Jelaskan hubungan antara pembelajaran seni drama di sekolah dasar dengan pendidikan karakter.

Jelaskan hubungan antara pembelajaran seni drama di sekolah dasar dengan pendidikan karakter.
Jelaskan hubungan antara pembelajaran seni drama di sekolah dasar dengan pendidikan karakter.
Sri Atmadi, S.Pd

RADARSEMARANG.ID, Drama atau teater merupakan salah satu karya sastra yang menceritakan atau menuangkan ekspresi melalui dialog yang ditujukan untuk pementasan. Pembelajaran seni drama (teater) di sekolah pada kenyataannya belum seperti yang diharapkan. Pada umumnya, drama mengangkat konflik yang terjadi dalam kehidupan manusia.

Selain itu drama dapat juga diartikan sebagai “seni konflik” yang didramatisasikan oleh seorang tokoh. Meski karakter, alur, latar, dan tema masing-masing drama berbeda-beda, tetapi konfilk menjadi unsur yang penting dalam drama. Dalam dunia pendidikan materi pembelajaran yang berkaitan dengan karakter, norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, termasuk ekstrakurikuler drama/teater, merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan,sekaligus mengenal dunia seni bermain karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik.

Baca juga:  Menggunakan Bahasa Slang di Kalangan Remaja

Menurut Herman J. Waluyo dalam buku Drama: Teori dan Pengajarannya (2006), drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Adapun pentas seni disajikan berdasarkan naskah drama yang diciptakan oleh seorang penulis.

Dalam dunia drama/teater, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran setiap mata pelajaran, termasuk pembelajaran kesenian, dalam hal ini pembelajaran seni peran. Sebenarnya banyak cara memahami watak/karakter tokoh dalam sebuah cerita, yang mana pemahaman watak/karakter akan membawa keasyikan tersendiri.

Bagaimana tidak, karena seorang tokoh akan mampu memperagakan tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya. Selain itu seorang pemain harus dapat menunjukkan bagaimana perilakunya, yang justru apa yang dia lakukan bukan watak asli seseorang tersebut. Artinya orang yang penyabar harus mampu berperan sebagai orang yang pemarah atau sebaliknya.

Baca juga:  Asyiknya Belajar Teks dengan Metode Think Pair Share

Begitu pula kondisi batin sedih harus mampu tertawa. Bahkan orang waras pun harus mampu memerankan sebagai orang gila. Justru bermain peran yang demikian akan menemukan dan menampilkan sesuatu yang unik.

Siswa dapat menciptakan sebuah peran berarti siswa tersebut sudah mampu menciptakan keseluruhan hidup manusia di atas panggung, baik secara fisik, mental, emosional, dan dapat menampilkan sesuatu yang unik. Hal lain yang juga perlu diperhatikan oleh siswa adalah bangunan suasana drama.

Betapa pun bagusnya cerita dan penyuguhan yang tepat, jika kurang didukung oleh suasana, tentu saja drama itu kurang berhasil. Unsur dukungan dari penonton cukup dibutuhkan dalam membangun suasana. Untuk itu, diperlukan cerita yang tepat, penyajian yang bagus, penataan artistik yang tepat, dan penonton yang apresiatif.

Maka, siswa yang bergaul secara akrab dengan seni drama, disamping merasakan dan menghayati keselarasan dan keindahan drama itu, siswa memiliki pengalaman jiwa dan menghayati konflik manusia yang satu dengan manusia yang lain, manusia dengan lingkungannya, bahkan mungkin manusia dengan Tuhan.

Baca juga:  Strategi Unik dan Menarik Belajar Rumus-Rumus Trigonometri

Bermain peran dalam seni drama memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengenal manusia dan perwatakannya yang berbanding terbalik dengan dirinya sendiri. Selain itu berkegiatan drama/teater yang dilakukan secara rutin atau berkesinambungan bisa berdampak positif bagi siswa.

