Jelaskan langkah langkah apa saja yang dilakukan oleh Rasulullah

Sejak tiba di Madinah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung memikul tugas berat memperbaiki dan membangun masyarakat Islam dan daulah Islam yang selanjutnya akan mewarisi dua daulah besar; Persia dan Romawi.

Langkah-Langkah Rasulullah Membangun Masyarakat Islam

Lima langkah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diterapkan untuk membangun benih peradaban baru pembentukan masyarakat Islam di Madinah antara lain:

PERTAMA: MENDIRIKAN MASJID

Langkah pertama dalam perbaikan dan pembangunan masyarakat Islam di Madinah adalah mendirikan masjid dan beberapa ruang untuk tempat tinggal keluarga beliau.

Melalui masjid inilah yang akhirnya dijadikan sebagai basis dan pusat kendali seluruh aktivitas masyarakat Islam di Madinah. Sehingga, masjid menjadi icon persatuan masyarakat Islam hingga sekarang.

KEDUA: MENDATANGKAN DUA KELUARGA

Langkah berikutnya adalah mendatangkan dua keluarga mulia; keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keluarga Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan beberapa sahabat lain yang memungkinkan, untuk dihijrahkan dari Mekah ke Madinah. Di antaranya, Zaid bin Haritsah serta keluarganya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Ia mengirim seseorang untuk mencari keluarganya untuk dibawa ke Madinah. Begitu seterusnya hingga hampir seluruh umat Islam Mekah dipindahkan ke Madinah.

Baca juga: Rencana Ilahi di Balik Proses Perjuangan Rasulullah dalam Mempersiapkan Kemenangan Islam

KETIGA: MEMBANGUN KOMUNIKASI

Menjalin komunikasi dengan kaum Yahudi melalui orang yang ditokohkan oleh mereka dan mendakwahi mereka untuk masuk Islam. Saat itu yang didekati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Abdullah bin Salam. Ia adalah seorang pendeta yang terhormat di kalangan Yahudi Madinah.

Saat beliau tiba di Madinah, Abdullah bin Salam datang untuk menguji kebenaran nubuwah dan risalah yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ia mengajukan sejumlah pertanyaan. Ia berkata, “Aku akan menanyakan tiga hal kepadamu. Tidak ada yang mengetahui jawabannya selain Nabi. Apa tanda-tanda pertama Kiamat? Apa makanan pertama yang dimakan para penghuni surga? Kenapa anak mirip dengan ayah atau ibunya?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu membeberkan jawaban yang barusan dikabarkan oleh malaikat Jibril. “Tanda pertama kiamat adalah api yang keluar dari timur, menghalau manusia menuju barat. Makanan pertama yang dimakan penghuni Surga adalah tambahan hati ikan Paus. Adapun anak, jika air mani lelaki mendahului air mani perempuan, anak mirip ayahnya. Jika air mani perempuan mendahului air mani laki-laki, anak mirip ibunya.”

Mendengar jawaban tersebut, saat itu juga Abdullah bin Salam mengucapkan dua kalimat syahadat.

Saat Abdullah bin Salam masuk Islam dan keislamannya mulai membaik, kesempatan terbuka lebar untuk menjalin komunikasi lebih lanjut dengan orang-orang Yahudi dan mengajak mereka untuk masuk Islam.

KEEMPAT: MEMBUAT PERJANJIAN

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat perjanjian untuk kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang memuat perjanjian dengan kalangan Yahudi di Madinah.

Isi perjanjian itu beliau buat sedetail mungkin dan memuat kebijakan-kebijakan yang mengarah pada pemeliharaan stabilitas posisi masyarakat Islam di Madinah saat itu.

Baca juga: Kemunduran Turki Utsmani Dipicu Oleh Beberapa Faktor Ini

Melalui perjanjian tersebut pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusaha untuk menyatukan seluruh elemen penduduk Madinah yang terdiri dari kalangan Muhajirin-Anshar dan tetangga mereka dari kalangan Yahudi.

Dengan perjanjian tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengikat mereka semua dan menjadikan mereka satu kelompok yang mampu menghadapi siapapun yang berniat jahat terhadap mereka.

KELIMA: MEMPERSAUDARAKAN ANTAR GOLONGAN

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar dengan ikatan yang lebih kuat lagi. Generasi dari kalangan Muhajirin dinikahkan dengan generasi dari kalangan Anshar.

Di mana saat itu kalangan Muhajirin berada dalam situasi yang sangat memerlukan bantuan untuk meringankan segala beban hidup di tempat yang asing, dengan kondisi ekonomi yang masih lemah, dan pengaruh psikologis lantaran berpisah dengan keluarga besar mereka di Mekah.

