Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Kerajaan Makassar (Kesultanan Makassar)

Show

Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi anggota selatan pada seratus tahun ke-16 Masehi yang pada mulanya sedang terdiri atas sebanyak kerajaan kecil yang saling bertikai.[1] Kawasan ini yang belakang sekali dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan Makassar.[1] Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-daya Sulawesi dengan letak strategis dalam perdagangan rempah-rempah.[1] Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan petunjuk Islam di Makassar.[1]

Islam dan Berdirinya Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Masjid Makassar

Awal mulanya Upaya penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tak banyak membawa hasil.[1] Demikian pula usaha Sultan Baabullah dari Ternate yang mendorong penguasa Gowa-Tallo agar memeluk agama Islam.[1] Islam baru dapat berpijak kuat di Makassar berkat upaya Datok Ribandang dari Minangkabau.[1]

Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam.[1] Dalam perjalanannya kerajaan masing-masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun.[1] Sampai yang belakang sekali pada masa Gowa dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo merasakan kekalahan.[2] Kedua kerajaan kembar itu pun menjadi satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja, seorang hamba).[2] Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini akhir-akhirnya meleburkan kedua wilayah menjadi Kesultanan makassar yang berpusat di Sombaopu.[1] Meleburnya kedua kerajaan tersebut menjadi Kesultanan Makassar disaat Kerajaan Gowa sedang dipimpin oleh Daeng Manrabbia bergelar Sultan Alauddin yang berkuasa dari tahun 1591 sampai 1638.[1] Sedangkan Kerajaan Tallo dibawah kekuasaan Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah sekaligus menjadi Mangkubumi Kesultanan Makassar pertama.[1]

Faktor-faktor penyebab Kesultanan Makassar menjadi agung

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan Kesultanan Makassar menjadi besar:[3]

Raja-raja Kesultanan Makassar

Perkembangan Kesultanan Makassar tak terlepas dari peranan Raja-raja yang memerintah.[4] Adapun Raja-raja yang pernah memerintah Kesultanan Makassar, sela lain sebagai berikut:[4]

  1. Sultan Alauddin (1591-1629 M).[4] Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.[4] Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam lingkungan kehidupan pelayaran dan perdagangan.[4]
  2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).[4] Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat karena Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Maluku sebagai menolong rakyat Maluku bertempur melawan Belanda.[4]
  3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).[4] Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar sampai masa kejayaan.[4] Makassar sukses menguasai nyaris seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan meluaskan wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan beberapa Flores).[4] Hasanuddi mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur, karena keberaniannya dan semangat perjuangannya sebagai Makassar menjadi agung.[4]

Kehidupan Sosial Kesultanan Makassar

Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal.[4] Warga Makassar dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:[4]

Perluasan Wilayah

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannudin Menyampaikan pidatonya

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannuddin

Sesudah menjadi suatu Kesultanan Makassar, yang belakang sekali mereka berusaha sebagai mengislamkan berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan.[1] Upaya yang dilakukan ini mendapatkan perlawanan dari Kerajaan Bone pada tahun 1528 dan Bone membentuk persekutuan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng.[1] Yang belakang sekali persekutuan itu dinamakan dengan Persekutuan Tellum Pocco (Tiga Kekuasaan).[1] Namun satu persatu kerajaan tersebut sukses ditaklukkan oleh Kesultanan Makassar.[1] Selain menakhlukkan kerajaan tetangga, mereka meluaskan pengaruh sampai ke anggota timur kepulauan Nusa tenggara.[1] Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sempat menjalin kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan Mataram di Jawa. [5] Sampai sekarang, Islam menjadi agama mayoritas di wilayah Sulawesi Selatan. [5]

Penguasa paling agung dan terakhir dari Kesultanan Makassar adalah Daeng Mattawang yang semakin dikenal dengan nama Sultan Hasannudin (1653-1669). [1] Di bawah kepemimpinan Hasannudin ini Makassar mengembang menjadi satu kekuatan agung di kawasan timur Nusantara.[1] Sultan Hasannudi sukses meluaskan pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.[3] Sultan Hasanuddin juga sukses mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito di Indonesia anggota timur pada waktu itu.[3] Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.[3] Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan agung dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.[3]

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Balai kota Makassar.

Dalam kurun waktu yang cukup lama, Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) terlibat persaingan dengan Kerajaan Bone.[6] Persaingan sela dua kekuatan tersebut pada akhir-akhirnya melibatkan campur tangan dari Belanda dalam suatu peperangan yang dinamakan Perang Makassar (1660-1669).[6] Belanda yang benar tujuan tertentu yaitu, berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di pelabuhan Makassar menggunakan situasi dengan berpihak pada Kerajaan Bone, sebagai musuh Kesultanan Makassar.[6] Yang belakang sekali dalam peperangan Makassar ini Kesultanan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasannudin akan tapi Hasannudin tak bisa mematahkan kekuatan Kerajaan Bone yang dibantu oleh kekuatan Belanda yang berambisi menguasai Makassar.[6] Yang belakang sekali Hasannudin dipaksa oleh VOC sebagai menandatangai perjanjian Bungaya (18 November 1667) sebagai tanda takluk kepada VOC.[1]

Pokok Perjanjian Bungaya

Berikut ini merupakan pokok dari perjanjian sela kesultanan Makassar dengan VOC (Belanda):[3]

  1. VOC memperoleh hak monopoli di Makassar.[3]
  2. VOC diizinkan membangun benteng di Makassar.[3]
  3. Makassar mesti melepaskan jajahan seperti Bone.[3]
  4. Seluruh bangsa asing ditampik dari Makassar, kecuali VOC.[3]
  5. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja.[3]
  6. Makassar membayar seluruh utang perang.[3]
  7. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.[3]

Perdagangan dan Kemunduran Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Litografi Pelabuhan Makassar

Di belakang seratus tahun XV dan awal seratus tahun XVI M, Kerajaan-kerajaan di Nusantara memadukan kebutuhan politik dan ekonomi secara koheren sebagai suatu sistem yang koheren, termasuk makassar.[7] Sejarah Makassar tak terlepas dari aktivitas perdagangan maritim di wilayah Nusantara, Asia Tenggara, dan Asia Timur pada umumnya.[8] Dengan hal telah tersedia interaksi antarpusat perdagangan, Makassar menjadi salah satu pintu masuk untuk para pedagang, terutama para pedagang Eropa.[8]

Kerajaan Makassar ini adalah salah satu kerjaan di Nusantara yang menganut sistem perdagangan maritim sebagai menolong perekonomian di kerajaan, dengan sistem perdagangan maritim ini mulai terkenal dan tersohor pada menengah seratus tahun XV dan awal XVI M, terutama pada masa Karaeng Tumapa'resik Kallonna memerintah.[9] Karaeng ini membangun suatu pangkalan perniagaan di Maccini Sombala yang bermuara di sungai Jeneberang sampai ke wilayah utara di sungai Tallo.[9] Suatu Pelabuhan terbuka dengan sistem perdagangan tidak terikat sehingga dapat menarik pedagang dari Eropa, Cina, Arab, dan India yang bermukim di Nusantara.[9] Karaeng ini juga mengangkat seorang Syahbandar (seorang penjabat kerajaan yang bertugas mengatur dan mengawasi perdagangan, juga benar kekuasaan penuh di pelabuhan) sebagai mengurusi dan mengatur perdagangan di wilayah Makassar.[9]

Kesultanan Makassar sebenarnya tak benar banyak hasil bumi sebagai diperdagangkan.[1] Hasil bumi yang dihasilkan di Makassar hanya beras.[1] Kesultanan semakin memerankan sebagai pelabuhan singgah.[1] Akan tapi sumber lain menyebutkan bahwa begitu lapangnya dan rute jaringan pelayaran sampai ke wilayah Pegu (Filipina), dan Cambay (india) membuat Makassar terkenal dengan perdagangan maritimnya di wilayah Asia.[10] Hasil-hasil bumi merupakan salah satu pemasukan ekonomi untuk Kesultanan Makassar dan Tanah-tanah pertanian disewakan dengan sistem untuk hasil.[11] Hasil-hasil tersebut diperdagangkan melewati jalur laut dengan menggunakan kapal laut.[11] Hasil ternah, emas, dan beras bahkan juga budak sebagai salah satu sumber ekonomi di Kesultanan Makassar.[11] Selain itu, Makassar juga memperdagangkan bahan tekstil berupa kain dan pakaian, serta rempah-rempah.[10] Dengan Menjual kembali hasil-hasil yang diperoleh, Makassar mendapatkan keuntungan dari perdaganan maritim yang dilakukan, terutama dengan pedagang dari Jawa.[12] Sehingga yang terjadi di pelabuhan adalah sistem beli dan menjual, Orang-orang yang akan pergi ke atau datang dari Maluku singgah sebagai jualan rempah-rempah dan mengisi perbekalan di Makassar.[1] Letak sebagai pelabuhan singgah membuat makassar mendukung kebijakan pelayaran dan perdagangan tidak terikat di kawasan timur Nusantara.[1] Masuknya Belanda, VOC (Vereening-de Oost-Indische Compaigne) di Makassar ini merupakan masa baru untuk Makassar.[13] Makassar Merupakan pelabuhan yang terus terbuka sebagai pelabuhan tidak terikat yang penting untuk seluruh pedagang asing dan pedangan lokal.[13] Kondisi perdagangan yang tidak terikat ini memicu konflik dengan orang Belanda yang mau memaksa pembatasan pelayaran dan monopoli perdagangan rempah-rempah.[1] Pertikaian dengan Belanda akhir-akhirnya menyebabkan keruntuhan Kesultanan Makassar.[1]