Karena mereka bisa saling menghormati pendapat orang lain, sabar mendengarkan pembicaraan orang lain, mudah dan lancar untuk mengemukakan pikiran dan perasaan secara sistematis di depan orang secara lisan. Di samping itu, siswa akan memperoleh kekayaan kosakata yang luar biasa yang mungkin tidak akan mereka dapatkan dalam bahasa yang dipergunakan sehari-hari. (ump1/lis)

Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Moga, Kabupaten Pemalang

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masa anak-anak adalah masa dimana perkembangan otak berjalan sangat efektif. Pada masa ini anak akan dikenalkan pada banyak hal yang akhirnya menimbulkan rasa ingin tahu yang kadang berlebihan. Di masa ini pula bakat serta potensi akademis dan non akademis dari anak bermunculan dan sangat potensial untuk disalurkan ke berbagai bidang pendidikan, salah satunya pendidikan seni usia dini.

Rasa percaya diri pada anak usia dini, akan berdampak langsung pada pertumbuhannya. Hal tersebut merupakan bentuk dasar dari bagaimana seorang anak mengenal akan dirinya dan nilai atau hal penting akan dirinya. Karena pada usia remaja, seorang anak mulai mendapatkan rasa sebagai individu, maka periode anak usia dini adalah masa yang mendukung pengembangan percaya diri yang sehat. Anak-anak kecil biasanya menikmati kegiatan seni dan mendapatkan kepuasan dari partisipasinya dalam berbagai hal. Membuat sesuatu atas diri mereka sendiri dan merasa bangga akan penciptaannya, dapat mendukung pembentukan rasa percaya diri yang baik. Anak-anak juga belajar mengenai pujian atau kritik oleh guru, orang tua dan anak-anak lain mengenai karya yang telah dibuatnya.

Pendidikan seni bisa beragam bentuknya, seperti seni musik, seni rupa, seni tari, drama, dsb. Masing-masing dari seni tersebut mengajarkan ketrampilan yang berbeda sesuai bakat anak. Namun tujuannya tetaplah sama yaitu merangsang saraf motorik anak untuk berkreasi tanpa batas, membentuk pola pikir kreatif, serta memberikan keterampilan seni yang sangat berperan dalam kehidupannya.

Dalam pemberian materi seni, anak harus dibuat sebisa mungkin merasa nyaman dan membentuk pola pikir anak bahwa seni itu indah, menyenangkan dan bermanfaat bagi dirinya kelak. Pandangan anak usia dini terhadap seni masih semu dan sangat sederhana. Oleh karena itu, pengajar seni harus mampu mengkomplekskan pola pikirnya tentang seni yang beragam. Seni bukan lagi menjadi pengembangan diri sampingan tetapi sudah menjadi pendidikan fundamental pendukung kesuksesan seseorang, karena dalam kehidupan bermasyarakat keterampilan selalu diperhatikan.

Drama berasal dari bahasa Yunani yaitu “Dromai” yang bermakna bertindak, bereaksi, berbuat, atau berlaku. Berdasarkan makna tersebut, drama memiliki arti suatu perbuatan, tindakan, bereaksi. Saat ini, drama memiliki makna yang luas. Drama dapat dikategorikan ke dalam genre sastra dan genre kesenian yang berdiri sendiri. Teks drama memiliki kedudukan yang sama dengan puisi dan prosa sehingga dikategorikan sebagai salah satu genre sastra. Selanjutnya, pementasan drama merupakan gabungan dari bermacam jenis kesenian, misalnya seni musik, seni lukis, seni rias,  tata lampu, dan sebagainya sehingga dapat dikategorikan sebagai salah satu kesenian yang mandiri.

Drama memiliki keterkaitan dengan penanaman pendidikan karakter. Keterkaitan tersebut terwujud melalui manfaat drama yang dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan pendidikan watak atau karakter peserta didik. Drama juga mampu memperkenalkan berbagai fenomena kehidupan, misalnya keberhasilan, kebahagiaan, cinta, bahkan kehancuran. Dalam pengembangan karakter, drama mampu mengembangkan kepribadian yang kompleks, di antaranya imajinasi, ketegaran, dan kreativitas.