Langkah ini merupakan bentuk sikap yang lurus, kesempurnaan nubuwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kematangan politik beliau, dan kebijaksanaan yang dapat diterima semua kalangan.

Walhasil, melalui konsep persaudaraan seperti itu masyarakat Islam Madinah saling menyatu dan menjadi satu tubuh untuk sama-sama memikul beban yang ditanggung.

Baca juga: Pembaruan Ajaran Agama di Era Jahiliyah

Ketika persatuan mereka tumbuh baik dan kokoh, itu artinya mereka juga akan siap untuk memikul beban pengumuman perang melawan seluruh umat yang berseberangan dengan Islam, memerangi orang yang dekat ataupun yang jauh dari kalangan musyrikin dan kafir. Allah ‘azza wa jalla berfirman,

وَقَٰتِلُوهُمۡ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتۡنَةٞ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ كُلُّهُۥ لِلَّهِۚ فَإِنِ ٱنتَهَوۡاْ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِمَا يَعۡمَلُونَ بَصِيرٞ

“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Anfal: 39)

(Disadur dari kitab Hadzal Habib Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ya muhib, Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, 174-181) wallahu a’lam [Shodiq/dakwah.id]

Artikel Sejarah terbaru:

  • 3 Strategi Ulama Nusantara dalam Menghadapi Penjajah
  • Menjadi Raja Najasyi: Raja Habasyah yang Teliti Informasi
  • Ibnu Fadhlan, Penjelajah Hebat di Masa Kejayaan Daulah ‘Abbasiyah
  • Manzhumah Abu Ishaq Al-Ilbiriy: Syair Penggugah Nafas Juang, Akhlak, dan Ilmu
  • Wafatnya Sultan Al-Fatih dan Bahaya Interpretasi Orientalisme

Topik Terkait

Adapun langkah-langkah Nabi Muhammad saw. ketika tiba di Madinah adalah sebagai berikut:

1. Membangun Masjid

Langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad saw. setibanya di Madinah adalah membangun masjid. Masjid pertama dibangunnya di Quba pada sebuah tanah milik kedua anak yatim, yaitu Sahl dan Suhail. Tanah tersebut dibeli oleh Nabi selain untuk pembangunan masjid, juga untuk tempat tinggal. Masjid inilah yang dikenal kemudian dengan namaMasjid Nabawi.

Masjid yang dibangun tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat melaksanakan ibadah sholat, juga dipergunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran keagamaan, mengadili berbagai perkara yang muncul di masyarakat, musyawarah, pertemuan-pertemuan dan lain sebagainya. Dengan demikian, masjid juga berfungsi sebagai pusat kegiatan politik dan pemerintahan saat itu.

Dengan dibangunnya masjid ini, umat Islam tidak merasa takut lagi untuk melaksanakan sholat dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. Mereka tidak takut lagi dikejar-kejar oleh orang-orang musyrik dan orang-orang yang tidak suka terhadap Islam. Sejak saat itulah pelaksanaan sholat telah terumuskan dengan baik dan sempurna. Panggilan untuk melaksanakan sholat juga telah dikumandangkan. Orang yang pertama kali mengumandangkan panggilan sholat atau azan adalah Bilal bin Rabah. Dia diberi kepercayaan untuk melaksanakan azan karena memiliki suara yang sangat bagus dan merdu. Dari hari ke hari masjid Madinah menjadi ramai karena terus didatangi oleh para jamaah yang akan melaksanakan sholat berjamaah bersama Nabi Muhammad saw.

Berdirinya masjid tersebut bukan saja merupakan tonggak berdirinya masyarakat Islam, juga merupakan titik awal pembangunan kota. Jalan-jalan raya di sekitar masjid dengan sendirinya tertata rapi, sehingga lama-kelamaan tempat itu menjadi pusat kota dan pusat perdagangan serta pemukiman. Nabi Muhammad saw. sendiri sangat besar perhatiannya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan sarana jalan dan jembatan. Beliau bersama-sama umat Islam membangun jembatan-jembatan yang menghubungkan antara satu lembah dengan lembah yang lain sehingga masyarakat setempat dapat berhubungan dengan masyarakat lainnya.

Ramainya pembangunan di kota Madinah menyebabkan masyarakat yang berasal dari wilayah lain berdatangan ke kota baru ini, baik untuk tujuan perdagangan maupun tujuan-tujuan lainnya. Hal ini menyebabkan Madinah menjadi kota terbesar di jazirah Arabia.

