Jelaskan mengapa dalam ajaran agama Hindu kita harus melaksanakan tahapan grehasta asrama

72 SPHATIKA VOLUME X No. 1 2019

AJARAN CATUR ASRAMA

PERSEPEKTIF KONSEPSI HIDUP UNTUK

MENCAPAI TUJUAN HIDUP

Oleh : I Nyoman Subrata

ABSTRACT

Hindus should be proud because Hinduism has a clear concept of the levels of human life

arranged systematically called dormitory chess, namely: four levels of human life based on

spiritual guidance that is processed to achieve the goals of human life which is called catur

purusaartha based on spiritual order, time, age and nature of human behavior. Four Dormitory

or stages in life, namely: Brahmacari Dormitory, namely: the stage of learning or the period

of demanding science, Grahasta Dormitory, namely: holdpan household, Wanaprastha

Dormitory, namely: stages for asceticism, and Bhisuka Dormitory, namely: life of denial.

Each division of Dormitory Chess has its own stages. These stages help human evolution.

And Chess Boarding places humanity on perfection by still - each stage. The implementation

of Dormitory Chess governs human life from beginning to end

Keywords: Dormitory Chess To Achieve Life Goals

I. Pendahuluan

Tujuan hidup manusia berdasarkan ajaranya

agama Hindu adalah “moksartham jagadhita

ya caiti dharmah”. Atau mencapai “jagathita

dan moksa” “jagadhita berati kesejahteran

jasmani dan moksa berati ketentraman batin

atau kehidupan abadi dengan menunggalnya

atman dengan brahman. Dengan demikian

tujuan hidup manusia dapat diartikan sebagai

usahan untuk mencapai kesejahteran jasmani,

ketentraman batin dan kehidupan abadi dengan

menunggalnya roh dengan Ida Sang Hyang

Widhi. Jadi moksartham jagathita ya ca iti

dharmah yaitu menjadi ajaran tujuan hidup

manusia. Dan catur asrama merupakan jenjang

kehidupan seseorang untuk bermasyarakat.

disamping itu dalam menjalankan kehidupan

ada tahap yang tingkat / jenjang kehidupan

ini dihubungkan dengan umur, tingkat ilmu

pengetahuna suci, tingkat spiritual atau rohani,

sifat dan perilaku atau moralitas seseorang

semua tingkat atau jenjang kehidupan yang

dipengaruhi oleh proses perkembanganya

sebagai manusia sejak lahir sehingga menjadi

sebutan orang tua dengan tingkatan moral dan

spiritual yang semakin tinggi dan matang ,

dalam

73

SPHATIKA VOLUME X No. 1 2019

kita suci Bhagawadgita menyebutkan

Niyatam kuru karma tvam

Karma jyayo hy akarmanah

Sarra yatrapi ca re

Na prasiddyed akarmanah

Artinya

Lakukanlah pekerjaan yang di berikan

padamu, karana melakukan perbuatan

itu lebih baik sifatnya dari pada tidak

melakukan apa –apa, sebagaian juga utk

memelihara badanmu, tidak akan mungkin

jika engkau tidak kerja

(Bhagawagita III.8.42)

Agama Hindu Memiliki kerangka dasar

yang dapat dipergunakan oleh umat sebagai

landasan untu memahami, mendalami, dan

mengamalkan ajaran ajaran dalam kehidupan

sehari-hari. Kerangka dasar agama Hindu yaitu

: tatwa/lsafat,susila/etika, dan upacara/ritual.

Ketiga unsur kerangka dasar itu merupakan

satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan.

umat Hindu memiliki kewajiban menjadikan

kerangka dasar sebagai pedoman. Dengan

demikina umat dapat mewujudkan hidup dan

kehidupan ini menjadi sejahteran dan bahagia

dan dalam pelaksanaannya manusia hendaknya

selalu mengupayakan perilaku yang baik

dengan sesame umat. Memerlakukan orang lain

dengan baik sesungguhnya adalah sama dengan

memperlakukan diri sendiri (tatwamasi).

Perilaku seperti ini memang patut di upayakan

dan dilestarikan dalam setiap tindakkan kita

sebagai manusia. Setiap manusia hendaknya

selalu berpikir dan bersikap professional

menurut guna dan karm. Inilah cermin dari

sesosok orang yang telah mengamalkan ajaran

catur asrama.