Pembelajaran tentang drama merupakan salah satu wujud apresiasi drama. Apresiasi drama merupakan aktivitas membaca, menonton, memahami, atau menghargai suatu drama. Melalui kegiatan apresiasi drama, seseorang diharapkan dapat memahami karakter tokoh di dalam drama tersebut. Dengan pemahaman yang mendalam, seseorang dapat mengambil berbagai hal positif, misalnya tentang karakter tokoh, motivasi, dan nilai postif yang ada di dalam drama tersebut.

Kearifan lokal yang terdapat di setiap daerah harus terus dikembangkan. Kearifan lokal merupakan suatu gagasan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan berbagai hal yang bersifat sakral maupun kehidupan yang bersifat biasa saja. Wujud kearifan lokal yang ada di masyarakat bisa berupa budaya, yakni berupa nilai, norma, hukum adat, etika, kepercayaan, dan adat istiadat. Nilai-nilai luhur yang berhubungan dengan kearifan lokal yaitu: (1) cinta kepada Tuhan, (2) tanggung jawab, mandiri, dan disiplin, (3) jujur, (4) santun dan hormat, (5) kasih sayang, (6) kerja keras, percaya diri, dan pantang menyerah, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) rendah hati, (9) toleransi, persatuan, dan cinta damai.

Upaya pengembangan kearifan lokal dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan berbasis kearifan lokal merupakan upaya yang dilakukan secara terencana melalui penggalian potensi suatu daerah tertentu sebagai usaha dalam menciptakan proses pembelajaran supaya peserta didik mampu mengembangkan potensinya  dalam membangun bangsa dan negara. Proses pengembangan kearifan lokal dalam pendidikan tersebut dapat diimplementasikan melalui pembelajaran drama di sekolah.

Pendidikan seni drama di SD mempunyai fungsi yaitu untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, memberi perkembangan estetik, dan membantu penyempurnaan kehidupan.

Ada pun Fungsi Seni Drama pada anak SD adalah sebagai berikut :


Page 2

Masa anak-anak adalah masa dimana perkembangan otak berjalan sangat efektif. Pada masa ini anak akan dikenalkan pada banyak hal yang akhirnya menimbulkan rasa ingin tahu yang kadang berlebihan. Di masa ini pula bakat serta potensi akademis dan non akademis dari anak bermunculan dan sangat potensial untuk disalurkan ke berbagai bidang pendidikan, salah satunya pendidikan seni usia dini.

Rasa percaya diri pada anak usia dini, akan berdampak langsung pada pertumbuhannya. Hal tersebut merupakan bentuk dasar dari bagaimana seorang anak mengenal akan dirinya dan nilai atau hal penting akan dirinya. Karena pada usia remaja, seorang anak mulai mendapatkan rasa sebagai individu, maka periode anak usia dini adalah masa yang mendukung pengembangan percaya diri yang sehat. Anak-anak kecil biasanya menikmati kegiatan seni dan mendapatkan kepuasan dari partisipasinya dalam berbagai hal. Membuat sesuatu atas diri mereka sendiri dan merasa bangga akan penciptaannya, dapat mendukung pembentukan rasa percaya diri yang baik. Anak-anak juga belajar mengenai pujian atau kritik oleh guru, orang tua dan anak-anak lain mengenai karya yang telah dibuatnya.

Pendidikan seni bisa beragam bentuknya, seperti seni musik, seni rupa, seni tari, drama, dsb. Masing-masing dari seni tersebut mengajarkan ketrampilan yang berbeda sesuai bakat anak. Namun tujuannya tetaplah sama yaitu merangsang saraf motorik anak untuk berkreasi tanpa batas, membentuk pola pikir kreatif, serta memberikan keterampilan seni yang sangat berperan dalam kehidupannya.