2. Menciptakan Persaudaraan Baru

Sejak kedatangan Nabi Muhammad saw. di Madinah, beliau selalu melakukan langkah-langkah positif demi perbaikan kehidupan masyarakat muslim Madinah khususnya dan masyarakat non muslim pada umumnya sehingga tercipta suasana aman dan damai. Langkah konkret lain yang dilakukan Nabi Muhammad saw. adalah menciptakan persaudaraan baru antara kaum muslimin yang berasal dari Mekkah (kaum Muhajirin) dengan umat Islam Madinah (kaum Anshar). Langkah tersebut dilakukan untuk memperkuat barisan umat Islam di kota Madinah.

Untuk mencapai maksud tersebut, Nabi Muhammad saw. mengajak kaum muslimin supaya masing-masing bersaudara demi Allah. Nabi Muhammad saw. sendiri bersaudara dengan Ali ibnu Abi Thalib, Hamzah ibnu Abdul Mutholib bersaudara dengan Zaid, Abu Bakar bersaudara dengan Kharijah ibnu Zaid, Umar ibnu Khattab dengan 'Ithbah ibnu Malik al-Khazraji dan Ja'far ibnu Abi Thalib dengan Mu'adz ibnu Jabal. Muhajirin lainnya dipersaudarakan dengan kaum Anshar yang lain.

Dengan persaudaraan ini, Rasulullah telah menciptakan suatu persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama yang menggantikan persaudaraan yang berdasarkan darah. Dalam persaudaraan seperti ini, kaum Anshar memperlihatkan sikap sopan dan ramah dengan saudara mereka kaum Muhajirin. Kaum Anshar turut merasakan kepedihan dan penderitaan yang dialami saudara-saudara mereka dari kota Mekkah tersebut, karena mereka datang ke Madinah tanpa membawa harta kekayaan, sanak saudara, dan sebagainya. Sehingga mereka benar-benar menderita dan memerlukan pertolongan.

Sejak terciptanya tali persaudaraan di antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, suasana semakin damai dan aman karena kaum Muhajirin kemudian banyak yang telah melakukan kegiatan perdagangan dan pertanian. Di antaranya adalah Abdurrahman bin 'Auf menjadi pedagang dan Abu Bakar, Umar, dan Ali menjadi petani. Nabi selalu menganjurkan kepada umat Islam untuk bekerja keras dalam mencari nafkah yang halal demi kehidupan mereka di Madinah.

Jelaskan langkah langkah apa saja yang dilakukan oleh Rasulullah
Illustration from image Google

3. Perjanjian Dengan Masyarakat Yahudi Madinah

Langkah selanjutnya yang dilakukan Nabi Muhammad saw. adalah bermusyawarah dengan para sahabat, baik Muhajirin maupun Anshar unuk merumuskan pokok-pokok pemikiran yang akan dijadikan undang-undang. Rancangan ini memuat aturan yang berkenaan dengan orang-orang Muhajirin, Anshar, dan masyarakat Yahudi yang sedia hidup berdampingan secara damai dengan umat Islam. Undang-undang ini kemudian dikenal sebagai sebuah Piagam Madinah yang ditulis pada tahun 623 M atau tahun ke-2 H.

Di antara butir-butir perjanjian itu adalah sebagai berikut:

  1. Kaum Muslimin dan kaum Yahudi hidup secara damai, bebas memeluk dan menjalankan ajaran agamanya masing-masing.
  2. Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka mereka wajib membantu pihak yang diserang.
  3. Kaum Muslimin dan Yahudi wajib saling menolong dalam melaksanakan kewajiban untuk kepentingan bersama.
  4. Muhammad Rasulullah adalah pemimpin umum untuk seluruh penduduk Madinah. Bila terjadi perselisihan di antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi, maka penyelesaiannya dikembalikan kepada keadilan Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin tertinggi di Madinah.

Dengan diserahkannya semua perselisihan yang tidak terselesaikan secara musyawarah akan diserahkan kepada Nabi Muhammad saw., berarti masyarakat yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw. di Madinah sudah dapat dikatakan sebagai sebuah negara, yaitu negara Madinah. Di negara baru ini Nabi Muhammad saw. diangkat secara aklamasi sebagai kepala negara dan diberikan otoritas untuk memimpin dan melaksanakan ketatanegaraan yang telah disepakati bersama.

Piagam Madinah yang telah disepakati bersama itu menjadi titik tolak pembentukan negara yang demokratis, karena di dalam perjanjian tersebut terdapat poin-poin yang memberikan kebebasan kepada para penduduknya, termasuk penduduk yang bukan muslim untuk menjalankan perintah agamanya tanpa mendapat gangguan apapun.

Akan tetapi dalam perkembangan berikutnya, ternyata piagam tersebut tidak dilaksanakan dengan baik oleh orang-orang Yahudi, bahkan mereka melanggar perundang-undangan yang telah disepakati tersebut. Dengan demikian, maka piagam Madinah tidak dapat dilaksanakan dan hanya berlaku beberapa waktu saja.