Catur Asrama terdiri atas dua kata yakni

“ Catur”, yang berarti empat dan “Asrama”,

berarti tahapan atau jenjang. Jadi Catur Asrama

artinya empat jenjang kehidupan yang harus

dijalani untuk mencapai moksa. Atau catur

asrama dapat pula diartikan sebagai empat

lapangan atau tingkatan hidup manusia atas

dasar keharmonisan hidup dimana pada tiap-

tiap tingkat kehidupan manusia diwarnai

oleh adanya ciri- ciri tugas kewajiban yang

berbeda antara satu masa (asrama) dengan

masa lainnya, tetapi merupakan kesatuan yang

tak dapat dipisahkan Catur asrama terdiri dari

1. Brahmacari Asrama 2. Grahasta Asrama

3.Wanaprasta Asram 4. Bhisuka Menurut

ajaran agama Hndu, dalam brahmacari asrama,

seseorang dilarang mengumba hawa nafsu sex.

Adapun hubungan antara perilaku seksual dan

brahmacari Asrama sebagai berikut

1. Sukla brahmacari asalah : Orang yang

tidak kawin semasa hidupnya, bukan

karena tidak mampu,melainkan karena

mereka sudah berkeinginan untuk nyukla

brahmacari sampai akhir hayatnya.

2. Sewala brahmacari adalah : Orang yang

menikah sekali dalam masa hidupnya

3. Kresna brahmacari adalah : Pemberian ijin

untuk menikah maksimal 4 kali karena

suatu alasan yang tidak memungkinkan

diberikan oleh sang istri, seperti isang

istri tidak dapat menghasilkan keturunan,

sang istri sakit-sakitan, dan bila istri

sebelumnya memberikan ijin. Dalam

Sebuah rumah tangga harus mendapatkan

artha yang berlandaskan dhrma dan

dipergunakan dengan cara yang pantas.

Ia harus memberikan 1/10 bagian dari

penghasilannya untuk amal. Beberapa

74 SPHATIKA VOLUME X No. 1 2019

kewajiban yang harus dilaksanakan dalam

berumah tangga yaitu :

1). Melanjutkan keturunan.

2). Membina rumah tangga.

3). Bermasyarakat.

4). Melaksanakan upacara panca yadnya

sesuai dengan ajaran agama Hindu :

a. Dewa Yadnya : persembahan

kepada Ida Sang Hyang Widhi

Wasa beserta manifestasinya

b. Rsi Yadnya :persembahan pada

para rsi, maupun guru

c. Manusa Yadnya : persembahan

untuk kesucian lahir batin pada

manusia

d. Pitra Yadnya : persembahan pada

para leluhur dan Bhetara-bhetari

e. Bhuta Yadnya :persembahan

kepada para bhuta.

Dalam masa ini kewajiban kepada keluarga

sudah berkurang, melainkan ia mencari dan

mendalami arti hidup yang sebenarnya,

aspirasi untuk memperoleh kelepasan/ moksa

dipraktekkannya dalam kehidupan sehari- hari.

Adapun ciri-ciri orang yang telah dapat masuki

tahap wanapratha ini adalah: usia yang sudah

lanjut, mempunyai banyak pengalaman hidup,

mampu mengatasi gelombang pahit getirnya

kehidupan, serta mempunyai kebijaksanan

yang dilandasi oleh ajaran agama dan ilmu

pengetahuan. Telah memiliki keturunan atau

generasi lanjutan yang sudah mapan dan mampu

hidup mandiri.serta tidak bergantung lagi pada

orang tua baik dibidang ekonomi maupun

yang lainnya. Sannyasin adalah seoang laki-

laki idaman. Ia telah mecapai kesempurnaan

dan kebebasan. adalah Brahman sendiri.

seoarang jiwanmukta atau seorang bijak yang

bebas. Mulialah tokoh pujaan seperti itu yang

merupakan Tuhan yang hidup di dunia.

II. Inplementasi ajaran catur asrama

dalam kehidupan

Kemajuan yang besar dari kehidupan yang

modern.Kedamaian dan aturan akan berlaku

dalam masyarakat , dan suatu kehidupan yang

murni sederhana serta focus pada mengejar

ilmu pengetahuan dan wujud Inplementasikan

ajaran catur asrama antara lain yaitu :

1. Kepala rumah tangga seharusnya menjalani

kehidupan sebuah grhasta yang ideal, ia

seharusnya melaksanakan pengendalian

diri, welas asih, toleransi, tidak merugikan,

berlaku jujur,dan kewajaran dalam segala

hal. Selain itu, dengan berbekal ilmu

dan keterampilan yang memadai yang

didapat pada masa brahmacari, seseorang

diharapkan mendapat profesi menjanjikan

sesuai dengan keahliannya atau bahkan

mampu menciptakan lapangan pekerjaan

sendiri. Melalui media itu umat dapat

mencari artha dan kama yang didasarkan

atas dharma

2. Pada saat menjalankan kehidupan

wanaprasta, umat sesungguhnya dituntun

untuk mengasingkan diri dari hal-hal yang

berbau keduniawian. Dulu, menjalankan

kehidupan wanaprasta umat pergi ke hutan

untuk menyepikan diri. Tetapi dalam

konteks sekarang, ”hutan belantara” itu

berada di tengah-tengah kita. Agar umat

mampu menghindari diri dari kobaran api

hawa nafsu, yang memang memerlukan

pengendalian diri

75

SPHATIKA VOLUME X No. 1 2019

3. Pada tahapan bhiksuka atau sanyasin,

umat sangat baik mendalami hal-hal yang

bernuasa spiritual untuk mendekatkan diri

dengan Sang Pencipta, dan diharapkan

umat sudah harus mampu mengendalikan

diri dari hawa nafsu dan keinginan duniawi

dan dapat menjauhkan diri dari sifat dan

musuh yang ada dalam diri seperti sad

ripu, sapta timira, sad atatayi, tri mala serta

yang sejenisnya

II. Pembahasan

I. Ajaran Catur Astrama sebagai konsepsi

hidup Dalam kehidupan

Untuk mewujudkan cita – cita Hindu

Dharma mencapai Jagathita dan Moksha,

maka setiap umat Hindu diajarkan untuk

mencapai empat tujuan hidup. Empat tujuan

hidup disebut dengna Catur Astrama yaitu :

Dharma,Artha,Kama, dan Moksa.Empat tujuan

hidup ini hanya dapat dicapai melalui tahapan

– tahapan hidup sesuai dengan pertumbuhan

manusia itu sendiri. Tahapan – tahapan itu di

sebut dengan catur astrama. Catur astrama ini

adalah konsepsi dasar untuk mencapai Empat

tujuan hidup itu. Sebagai konsepsi hidup

Catru Astram juga menjadi landasan konsepsi

penerangan Hindu Dharma. Karena penerangan

Hindu Dharma bertujuan untuk menwujudkan

tujuan hidup manusia.

Catur Asrama berasal dari kata catur yang

artinya empat dan astrama yang artinya “usahan

sesorang” . yang di maksud dengan usahan

seseorang dalam pengertian Catur Astrama

adalah usahan yng mutlak harus dilakukan

oleh seseorang pada tiap - tiap asrama. Bentuk

dan jenis usahan hidup yang harus di lakukan

pada masing – masing astrama sangat berbeda

–beda sesuai dengan unsur Catur Purusaartha

yang ingin di capai setiap astrama. Tiap – tipa

Catur Purusaartha wajib di wujudkan tiap – tiap

astrama. Karena itu penerapan Hindu Dharma

harus menunjang terwujudnya tiap –tipa unsur

dari Catur Purusaartha pada tahapan – tahapan

Catur Astrama itu. Catur Asrtama itu terdiri

dari :

A. Brahmacari Asrama

Brahmacari Astrama yaitu waktu masa

kehidupan berguru untuk mendapatkan

ilmu pengetahuna weda.Weda mengajarkan

pengetahuan untuk memperoleh kebahagian,

materal (jagadhita) dan juga mengajarkan

tentang tujuan hidup kerohanian (moksa).

Dalam masa kehidupan brahmacari ini yang

paling di utamakan atau yang di prioritaskan

adalah Dharma,Artha,Kama, dan Moksa.