Dalam pemberian materi seni, anak harus dibuat sebisa mungkin merasa nyaman dan membentuk pola pikir anak bahwa seni itu indah, menyenangkan dan bermanfaat bagi dirinya kelak. Pandangan anak usia dini terhadap seni masih semu dan sangat sederhana. Oleh karena itu, pengajar seni harus mampu mengkomplekskan pola pikirnya tentang seni yang beragam. Seni bukan lagi menjadi pengembangan diri sampingan tetapi sudah menjadi pendidikan fundamental pendukung kesuksesan seseorang, karena dalam kehidupan bermasyarakat keterampilan selalu diperhatikan.

Drama berasal dari bahasa Yunani yaitu “Dromai” yang bermakna bertindak, bereaksi, berbuat, atau berlaku. Berdasarkan makna tersebut, drama memiliki arti suatu perbuatan, tindakan, bereaksi. Saat ini, drama memiliki makna yang luas. Drama dapat dikategorikan ke dalam genre sastra dan genre kesenian yang berdiri sendiri. Teks drama memiliki kedudukan yang sama dengan puisi dan prosa sehingga dikategorikan sebagai salah satu genre sastra. Selanjutnya, pementasan drama merupakan gabungan dari bermacam jenis kesenian, misalnya seni musik, seni lukis, seni rias,  tata lampu, dan sebagainya sehingga dapat dikategorikan sebagai salah satu kesenian yang mandiri.

Drama memiliki keterkaitan dengan penanaman pendidikan karakter. Keterkaitan tersebut terwujud melalui manfaat drama yang dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan pendidikan watak atau karakter peserta didik. Drama juga mampu memperkenalkan berbagai fenomena kehidupan, misalnya keberhasilan, kebahagiaan, cinta, bahkan kehancuran. Dalam pengembangan karakter, drama mampu mengembangkan kepribadian yang kompleks, di antaranya imajinasi, ketegaran, dan kreativitas.

Pembelajaran tentang drama merupakan salah satu wujud apresiasi drama. Apresiasi drama merupakan aktivitas membaca, menonton, memahami, atau menghargai suatu drama. Melalui kegiatan apresiasi drama, seseorang diharapkan dapat memahami karakter tokoh di dalam drama tersebut. Dengan pemahaman yang mendalam, seseorang dapat mengambil berbagai hal positif, misalnya tentang karakter tokoh, motivasi, dan nilai postif yang ada di dalam drama tersebut.

Kearifan lokal yang terdapat di setiap daerah harus terus dikembangkan. Kearifan lokal merupakan suatu gagasan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan berbagai hal yang bersifat sakral maupun kehidupan yang bersifat biasa saja. Wujud kearifan lokal yang ada di masyarakat bisa berupa budaya, yakni berupa nilai, norma, hukum adat, etika, kepercayaan, dan adat istiadat. Nilai-nilai luhur yang berhubungan dengan kearifan lokal yaitu: (1) cinta kepada Tuhan, (2) tanggung jawab, mandiri, dan disiplin, (3) jujur, (4) santun dan hormat, (5) kasih sayang, (6) kerja keras, percaya diri, dan pantang menyerah, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) rendah hati, (9) toleransi, persatuan, dan cinta damai.

Upaya pengembangan kearifan lokal dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan berbasis kearifan lokal merupakan upaya yang dilakukan secara terencana melalui penggalian potensi suatu daerah tertentu sebagai usaha dalam menciptakan proses pembelajaran supaya peserta didik mampu mengembangkan potensinya  dalam membangun bangsa dan negara. Proses pengembangan kearifan lokal dalam pendidikan tersebut dapat diimplementasikan melalui pembelajaran drama di sekolah.

Pendidikan seni drama di SD mempunyai fungsi yaitu untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, memberi perkembangan estetik, dan membantu penyempurnaan kehidupan.

