Jelaskan tentang metodologi penelitian dan metode penelitian

Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini.
Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala.
Tag ini diberikan pada Oktober 2016.


Artikel ini berisi daftar yang lebih baik ditulis dalam bentuk prosa. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengubah artikel ini ke dalam bentuk prosa, jika sesuai.
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.

  • Mengganti markah HTML dengan markah wiki bila dimungkinkan.
  • Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
  • Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
  • Susun header artikel ini sesuai dengan pedoman tata letak.
  • Tambahkan kotak info bila jenis artikel memungkinkan.
  • Hapus tag/templat ini.

Metodologi penelitianpenelitian.[1] Metodologi juga merupakan analisis teoretis mengenai suatu cara atau metode.[butuh rujukan] Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.[2] Hakikat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian.[butuh rujukan] Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu.[3] Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.[butuh rujukan]

Prinsip metodologiSunting

Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, di antaranya:

A. Rene DescartesSunting

Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam) prinsip metodologi yaitu:[butuh rujukan]

1. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang.

Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, tetapi yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.

2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian.

Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu:

(a) Jangan pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan anda lebih daripada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi,

(b) Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.

(c) Arahkan pemikiran anda secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan di antara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru.

(d) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan.

(e)Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.[butuh rujukan]

3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut[butuh rujukan]:

(a) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak.

(b) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling meragukan.

(c) Berusaha lebih mengubah diri sendiri daripada merombak tatanan dunia.

4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indra.[butuh rujukan] Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain.[butuh rujukan] Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan segala sesuatu, tetapi kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang dalam keadaan ragu-ragu.[butuh rujukan]

5. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas).[butuh rujukan] Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik.[butuh rujukan] Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani.[butuh rujukan] Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh.[butuh rujukan] Jiwa manusia itu abadi.[4]

B. Alfred JulesayerSunting

Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:[butuh rujukan]

1. Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan

2. Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna

3. Ayer menampik kekhawatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun.[4]

C. Karl Raimund PopperSunting

K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut:[butuh rujukan]

1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir. Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat.

2. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan (observasi) secara teliti gejala (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesis. Selanjutnya hipotesis itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesis yang berhasil dibenarkan (justifikasi) akan berubah menjadi hukum. K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris.

3. K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip FALSIFA BILITAS, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesis, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesis dapat bertahan melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesis tersebut semakin diperkukuh (CORROBORATI[4] ON).

Karakteristik penelitianSunting

1. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan yang dapat menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan atau dapat memecahkan suatu permasalahan yang terdapat dalam batasan masalah.[butuh rujukan]

2. Metodologi penelitian adalah pengetahuan yang mengkaji ketentuan mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian.[butuh rujukan]

3. Penelitian dan ilmu merupakan operasionalisasi dari metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.[3]

Proses penelitianSunting

1. Masalah penelitian penelitian mencakup: penemuan masalah dan pemecahan masalah tahap:identifikasi bidang permasalahan, pemilihan atau pemilihan pokok masalah dan perumusan masalah kajian teoretis menyusun kerangka teoretis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian.[butuh rujukan]

2. Pengujian fakta (data) mencakup: pemilihan, pengumpulan dan analisis fakta yang terkait dengan masalah yang diteliti data: sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan (Observasi) atau survei. kesimpulan merupakan hasil penelitian yang memberi feed back pada masalah atau pertanyaan penelitian.[butuh rujukan]

Paradigma penelitianSunting

Paradigma kuantitatifSunting

a. Paradigma tradisional, positivis, eksperimental, empiris.[butuh rujukan]

b. Menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.[butuh rujukan]

c. Realitas bersifat objektif dan berdimensi tunggal.[butuh rujukan]

d. Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti.[butuh rujukan]

e. Bebas nilai dan tidak bias.[butuh rujukan]

f. Pendekatan deduktif.[butuh rujukan]

g. Pengujian teori dan analisis kuantitatif.[butuh rujukan]

Paradigma kualitatifSunting

a. Pendekatan konstruktifis, naturalistis (interpretatif), atau perspektif postmodern.[5]

b. Menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas.[butuh rujukan]

c. Realitas bersifat subjektif dan berdimensi banyak.[butuh rujukan]

d. Peneliti berinteraksi dengan fakta yang diteliti.[butuh rujukan]

e. Tidak bebas nilai dan bias.[butuh rujukan]

f. Pendekatan induktif.[butuh rujukan]

g. Penyusunan teori dengan analisis kualitatif.[butuh rujukan]

Perbedaan paradigma kuantitatif dengan paradigma kualitatifSunting

Perbedaan antara Paradigma Kuantitatif dengan Paradigma Kualitatif terletak pada asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian.[butuh rujukan] Perbedaan selanjutnya akan memengaruhi strategi dan desain penelitian.[butuh rujukan] Perbedaan asumsi tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:[butuh rujukan]

1. Hubungan peneliti dengan fakta yang diteliti menurut paradigma kuantitatif diasumsikan bersifat independen sehingga peneliti dapat menguji realitas fakta secara objektif, terbatas pada dimensi tunggal, bebeas nilai.[butuh rujukan] Sebaliknya menurut asumsi paradigma kualitatif, penelitian berinteraksi dengan fakta yang diteliti sehingga lebih bersifat subjektif, tidak bebeas nilai,

