Sebutkan perilaku yang dapat mencegah terjadinya konflik sara di masyarakat indonesia yang beragama

Konflik SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) telah meluas di Indonesia. Ada bentrokan, pembunuhan, perampokan, pencurian, kecemburuan sosial, dan sebagainya. Kita tentunya tidak menginginkan ketegangan dan perpecahan ini terus terjadi selamanya bukan?

Hal –hal yang perlu kita lakukan sebagai upaya mengatasi konflik SARA di Indonesia:

1. Berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa

Doa pada Tuhan sangat penting dalam kehidupan orang beriman. Melihat dari sila pertama Pancasila saja sudah menyiratkan akan betapa berharganya campur tangan Tuhan dalam hidup manusia. 

Untuk dapat mengatasi konflik SARA yang semakin pelik ini, kita harus mengandalkan Tuhan dengan memohon kekuatan dari Nya untuk dapat mengatasi konflik SARA dan mengendalikan diri. 

Kita harus bersyukur pada Tuhan yang telah menciptakan kita pada suku, agama, ras, dan golongan tertentu. Seringkali ada orang yang menyalah-nyalahkan Tuhan atas penempatan dirinya di sebuah keluarga dengan suku tertentu yang sangat berbeda dan kurang dapat diterima oleh masyarakat setempat. 

Ini sungguh hal yang tidak masuk akal dan memilukan. Pencipta memiliki kedaulatan penuh atas hidup ciptaan Nya. Kayu tidak tahu kenapa dia harus menjalani proses yang penjang dan menyakitkan untuk dapat berubah wujud menjadi kursi, kursi lebih indah ketika diolah oleh tukang kayu. 

Satu hal yang harus kita ingat: di manapun kita ditempatkan oleh Tuhan, kita harus selalu bersyukur atas hidup kita dan memuliakan nama Tuhan selamanya.

2. Mengendalikan emosi

Ketika kita mendengar orang menghina kita atau sesuatu yang berhubungan erat dengan kita, seringkali kita merasa tersinggung. Oleh sebab itu, kita harus berusaha mengendalikan emosi. 

Jangan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, namun dengan kebaikan. Pada waktu diejek, jangan mengutuk, memukul, menampar, menonjok, mengeluarkan kata-kata kotor, dan sebagainya. 


Sebutkan perilaku yang dapat mencegah terjadinya konflik sara di masyarakat indonesia yang beragama

Lihat Sosbud Selengkapnya

Konflik SARA [suku, agama, ras, dan antar golongan] telah meluas di Indonesia. Ada bentrokan, pembunuhan, perampokan, pencurian, kecemburuan sosial, dan sebagainya. Kita tentunya tidak menginginkan ketegangan dan perpecahan ini terus terjadi selamanya bukan?

Hal –hal yang perlu kita lakukan sebagai upaya mengatasi konflik SARA di Indonesia:

1. Berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa

Doa pada Tuhan sangat penting dalam kehidupan orang beriman. Melihat dari sila pertama Pancasila saja sudah menyiratkan akan betapa berharganya campur tangan Tuhan dalam hidup manusia. 

Untuk dapat mengatasi konflik SARA yang semakin pelik ini, kita harus mengandalkan Tuhan dengan memohon kekuatan dari Nya untuk dapat mengatasi konflik SARA dan mengendalikan diri. 

Kita harus bersyukur pada Tuhan yang telah menciptakan kita pada suku, agama, ras, dan golongan tertentu. Seringkali ada orang yang menyalah-nyalahkan Tuhan atas penempatan dirinya di sebuah keluarga dengan suku tertentu yang sangat berbeda dan kurang dapat diterima oleh masyarakat setempat. 

Ini sungguh hal yang tidak masuk akal dan memilukan. Pencipta memiliki kedaulatan penuh atas hidup ciptaan Nya. Kayu tidak tahu kenapa dia harus menjalani proses yang penjang dan menyakitkan untuk dapat berubah wujud menjadi kursi, kursi lebih indah ketika diolah oleh tukang kayu. 

Satu hal yang harus kita ingat: di manapun kita ditempatkan oleh Tuhan, kita harus selalu bersyukur atas hidup kita dan memuliakan nama Tuhan selamanya.

2. Mengendalikan emosi

Ketika kita mendengar orang menghina kita atau sesuatu yang berhubungan erat dengan kita, seringkali kita merasa tersinggung. Oleh sebab itu, kita harus berusaha mengendalikan emosi. 

Jangan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, namun dengan kebaikan. Pada waktu diejek, jangan mengutuk, memukul, menampar, menonjok, mengeluarkan kata-kata kotor, dan sebagainya. 