Ada pun Fungsi Seni Drama pada anak SD adalah sebagai berikut :


Jelaskan hubungan antara pembelajaran seni drama di sekolah dasar dengan pendidikan karakter.

Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya


Page 3

Masa anak-anak adalah masa dimana perkembangan otak berjalan sangat efektif. Pada masa ini anak akan dikenalkan pada banyak hal yang akhirnya menimbulkan rasa ingin tahu yang kadang berlebihan. Di masa ini pula bakat serta potensi akademis dan non akademis dari anak bermunculan dan sangat potensial untuk disalurkan ke berbagai bidang pendidikan, salah satunya pendidikan seni usia dini.

Rasa percaya diri pada anak usia dini, akan berdampak langsung pada pertumbuhannya. Hal tersebut merupakan bentuk dasar dari bagaimana seorang anak mengenal akan dirinya dan nilai atau hal penting akan dirinya. Karena pada usia remaja, seorang anak mulai mendapatkan rasa sebagai individu, maka periode anak usia dini adalah masa yang mendukung pengembangan percaya diri yang sehat. Anak-anak kecil biasanya menikmati kegiatan seni dan mendapatkan kepuasan dari partisipasinya dalam berbagai hal. Membuat sesuatu atas diri mereka sendiri dan merasa bangga akan penciptaannya, dapat mendukung pembentukan rasa percaya diri yang baik. Anak-anak juga belajar mengenai pujian atau kritik oleh guru, orang tua dan anak-anak lain mengenai karya yang telah dibuatnya.

Pendidikan seni bisa beragam bentuknya, seperti seni musik, seni rupa, seni tari, drama, dsb. Masing-masing dari seni tersebut mengajarkan ketrampilan yang berbeda sesuai bakat anak. Namun tujuannya tetaplah sama yaitu merangsang saraf motorik anak untuk berkreasi tanpa batas, membentuk pola pikir kreatif, serta memberikan keterampilan seni yang sangat berperan dalam kehidupannya.

Dalam pemberian materi seni, anak harus dibuat sebisa mungkin merasa nyaman dan membentuk pola pikir anak bahwa seni itu indah, menyenangkan dan bermanfaat bagi dirinya kelak. Pandangan anak usia dini terhadap seni masih semu dan sangat sederhana. Oleh karena itu, pengajar seni harus mampu mengkomplekskan pola pikirnya tentang seni yang beragam. Seni bukan lagi menjadi pengembangan diri sampingan tetapi sudah menjadi pendidikan fundamental pendukung kesuksesan seseorang, karena dalam kehidupan bermasyarakat keterampilan selalu diperhatikan.

Drama berasal dari bahasa Yunani yaitu “Dromai” yang bermakna bertindak, bereaksi, berbuat, atau berlaku. Berdasarkan makna tersebut, drama memiliki arti suatu perbuatan, tindakan, bereaksi. Saat ini, drama memiliki makna yang luas. Drama dapat dikategorikan ke dalam genre sastra dan genre kesenian yang berdiri sendiri. Teks drama memiliki kedudukan yang sama dengan puisi dan prosa sehingga dikategorikan sebagai salah satu genre sastra. Selanjutnya, pementasan drama merupakan gabungan dari bermacam jenis kesenian, misalnya seni musik, seni lukis, seni rias,  tata lampu, dan sebagainya sehingga dapat dikategorikan sebagai salah satu kesenian yang mandiri.

Drama memiliki keterkaitan dengan penanaman pendidikan karakter. Keterkaitan tersebut terwujud melalui manfaat drama yang dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan pendidikan watak atau karakter peserta didik. Drama juga mampu memperkenalkan berbagai fenomena kehidupan, misalnya keberhasilan, kebahagiaan, cinta, bahkan kehancuran. Dalam pengembangan karakter, drama mampu mengembangkan kepribadian yang kompleks, di antaranya imajinasi, ketegaran, dan kreativitas.