2 Proses penelitian paradigma kuantitatif menggunakan pendekatan deduktif, sedangkan pada penelitian paradigma kualitatif menggunakan pendekatan induktif.[butuh rujukan]

3. Paradigma kuantitatif menekankan pengujian teori dengan analisis kuantitatif dibandingkan pendekatan kualitatif yang memberikan tekanan pada penyusunan teori melalui pengungkapan fakta dengan analisis kualitatif.[3]

Metode ilmiahSunting

Adam Smith merupakan Bapak Filsafat Pengetahuan

Metode ilmiah adalah prosedur atau cara tertentu yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu (pengetahuan ilmiah.[butuh rujukan] Tidak semua pengetahuan berupa ilmu, karena ilmu merupakan kriteria tertentu.[butuh rujukan] Cara untuk memperoleh pengetahuan dalam kajian filsafat dikenal dengan istilah epistemologi (filsafat pengetahuan).[butuh rujukan]

Karakteristik ilmuSunting

Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berpikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak.[6] Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang memberikan penjelasan mengenai fakta atau fenomena alam (fakta yang benar atau umumnya bernilai benar).[butuh rujukan] Pengetahuan yang menjelaskan fenomena alam bermanfaat untuk memprediksi fenomena-fenomena alam. Pengetahuan yang terkandung yang dinilai dalam ilmu dinilai sebagai pengetahuan yang benar untuk menjawab masalah-masalah dalam kehidupan manusia.[butuh rujukan]


Jenis-jenis penelitian ilmiahSunting

Penelitian dapat digolongkan / dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain berdasarkan[butuh rujukan]:

(1) Tujuan;

(2) Pendekatan;

(3) Tempat;

(4) Pemakaian atau hasil / alasan yang diperoleh;

(5) Bidang ilmu yang diteliti;

(6) Taraf Penelitian;

(7) Teknik yang digunakan;

(8) Keilmiahan;

(9) Spesialisasi bidang (ilmu) garapan.

Kriteria penelitian ilmiahSunting

1. Dapat menyatakan tujuan dengan sejelas-jelasnya,[butuh rujukan]

2. Menggunakan landasan teoretis dan metode pengujian data yang relevan,[butuh rujukan]

3. Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah teoretis atau berdasarkan pengungkapan data,[butuh rujukan]

4. Telah mempunyai kemampuan untuk diuji ulang,[butuh rujukan]

5. Memilih data dengan tepat sehingga hasilnya dapat dipercaya,[butuh rujukan]

6. Menarik kesimpulan secara objektif,[butuh rujukan]

7. Melaporkan hasil secara parsimony,[butuh rujukan]

8. Hasil penelitian dapat digeneralisasi.[2]

Penelitian bisnisSunting

Penelitian bisnis merupakan suatu proses pengumpulan dan analisis data yang sistematis dan objektif untuk membantu pembuatan keputusan dalam suatu bidang bisnis.[butuh rujukan]

Klasifikasi penelitian bisnisSunting

Berdasarkan tujuan penelitianSunting

1. Penelitian dasar (pengembangan & evaluasi konsep-konsep dasar)[butuh rujukan]

a. deduktif: menguji hipotesis melalui validasi teori, tipe: hopotesis a priori[butuh rujukan]

b. induktif: mengembangkan teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta[butuh rujukan]

2. Penelitian terapan (pemecahan masalah-masalah praktis)

a. penelitian evaluasi[butuh rujukan]

b. penelitian dan pengembangan[butuh rujukan]

c. penelitian aksi[butuh rujukan]

Berdasarkan karakteristik masalahSunting

1. Penelitian historis[butuh rujukan]

2. Penelitian desktriptif[butuh rujukan]

3. Studi kasus lapangan[butuh rujukan]

4. Penelitian korelasional[butuh rujukan]

5. Kausal-komparatif[butuh rujukan]

6. Eksperimen[butuh rujukan]

Berdasarkan jenis dataSunting

1. Penelitian opini (opinion research)[butuh rujukan]

2. Penelitian empiris (empirical research)[butuh rujukan]

3. Penelitian arsip (archieval research)[butuh rujukan]

ReferensiSunting

  1. ^ Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
  2. ^ a b http://www.google.co.id/#hl=id&q=metodologi+penelitian+bisnis&meta=&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=337ae19756b80444
  3. ^ a b c sumber: buku Metodologi Penelitian Bisnia, penulis: Dr. Nur Indriantoro,M.Sc., Akuntan; Drs. Bambang Supomo, M.Si. Akuntan, penerbit: BPFE Yogyakarta
  4. ^ a b c "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-04-30. Diakses tanggal 2010-04-30.
  5. ^ Suryani, Suryani; Hendriyadi, Hendriyadi (2016). Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi pada Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Prenada Media. hlm.111112. ISBN9786021186428.
  6. ^ Budiharto, Widodo (2015). Metode Penelitian Ilmu Komputer Dengan Komputasi Statistika Berbasis R. Deepublish. hlm.5. ISBN9786232093959.
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Metodologi_penelitian&oldid=18923928"