Peninggalan Kesultanan Makassar

Lihat Pula

  • Fort Rotterdam
  • Masjid Katangka
  • Kerajaan Gowa
  • Kerajaan Bone

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Nino Oktorino,dkk (2009). Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Kebiasaan Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Lentera Abadi. hlm. 84. ISBN 9789793535487. 
  2. ^ a b Afriza Hanafia. "Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo". Diakses 6 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Inyiak Tagalo. "Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar)". Diakses 6 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Kerajaan Makassar". Diakses 14 mei 2014. 
  5. ^ a b "Gowa, Kesultanan Islam di Timur Nusantara". Diakses 7 Mei 2014. 
  6. ^ a b c d Nana Supriatna (2008). Sejarah Sebagai Kelas XI Sekolah Menengah Atas Program Bahasa. Jilid 2. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama. hlm. 42. ISBN 9797586014. 
  7. ^ Denys Lombard (2008). Nusa Jawa: Silang Kebiasaan Jaringan Asia, Terjemah Winarsih Paartaningrat Arifin (eds). Jakarta: Gramedia Pustaka. hlm. 4. 
  8. ^ a b Edward L. Poelinggomang (2002). Makassar Seratus tahun XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 13. 
  9. ^ a b c d H.B Amiruddin Maula (2001). Demi Makassar: Renungan dan Pemikiran. Sulawesi Selatan: Global Publishing. hlm. 4. 
  10. ^ a b H.B Mangemba (1994). Semangat Kebaharian Orang Sulawesi Selatan: Dulu dan Sekarang, dalam Lontara: Majalah Ilmiah Unhas. Sulawesi Selatan: Hasanuddin University Press. hlm. 10. 
  11. ^ a b c M.C. Ricklefs (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. hlm. 59. 
  12. ^ Anthony Reid (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global, Terjemah R.Z Leirissa dan P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 2011. 
  13. ^ a b Yahya Harun (1995). Kerajaan Islam Nusantara: Seratus tahun XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Semesta. hlm. 6. 

 
Sulawesi anggota Utara

Bolaang Mongondow · Bolangitang · Gorontalo · Siau

 
Sulawesi anggota Tengah

Banawa · Banggai · Mori · Bungku · Buol · Dolo · Kulawi · Moutong · Napu · Palu · Parigi · Poso · Sigi · Tawaili · Tojo · Toli-Toli · Una-Una

 
Sulawesi anggota Selatan

Bone · Gowa · Luwu · Soppeng · Wajo

 
Sulawesi Tenggara

edunitas.com


Page 2

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Kerajaan Makassar (Kesultanan Makassar)

Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi anggota selatan pada seratus tahun ke-16 Masehi yang pada mulanya sedang terdiri atas sebanyak kerajaan kecil yang saling bertikai.[1] Kawasan ini yang belakang sekali dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan Makassar.[1] Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-daya Sulawesi dengan letak strategis dalam perdagangan rempah-rempah.[1] Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan petunjuk Islam di Makassar.[1]

Islam dan Berdirinya Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Masjid Makassar

Awal mulanya Upaya penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tak banyak membawa hasil.[1] Demikian pula usaha Sultan Baabullah dari Ternate yang mendorong penguasa Gowa-Tallo agar memeluk agama Islam.[1] Islam baru dapat berpijak kuat di Makassar berkat upaya Datok Ribandang dari Minangkabau.[1]

Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam.[1] Dalam perjalanannya kerajaan masing-masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun.[1] Sampai yang belakang sekali pada masa Gowa dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo merasakan kekalahan.[2] Kedua kerajaan kembar itu pun menjadi satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja, seorang hamba).[2] Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini akhir-akhirnya meleburkan kedua wilayah menjadi Kesultanan makassar yang berpusat di Sombaopu.[1] Meleburnya kedua kerajaan tersebut menjadi Kesultanan Makassar disaat Kerajaan Gowa sedang dipimpin oleh Daeng Manrabbia bergelar Sultan Alauddin yang berkuasa dari tahun 1591 sampai 1638.[1] Sedangkan Kerajaan Tallo dibawah kekuasaan Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah sekaligus menjadi Mangkubumi Kesultanan Makassar pertama.[1]

Faktor-faktor penyebab Kesultanan Makassar menjadi agung

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan Kesultanan Makassar menjadi besar:[3]

Raja-raja Kesultanan Makassar

Perkembangan Kesultanan Makassar tak terlepas dari peranan Raja-raja yang memerintah.[4] Adapun Raja-raja yang pernah memerintah Kesultanan Makassar, sela lain sebagai berikut:[4]

  1. Sultan Alauddin (1591-1629 M).[4] Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.[4] Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam lingkungan kehidupan pelayaran dan perdagangan.[4]
  2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).[4] Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat karena Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Maluku sebagai menolong rakyat Maluku bertempur melawan Belanda.[4]
  3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).[4] Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar sampai masa kejayaan.[4] Makassar sukses menguasai nyaris seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan meluaskan wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan beberapa Flores).[4] Hasanuddi mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur, karena keberaniannya dan semangat perjuangannya sebagai Makassar menjadi agung.[4]

Kehidupan Sosial Kesultanan Makassar

Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal.[4] Warga Makassar dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:[4]

Perluasan Wilayah

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannudin Menyampaikan pidatonya

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannuddin

Sesudah menjadi suatu Kesultanan Makassar, yang belakang sekali mereka berusaha sebagai mengislamkan berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan.[1] Upaya yang dilakukan ini mendapatkan perlawanan dari Kerajaan Bone pada tahun 1528 dan Bone membentuk persekutuan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng.[1] Yang belakang sekali persekutuan itu dinamakan dengan Persekutuan Tellum Pocco (Tiga Kekuasaan).[1] Namun satu persatu kerajaan tersebut sukses ditaklukkan oleh Kesultanan Makassar.[1] Selain menakhlukkan kerajaan tetangga, mereka meluaskan pengaruh sampai ke anggota timur kepulauan Nusa tenggara.[1] Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sempat menjalin kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan Mataram di Jawa. [5] Sampai sekarang, Islam menjadi agama mayoritas di wilayah Sulawesi Selatan. [5]

Penguasa paling agung dan terakhir dari Kesultanan Makassar adalah Daeng Mattawang yang semakin dikenal dengan nama Sultan Hasannudin (1653-1669). [1] Di bawah kepemimpinan Hasannudin ini Makassar mengembang menjadi satu kekuatan agung di kawasan timur Nusantara.[1] Sultan Hasannudi sukses meluaskan pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.[3] Sultan Hasanuddin juga sukses mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito di Indonesia anggota timur pada waktu itu.[3] Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.[3] Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan agung dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.[3]

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Balai kota Makassar.

Dalam kurun waktu yang cukup lama, Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) terlibat persaingan dengan Kerajaan Bone.[6] Persaingan sela dua kekuatan tersebut pada akhir-akhirnya melibatkan campur tangan dari Belanda dalam suatu peperangan yang dinamakan Perang Makassar (1660-1669).[6] Belanda yang benar tujuan tertentu yaitu, berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di pelabuhan Makassar menggunakan situasi dengan berpihak pada Kerajaan Bone, sebagai musuh Kesultanan Makassar.[6] Yang belakang sekali dalam peperangan Makassar ini Kesultanan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasannudin akan tapi Hasannudin tak bisa mematahkan kekuatan Kerajaan Bone yang dibantu oleh kekuatan Belanda yang berambisi menguasai Makassar.[6] Yang belakang sekali Hasannudin dipaksa oleh VOC sebagai menandatangai perjanjian Bungaya (18 November 1667) sebagai tanda takluk kepada VOC.[1]

Pokok Perjanjian Bungaya

Berikut ini merupakan pokok dari perjanjian sela kesultanan Makassar dengan VOC (Belanda):[3]

  1. VOC memperoleh hak monopoli di Makassar.[3]
  2. VOC diizinkan membangun benteng di Makassar.[3]
  3. Makassar mesti melepaskan jajahan seperti Bone.[3]
  4. Seluruh bangsa asing ditampik dari Makassar, kecuali VOC.[3]
  5. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja.[3]
  6. Makassar membayar seluruh utang perang.[3]
  7. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.[3]

Perdagangan dan Kemunduran Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Litografi Pelabuhan Makassar

Di belakang seratus tahun XV dan awal seratus tahun XVI M, Kerajaan-kerajaan di Nusantara memadukan kebutuhan politik dan ekonomi secara koheren sebagai suatu sistem yang koheren, termasuk makassar.[7] Sejarah Makassar tak terlepas dari aktivitas perdagangan maritim di wilayah Nusantara, Asia Tenggara, dan Asia Timur pada umumnya.[8] Dengan hal telah tersedia interaksi antarpusat perdagangan, Makassar menjadi salah satu pintu masuk untuk para pedagang, terutama para pedagang Eropa.[8]

Kerajaan Makassar ini adalah salah satu kerjaan di Nusantara yang menganut sistem perdagangan maritim sebagai menolong perekonomian di kerajaan, dengan sistem perdagangan maritim ini mulai terkenal dan tersohor pada menengah seratus tahun XV dan awal XVI M, terutama pada masa Karaeng Tumapa'resik Kallonna memerintah.[9] Karaeng ini membangun suatu pangkalan perniagaan di Maccini Sombala yang bermuara di sungai Jeneberang sampai ke wilayah utara di sungai Tallo.[9] Suatu Pelabuhan terbuka dengan sistem perdagangan tidak terikat sehingga dapat menarik pedagang dari Eropa, Cina, Arab, dan India yang bermukim di Nusantara.[9] Karaeng ini juga mengangkat seorang Syahbandar (seorang penjabat kerajaan yang bertugas mengatur dan mengawasi perdagangan, juga benar kekuasaan penuh di pelabuhan) sebagai mengurusi dan mengatur perdagangan di wilayah Makassar.[9]

Kesultanan Makassar sebenarnya tak benar banyak hasil bumi sebagai diperdagangkan.[1] Hasil bumi yang dihasilkan di Makassar hanya beras.[1] Kesultanan semakin memerankan sebagai pelabuhan singgah.[1] Akan tapi sumber lain menyebutkan bahwa begitu lapangnya dan rute jaringan pelayaran sampai ke wilayah Pegu (Filipina), dan Cambay (india) membuat Makassar terkenal dengan perdagangan maritimnya di wilayah Asia.[10] Hasil-hasil bumi merupakan salah satu pemasukan ekonomi untuk Kesultanan Makassar dan Tanah-tanah pertanian disewakan dengan sistem untuk hasil.[11] Hasil-hasil tersebut diperdagangkan melewati jalur laut dengan menggunakan kapal laut.[11] Hasil ternah, emas, dan beras bahkan juga budak sebagai salah satu sumber ekonomi di Kesultanan Makassar.[11] Selain itu, Makassar juga memperdagangkan bahan tekstil berupa kain dan pakaian, serta rempah-rempah.[10] Dengan Menjual kembali hasil-hasil yang diperoleh, Makassar mendapatkan keuntungan dari perdaganan maritim yang dilakukan, terutama dengan pedagang dari Jawa.[12] Sehingga yang terjadi di pelabuhan adalah sistem beli dan menjual, Orang-orang yang akan pergi ke atau datang dari Maluku singgah sebagai jualan rempah-rempah dan mengisi perbekalan di Makassar.[1] Letak sebagai pelabuhan singgah membuat makassar mendukung kebijakan pelayaran dan perdagangan tidak terikat di kawasan timur Nusantara.[1] Masuknya Belanda, VOC (Vereening-de Oost-Indische Compaigne) di Makassar ini merupakan masa baru untuk Makassar.[13] Makassar Merupakan pelabuhan yang terus terbuka sebagai pelabuhan tidak terikat yang penting untuk seluruh pedagang asing dan pedangan lokal.[13] Kondisi perdagangan yang tidak terikat ini memicu konflik dengan orang Belanda yang mau memaksa pembatasan pelayaran dan monopoli perdagangan rempah-rempah.[1] Pertikaian dengan Belanda akhir-akhirnya menyebabkan keruntuhan Kesultanan Makassar.[1]

Peninggalan Kesultanan Makassar

Lihat Pula

  • Fort Rotterdam
  • Masjid Katangka
  • Kerajaan Gowa
  • Kerajaan Bone

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Nino Oktorino,dkk (2009). Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Kebiasaan Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Lentera Abadi. hlm. 84. ISBN 9789793535487. 
  2. ^ a b Afriza Hanafia. "Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo". Diakses 6 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Inyiak Tagalo. "Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar)". Diakses 6 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Kerajaan Makassar". Diakses 14 mei 2014. 
  5. ^ a b "Gowa, Kesultanan Islam di Timur Nusantara". Diakses 7 Mei 2014. 
  6. ^ a b c d Nana Supriatna (2008). Sejarah Sebagai Kelas XI Sekolah Menengah Atas Program Bahasa. Jilid 2. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama. hlm. 42. ISBN 9797586014. 
  7. ^ Denys Lombard (2008). Nusa Jawa: Silang Kebiasaan Jaringan Asia, Terjemah Winarsih Paartaningrat Arifin (eds). Jakarta: Gramedia Pustaka. hlm. 4. 
  8. ^ a b Edward L. Poelinggomang (2002). Makassar Seratus tahun XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 13. 
  9. ^ a b c d H.B Amiruddin Maula (2001). Demi Makassar: Renungan dan Pemikiran. Sulawesi Selatan: Global Publishing. hlm. 4. 
  10. ^ a b H.B Mangemba (1994). Semangat Kebaharian Orang Sulawesi Selatan: Dulu dan Sekarang, dalam Lontara: Majalah Ilmiah Unhas. Sulawesi Selatan: Hasanuddin University Press. hlm. 10. 
  11. ^ a b c M.C. Ricklefs (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. hlm. 59. 
  12. ^ Anthony Reid (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global, Terjemah R.Z Leirissa dan P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 2011. 
  13. ^ a b Yahya Harun (1995). Kerajaan Islam Nusantara: Seratus tahun XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Semesta. hlm. 6. 

 
Sulawesi anggota Utara

Bolaang Mongondow · Bolangitang · Gorontalo · Siau

 
Sulawesi anggota Tengah

Banawa · Banggai · Mori · Bungku · Buol · Dolo · Kulawi · Moutong · Napu · Palu · Parigi · Poso · Sigi · Tawaili · Tojo · Toli-Toli · Una-Una

 
Sulawesi anggota Selatan

Bone · Gowa · Luwu · Soppeng · Wajo

 
Sulawesi Tenggara

edunitas.com


Page 3

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Kerajaan Makassar (Kesultanan Makassar)

Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi anggota selatan pada seratus tahun ke-16 Masehi yang pada mulanya sedang terdiri atas sebanyak kerajaan kecil yang saling bertikai.[1] Kawasan ini yang belakang sekali dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan Makassar.[1] Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-daya Sulawesi dengan letak strategis dalam perdagangan rempah-rempah.[1] Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan petunjuk Islam di Makassar.[1]

Islam dan Berdirinya Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Masjid Makassar

Awal mulanya Upaya penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tak banyak membawa hasil.[1] Demikian pula usaha Sultan Baabullah dari Ternate yang mendorong penguasa Gowa-Tallo agar memeluk agama Islam.[1] Islam baru dapat berpijak kuat di Makassar berkat upaya Datok Ribandang dari Minangkabau.[1]

Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam.[1] Dalam perjalanannya kerajaan masing-masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun.[1] Sampai yang belakang sekali pada masa Gowa dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo merasakan kekalahan.[2] Kedua kerajaan kembar itu pun menjadi satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja, seorang hamba).[2] Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini akhir-akhirnya meleburkan kedua wilayah menjadi Kesultanan makassar yang berpusat di Sombaopu.[1] Meleburnya kedua kerajaan tersebut menjadi Kesultanan Makassar disaat Kerajaan Gowa sedang dipimpin oleh Daeng Manrabbia bergelar Sultan Alauddin yang berkuasa dari tahun 1591 sampai 1638.[1] Sedangkan Kerajaan Tallo dibawah kekuasaan Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah sekaligus menjadi Mangkubumi Kesultanan Makassar pertama.[1]

Faktor-faktor penyebab Kesultanan Makassar menjadi agung

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan Kesultanan Makassar menjadi besar:[3]

Raja-raja Kesultanan Makassar

Perkembangan Kesultanan Makassar tak terlepas dari peranan Raja-raja yang memerintah.[4] Adapun Raja-raja yang pernah memerintah Kesultanan Makassar, sela lain sebagai berikut:[4]

  1. Sultan Alauddin (1591-1629 M).[4] Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.[4] Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam lingkungan kehidupan pelayaran dan perdagangan.[4]
  2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).[4] Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat karena Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Maluku sebagai menolong rakyat Maluku bertempur melawan Belanda.[4]
  3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).[4] Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar sampai masa kejayaan.[4] Makassar sukses menguasai nyaris seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan meluaskan wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan beberapa Flores).[4] Hasanuddi mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur, karena keberaniannya dan semangat perjuangannya sebagai Makassar menjadi agung.[4]

Kehidupan Sosial Kesultanan Makassar

Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal.[4] Warga Makassar dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:[4]

Perluasan Wilayah

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannudin Menyampaikan pidatonya

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannuddin

Sesudah menjadi suatu Kesultanan Makassar, yang belakang sekali mereka berusaha sebagai mengislamkan berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan.[1] Upaya yang dilakukan ini mendapatkan perlawanan dari Kerajaan Bone pada tahun 1528 dan Bone membentuk persekutuan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng.[1] Yang belakang sekali persekutuan itu dinamakan dengan Persekutuan Tellum Pocco (Tiga Kekuasaan).[1] Namun satu persatu kerajaan tersebut sukses ditaklukkan oleh Kesultanan Makassar.[1] Selain menakhlukkan kerajaan tetangga, mereka meluaskan pengaruh sampai ke anggota timur kepulauan Nusa tenggara.[1] Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sempat menjalin kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan Mataram di Jawa. [5] Sampai sekarang, Islam menjadi agama mayoritas di wilayah Sulawesi Selatan. [5]

Penguasa paling agung dan terakhir dari Kesultanan Makassar adalah Daeng Mattawang yang semakin dikenal dengan nama Sultan Hasannudin (1653-1669). [1] Di bawah kepemimpinan Hasannudin ini Makassar mengembang menjadi satu kekuatan agung di kawasan timur Nusantara.[1] Sultan Hasannudi sukses meluaskan pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.[3] Sultan Hasanuddin juga sukses mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito di Indonesia anggota timur pada waktu itu.[3] Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.[3] Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan agung dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.[3]

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Balai kota Makassar.