Pembelajaran tentang drama merupakan salah satu wujud apresiasi drama. Apresiasi drama merupakan aktivitas membaca, menonton, memahami, atau menghargai suatu drama. Melalui kegiatan apresiasi drama, seseorang diharapkan dapat memahami karakter tokoh di dalam drama tersebut. Dengan pemahaman yang mendalam, seseorang dapat mengambil berbagai hal positif, misalnya tentang karakter tokoh, motivasi, dan nilai postif yang ada di dalam drama tersebut.

Kearifan lokal yang terdapat di setiap daerah harus terus dikembangkan. Kearifan lokal merupakan suatu gagasan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan berbagai hal yang bersifat sakral maupun kehidupan yang bersifat biasa saja. Wujud kearifan lokal yang ada di masyarakat bisa berupa budaya, yakni berupa nilai, norma, hukum adat, etika, kepercayaan, dan adat istiadat. Nilai-nilai luhur yang berhubungan dengan kearifan lokal yaitu: (1) cinta kepada Tuhan, (2) tanggung jawab, mandiri, dan disiplin, (3) jujur, (4) santun dan hormat, (5) kasih sayang, (6) kerja keras, percaya diri, dan pantang menyerah, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) rendah hati, (9) toleransi, persatuan, dan cinta damai.

Upaya pengembangan kearifan lokal dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan berbasis kearifan lokal merupakan upaya yang dilakukan secara terencana melalui penggalian potensi suatu daerah tertentu sebagai usaha dalam menciptakan proses pembelajaran supaya peserta didik mampu mengembangkan potensinya  dalam membangun bangsa dan negara. Proses pengembangan kearifan lokal dalam pendidikan tersebut dapat diimplementasikan melalui pembelajaran drama di sekolah.

Pendidikan seni drama di SD mempunyai fungsi yaitu untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, memberi perkembangan estetik, dan membantu penyempurnaan kehidupan.

Ada pun Fungsi Seni Drama pada anak SD adalah sebagai berikut :


Jelaskan hubungan antara pembelajaran seni drama di sekolah dasar dengan pendidikan karakter.

Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya


Page 4

Masa anak-anak adalah masa dimana perkembangan otak berjalan sangat efektif. Pada masa ini anak akan dikenalkan pada banyak hal yang akhirnya menimbulkan rasa ingin tahu yang kadang berlebihan. Di masa ini pula bakat serta potensi akademis dan non akademis dari anak bermunculan dan sangat potensial untuk disalurkan ke berbagai bidang pendidikan, salah satunya pendidikan seni usia dini.

Rasa percaya diri pada anak usia dini, akan berdampak langsung pada pertumbuhannya. Hal tersebut merupakan bentuk dasar dari bagaimana seorang anak mengenal akan dirinya dan nilai atau hal penting akan dirinya. Karena pada usia remaja, seorang anak mulai mendapatkan rasa sebagai individu, maka periode anak usia dini adalah masa yang mendukung pengembangan percaya diri yang sehat. Anak-anak kecil biasanya menikmati kegiatan seni dan mendapatkan kepuasan dari partisipasinya dalam berbagai hal. Membuat sesuatu atas diri mereka sendiri dan merasa bangga akan penciptaannya, dapat mendukung pembentukan rasa percaya diri yang baik. Anak-anak juga belajar mengenai pujian atau kritik oleh guru, orang tua dan anak-anak lain mengenai karya yang telah dibuatnya.

Pendidikan seni bisa beragam bentuknya, seperti seni musik, seni rupa, seni tari, drama, dsb. Masing-masing dari seni tersebut mengajarkan ketrampilan yang berbeda sesuai bakat anak. Namun tujuannya tetaplah sama yaitu merangsang saraf motorik anak untuk berkreasi tanpa batas, membentuk pola pikir kreatif, serta memberikan keterampilan seni yang sangat berperan dalam kehidupannya.