Lihat Sosbud Selengkapnya

tirto.id - Keberagaman merupakan identitas dan aset bagi bangsa Indonesia jika diolah dengan baik. Subjek identitas sangat kompleks karena mencakup totalitas pengalaman sosial, yang sebagian besar dipengaruhi oleh sejarah. Apa yang membentuk identitas suatu kelompok tidak selalu mudah untuk ditentukan, mengingat perbedaan dalam cara individu disosialisasikan selama hidup mereka, seperti sebagai anggota keluarga, klan, lingkungan, desa, kotamadya, profesi, kelompok kepentingan sosial atau organisasi transnasional yang berbeda. Jadi, meskipun konsep tersebut dapat memberikan gambaran tentang keseragaman sosial, identitas selalu menjadi isu yang diperebutkan karena individu-individu yang diasumsikan memiliki nilai-nilai yang terstruktur secara hierarkis atau fungsional.
Ketika individu membangkitkan identitas, mereka kurang peduli dengan totalitas nilai-nilai sosial di sekitar mereka.

Nilai-nilai inti tersebut sering didasarkan pada agama, bahasa, ras, warna kulit atau budaya. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa masalah identitas selalu berhubungan dengan emosi suatu individu, demikian menurut Yusuf Bangura dalam the search for identity: ethnicity, religion and political violence

Keberagaman dan perbedaan seperti inilah yang tak jarang menimbulkan dampak negatif yang dipicu oleh konflik bernuansa SARA [Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan].

Konflik SARA biasanya terjadi akibat dari ketimpangan pembangunan, ketidakadilan, kesenjangan sosial ekonomi, serta ketidakterkendalian dinamika kehidupan politik.

Konflik bernuansa SARA menurut Lewis Coser termasuk ke dalam konflik nonrealistis, ini karena konflik terjadi tidak berhubungan dengan isu subsubtansi penyebab konflik. Konflik seperti ini dipicu oleh kebencian dan prasangka buruk terhadap lawan.

Konflik yang berlarut-larut dapat menjadi malapetaka, tak jarang akan berujung kekerasan dan kerusuhan. Maka dari itu adalah penting untuk melakukan tidakan sebagai upaya pencegahan.

Infografik SC Konflik SARA. tirto.id/Quita


Upaya Pencegahan Konflik SARA

Upaya pencegahan konflik bersifat SARA dapat dilakukan secara preventif, represif, dan kuratif, berikut dikutip dari Buku Pendidikan Pacasila dan Kewarganegaraan Kelas IX oleh Kementerian Pendidikan dan Kewarganegaraan pada tahun 2018.

Preventif

Cara preventif merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah konflik SARA terjadi, ini dilakukan sebelum timbulnya konflik. Cara preventif konflik SARA dapat dilakukan dengan mengembangkan dan memupuk sikap toleransi, kerja sama, gotong royong, saling menghargai, dan menghormati. Terpenting adalah melihat perbedaan sebagai hal yang positif ketimbang melihatnya sebagai ancaman.

Represif

Cara represif merupakan upaya yang dilakukan untuk menghentikan konflik yang telah terjadi. Cara ini bisa berupa pembubaran paksa, penangkapan, dan sebagainya.

Kuratif

Cara kuratif merupakan tindakan yang dilakukan sebagai upaya tindak lanjut atau penanggulangan akibat dari konflik. Tindakan ini dapat berupa pendampingan bagi korban, perdamaian, kerja sama, dan sebagainya.

Sosiologi Info - Sebutkan Perilaku Upaya Pencegahan Konflik yang Bersifat suku, agama, ras, dan antargolongan atau SARA di Sekolah, Masyarakat, Bangsa dan Negara.

Mari simak pembahasan dan ulasan dibawah ini agar dapat memahami serta mendapatkan pemahaman yang relevan mengenai topik diatas. Yuk baca terus.

Sekilas Mengenal Konflik

Apa yang sobat ketahui mengenai pengertian konflik ? Secara sekilas kita mengartikan konflik sebagai suatu perselisihan, yang terjadi akibat adanya perbedaan.

Baik itu di dalam perbedaan pandangan, politik, perselisihan dalam memperebutkan kekuasaan, memperebutkan sumber daya alam, dan faktor penyebab konflik lainnya di masyarakat. 

Lalu apa saja pengertian konflik ? Nah menurut James W Vander Zanden konflik diartikan sebagai suatu pertentangan.

Mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaa, kekuasaan, status atau wilayah tempat yang saling berhadapan, bertujuan untuk menetralkan, merugikan.

Maupun untuk dapat menyisihkan lawan mereka. Sementara itu, menurut Soerjono Soekanto menjelaskan konflik adalah suatu proses sosial.

Dimana orang atau per orangan/suatu kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang juga disertai dengan ancaman, atau kekerasan. 