Dalam kurun waktu yang cukup lama, Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) terlibat persaingan dengan Kerajaan Bone.[6] Persaingan sela dua kekuatan tersebut pada akhir-akhirnya melibatkan campur tangan dari Belanda dalam suatu peperangan yang dinamakan Perang Makassar (1660-1669).[6] Belanda yang benar tujuan tertentu yaitu, berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di pelabuhan Makassar menggunakan situasi dengan berpihak pada Kerajaan Bone, sebagai musuh Kesultanan Makassar.[6] Yang belakang sekali dalam peperangan Makassar ini Kesultanan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasannudin akan tapi Hasannudin tak bisa mematahkan kekuatan Kerajaan Bone yang dibantu oleh kekuatan Belanda yang berambisi menguasai Makassar.[6] Yang belakang sekali Hasannudin dipaksa oleh VOC sebagai menandatangai perjanjian Bungaya (18 November 1667) sebagai tanda takluk kepada VOC.[1]

Pokok Perjanjian Bungaya

Berikut ini merupakan pokok dari perjanjian sela kesultanan Makassar dengan VOC (Belanda):[3]

  1. VOC memperoleh hak monopoli di Makassar.[3]
  2. VOC diizinkan membangun benteng di Makassar.[3]
  3. Makassar mesti melepaskan jajahan seperti Bone.[3]
  4. Seluruh bangsa asing ditampik dari Makassar, kecuali VOC.[3]
  5. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja.[3]
  6. Makassar membayar seluruh utang perang.[3]
  7. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.[3]

Perdagangan dan Kemunduran Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Litografi Pelabuhan Makassar

Di belakang seratus tahun XV dan awal seratus tahun XVI M, Kerajaan-kerajaan di Nusantara memadukan kebutuhan politik dan ekonomi secara koheren sebagai suatu sistem yang koheren, termasuk makassar.[7] Sejarah Makassar tak terlepas dari aktivitas perdagangan maritim di wilayah Nusantara, Asia Tenggara, dan Asia Timur pada umumnya.[8] Dengan hal telah tersedia interaksi antarpusat perdagangan, Makassar menjadi salah satu pintu masuk untuk para pedagang, terutama para pedagang Eropa.[8]

Kerajaan Makassar ini adalah salah satu kerjaan di Nusantara yang menganut sistem perdagangan maritim sebagai menolong perekonomian di kerajaan, dengan sistem perdagangan maritim ini mulai terkenal dan tersohor pada menengah seratus tahun XV dan awal XVI M, terutama pada masa Karaeng Tumapa'resik Kallonna memerintah.[9] Karaeng ini membangun suatu pangkalan perniagaan di Maccini Sombala yang bermuara di sungai Jeneberang sampai ke wilayah utara di sungai Tallo.[9] Suatu Pelabuhan terbuka dengan sistem perdagangan tidak terikat sehingga dapat menarik pedagang dari Eropa, Cina, Arab, dan India yang bermukim di Nusantara.[9] Karaeng ini juga mengangkat seorang Syahbandar (seorang penjabat kerajaan yang bertugas mengatur dan mengawasi perdagangan, juga benar kekuasaan penuh di pelabuhan) sebagai mengurusi dan mengatur perdagangan di wilayah Makassar.[9]

Kesultanan Makassar sebenarnya tak benar banyak hasil bumi sebagai diperdagangkan.[1] Hasil bumi yang dihasilkan di Makassar hanya beras.[1] Kesultanan semakin memerankan sebagai pelabuhan singgah.[1] Akan tapi sumber lain menyebutkan bahwa begitu lapangnya dan rute jaringan pelayaran sampai ke wilayah Pegu (Filipina), dan Cambay (india) membuat Makassar terkenal dengan perdagangan maritimnya di wilayah Asia.[10] Hasil-hasil bumi merupakan salah satu pemasukan ekonomi untuk Kesultanan Makassar dan Tanah-tanah pertanian disewakan dengan sistem untuk hasil.[11] Hasil-hasil tersebut diperdagangkan melewati jalur laut dengan menggunakan kapal laut.[11] Hasil ternah, emas, dan beras bahkan juga budak sebagai salah satu sumber ekonomi di Kesultanan Makassar.[11] Selain itu, Makassar juga memperdagangkan bahan tekstil berupa kain dan pakaian, serta rempah-rempah.[10] Dengan Menjual kembali hasil-hasil yang diperoleh, Makassar mendapatkan keuntungan dari perdaganan maritim yang dilakukan, terutama dengan pedagang dari Jawa.[12] Sehingga yang terjadi di pelabuhan adalah sistem beli dan menjual, Orang-orang yang akan pergi ke atau datang dari Maluku singgah sebagai jualan rempah-rempah dan mengisi perbekalan di Makassar.[1] Letak sebagai pelabuhan singgah membuat makassar mendukung kebijakan pelayaran dan perdagangan tidak terikat di kawasan timur Nusantara.[1] Masuknya Belanda, VOC (Vereening-de Oost-Indische Compaigne) di Makassar ini merupakan masa baru untuk Makassar.[13] Makassar Merupakan pelabuhan yang terus terbuka sebagai pelabuhan tidak terikat yang penting untuk seluruh pedagang asing dan pedangan lokal.[13] Kondisi perdagangan yang tidak terikat ini memicu konflik dengan orang Belanda yang mau memaksa pembatasan pelayaran dan monopoli perdagangan rempah-rempah.[1] Pertikaian dengan Belanda akhir-akhirnya menyebabkan keruntuhan Kesultanan Makassar.[1]

Peninggalan Kesultanan Makassar

Lihat Pula

  • Fort Rotterdam
  • Masjid Katangka
  • Kerajaan Gowa
  • Kerajaan Bone

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Nino Oktorino,dkk (2009). Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Kebiasaan Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Lentera Abadi. hlm. 84. ISBN 9789793535487. 
  2. ^ a b Afriza Hanafia. "Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo". Diakses 6 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Inyiak Tagalo. "Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar)". Diakses 6 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Kerajaan Makassar". Diakses 14 mei 2014. 
  5. ^ a b "Gowa, Kesultanan Islam di Timur Nusantara". Diakses 7 Mei 2014. 
  6. ^ a b c d Nana Supriatna (2008). Sejarah Sebagai Kelas XI Sekolah Menengah Atas Program Bahasa. Jilid 2. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama. hlm. 42. ISBN 9797586014. 
  7. ^ Denys Lombard (2008). Nusa Jawa: Silang Kebiasaan Jaringan Asia, Terjemah Winarsih Paartaningrat Arifin (eds). Jakarta: Gramedia Pustaka. hlm. 4. 
  8. ^ a b Edward L. Poelinggomang (2002). Makassar Seratus tahun XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 13. 
  9. ^ a b c d H.B Amiruddin Maula (2001). Demi Makassar: Renungan dan Pemikiran. Sulawesi Selatan: Global Publishing. hlm. 4. 
  10. ^ a b H.B Mangemba (1994). Semangat Kebaharian Orang Sulawesi Selatan: Dulu dan Sekarang, dalam Lontara: Majalah Ilmiah Unhas. Sulawesi Selatan: Hasanuddin University Press. hlm. 10. 
  11. ^ a b c M.C. Ricklefs (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. hlm. 59. 
  12. ^ Anthony Reid (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global, Terjemah R.Z Leirissa dan P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 2011. 
  13. ^ a b Yahya Harun (1995). Kerajaan Islam Nusantara: Seratus tahun XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Semesta. hlm. 6. 

 
Sulawesi anggota Utara

Bolaang Mongondow · Bolangitang · Gorontalo · Siau

 
Sulawesi anggota Tengah

Banawa · Banggai · Mori · Bungku · Buol · Dolo · Kulawi · Moutong · Napu · Palu · Parigi · Poso · Sigi · Tawaili · Tojo · Toli-Toli · Una-Una

 
Sulawesi anggota Selatan

Bone · Gowa · Luwu · Soppeng · Wajo

 
Sulawesi Tenggara

edunitas.com


Page 4

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

peta wilayah : a. Khorasan, b. Transoxiana, c. Khwarezmia

Khorasan Raya (bahasa Persia: خراسان بزرگ) (juga dieja Khorasaan, Khurasan dan Khurasaan) yaitu istilah modern untuk wilayah timur Persia lawas semenjak masa waktu seratus tahun ke-3. Khorasan Raya mencakup wilayah yang sekarang merupakan ronde dari Iran, Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan.

Khorasan Raya mencakup Nishapur, Tus (kini di Iran), Herat, Balkh, Kabul dan Ghazni (kini di Afganistan), Merv (kini di Turkmenistan), Samarqand, Bukhara dan Khiva (kini di Uzbekistan), Khujand dan Panjakent (kini di Tajikistan).