Dalam pemberian materi seni, anak harus dibuat sebisa mungkin merasa nyaman dan membentuk pola pikir anak bahwa seni itu indah, menyenangkan dan bermanfaat bagi dirinya kelak. Pandangan anak usia dini terhadap seni masih semu dan sangat sederhana. Oleh karena itu, pengajar seni harus mampu mengkomplekskan pola pikirnya tentang seni yang beragam. Seni bukan lagi menjadi pengembangan diri sampingan tetapi sudah menjadi pendidikan fundamental pendukung kesuksesan seseorang, karena dalam kehidupan bermasyarakat keterampilan selalu diperhatikan.

Drama berasal dari bahasa Yunani yaitu “Dromai” yang bermakna bertindak, bereaksi, berbuat, atau berlaku. Berdasarkan makna tersebut, drama memiliki arti suatu perbuatan, tindakan, bereaksi. Saat ini, drama memiliki makna yang luas. Drama dapat dikategorikan ke dalam genre sastra dan genre kesenian yang berdiri sendiri. Teks drama memiliki kedudukan yang sama dengan puisi dan prosa sehingga dikategorikan sebagai salah satu genre sastra. Selanjutnya, pementasan drama merupakan gabungan dari bermacam jenis kesenian, misalnya seni musik, seni lukis, seni rias,  tata lampu, dan sebagainya sehingga dapat dikategorikan sebagai salah satu kesenian yang mandiri.

Drama memiliki keterkaitan dengan penanaman pendidikan karakter. Keterkaitan tersebut terwujud melalui manfaat drama yang dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan pendidikan watak atau karakter peserta didik. Drama juga mampu memperkenalkan berbagai fenomena kehidupan, misalnya keberhasilan, kebahagiaan, cinta, bahkan kehancuran. Dalam pengembangan karakter, drama mampu mengembangkan kepribadian yang kompleks, di antaranya imajinasi, ketegaran, dan kreativitas.

Pembelajaran tentang drama merupakan salah satu wujud apresiasi drama. Apresiasi drama merupakan aktivitas membaca, menonton, memahami, atau menghargai suatu drama. Melalui kegiatan apresiasi drama, seseorang diharapkan dapat memahami karakter tokoh di dalam drama tersebut. Dengan pemahaman yang mendalam, seseorang dapat mengambil berbagai hal positif, misalnya tentang karakter tokoh, motivasi, dan nilai postif yang ada di dalam drama tersebut.

Kearifan lokal yang terdapat di setiap daerah harus terus dikembangkan. Kearifan lokal merupakan suatu gagasan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan berbagai hal yang bersifat sakral maupun kehidupan yang bersifat biasa saja. Wujud kearifan lokal yang ada di masyarakat bisa berupa budaya, yakni berupa nilai, norma, hukum adat, etika, kepercayaan, dan adat istiadat. Nilai-nilai luhur yang berhubungan dengan kearifan lokal yaitu: (1) cinta kepada Tuhan, (2) tanggung jawab, mandiri, dan disiplin, (3) jujur, (4) santun dan hormat, (5) kasih sayang, (6) kerja keras, percaya diri, dan pantang menyerah, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) rendah hati, (9) toleransi, persatuan, dan cinta damai.

Upaya pengembangan kearifan lokal dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan berbasis kearifan lokal merupakan upaya yang dilakukan secara terencana melalui penggalian potensi suatu daerah tertentu sebagai usaha dalam menciptakan proses pembelajaran supaya peserta didik mampu mengembangkan potensinya  dalam membangun bangsa dan negara. Proses pengembangan kearifan lokal dalam pendidikan tersebut dapat diimplementasikan melalui pembelajaran drama di sekolah.

Pendidikan seni drama di SD mempunyai fungsi yaitu untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, memberi perkembangan estetik, dan membantu penyempurnaan kehidupan.

Ada pun Fungsi Seni Drama pada anak SD adalah sebagai berikut :


Jelaskan hubungan antara pembelajaran seni drama di sekolah dasar dengan pendidikan karakter.

Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya