlari ketika tidak dapat lagi menyesuaikan langkah dengan signyal yang didiktekan lewat kaset. d. Perlengkapan Test

 Lapangan atau halaman untuk melaksanakan tes. halaman yang dimaksud harus memiliki panjang lebih dari 22m dan lebar 1 sampai 1.5M. halaman tidak boleh licin, panas, tidak rata(berbatu) dengan suasana yang teduh dan sejuk.

Tape recorder, CD player tau pemutar musik lainnya yang dapat memutarkan cassette penuntun MFT

 Kaset pendukung atau panduan MFT sebagai pemandu melaksanakan tes MFT

 Alat ukur panjang untuk mengukur panjang halaman atau lapangan yang akan digunakan sebagai Trek/lintasan lari MFT  Tanda Batas Jarak dapat memepergunakan Lakban, tali, atau

pembatas lainnya yang dapat memmisahkan lintasan yang satu dengan yang lain. disarankan menggunakan lakban agar peserta tidak tersandung saat lari.

e. Persiapan Pelaksanaan Test

 Ukur lintasan yang digunakan lari bolak balik sepanjang 20M, dimana kedua ujungnya diberi batas jarak.

(4)

 pastikan kaset atau CD pemandu MFT berada di awal. f. Persiapan Peserta Sebelum dan sesuda TestUsahakan sebelum Tes

 Peserta tidak makan ataupun minum terlalu banyak. boleh makan namun yang ringan seperti roti ataupun camilan dengan jumlah yang sedikit.

 Peserta harus melakukan pemanasan atau pereegangan terlebih dahulu sebelum melakukan tes terutama otot-otot pada tungkai.  Setelah melakukan tes peserta hendaknya melakukan

pendinginan berupa berjalan ataupun melakukan cooling down g. Pelaksanaan Tes

 Hidupkan Tape atau CD panduan tes MFT

 selanjutnya akan terdenganr bunyi “TUT” tunggal dengan

beberata interval yang teratur

 Peserta tes diharapkan untuk sampai ke ujung yang bertepatan dengan sinyal “TUT” yang pertama berbunyi untuk kemudian berbalik dan berlari kearah yang berlawanana.

 Selanjutnya setiap satu kali sinyal “TUT” berbunyi perserta tes

harus dapat mencapai disalah satu lintasan yang ditempuhnya  Setelah mencapai interval satu menit disebut level atau

tingkatan satu yang terdiri dari tujuh b alikan atau shuttle  Selanjutnya mencapai interval satu menit akan berkurang

sehingga menyelsaikan level selanjutnya perserta harus berlari lebih cepat

 setiap kali peserta tes menyelesaikan jarak 20m posisi salah satu kaki harus menginjak atau melewati batas atau garis 20m.  setiap peserta harus berusaha untuk berlari selama mungkin

sesuai dengan irama yang telah diatur oleh kaset atau CD.  Jika peserta gagal mencapai garis pembatas 20m sebanyak 2

kali berturut-turut maka akan dihentikan atau telah dinyatakan tidak kuat dalam melaksananakan tes MFT.

 Rumus : VO2max (mL / kg / min) = 0,38 x total jumlah angkutan selesai + 25.98

(5)

B. VO2Max

VO2 max adalah satuan untuk mengukur konsumsi oksigen maksimal, pengambilan oksigen maksimal, atau adalah tingkat maksimum konsumsi oksigen yang diukur selama latihan olahraga, biasanya pada latihan lari, treadmill atau bersepeda.

Konsumsi oksigen maksimal mencerminkan kebugaran fisik dari individu, dan merupakan faktor penentu penting dari stamina atau daya tahan mereka selama latihan atau olahraga.

Nama ini berasal dari V - volume, O2 - oksigen, max - maksimum.

VO2 max dinyatakan sebagai tingkat mutlak dalam liter oksigen per menit (L / min) atau sebagai tingkat relatif dalam mililiter oksigen per kilogram massa tubuh per menit (misalnya,mL / (kg · min).

Satuan ini sering digunakan untuk membandingkan kinerja atlet olahraga. Namun, VO2max umumnya tidak berubah secara linier dengan massa tubuh, baik antar individu dalam suatu spesies atau di antara spesies, sehingga perbandingan kapasitas kinerja individu atau spesies yang berbeda dalam ukuran tubuh harus dilakukan dengan prosedur statistik yang sesuai, seperti analisis kovarians.