Selanjutnya, untuk sumber sumber konflik sosial yang biasa terjadi di masyarakat meliputi beberapa faktor penyebab, yaitu :

a. Perbedaan individu

b. Perbedaan latar belakang kebudayaan

c. Perbedaan kepentingan dan tujuan

d. Perbedaan politik 

e. Adanya perubahan perubahan nilai di dalam masyarakat

Nah itulah tadi diatas sekilas pengertian konflik menurut para ahli dan sumber sumber konflik yang menjadi faktor penyebab terjadinya suatu konflik.

Lantas, bagaimana untuk dapat mengatasi dan mencegah agar konflik tidak terjadi atau meluas di dalam masyarakat yang beragam seperti di Indonesia ?

Coba simak penjelasan dan pembahasan serta ulasan dibawah ini untuk dapat memahami topik materi diatas, yuk baca.

Tiga Upaya Pencegahan Konflik di Masyarakat

Memang dalam masyarakat yang beragam akan membuat konflik kian mudah terjadi. 

Dengan penduduk yang heterogen atau mempunyai perbedaan-perbedaan seperti suku, agama, ras, antargolongan, budaya, etnis, dan perbedaan lainnya. 

Membuat konflik kian cepat terjadi karena keselahpahaman yang terjadi. Seperti halnya di Indonesia yang mempunyai keberagaman masyarakat. 

Setiap permasalahan yang muncul pastinya akan membuat konflik terjadi di dalam masyarakat. 

Oleh karena itu, perlu untuk segera mencegah maupun melakukan upaya dalam pencegahan konflik yang bersifat SARA [Suku, agama, ras, dan antargolongan]. 

Jika, kita cepat melakukan upaya pencegahan maka dampak atau akibat yang ditimbulkan tidak akan merugikan masyarakat luas. 

Nah ada dua cara upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan cara preventif dan represif. Berikut dibawah ini penjelasan singkatnya, yaitu :

1. Cara Preventif

Dimana untuk cara ini dilakukan dengan upaya mencegah terjadinya konflik atau masalah dan sebelum terjadinya suatu masalah tersebut. 

Upaya yang dilakukan, dengan mengembangkan sikap toleransi, kerja bersama, berlatih bersama.

Selanjutnya, saling bergotong royong, dan saling menghormati atau menghargai suatu perbedaan di masyarakat. 

2. Cara Represif

Nah adapun cara dan upaya ini adalah upaya yang dilakukan untuk mengatasi konflik atau berbagai masalah di masyarakat. 

Yang mana dilakukan pada saat setelah terjadinya suatu masalah di masyarakat tersebut. Misalnya seperti dengan penangkapan, pembubaran paksa, dan berbagai upaya yang dilakukan. 

3. Cara Kuratif

selanjutnya, selain dua cara diatas sebagai upaya untuk mengatasi konflik di masyarakat. Ada juga dengan cara kuratif. 

Yaitu upaya tindak lanjut maupun penanggulangan akibat masalah yang terjadi. Nah dimana cara ini mempunyai tujuan untuk mengatasi dampak dari masalah yang terjadi. 

Seperti pendampingan bagi korban yang mengalamai kerusuhan, perdamaian, kerjasama dan lainnya.

Nah itulah tiga cara dalam upaya mengatasi suatu pencegahan konflik di dalam masyarakat yang ada di lingkungan sekitar.

Lalu bagaimana cara dan perilaku dalam upaya melakukan pencegahan konflik yang bersifat SARA di dalam kehidupan masyarakat Indonesia ?

Mari simak pembahasan singkatnya dibawah ini, agar kita sama sama memahami topik materi diatas dalam keseharian. Yuk baca terus.

Perilaku Upaya Pencegahan Konflik yang Bersifat SARA 

Ada beberapa perilaku sebagai upaya untuk melakukan pencegahan konflik yang bersifat SARA di dalam sekolah, masyarakat, bangsa dan negara, yaitu :

1. Menjaga Pentingnya Toleransi

Keberagaman yang ada di dalam kehidupan masyarakat sudah menjadi warisan sejarah. 

Oleh karena itu, dalam upaya melakukan pencegahan untuk tidak terjadinya suatu konflik di masyarakat dalam keberagaman. 

Maka perlu untuk menyadari pentingnya untuk setiap orang yang berbeda itu menjaga toleransi antar sesama. 

2. Menghargai dan Menghormati Setiap Keberagaman yang Ada

Setiap masyarakat yang berbeda agama, suku, ras, dan antar golongan mestinya juga dapat menghormati dan menghargai setiap perbedaan tersebut.

Dengan menjaga sikap untuk selalu menghargai dan menghormati satu sama lain meskipun adanya perbedaan di antara masyarakat. 

Cara inilah sebagai upaya untuk melakukan pencegahan akan terjadinya konflik di dalam masyarakat yang bersifat SARA itu terjadi.

3. Tidak Bertindak Menghakimi dan Berpikir Negatif

Setiap orang yang ada di dalam kehidupan pada lingkungan masyarakat dengan berbagai perbedaan. 

Untuk tidak melakukan suatu penghakiman atau menghakimi dan berpikir negatif mengenai Suku, Ras, Agama dan Antargolongan yang terdapat di dalam kehidupan masyarakat. 

Dengan demikian, kita dapat mencegah tidak terjadinya suatu konflik yang bersifat akibat adanya gesekan dalam keberagaman di masyarakat Indonesia.

4. Tidak Melakukan Suatu Penghinaan

Dengan adanya kehidupan yang beragam di masyarakat.

Maka perlu tindakan dan sikap yang mana setiap orang tidak memanggil orang lain dalam julukan berdasarkan suku, ras, agama, dan antargolongan. 

Yang mana dapat menimbulakn miskomunikasi dan menyinggung perasaan seseorang tersebut. 

Dengan demikian akan membuat terjadinya suatu konflik pada masyarakat yang beragam dapat terjadi suatu perselisihan atau konflik tersebut. 

Oleh karena itu, dalam mencegah dan upaya untuk pencegahan terjadinya konflik, jangan pernah melakukan sikap yang menyinggung seseorang yang berbeda dengan kita.

5. Membuat Aturan yang Sah 

Dengan adanya keberagaman di dalam kehidupan masyarakat perlu untuk membuat suatu aturan yang sah dan resmi secara hukum yang berlaku di negara tersebut. 

Seperti halnya di Indonesia. Aturan atau hukum yang buat sudah berdasarkan undang undang yang berlaku.

Dan tercantum untuk diterapkan oleh setiap masyarakat untuk dapat menghargai dan menghormati keberagaman di dalam masyarakat tersebut. 

6. Selalu Berpikir Positif

Dapat mengedepankan pikiran yang maju dan positif dalam setiap perkembangan dan keberagaman yang ada di masyarakat Indonesia. 

Dengan cara inilah kita semua yang hidup berdampingan dalam bingkai keberagaman akan selalu dapat menjaga hubungan baik dan tidak memicu terjadinya konflik.

7. Tidak Mudah Terhasut dengan Informasi Bohong

Dengan kemajuan teknologi khususnya dalam penyebaran informasi akan dapat menjangkau semua orang yang menggunakan smartphone. 

Oleh karena itu, setiap informasi yang belum diketahui kebenarannya agar tidak dikonsumsi dan masyarakat mudah terhasut dengan berita bohong yang disebar.

Baik melalui media sosial maupun aplikasi chatting yang ada dan digunakan oleh oknum pengadu domba untuk menimbulkan konflik di masyarakat. 

8. Tidak Bersikap Egois dan Bisa Mengendalikan Emosi

Dengan bersikap tidak egois terhadap dirinya sendiri dapat mencegah terjadinya suatu konflik di masyarakat yang beragam.

Tapi, jika sikap egois yang dikedepankan maka itu akan menjadi bumerang untuk terjadinya suatu konflik di masyarakat.

Serta juga harusnya dapat mengendalikan emosi yang dimiliki setiap orang dalam keberagaman. Dengan cara itu juga dapat mencegah terjadinya suatu konflik di masyarakat yang beragam.

9. Selalu Taat dan Bertaqwa terhadap Ajaran Agama

Setiap orang yang memeluk agama dalam aktivitasnya sehari-hari pasti akan menjalankan ajaran agama dengan baik.

Oleh karena itu menjadi bertaqwa kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran agama sesuai kita suci adalah hal penting.

Dengan cara itu juga dapat mencegah terjadinya suatu perselisihan dan konflik di dalam masyarakat yang beragam. 

Demikianlah pembahasan untuk menjawab pertanyaan Sebutkan Perilaku Upaya Pencegahan Konflik yang Bersifat SARA di Sekolah, Masyarakat, Bangsa dan Negara.

Sumber Rujukan Sosiologi.info : 

Buku Pembelajaran Sosiologi untuk kelas 11 SMA dan MA kelompok peminatan ilmu ilmu sosial, penulisnya oleh Dwi Mulyono

Bυkυ PDF, Pendіdіkαn Pαncαsіlα dαn Kewαrgαnegαrααn, penυlіs oleh Αі Tіn Sυmαrtіnі dαn Αsep Sυtіsnα Pυtrα, Penerbіtαn oleh Pυsαt Kυrυkυlυm dαn Perbυkυαn, Bαlіtbαng, Kemendіkbυd | Edіsі Revіsі 2018

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan