Jelaskan sikap orang yang mendustakan agama dalam surat al maun

Surat ini juga berisi ancaman kepada orang- orang munafik yang lalai dari sholatnya, memamerkan sholatnya padahal ia sering meninggalkan sholat itu dan lalai dari tujuannya. Mereka juga tidak mau membantu orang lain. Bahkan meminjamkan sesuatu saja berat, apalagi bersedekah dan membayar zakat. Mereka itulah orang-orang yang celaka.

Berikut bunyi surat Al-Ma’un, tulisan arab, latin dan artinya:

Surat Al Maun adalah surat ke-107 dalam Al-Qur’an dan terdiri dari tujuh ayat. Surat ini termasuk golongan surat Makiyah. Arti Al Maun adalah “barang-barang berguna”.

Menurut buku Tadabur Juz Amma oleh Dr. Saiful Bahri, kata Al-Ma'un dapat diartikan sebagai turunan dari zakat yang diwajibkan atau dapat juga dipahami sebagai barang-barang berguna yang ditahan.

Harta yang sudah sampai nishab (batas minimal) dan haul (selama setahun) wajib dikeluarkan zakatnya. Zakat bertujuan untuk memberdayakan orang-orang yang memiliki potensi tapi terhalang oleh berbagai rintangan.

Selain zakat, contoh penerapan surat Al Maun dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, jika kita memiliki kelebihan makanan, maka bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Jangan sampai membusuk lalu dibuang karena itu termasuk mubazir.

Sikap mubazir atau boros tidak disukai Allah sebagaimana tercantum dalam surat Al Isra ayat 27, “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Maka dari itu, memahami surat Al Maun dapat menghindarkan dari perbuatan mubazir.

Advertising

Advertising

Berikut bacaan surat Al Maun dan artinya.

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ

2. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,

وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ

3. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ

4. Maka celakalah orang yang salat,

الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ

5. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya,

الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ

6. yang berbuat riya,

وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ

7. dan enggan (memberikan) bantuan.

Terjemahan tersebut bersumber dari Kementerian Agama dalam Quran.kemenag.go.id.

Kandungan Surat Al Maun

Kandungan surat Al Maun secara garis besar menggambarkan sifat manusia yang mendustakan agama dan ancaman bagi orang yang lalai dalam salat serta bersikap riya, yaitu melakukan perbuatan bukan untuk mencari keridaan Allah. Tetapi, untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat. Penjelasan tersebut tercantum dalam Juz Amma Tajwid Berwarna & Terjemahannya oleh M. Khalilurrahman Al Mahfani.

Pada ayat pertama, terdapat lafaz a-ra'aita yang berarti “tahukah”. Penggunaan kata tersebut bertujuan untuk menggugah hati pendengar agar memberikan perhatian terhadap kandungan pada ayat-ayat selanjutnya.

Baca Juga

Menurut tafsir Kementerian Agama, kandungan ayat pertama adalah Allah menghadapkan pertanyaan kepada Nabi Muhammad, "Apakah engkau mengetahui orang yang mendustakan agama dan yang dimaksud dengan orang yang mendustakan agama?" Pertanyaan ini dijawab pada ayat-ayat selanjutnya.

Allah kemudian menjelaskan, sebagian dari sifat-sifat orang yang mendustakan agama adalah menolak dan membentak anak yatim yang datang untuk memohon belas-kasih demi kebutuhan hidup.

Penolakan terhadap anak yatim tersebut menunjukkan sifat penghinaan dan takabur, yaitu  merasa diri lebih besar derajatnya dari orang lain. Sifat takabur merupakan sifat tercela yang tidak disukai Allah.

Dalam buku Insan Ilahiah karya Imam Khomeini, sifat takabur dijelaskan melalui riwayat dari Imam Shadiq, "Sesungguhnya, orang-orang yang takabur (di akhirat) akan menjelma menjadi kawanan semut yang lemah dan orang-orang menginjak-injaknya sampai Allah menyelesaikan perhitungan."

Baca Juga

Pada ayat ketiga, tafsir Kementerian Agama menjelaskan, Allah menegaskan sifat pendusta adalah orang tidak mengajak orang lain untuk membantu dan memberi makan penduduk miskin. Jika seorang tidak sanggup membantu orang-orang miskin, maka dianjurkan mengajak orang lain membantu orang-orang miskin.

Kemudian pada ayat keempat, Allah mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengerjakan salat tapi tidak sampai ke hatinya akan celaka. Kelalaian dalam mengerjakan salat membuat ia tidak menyadari apa yang diucapkan dan dikerjakan.

Orang yang lalai dalam salat hanya bergerak dan mengucapkan hafalan tanpa meyakini dalam hati. Meski demikian, ancaman celaka itu tidak ditujukan kepada orang-orang muslim yang awam dan tidak mengerti bahasa Arab. Jadi, mereka yang tidak memahami makna bacaan dalam salat tidak termasuk orang-orang yang lalai seperti yang disebut dalam ayat ini.

Baca Juga

Selanjutnya, dijelaskan bahwa sifat orang pendusta agama adalah mereka yang melakukan perbuatan amal hanya untuk riya, yaitu ingin mendapatkan pujian saja tanpa rida Allah.

Dijelaskan dalam buku Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, contoh riya dalam perbuatan adalah sengaja memperbanyak salat sunah di hadapan orang agar dikatakan sebagai orang saleh. Riya dibagi menjadi dua, yaitu:

  • Riya jali (riya yang nyata): Riya yang sejak semula diniatkan bahwa amal yang dilakukan hanya untuk mencari kedudukan, bukan mengharap rida Allah.
  • Riya khafi (riya tersembunyi): Riya yang bukan bertujuan untuk mendapatkan kedudukan. Tetapi, ada tujuan lain yang tersembunyi dalam perbuatan yang dilakukan.

Riya adalah salah satu tanda-tanda orang munafik dan termasuk mereka yang celaka di akhirat nanti, sebagaimana dijelaskan dalam surat An Nisa ayat 142, “Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.”

Lalu pada terakhir, Allah menegaskan sikap pendusta agama adalah enggan memberikan bantuan kepada sesama, bahkan untuk sekadar meminjamkan barang keperluan sehari-hari yang sepele.

Sikap tersebut menunjukan keburukan akhlak terhadap orang lain. Dengan demikian, pendusta agama tidak beribadah kepada Allah dengan sempurna, serta tidak berbuat baik kepada manusia.

Baca Juga

Setelah memahami kandungan tiap ayat, dapat disimpulkan bahwa surat Al Maun menjelaskan ciri-ciri seorang pendusta agama adalah:

  • Menghardik anak yatim.
  • Tidak mengajak sesama agar membantu orang miskin.
  • Lalai dalam mengerjakan salat.
  • Bersikap riya dalam beramal.
  • Tidak meminjamkan barang-barang berguna kepada orang lain yang membutuhkan.

Demikian pembahasan tentang surat Al Maun beserta arti dan kandungannya.

Ilustrasi ciri pendusta agama menurut Surat Al Maun. Foto: Pixabay.

Surat Al Maun terdiri dari 7 ayat dan termasuk golongan surat Makiyyah. Secara garis besar, surat Al Maun menggambarkan beberapa sifat manusia yang dipandang sebagai pendusta agama. Tak hanya itu, surat ini juga menjelaskan ancaman bagi orang yang lalai dalam sholat dan riya.

Mengutip dari buku Tadabur Al-Qur'an oleh Syaikh Adil Muhammad Khalil, nama lain dari surat Al Maun adalah Ara’atal alladzi, Ad-Din, dan Al Yatim. Alasan dari nama-nama tersebut adalah sebagai berikut:

1. Al Maun: Surat ini menjelaskan tentang pentingnya berbuat kebaikan.

2. Ara’atal alladzi: Allah mengawali surat ini dengan kalimat tersebut.

3. Ad-Din: Surat ini menjelaskan tentang pendusta agama.

4. Al Yatim: Dalam surat ini, Allah mengancam orang-orang yang mengasari anak yatim.

Surat Al Maun memiliki perisitiwa yang menjadi sebab turunnya ayat-ayatnya. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak uraian berikut.

Asbabun Nuzul Surat Al Maun

Ilustrasi ciri pendusta agama menurut Surat Al Maun. Foto: Freepik.

Dikutip dari buku Juz Amma Tajwid Berwarna & Terjemahannya oleh M. Khalilurrahman Al Mahfani, surat Al Maun turun sebagai peringatan untuk orang-orang munafik yang riya atas sholatnya kepada orang-orang yang beriman, meninggalkan sholat bila tidak ada yang melihat, serta menolak memberikan bantuan ataupun pinjaman.

Selain itu, M. Khalilurrahman Al Mahfani dalam bukunya yang berjudul Dahyatnya Doa Anak Yatim, menjelaskan bahwa Allah menurunkan surat ini karena sikap Abu Sufyan yang setiap minggu menyembelih seekor unta, namun tidak mau berbagi saat diminta dagingnya, bahkan malah memukulnya dengan tongkat.

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ - ٢ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ - ٣ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ - ٤ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ - ٥ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ - ٦ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ – ٦

Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang salat, . (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat ria, dan enggan (memberikan) bantuan.

Dikutip dari Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur Jilid 4 oleh Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Surat Al Maun menjelaskan berbagai ciri pendusta agama hanya dengan memperhatikan tingkah laku seseorang. Apa saja ciri pendusta agama menurut surat Al Maun? Simak ulasan berikut.

Ciri Pendusta Agama Menurut Surat Al Maun

Ilustrasi ciri pendusta agama menurut Surat Al Maun. Foto: Pixabay.

Masih dari sumber yang sama, ciri pendusta agama menurut surat Al Maun adalah mereka yang menghardik anak yatim dan tidak mau memberikan haknya dari harta yang dimiliki, termasuk orang-orang yang pelit kepada fakir miskin.

Dikutip dari buku Dahyatnya Doa Anak Yatim oleh M. Khalilurrahman Al Mahfani, para ahli tafsir menafsirkan kata menghardik adalah berlaku sewenang-wenang, tidak memberikan hak, dan menganiayanya. Oleh karena itu, orang yang menghardik anak yatim disebut sebagai pendusta agama.

Mereka tidak percaya dengan hari pembalasan dan menganggap bantuan kepada anak yatim tidak akan menguntungkan. Sikap demikian merupakan bentuk pengingkaran dan pendustaan terhadap Ad-din, baik dalam arti agama maupun hari pembalasan.

Orang yang dianggap mendustakan agama dalam surat Al Maun memiliki dua sifat. Pertama, mereka memandang rendah orang-orang yang lemah. Kedua, mereka tidak mau mengeluarkan hartanya untuk kepentingan orang-orang fakir dan yang memerlukan.