Pustaka

  • Lorentz, J. Historical Dictionary of Iran. 1995 ISBN 0-8108-2994-0

edunitas.com


Page 5

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

peta wilayah : a. Khorasan, b. Transoxiana, c. Khwarezmia

Khorasan Raya (bahasa Persia: خراسان بزرگ) (juga dieja Khorasaan, Khurasan dan Khurasaan) yaitu istilah modern untuk wilayah timur Persia lawas semenjak masa waktu seratus tahun ke-3. Khorasan Raya mencakup wilayah yang sekarang merupakan ronde dari Iran, Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan.

Khorasan Raya mencakup Nishapur, Tus (kini di Iran), Herat, Balkh, Kabul dan Ghazni (kini di Afganistan), Merv (kini di Turkmenistan), Samarqand, Bukhara dan Khiva (kini di Uzbekistan), Khujand dan Panjakent (kini di Tajikistan).

Pustaka

  • Lorentz, J. Historical Dictionary of Iran. 1995 ISBN 0-8108-2994-0

edunitas.com


Page 6

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

peta wilayah : a. Khorasan, b. Transoxiana, c. Khwarezmia

Khorasan Raya (bahasa Persia: خراسان بزرگ) (juga dieja Khorasaan, Khurasan dan Khurasaan) yaitu istilah modern untuk wilayah timur Persia lawas semenjak masa waktu seratus tahun ke-3. Khorasan Raya mencakup wilayah yang sekarang merupakan ronde dari Iran, Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan.

Khorasan Raya mencakup Nishapur, Tus (kini di Iran), Herat, Balkh, Kabul dan Ghazni (kini di Afganistan), Merv (kini di Turkmenistan), Samarqand, Bukhara dan Khiva (kini di Uzbekistan), Khujand dan Panjakent (kini di Tajikistan).

Pustaka

  • Lorentz, J. Historical Dictionary of Iran. 1995 ISBN 0-8108-2994-0

edunitas.com


Page 7

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

peta wilayah : a. Khorasan, b. Transoxiana, c. Khwarezmia

Khorasan Raya (bahasa Persia: خراسان بزرگ) (juga dieja Khorasaan, Khurasan dan Khurasaan) yaitu istilah modern untuk wilayah timur Persia lawas semenjak masa waktu seratus tahun ke-3. Khorasan Raya mencakup wilayah yang sekarang merupakan ronde dari Iran, Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan.

Khorasan Raya mencakup Nishapur, Tus (kini di Iran), Herat, Balkh, Kabul dan Ghazni (kini di Afganistan), Merv (kini di Turkmenistan), Samarqand, Bukhara dan Khiva (kini di Uzbekistan), Khujand dan Panjakent (kini di Tajikistan).

Pustaka

  • Lorentz, J. Historical Dictionary of Iran. 1995 ISBN 0-8108-2994-0

edunitas.com


Page 8

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Kerajaan Makassar (Kesultanan Makassar)

Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi anggota selatan pada ratus tahun ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah kerajaan kecil yang saling bertikai.[1] Kawasan ini selanjutnya dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo dijadikan Kesultanan Makassar.[1] Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-daya Sulawesi dengan kedudukan strategis dalam perdagangan rempah-rempah.[1] Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan petuah Islam di Makassar.[1]

Islam dan Berdirinya Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Masjid Makassar

Awal mulanya Upaya penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tidak banyak membawa hasil.[1] Demikian pula usaha Sultan Baabullah dari Ternate yang mendorong penguasa Gowa-Tallo supaya memeluk agama Islam.[1] Islam baru dapat berpijak kuat di Makassar berkat upaya Datok Ribandang dari Minangkabau.[1]

Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam.[1] Dalam perjalanannya kerajaan masing-masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun.[1] Hingga selanjutnya pada masa Gowa dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan.[2] Kedua kerajaan kembar itu pun dijadikan satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja, seorang hamba).[2] Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini berakhir meleburkan kedua wilayah dijadikan Kesultanan makassar yang berpusat di Sombaopu.[1] Meleburnya kedua kerajaan tsb dijadikan Kesultanan Makassar disaat Kerajaan Gowa masih dipimpin oleh Daeng Manrabbia bergelar Sultan Alauddin yang berkuasa dari tahun 1591 hingga 1638.[1] Sedangkan Kerajaan Tallo dibawah kekuasaan Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah sekaligus dijadikan Mangkubumi Kesultanan Makassar pertama.[1]

Faktor-faktor penyebab Kesultanan Makassar dijadikan akbar

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan Kesultanan Makassar dijadikan besar:[3]

Raja-raja Kesultanan Makassar

Perkembangan Kesultanan Makassar tidak terlepas dari peranan Raja-raja yang memerintah.[4] Adapun Raja-raja yang pernah memerintah Kesultanan Makassar, selang lain untuk berikut:[4]

  1. Sultan Alauddin (1591-1629 M).[4] Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.[4] Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan.[4]
  2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).[4] Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Nodaku untuk membantu rakyat Nodaku bertempur melawan Belanda.[4]
  3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).[4] Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai masa kejayaan.[4] Makassar berhasil menguasai nyaris seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan memperluas wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian Flores).[4] Hasanuddi mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur, karena keberaniannya dan semangat perjuangannya untuk Makassar dijadikan akbar.[4]

Kehidupan Sosial Kesultanan Makassar

Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal.[4] Warga Makassar dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:[4]

Perluasan Wilayah

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannudin Menyampaikan pidatonya

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannuddin

Setelah dijadikan sebuah Kesultanan Makassar, selanjutnya mereka berusaha untuk mengislamkan berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan.[1] Upaya yang dilaksanakan ini memperoleh perlawanan dari Kerajaan Bone pada tahun 1528 dan Bone membentuk persekutuan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng.[1] Selanjutnya persekutuan itu dikata dengan Persekutuan Tellum Pocco (Tiga Kekuasaan).[1] Namun satu persatu kerajaan tsb berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan Makassar.[1] Selain menakhlukkan kerajaan tetangga, mereka memperluas pengaruh hingga ke anggota timur kepulauan Nusa tenggara.[1] Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sempat menjalin kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan Mataram di Jawa. [5] Hingga sekarang, Islam dijadikan agama mayoritas di wilayah Sulawesi Selatan. [5]

Penguasa terbesar dan terakhir dari Kesultanan Makassar adalah Daeng Mattawang yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasannudin (1653-1669). [1] Di bawah kepemimpinan Hasannudin ini Makassar berkembang dijadikan satu daya akbar di kawasan timur Nusantara.[1] Sultan Hasannudi berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar hingga ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.[3] Sultan Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan dijadikan bandar transito di Indonesia anggota timur pada waktu itu.[3] Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.[3] Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar dijadikan kerajaan akbar dan berpengaruh terhadap kerajaan di lebih kurangnya.[3]

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Balai kota Makassar.

Dalam kurun waktu yang cukup lama, Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) terlibat persaingan dengan Kerajaan Bone.[6] Persaingan selang dua daya tsb pada berakhir melibatkan campur tangan dari Belanda dalam sebuah peperangan yang dinamakan Perang Makassar (1660-1669).[6] Belanda yang mempunyai tujuan tertentu yaitu, berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di pelabuhan Makassar memanfaatkan situasi dengan berpihak pada Kerajaan Bone, untuk musuh Kesultanan Makassar.[6] Selanjutnya dalam peperangan Makassar ini Kesultanan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasannudin akan tetapi Hasannudin tidak dapat mematahkan daya Kerajaan Bone yang dibantu oleh daya Belanda yang berambisi menguasai Makassar.[6] Selanjutnya Hasannudin dipaksa oleh VOC untuk menandatangai kontrak Bungaya (18 November 1667) untuk tanda takluk kepada VOC.[1]

Isi Kontrak Bungaya

Berikut ini merupakan isi dari kontrak selang kesultanan Makassar dengan VOC (Belanda):[3]

  1. VOC memperoleh hak monopoli di Makassar.[3]
  2. VOC diizinkan membangun benteng di Makassar.[3]
  3. Makassar harus melepaskan jajahan seperti Bone.[3]
  4. Semua bangsa asing diusir dari Makassar, kecuali VOC.[3]
  5. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja.[3]
  6. Makassar membayar semua utang perang.[3]
  7. Aru Palaka diakui untuk Raja Bone.[3]

Perdagangan dan Kemunduran Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Litografi Pelabuhan Makassar

Di belakang ratus tahun XV dan awal ratus tahun XVI M, Kerajaan-kerajaan di Nusantara memadukan kebutuhan politik dan ekonomi secara koheren untuk suatu sistem yang koheren, termasuk makassar.[7] Sejarah Makassar tidak terlepas dari keaktifan perdagangan maritim di wilayah Nusantara, Asia Tenggara, dan Asia Timur pada umumnya.[8] Dengan beradanya interaksi antarpusat perdagangan, Makassar dijadikan salah satu pintu masuk untuk para pedagang, terutama para pedagang Eropa.[8]