Masa kehidupan brahmacari diutamakan

untuk mengetahui kewajiban,kebenaran,dan

kewajiban yang seluruh itu di sebutdharm.

Tatwa dyatmika adalah ilmu pengetahuan

tentang rahasia spiritual untuk meningkatakan

kedewasan rohani dalam mengahadapi

perjalanan hidup. Sedangkan Guru Widya

adalah ilmu pengetahuan yang dapat di pakai

untuk memperoleh berbagai ketrampilan untuk

memdapat pekerjaan dalam memelihara dan

meningktkan utu hidup.Tatwa Adyatmika

adalah berfungsi untuk mengembangkan sifat

sifat baik untuk membangun watak dan karate

yang luhur. Sedangkan Guna Widya adalah

ilmu pengetahuan yang dapat dipakai untuk

memperoleh berbagai ketrampilan untuk

memdapat pekerjaan dalam memelihara dan

meningkatan mutu hidup ini. Tatwa adyatmika

76 SPHATIKA VOLUME X No. 1 2019

adalah berfungsi untuk mengembangkan sifat

sifat baik untuk membangun watak dan

karate yang luhur.sedangkan Guna Widya

berfungsi untuk mengembangkan bakat

bakat pembawaan untuk menjadi ketrampilan

yang prosional. Orang yang prosional serta

memiliki watak yang luhur merupakan sumber

daya manusia yang di harapkan oleh zaman

yang semakin maju.

Dalam naskah bahasa Jawa Kuno yang

bernama Agastia Parwa kita memdapat

keterangan tentang Brahmacari yang lebih

lengkap sebagai berikut :

Brahmacari ngarannya sang sedeng

mangabyasa sanghyang sastra, muang

sang wruh ring tingkahing sanghyang

aksara samangkana kramanya sang

brahmacari ngaranya

Kunang sang sinangguh brahmacari

ring loka ikang tang sanggraheng

wisaya istryadi, yeka brahmacari

ring loka. Kunang ikang brahmacari

waneh sinangguh brahmacari caranam,

paraning atmapradesa sang kesepania,

sang yogiswara sira brahmacari ring

sastrantara ring sastrajna

Artinya

Brahmacari namanya orang sedang

mempelajari ilmu pengetahuan (sastra)

dan yang mengetahui prihal ilmu

huruf (aksara), orang yang demikian

pekerjaannya bernama brahmacari.

Adapun yang dianggap brahmacari di dalam

masyarakat adalah orang yang tidak terikat

nafsu keduniawian, tidak beristri. Sedangkan

brahmacari caranam artinya menuntut ilmu

pengetahuan kerohanian (Atmapradesa). Sang

Yogiswara, beliau brahmacari di dalam berbagai

ilmu (sastrantara), dan di dalam kebijaksanaan

(Sastrajna).

Jadi berdasarkan isi Agastia Parwa ini, yang

dimaksud brahmacari amat luat pengertianya,

yang dapat dirinci sebagai berikut :

1. Orang yang mempelajari ilmu pengetahuan

dan ilmu tentang hidup

2. Orang yang terlepas dari nafsu keduniawian

seperti tidak beristri disebut brahmacari

ring loka

3. Orang yang menuntut ilmu pengetahuan

kerohaniwan di sebut dengan nama

Brahmacari Caranam

4. Sang Yogiswara orang yang ahli dalam

berbagai ilmu pengetahuan (sastrantara)

dan ilmu pengetahuan kebijaksanaan

(sastrajna) disebut brahmacari

Dalam kita Suci Atharwaweda XI.5.1

sebagai berikut :

Brahmacaryena taf asa

Raja rastram vi raksati

Acarya brahmacaryena

Brahmacarinam icchate

Artinya

Seorang raja, dengan sarana menjalankan

berahmacari, bias melindungi bangsanya.

Seorang pendidik (guru pembinbing ) yang

sedang menjalankan brahmacari sendiri

berkeinginan mengajar para siswa yang

saleh

Brahmacari merupakan tingkatkan hidup

yang pertama yang harus di lalui oleh manusia

dalam perjalanan hidupnya. Sejak lahir kedunia

77

SPHATIKA VOLUME X No. 1 2019

manusia sudah mulai belajar tentang apa yang

boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh di

lakukan, dipikirkan dan dilakukan semakin

bertambah umur seorang semakin banyak yang

harus di pelajari.