 BAGAIMANA MENGUKUR VO2max Mengukur VO2 max

Akurat mengukur VO2 max melibatkan upaya fisik yang cukup dalam durasi dan intensitas tertentu. Dalam uji klinis dan atletis umum, ini biasanya melibatkan tes latihan bergradasi (baik di treadmill atau ergometer cycle) di mana latihan intensitas semakin meningkat saat mengukur ventilasi dan oksigen dan konsentrasi karbon dioksida dari udara yang dihirup dan dihembuskan. VO2 max tercapai ketika konsumsi oksigen tetap pada kondisi mapan meskipun peningkatan beban kerja.

1. Rumus Fick

2. VO2 max bisa di tentukan dengan menggunakan rumus Fick:

VO2max = Q x (CaO2 - CvO2)

3. nilai-nilai ini diperoleh selama latihan dengan pengeluaran tenaga pada upaya

maksimal. dimana,

Q adalah Cardiac Output dari jantung CaO2 adalah kandungan arterial oxygen

(6)

CvO2 adalah kandungan venous oxygen

(CaO2 – CvO2) juga dikenal sebagai perbedaan arteriovenous oxygen difference Pengukuran VO2max ini bisa biasa dilakukan menggunakan peralatan treadmill khusus.

2. ESTIMASI NILAI VO2max

Tes mengukur VO2 max kadang dapat berbahaya pada individu yang tidak dianggap subyek sehat normal, karena mempunyai masalah dengan sistem pernapasan, kardiovaskuler dan bisa memperperburuk pada pasien sakit klinis.

Dengan demikian, banyak protokol untuk memperkirakan VO2 max telah dikembangkan untuk mereka yang beresiko utk tes VO2 max tradisional. Ini umumnya mirip dengan tes VO2 max, namun tidak mencakup maksimum sistem pernapasan dan kardiovaskular.

Uth–Sørensen–Overgaard–Pedersen

Ini diciptakan oleh sekelompok peneliti Denmark. Salah satu estimasi VO2 max untuk manusia berdasarkan detak jantung maksimum dan saat istirahat.

Rumusnya:

VO2max = 15 (HR max / HR rest)

Persamaan ini menggunakan detak jantung maksimum (HRmax) dan detak jantung pada saat istirahat (HRrest) untuk memperkirakan nilai VO2 max dalam mL/(kg·min).

(7)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI VO2max

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi VO2 diantaranya adalah

Sistem transportasi oksigen dari paru-paru ke mitokondria (termasuk difusi paru-paru, stroke volume, volume darah, dan densitas kapiler otot rangka)

2. Tim Noakes, seorang profesor latihan dan ilmu olahraga di University of Cape Town, menjelaskan sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi VO2 max: - Usia

- jenis kelamin - kebugaran - pelatihan

- perubahan ketinggian

- tindakan dari otot-otot ventilasi.

Noakes juga menegaskan bahwa VO2 max adalah prediktor yg tidak terlalu lengkap untuk mengukur kinerja pelari karena adanya berbagai variasi dalam teknik lari yang ekonomis dan ketahanan akan lelah selama latihan berkepanjangan.

- Sistem output jantung - kapasitas difusi paru

- kapasitas membawa oksigen

- keterbatasan organ lain seperti kapasitas difusi otot - enzim mitokondria

- kepadatan kapiler

Merupakan contoh penentu nilai VO2 max. Tubuh bekerja sebagai suatu sistem. Jika salah satu dari faktor tersebut adalah sub-par, maka seluruh sistem kehilangan kapasitas normal berfungsi dengan baik.

Obat erythropoietin obat (EPO) dapat meningkatkan VO2 max dengan jumlah yang signifikan pada manusia dan mamalia lainnya. Hal ini membuat EPO menarik bagi atlet olahraga ketahanan, seperti bersepeda profesional.

Pada tahun 1998 hal itu telah menyebar luas di dunia sepeda dan menyebabkan skandal Festina, yang mana disebutkan laporan USADA 2012 bahwa tim US Postal yaitu Greg LeMond (langganan juara Tour de France) telah menyarankan membangun batasan atau panduan untuk mendeteksi peningkatan kinerja abnormal pada atlet pesepeda profesional.

(8)

REFERENSI

http://en.wikipedia.org/wiki/VO2_max

http://bolapop.com/201311805/daftar-vo2max-pemain-timnas-u19/

Wikipedia "Vo2max"

Http://www.brianmac.co.uk/index.htm "Vo2 max". Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 3 Erlangga Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 2 Bumi aksara

Cooper, K. H. A Means of Assessing Maximal Oxygen Intake. Journal of the American Medical Association, 203: 135-138. 1968.