II. Dalam perjelasan sloka pertama dari

naskah slokantara disebut ada tiga

macam Brahmacari Asrama yaitu :

1. Sukla Brahmacari Asrama : orang yang

tidak kawin seumur hidupnya bukan

karana cacat badan seperti : wangdu,

bahkan tidak pernah membicarakan

tentang perkawinan sampai di hari

tuanya

2. Sewala Brahmacari Asrama : orang

yang kawin hanya sekali saja

meskipun tinggal mati oleh istrinya

3. Krsna Brahmacari Asrama : orang

yang kawin lebih dari sekali dan

paling banyak empat kali

Menurut Prof. Dr. Y. Gonda dalam bukunya

Sanskrit In Indonesia, membagi Brahmacari

Asrama menjadi empat : Sukala Brahmacari

Asrama , Trsna Brahmacari Asrama, Sewala

Brahmacari Asrama , dan Grhasta Brahmacari

Asrama.

Dalam lontar Wrtisesana, pembagian

Brahmacari Asrama sama dengan Slokantara

Cuma sedikit ada perbedaan pengertian

mengenai Sewala Brahmacari Asrama dan

Trsna Brahmacari Asrama . Dalam lontar

Wrtisesasna yang di maksud dengan Sewala

Brahmacari Asrama adalah tidak kawin selama

menuntut ilmu. Akan tetapi setalah masa

berumah tangga tiba, maka ia kawin untuk

memdapatkan keturunan dan juga tahu tentang

puja – puja sanggama, tentang waktu dan

tempat untuk itu. Dan mengetahui pula siapa

– siapa yang patut di kawini untuk memdapat

keturuan yang baik. Dari penjelasan naskah

tersebut diatas, meskipun ada sedikit perbedaan

penjelasan, namun hakekat Brahmacari Asrama

adalah suatu usahan untuk memdapat ilmu

pengetahuan suci dalam melanjutkan hidup

termasuk dalam perkawinan. Ini berati sungguh

sulit mendapatkan kebahagiaan hidup berumah

tangga tanpa di topang oleh ilmu pengetahuan

yang memadai.

B. Grhasta Asrama

Grhasta Brahmacari hidup berumah tangga,

bersuami istri. Pada masa kehidupan Grahasta

tujua hidup diproritaskan untuk mendapatkan

artha dan memenuhi kama. Oleh karana itu

suatu rumah tangga belum dapat di dirikan

kalau belum siap dengan sumber artha berupa

pekerjaan yang tetap yang memberi hasil yang

memadai untuk memjalankan rumah tangga.

Demikian dengan kama yang mendorong hidup

seperti : nafsu haus, lapar dan seks. Tiga dorong

hidup itu harus terpenuhi dengan berlandasan

dharma. Kama adalah salah satu media untuk

memdapatkan kebahagiaan dan jangan sampai

kama itu memperalat manusia (sang diri). Sang

diri harus mampu membatasi kama. Manusia

tanpa kama tidak akan menikmati kehidupan

yang sejati dari hidup di dunia ini. Akan tetapi

kalau kama tanpa batas dan tidak kendali, maka

keindahan dunia ini akan berbalik menjadi

sumber kehancuran . demikianlah hidup dalam

Grhasta Astrama harus berlandasan dharma.

Grhasta Asrama tanpa berlandasan dharma

akan mengakibatkan artha dan kama yang

merupakan prioritas utama dalam Grhasta

78 SPHATIKA VOLUME X No. 1 2019

Asrama menjadi sumber kehancuran Grhasta

Asrama itu sendiri Di dalam Agastia Parwa

di jelaskan tentang Grahasta Asrama sebagai

berikut :

Grhasta ta sira mastri pwa sira, manak

madrewya

Hulu, ityewawadi, mangunake kayeka-

dharma yat hasakti

Artinya

Grhasta –lah beliau, mempunyai anak,

memiliki abdi, memupuk kebajikan yang

berhubungan dengan pembinaan diri

pribadi, (kayikadharma) dengan kekuatan

yang kehidupan

C. Wanaprastha Asrama

Wanaprastha Asrama berasal dari kata

bahasa sansekerta. Terdiri terdiri dari kata

wana yang artinya pohon katu atau semak

belukar dan prastha yang artinya berjalan/

berdoa dengan baik. Wanaprastha yang di

maksudkan berada dalam hutam, mengasihkan

diri dalam arti menjauhi dunia ramai secara

peelahan – lahan untuk melepaskan diri dari

ikatan duniawi wanaprastha adalah jenjang

kehidupan untuk mencari ketenangan batin, dan

mulai melepaskan diri dari kerikatan terhadap

kemewahan duniawi

Masa ini adalah masa peralihan antara

kehidupan yang masih bersifat dunia yang

penuh tanggung jawab dan keterikatan pada

keluarga secara berlahan hidup menuju sebuah

pengasingan diri terhadap ikatan tersebut hingga

yang tersisa adalah hubungan antara diri sendiri

dengan tuhan dan tidak ada lagi hubungan yang

lain yang dikenal sebagai Sanyyasin Asrama

atau Bhisuka Asrama. Wanaprastha Asrama

tidak tidaklah diartikan sebagai meninggalkan

rumah lalu pergi menyepi kehutan untuk

bertapa, tetapi Wanaprastha dimaknai sebagai

hidup yang hening dan suci. Sedikit demi

sedikit melepaskan diri dari ikatan keduniawian

dan menguatkan pengendalian diri berdasarkan

Ajaran Agama Hindu yang di peroleh pada

masa Brahmacari Asrama kini dilaksanakan

pada kehidupan sehari hari – hari dan lebih

mengarah pada bidang spiritual.

Orang yang melaksanakan wanaprastha

disebut wanaprasthin hendaknya selalu menjaga

kesucian dan kesehatan jasmani/ rohani,

banyak melakukan pekerjaan mulia, bijaksana,

bersahabat, berbicara manis dan menyenangkan,

melakukan sedhana, melaksanakan latian

kerohanian (yoga) melakukan berbagai “vrata”

atau pengekang diri dari seks, belajar dan

bergaul pada orang suci (sulinggih), sering me-

dharma yatra. Adapun manfaat menjalankan

hidup Wanaprastha adalah

a. Untuk mencapai ketengan rohani

b. Memanfaatkan rasa kehidupan di dunia

untuk mengabdi dan berbuat amal

kebijkan kepada masyarakat umum

c. Melepaskan segala kerikatan terhadap

duniawi

Masa yang paling baik dalam menjalankan

wanaprastha adalah setelah berusia kurang

lebih 60 tahun keatas

D. Bhisuka Asrama

Kata bhisuka berasal dari kata bhiksu

sebutan untuk pendeta Bhuda. Bhiksu berati

79

SPHATIKA VOLUME X No. 1 2019

meminta-minta. Bhisuka adalah tingkat

kehidupan yang lepas dari ikatan duniawian dan

hanya mengabdikan diri kepada Hyang Widhi

dengan jalan menyebarkan ajaran – ajaran

kesusilaan. Bagi yang yang telah menjalankan

hidup bhisuka telah mampu menunduhkan

musuh – musuh yang ada pada dirinya, seperti

: Sad Ripu, Sapta Timire, Sad Atatayi, dan Tri

Mala

Adapun bagianya dari Sad Ripu adalah

enam musuh yang ada dalam diri manusia yaitu

: a. Kama yautu : hawa nafsu, b.Lobha yaitu

: tamak, c.Krodha yaitu : kemarahan, d.Moha

yaitu : kebingunan, e.Mada yaitu : kemabukkan,

f. Matsarya yaitu : iri hati.

Adapun bagianya dari Sapta Timira tujuh

hal yang menyebabkan pikiran manusia menjadi

gelap yaitu : a. Surupa yaitu : kecantikan /

krbahahian, b. Dana yaru : kekayaan, c. Guna

yaitu : kepandaian, d. Kulina yaitu : keturunan,

e. Yowana yaitu : masa muda, f. Sura yaitu :

minuman keras, g. Kasuran yaitu : keberanian

Adapun bagianya dari Sad Atatayi adalah :

enam macam pembunuh kejam yaitu :a. Agnida

yaitu : membakar milik orang lain, b. Wisada

yaitu : meracun, c. Atharwa yaitu : melakukan

ilmu hitam, d. Sastraghna yaitu : mengamuk, e.

Dratikrama yaitu : memperkosa, f. Raja pisuna

yaitu memnah

Adapun bagianya dari Tri Mala adalah

tiga perbuatan kotor yaitu : a. Kasmala yaitu

: perbuatan hina dan kotor, b. Mada yaitu :

perkataan, pembicaraan yang hina dan kotor, c.

Moha yaitu : pikiran perasaan yang curang dan

angkuh

III. Dalam ajaran Agastia Parwa di jelaskan

tentang wanaprastha dan Bhisuka

sebagai berikut

Wanaprastha ta sire, mur saking grama

mwang, mungwing suci desa, makadi

mukir, magawe patapan, sthananira

gumawayaken panca karma mwangi wisaya

mwang mangdesanaken dharma, huwus

pwa sira wanaprastha, bhiksuka ta sira,

mur saking patapan ira, nisparigraha,tan

pangku patapan, tan pangaku sisya,tan

pangku pangruh, padaya tininggalaken ira

Artinya

Wanaprastha-lah beliau. Pergi dari desa

dan menetap ditempat yang bersih suci

terutama di gunung. Mendirikan bertapaan

sebagai tempatnya melakukan panca karma

dan mengurangi nafsu keduniawian serta

mengajarkan ajaran kerohanian. Setelah

beliau mengajarkan ajaran kerohanian.

Setelah beliau melakukan wanaprastha,

bhiksuka-lah beliau, pergi dari pertapaanya.

Tiada terikat,tidak mengaku memiliki

pertapaan,tidak merasa punya murid,

tidak merasa berpengetahuan, semua itu di

tinggalkan oleh beliau

Demikian Catur Asrma merupakn empat

tingkat hidup yang bersifat formal dan tidak

kaku dalam penerapanya dalam hidupan

sehari –hari. Dalam hal ini hubungan antara

Catur purusaartha atau Catur Warga adalah

empat tujuan hidup yang berjalin erat dan

saling tunjang menunjang satu dengan yang

lainnya tak dapat dipisahkan satu dengan yang

lainnya. Dharma adalah dasar untuk mendapat

artha,kama dan moksa. Tetapi sebaliknya

80 SPHATIKA VOLUME X No. 1 2019

tanpa artha,kama dan moksa. Dharma-pun

tidak dapat di jalankan dengan sempurna.

Tidak ada swardarma, (kewajiban) atau

kebenaran yang dapat dilaksanakan dengan

sempurna tanpa arta,dan kama. Misalnya :

menuntut ilmu ataupun berdana punia adalah

perbuatan dharama tetapi kesemua itu baru

dapat dilaksanakan kalau ada arta dan kama.

(keinginan atau semangat) demikian pula moksa

beraal dari bahasa sankeserta dari urat kata.

Much artinya bebas tanpa ikatan kebebasan

tersebut adalah merupakan kenyataan yang

setiap saatdi perjuangkan oleh manusia. Untuk

memdapatkan kebebasan yang paling ideal,

membutuhkan perjuangan yang sungguh –

sungguh dan bertahap.

Dalam Grhasta Asrama seorang kepala

rumah tangga yang baik tentunya memiliki

perencanaan dalam meminpin rumah tangga,

itu wajib dilakukan seorang kepala rumah

tangga dengan keyakinan dan kesungguhan.

Kewajiban Grhasta Asrama merupakn ikatan

suci (dharma). Moksa atau kebebasan dari

ikatan merupakn kenyataan hidup yang harus

di perjuangan secara bertahap, dengan pasti

dan penuh keyakinan. Kalau ikatan demi ikatan

dalam hidup ini dapat dilepaskan satu demi satu

secara bertahap maka kebebasn yang paling

ideal berupa moksa akan dapat tercapai. Untuk

itu kebebasan suatu kebutuhan nyata bagi

manusia untuk diraih secara bertahap sehingga

mencapai puncaknya inilah kebebasan yang di

sebut dengan moksa.

Dalam Catur Purusaartha atau Catur

Warga merupakan tujuan hidup setiap umat

Hindu. Maka Catur Arama adalah konsepsi

hidup untuk mencapai tujuan hidup. Jadi Catur

Purusaartha dan Catur Asrama ini adalah

landasan konsepsional dari hubungan sosiologis

antara manusia dengan manusia, mendapatkan

kesejahteran sik material (jagadhita) dan

sejahteran moral spiritual (moksa)

III. Penutup

Untuk mewujudkan cita –cita Hindu

Dharma mencapai jagadhita dan moksa, maka

setiap umat Hindu dalam Catur Asrama dapat

pula diartikan empat tingkatan hidup manusia

atas dasar keharmonisan dimana tiap-tiap

tingkat kehidupan manusia di warnai oleh

adanya ciri ciri tugas dan kewajiban yang

berbeda antara satu masa (asrama ) dengan

masa lainya, tetapi merupakan kesatuan yang

tidak dapat di pisahkan

Ciri –ciri orang Brahmacari Asrama

yaitu : a.Orang yang sedang mengikuti ilmu

pengetahuan, b.Orang terlepas dari nafsu

keduniawian,c. Orang yang menuntut ilmu

pengetahuan kerohanian di sebut dengan nama

brahmacari

Ciri ciri Grahasta Asrama yaitu a. Pada

tingkat ini banyak dilakukan kunjungan seperti

: dharma yatra,tirta yatra ketempat suci di mana

seluruh sisa hidup hanya diserahkan pada sang

pencipta untuk mencapai oksa

Ciri- ciri orang Wanaprasta Asrama yaitu

:a.Untuk mencapai ketenangan rohani, dan

lsafatnya adalah : orang menang tidak pernah

mengalahkan dan orang kaya karana tidak

pernah miskin, b. Manfaat sisa hidup untuk

mengabdi kepada masyarakat. c. Melepaskan

segala keterikatan duniawian

Ciri –ciri orang Bhisuka Asrama yaitu :

a.Selalu melakukan tingkah laku yang baik dan

bijaksana, b. Selalu memancarkan sifat sifat

81

SPHATIKA VOLUME X No. 1 2019

yang menyebabkan orang lain bahagia, c. Dapat

menunduk musuh – musuhnya seteri : sadripu,

kama/nafsu, loba/tamak/rakus, kroda/marah,

moha/bingung, mada/mabuk, dan matsyarya/

iri hati. d.Menurut kita suci nitisastra masa

wanaprastha umur kurang lebih 50-60 tahun

Dari uraian di atas bahwa ajaran catur

asrama dan catur purusaartha sangat berkaitan

dan sangat baik jika di gunakan sebagai

pedoman dalam melaksanakan kegiatan

di masa hidup ini. Ajaran Catur Asrama

yakni bramacari, grhasta, wanaprastha dan

bhisuka merupakan fase kehidupan dan Catur

Purusaarta yakni : dharma,artha,kama dan

moksa merupakan tujuan dari kehiduapn

ini. Pada masa brahmacari seorang penuntut

ilmu gunanya untuk memperoleh pekerjaan

(dharma,dan artha) .pada masa grahasta atau

berumah tangga seseorang akan mencari

kekayaan untuk memenuhi keinginanya (kama)

yang berlandasan kebenaran atau dengan

cara – cara yang baik (dharma). Pada masa

wanaprastha seorang mulai sedikit demi sedikit

mengurangi keinginan atau hawa nafsu (kama)

dan mulai mencari ketenangan guna mencapai

kelepasan (moksa) dan tidak lagi terikat dengan

hal - hal yang bersifat keduniawian

DAFTAR PUSTAKA

Sudharta Tjok.2003. slokantara untaian ajaran

etika. Paramita.surabaya.

Wiana ketut. 1997.Cara belajar agama hindu

yang baik. Pustaka bali post.Denpasar

Pudja,Gede. 2005. Bhegawadgita, Pancama

weda. Paramita Surabaya.

Pendit Nyoman.1993. Aspek – aspek Agama

Hindu.pustika manik geni. Jakarta

Triguna yuda.2000. kontribusi hindu terhadap

ilmu pengetahuan dan peradaban.Widya

dharma.denpasar