Kerajaan Makassar ini adalah salah satu kerjaan di Nusantara yang menganut sistem perdagangan maritim untuk membantu perekonomian di kerajaan, dengan sistem perdagangan maritim ini mulai terkenal dan tersohor pada pertengahan ratus tahun XV dan awal XVI M, terutama pada masa Karaeng Tumapa'resik Kallonna memerintah.[9] Karaeng ini membangun sebuah pangkalan perniagaan di Maccini Sombala yang bermuara di sungai Jeneberang hingga ke wilayah utara di sungai Tallo.[9] Sebuah Pelabuhan buka dengan sistem perdagangan lepas sama sekali sehingga dapat menarik pedagang dari Eropa, Cina, Arab, dan India yang bermukim di Nusantara.[9] Karaeng ini juga mengangkat seorang Syahbandar (seorang penjabat kerajaan yang bekerja mengatur dan mengawasi perdagangan, juga memiliki kekuasaan penuh di pelabuhan) untuk mengurusi dan mengatur perdagangan di wilayah Makassar.[9]

Kesultanan Makassar sebenarnya tidak memiliki banyak hasil bumi untuk diperdagangkan.[1] Hasil bumi yang dihasilkan di Makassar hanya beras.[1] Kesultanan lebih berperan untuk pelabuhan singgah.[1] Akan tetapi sumber lain menyebutkan bahwa begitu luasnya dan rute jaringan pelayaran hingga ke wilayah Pegu (Filipina), dan Cambay (india) menciptakan Makassar terkenal dengan perdagangan maritimnya di wilayah Asia.[10] Hasil-hasil bumi merupakan salah satu pemasukan ekonomi untuk Kesultanan Makassar dan Tanah-tanah pertanian disewakan dengan sistem untuk hasil.[11] Hasil-hasil tsb diperdagangkan menempuh jalur laut dengan menggunakan kapal laut.[11] Hasil ternah, emas, dan beras bahkan juga budak untuk salah satu sumber ekonomi di Kesultanan Makassar.[11] Selain itu, Makassar juga memperdagangkan bahan tekstil berupa kain dan pakaian, serta rempah-rempah.[10] Dengan Menjual kembali hasil-hasil yang diperoleh, Makassar memperoleh keuntungan dari perdaganan maritim yang dilaksanakan, terutama dengan pedagang dari Jawa.[12] Sehingga yang terjadi di pelabuhan adalah sistem beli dan menjual, Orang-orang yang akan pergi ke atau datang dari Nodaku singgah untuk berdagang rempah-rempah dan mengisi perbekalan di Makassar.[1] Kedudukan untuk pelabuhan singgah menciptakan makassar mendukung kebijakan pelayaran dan perdagangan lepas sama sekali di kawasan timur Nusantara.[1] Masuknya Belanda, VOC (Vereening-de Oost-Indische Compaigne) di Makassar ini merupakan masa baru untuk Makassar.[13] Makassar Merupakan pelabuhan yang terus buka untuk pelabuhan lepas sama sekali yang penting untuk semua pedagang asing dan pedangan lokal.[13] Kondisi perdagangan yang lepas sama sekali ini memicu konflik dengan orang Belanda yang bersedia memaksa pembatasan pelayaran dan monopoli perdagangan rempah-rempah.[1] Pertikaian dengan Belanda berakhir menyebabkan keruntuhan Kesultanan Makassar.[1]

Peninggalan Kesultanan Makassar

Lihat Pula

  • Fort Rotterdam
  • Masjid Katangka
  • Kerajaan Gowa
  • Kerajaan Bone

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Nino Oktorino,dkk (2009). Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Lentera Abadi. hlm. 84. ISBN 9789793535487. 
  2. ^ a b Afriza Hanafia. "Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo". Diakses 6 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Inyiak Tagalo. "Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar)". Diakses 6 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Kerajaan Makassar". Diakses 14 mei 2014. 
  5. ^ a b "Gowa, Kesultanan Islam di Timur Nusantara". Diakses 7 Mei 2014. 
  6. ^ a b c d Nana Supriatna (2008). Sejarah Untuk Kelas XI Sekolah Pertengahan Atas Program Bahasa. Jilid 2. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama. hlm. 42. ISBN 9797586014. 
  7. ^ Denys Lombard (2008). Nusa Jawa: Silang Budaya Jaringan Asia, Terjemah Winarsih Paartaningrat Arifin (eds). Jakarta: Gramedia Pustaka. hlm. 4. 
  8. ^ a b Edward L. Poelinggomang (2002). Makassar Ratus tahun XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 13. 
  9. ^ a b c d H.B Amiruddin Maula (2001). Demi Makassar: Renungan dan Pemikiran. Sulawesi Selatan: Global Publishing. hlm. 4. 
  10. ^ a b H.B Mangemba (1994). Semangat Kebaharian Orang Sulawesi Selatan: Dulu dan Sekarang, dalam Lontara: Majalah Ilmiah Unhas. Sulawesi Selatan: Hasanuddin University Press. hlm. 10. 
  11. ^ a b c M.C. Ricklefs (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. hlm. 59. 
  12. ^ Anthony Reid (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global, Terjemah R.Z Leirissa dan P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 2011. 
  13. ^ a b Yahya Harun (1995). Kerajaan Islam Nusantara: Ratus tahun XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Semesta. hlm. 6. 

 
Sulawesi anggota Utara

Bolaang Mongondow · Bolangitang · Gorontalo · Siau

 
Sulawesi anggota Tengah

Banawa · Banggai · Mori · Bungku · Buol · Dolo · Kulawi · Moutong · Napu · Palu · Parigi · Poso · Sigi · Tawaili · Tojo · Toli-Toli · Una-Una

 
Sulawesi anggota Selatan

Bone · Gowa · Luwu · Soppeng · Wajo

 
Sulawesi Tenggara

edunitas.com


Page 9

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Kerajaan Makassar (Kesultanan Makassar)

Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi anggota selatan pada ratus tahun ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah kerajaan kecil yang saling bertikai.[1] Kawasan ini selanjutnya dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo dijadikan Kesultanan Makassar.[1] Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-daya Sulawesi dengan kedudukan strategis dalam perdagangan rempah-rempah.[1] Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan petuah Islam di Makassar.[1]

Islam dan Berdirinya Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Masjid Makassar

Awal mulanya Upaya penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tidak banyak membawa hasil.[1] Demikian pula usaha Sultan Baabullah dari Ternate yang mendorong penguasa Gowa-Tallo supaya memeluk agama Islam.[1] Islam baru dapat berpijak kuat di Makassar berkat upaya Datok Ribandang dari Minangkabau.[1]

Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam.[1] Dalam perjalanannya kerajaan masing-masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun.[1] Hingga selanjutnya pada masa Gowa dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan.[2] Kedua kerajaan kembar itu pun dijadikan satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja, seorang hamba).[2] Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini berakhir meleburkan kedua wilayah dijadikan Kesultanan makassar yang berpusat di Sombaopu.[1] Meleburnya kedua kerajaan tsb dijadikan Kesultanan Makassar disaat Kerajaan Gowa masih dipimpin oleh Daeng Manrabbia bergelar Sultan Alauddin yang berkuasa dari tahun 1591 hingga 1638.[1] Sedangkan Kerajaan Tallo dibawah kekuasaan Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah sekaligus dijadikan Mangkubumi Kesultanan Makassar pertama.[1]

Faktor-faktor penyebab Kesultanan Makassar dijadikan akbar

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan Kesultanan Makassar dijadikan besar:[3]

Raja-raja Kesultanan Makassar

Perkembangan Kesultanan Makassar tidak terlepas dari peranan Raja-raja yang memerintah.[4] Adapun Raja-raja yang pernah memerintah Kesultanan Makassar, selang lain untuk berikut:[4]

  1. Sultan Alauddin (1591-1629 M).[4] Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.[4] Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan.[4]
  2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).[4] Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Nodaku untuk membantu rakyat Nodaku bertempur melawan Belanda.[4]
  3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).[4] Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai masa kejayaan.[4] Makassar berhasil menguasai nyaris seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan memperluas wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian Flores).[4] Hasanuddi mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur, karena keberaniannya dan semangat perjuangannya untuk Makassar dijadikan akbar.[4]

Kehidupan Sosial Kesultanan Makassar

Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal.[4] Warga Makassar dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:[4]

Perluasan Wilayah

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannudin Menyampaikan pidatonya

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannuddin

Setelah dijadikan sebuah Kesultanan Makassar, selanjutnya mereka berusaha untuk mengislamkan berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan.[1] Upaya yang dilaksanakan ini memperoleh perlawanan dari Kerajaan Bone pada tahun 1528 dan Bone membentuk persekutuan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng.[1] Selanjutnya persekutuan itu dikata dengan Persekutuan Tellum Pocco (Tiga Kekuasaan).[1] Namun satu persatu kerajaan tsb berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan Makassar.[1] Selain menakhlukkan kerajaan tetangga, mereka memperluas pengaruh hingga ke anggota timur kepulauan Nusa tenggara.[1] Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sempat menjalin kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan Mataram di Jawa. [5] Hingga sekarang, Islam dijadikan agama mayoritas di wilayah Sulawesi Selatan. [5]

Penguasa terbesar dan terakhir dari Kesultanan Makassar adalah Daeng Mattawang yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasannudin (1653-1669). [1] Di bawah kepemimpinan Hasannudin ini Makassar berkembang dijadikan satu daya akbar di kawasan timur Nusantara.[1] Sultan Hasannudi berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar hingga ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.[3] Sultan Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan dijadikan bandar transito di Indonesia anggota timur pada waktu itu.[3] Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.[3] Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar dijadikan kerajaan akbar dan berpengaruh terhadap kerajaan di lebih kurangnya.[3]

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Balai kota Makassar.

Dalam kurun waktu yang cukup lama, Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) terlibat persaingan dengan Kerajaan Bone.[6] Persaingan selang dua daya tsb pada berakhir melibatkan campur tangan dari Belanda dalam sebuah peperangan yang dinamakan Perang Makassar (1660-1669).[6] Belanda yang mempunyai tujuan tertentu yaitu, berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di pelabuhan Makassar memanfaatkan situasi dengan berpihak pada Kerajaan Bone, untuk musuh Kesultanan Makassar.[6] Selanjutnya dalam peperangan Makassar ini Kesultanan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasannudin akan tetapi Hasannudin tidak dapat mematahkan daya Kerajaan Bone yang dibantu oleh daya Belanda yang berambisi menguasai Makassar.[6] Selanjutnya Hasannudin dipaksa oleh VOC untuk menandatangai kontrak Bungaya (18 November 1667) untuk tanda takluk kepada VOC.[1]

Isi Kontrak Bungaya

Berikut ini merupakan isi dari kontrak selang kesultanan Makassar dengan VOC (Belanda):[3]

  1. VOC memperoleh hak monopoli di Makassar.[3]
  2. VOC diizinkan membangun benteng di Makassar.[3]
  3. Makassar harus melepaskan jajahan seperti Bone.[3]
  4. Semua bangsa asing diusir dari Makassar, kecuali VOC.[3]
  5. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja.[3]
  6. Makassar membayar semua utang perang.[3]
  7. Aru Palaka diakui untuk Raja Bone.[3]

Perdagangan dan Kemunduran Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Litografi Pelabuhan Makassar

Di belakang ratus tahun XV dan awal ratus tahun XVI M, Kerajaan-kerajaan di Nusantara memadukan kebutuhan politik dan ekonomi secara koheren untuk suatu sistem yang koheren, termasuk makassar.[7] Sejarah Makassar tidak terlepas dari keaktifan perdagangan maritim di wilayah Nusantara, Asia Tenggara, dan Asia Timur pada umumnya.[8] Dengan beradanya interaksi antarpusat perdagangan, Makassar dijadikan salah satu pintu masuk untuk para pedagang, terutama para pedagang Eropa.[8]

Kerajaan Makassar ini adalah salah satu kerjaan di Nusantara yang menganut sistem perdagangan maritim untuk membantu perekonomian di kerajaan, dengan sistem perdagangan maritim ini mulai terkenal dan tersohor pada pertengahan ratus tahun XV dan awal XVI M, terutama pada masa Karaeng Tumapa'resik Kallonna memerintah.[9] Karaeng ini membangun sebuah pangkalan perniagaan di Maccini Sombala yang bermuara di sungai Jeneberang hingga ke wilayah utara di sungai Tallo.[9] Sebuah Pelabuhan buka dengan sistem perdagangan lepas sama sekali sehingga dapat menarik pedagang dari Eropa, Cina, Arab, dan India yang bermukim di Nusantara.[9] Karaeng ini juga mengangkat seorang Syahbandar (seorang penjabat kerajaan yang bekerja mengatur dan mengawasi perdagangan, juga memiliki kekuasaan penuh di pelabuhan) untuk mengurusi dan mengatur perdagangan di wilayah Makassar.[9]

Kesultanan Makassar sebenarnya tidak memiliki banyak hasil bumi untuk diperdagangkan.[1] Hasil bumi yang dihasilkan di Makassar hanya beras.[1] Kesultanan lebih berperan untuk pelabuhan singgah.[1] Akan tetapi sumber lain menyebutkan bahwa begitu luasnya dan rute jaringan pelayaran hingga ke wilayah Pegu (Filipina), dan Cambay (india) menciptakan Makassar terkenal dengan perdagangan maritimnya di wilayah Asia.[10] Hasil-hasil bumi merupakan salah satu pemasukan ekonomi untuk Kesultanan Makassar dan Tanah-tanah pertanian disewakan dengan sistem untuk hasil.[11] Hasil-hasil tsb diperdagangkan menempuh jalur laut dengan menggunakan kapal laut.[11] Hasil ternah, emas, dan beras bahkan juga budak untuk salah satu sumber ekonomi di Kesultanan Makassar.[11] Selain itu, Makassar juga memperdagangkan bahan tekstil berupa kain dan pakaian, serta rempah-rempah.[10] Dengan Menjual kembali hasil-hasil yang diperoleh, Makassar memperoleh keuntungan dari perdaganan maritim yang dilaksanakan, terutama dengan pedagang dari Jawa.[12] Sehingga yang terjadi di pelabuhan adalah sistem beli dan menjual, Orang-orang yang akan pergi ke atau datang dari Nodaku singgah untuk berdagang rempah-rempah dan mengisi perbekalan di Makassar.[1] Kedudukan untuk pelabuhan singgah menciptakan makassar mendukung kebijakan pelayaran dan perdagangan lepas sama sekali di kawasan timur Nusantara.[1] Masuknya Belanda, VOC (Vereening-de Oost-Indische Compaigne) di Makassar ini merupakan masa baru untuk Makassar.[13] Makassar Merupakan pelabuhan yang terus buka untuk pelabuhan lepas sama sekali yang penting untuk semua pedagang asing dan pedangan lokal.[13] Kondisi perdagangan yang lepas sama sekali ini memicu konflik dengan orang Belanda yang bersedia memaksa pembatasan pelayaran dan monopoli perdagangan rempah-rempah.[1] Pertikaian dengan Belanda berakhir menyebabkan keruntuhan Kesultanan Makassar.[1]

Peninggalan Kesultanan Makassar

Lihat Pula

  • Fort Rotterdam
  • Masjid Katangka
  • Kerajaan Gowa
  • Kerajaan Bone

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Nino Oktorino,dkk (2009). Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Lentera Abadi. hlm. 84. ISBN 9789793535487. 
  2. ^ a b Afriza Hanafia. "Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo". Diakses 6 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Inyiak Tagalo. "Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar)". Diakses 6 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Kerajaan Makassar". Diakses 14 mei 2014. 
  5. ^ a b "Gowa, Kesultanan Islam di Timur Nusantara". Diakses 7 Mei 2014. 
  6. ^ a b c d Nana Supriatna (2008). Sejarah Untuk Kelas XI Sekolah Pertengahan Atas Program Bahasa. Jilid 2. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama. hlm. 42. ISBN 9797586014. 
  7. ^ Denys Lombard (2008). Nusa Jawa: Silang Budaya Jaringan Asia, Terjemah Winarsih Paartaningrat Arifin (eds). Jakarta: Gramedia Pustaka. hlm. 4. 
  8. ^ a b Edward L. Poelinggomang (2002). Makassar Ratus tahun XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 13. 
  9. ^ a b c d H.B Amiruddin Maula (2001). Demi Makassar: Renungan dan Pemikiran. Sulawesi Selatan: Global Publishing. hlm. 4. 
  10. ^ a b H.B Mangemba (1994). Semangat Kebaharian Orang Sulawesi Selatan: Dulu dan Sekarang, dalam Lontara: Majalah Ilmiah Unhas. Sulawesi Selatan: Hasanuddin University Press. hlm. 10. 
  11. ^ a b c M.C. Ricklefs (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. hlm. 59. 
  12. ^ Anthony Reid (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global, Terjemah R.Z Leirissa dan P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 2011. 
  13. ^ a b Yahya Harun (1995). Kerajaan Islam Nusantara: Ratus tahun XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Semesta. hlm. 6. 

 
Sulawesi anggota Utara

Bolaang Mongondow · Bolangitang · Gorontalo · Siau

 
Sulawesi anggota Tengah

Banawa · Banggai · Mori · Bungku · Buol · Dolo · Kulawi · Moutong · Napu · Palu · Parigi · Poso · Sigi · Tawaili · Tojo · Toli-Toli · Una-Una

 
Sulawesi anggota Selatan

Bone · Gowa · Luwu · Soppeng · Wajo

 
Sulawesi Tenggara

edunitas.com


Page 10

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Kerajaan Makassar (Kesultanan Makassar)

Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi anggota selatan pada ratus tahun ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah kerajaan kecil yang saling bertikai.[1] Kawasan ini selanjutnya dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo dijadikan Kesultanan Makassar.[1] Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-daya Sulawesi dengan kedudukan strategis dalam perdagangan rempah-rempah.[1] Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan petuah Islam di Makassar.[1]

Islam dan Berdirinya Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Masjid Makassar

Awal mulanya Upaya penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tidak banyak membawa hasil.[1] Demikian pula usaha Sultan Baabullah dari Ternate yang mendorong penguasa Gowa-Tallo supaya memeluk agama Islam.[1] Islam baru dapat berpijak kuat di Makassar berkat upaya Datok Ribandang dari Minangkabau.[1]

Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam.[1] Dalam perjalanannya kerajaan masing-masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun.[1] Hingga selanjutnya pada masa Gowa dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan.[2] Kedua kerajaan kembar itu pun dijadikan satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja, seorang hamba).[2] Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini berakhir meleburkan kedua wilayah dijadikan Kesultanan makassar yang berpusat di Sombaopu.[1] Meleburnya kedua kerajaan tsb dijadikan Kesultanan Makassar disaat Kerajaan Gowa masih dipimpin oleh Daeng Manrabbia bergelar Sultan Alauddin yang berkuasa dari tahun 1591 hingga 1638.[1] Sedangkan Kerajaan Tallo dibawah kekuasaan Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah sekaligus dijadikan Mangkubumi Kesultanan Makassar pertama.[1]

Faktor-faktor penyebab Kesultanan Makassar dijadikan akbar

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan Kesultanan Makassar dijadikan besar:[3]

Raja-raja Kesultanan Makassar

Perkembangan Kesultanan Makassar tidak terlepas dari peranan Raja-raja yang memerintah.[4] Adapun Raja-raja yang pernah memerintah Kesultanan Makassar, selang lain untuk berikut:[4]

  1. Sultan Alauddin (1591-1629 M).[4] Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.[4] Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan.[4]
  2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).[4] Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Nodaku untuk membantu rakyat Nodaku bertempur melawan Belanda.[4]
  3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).[4] Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai masa kejayaan.[4] Makassar berhasil menguasai nyaris seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan memperluas wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian Flores).[4] Hasanuddi mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur, karena keberaniannya dan semangat perjuangannya untuk Makassar dijadikan akbar.[4]

Kehidupan Sosial Kesultanan Makassar

Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal.[4] Warga Makassar dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:[4]

Perluasan Wilayah

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannudin Menyampaikan pidatonya

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannuddin

Setelah dijadikan sebuah Kesultanan Makassar, selanjutnya mereka berusaha untuk mengislamkan berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan.[1] Upaya yang dilaksanakan ini memperoleh perlawanan dari Kerajaan Bone pada tahun 1528 dan Bone membentuk persekutuan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng.[1] Selanjutnya persekutuan itu dikata dengan Persekutuan Tellum Pocco (Tiga Kekuasaan).[1] Namun satu persatu kerajaan tsb berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan Makassar.[1] Selain menakhlukkan kerajaan tetangga, mereka memperluas pengaruh hingga ke anggota timur kepulauan Nusa tenggara.[1] Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sempat menjalin kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan Mataram di Jawa. [5] Hingga sekarang, Islam dijadikan agama mayoritas di wilayah Sulawesi Selatan. [5]

Penguasa terbesar dan terakhir dari Kesultanan Makassar adalah Daeng Mattawang yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasannudin (1653-1669). [1] Di bawah kepemimpinan Hasannudin ini Makassar berkembang dijadikan satu daya akbar di kawasan timur Nusantara.[1] Sultan Hasannudi berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar hingga ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.[3] Sultan Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan dijadikan bandar transito di Indonesia anggota timur pada waktu itu.[3] Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.[3] Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar dijadikan kerajaan akbar dan berpengaruh terhadap kerajaan di lebih kurangnya.[3]

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Balai kota Makassar.

Dalam kurun waktu yang cukup lama, Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) terlibat persaingan dengan Kerajaan Bone.[6] Persaingan selang dua daya tsb pada berakhir melibatkan campur tangan dari Belanda dalam sebuah peperangan yang dinamakan Perang Makassar (1660-1669).[6] Belanda yang mempunyai tujuan tertentu yaitu, berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di pelabuhan Makassar memanfaatkan situasi dengan berpihak pada Kerajaan Bone, untuk musuh Kesultanan Makassar.[6] Selanjutnya dalam peperangan Makassar ini Kesultanan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasannudin akan tetapi Hasannudin tidak dapat mematahkan daya Kerajaan Bone yang dibantu oleh daya Belanda yang berambisi menguasai Makassar.[6] Selanjutnya Hasannudin dipaksa oleh VOC untuk menandatangai kontrak Bungaya (18 November 1667) untuk tanda takluk kepada VOC.[1]

Isi Kontrak Bungaya

Berikut ini merupakan isi dari kontrak selang kesultanan Makassar dengan VOC (Belanda):[3]

  1. VOC memperoleh hak monopoli di Makassar.[3]
  2. VOC diizinkan membangun benteng di Makassar.[3]
  3. Makassar harus melepaskan jajahan seperti Bone.[3]
  4. Semua bangsa asing diusir dari Makassar, kecuali VOC.[3]
  5. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja.[3]
  6. Makassar membayar semua utang perang.[3]
  7. Aru Palaka diakui untuk Raja Bone.[3]

Perdagangan dan Kemunduran Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Litografi Pelabuhan Makassar

Di belakang ratus tahun XV dan awal ratus tahun XVI M, Kerajaan-kerajaan di Nusantara memadukan kebutuhan politik dan ekonomi secara koheren untuk suatu sistem yang koheren, termasuk makassar.[7] Sejarah Makassar tidak terlepas dari keaktifan perdagangan maritim di wilayah Nusantara, Asia Tenggara, dan Asia Timur pada umumnya.[8] Dengan beradanya interaksi antarpusat perdagangan, Makassar dijadikan salah satu pintu masuk untuk para pedagang, terutama para pedagang Eropa.[8]

Kerajaan Makassar ini adalah salah satu kerjaan di Nusantara yang menganut sistem perdagangan maritim untuk membantu perekonomian di kerajaan, dengan sistem perdagangan maritim ini mulai terkenal dan tersohor pada pertengahan ratus tahun XV dan awal XVI M, terutama pada masa Karaeng Tumapa'resik Kallonna memerintah.[9] Karaeng ini membangun sebuah pangkalan perniagaan di Maccini Sombala yang bermuara di sungai Jeneberang hingga ke wilayah utara di sungai Tallo.[9] Sebuah Pelabuhan buka dengan sistem perdagangan lepas sama sekali sehingga dapat menarik pedagang dari Eropa, Cina, Arab, dan India yang bermukim di Nusantara.[9] Karaeng ini juga mengangkat seorang Syahbandar (seorang penjabat kerajaan yang bekerja mengatur dan mengawasi perdagangan, juga memiliki kekuasaan penuh di pelabuhan) untuk mengurusi dan mengatur perdagangan di wilayah Makassar.[9]

Kesultanan Makassar sebenarnya tidak memiliki banyak hasil bumi untuk diperdagangkan.[1] Hasil bumi yang dihasilkan di Makassar hanya beras.[1] Kesultanan lebih berperan untuk pelabuhan singgah.[1] Akan tetapi sumber lain menyebutkan bahwa begitu luasnya dan rute jaringan pelayaran hingga ke wilayah Pegu (Filipina), dan Cambay (india) menciptakan Makassar terkenal dengan perdagangan maritimnya di wilayah Asia.[10] Hasil-hasil bumi merupakan salah satu pemasukan ekonomi untuk Kesultanan Makassar dan Tanah-tanah pertanian disewakan dengan sistem untuk hasil.[11] Hasil-hasil tsb diperdagangkan menempuh jalur laut dengan menggunakan kapal laut.[11] Hasil ternah, emas, dan beras bahkan juga budak untuk salah satu sumber ekonomi di Kesultanan Makassar.[11] Selain itu, Makassar juga memperdagangkan bahan tekstil berupa kain dan pakaian, serta rempah-rempah.[10] Dengan Menjual kembali hasil-hasil yang diperoleh, Makassar memperoleh keuntungan dari perdaganan maritim yang dilaksanakan, terutama dengan pedagang dari Jawa.[12] Sehingga yang terjadi di pelabuhan adalah sistem beli dan menjual, Orang-orang yang akan pergi ke atau datang dari Nodaku singgah untuk berdagang rempah-rempah dan mengisi perbekalan di Makassar.[1] Kedudukan untuk pelabuhan singgah menciptakan makassar mendukung kebijakan pelayaran dan perdagangan lepas sama sekali di kawasan timur Nusantara.[1] Masuknya Belanda, VOC (Vereening-de Oost-Indische Compaigne) di Makassar ini merupakan masa baru untuk Makassar.[13] Makassar Merupakan pelabuhan yang terus buka untuk pelabuhan lepas sama sekali yang penting untuk semua pedagang asing dan pedangan lokal.[13] Kondisi perdagangan yang lepas sama sekali ini memicu konflik dengan orang Belanda yang bersedia memaksa pembatasan pelayaran dan monopoli perdagangan rempah-rempah.[1] Pertikaian dengan Belanda berakhir menyebabkan keruntuhan Kesultanan Makassar.[1]

Peninggalan Kesultanan Makassar

Lihat Pula

  • Fort Rotterdam
  • Masjid Katangka
  • Kerajaan Gowa
  • Kerajaan Bone

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Nino Oktorino,dkk (2009). Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Lentera Abadi. hlm. 84. ISBN 9789793535487. 
  2. ^ a b Afriza Hanafia. "Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo". Diakses 6 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Inyiak Tagalo. "Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar)". Diakses 6 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Kerajaan Makassar". Diakses 14 mei 2014. 
  5. ^ a b "Gowa, Kesultanan Islam di Timur Nusantara". Diakses 7 Mei 2014. 
  6. ^ a b c d Nana Supriatna (2008). Sejarah Untuk Kelas XI Sekolah Pertengahan Atas Program Bahasa. Jilid 2. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama. hlm. 42. ISBN 9797586014. 
  7. ^ Denys Lombard (2008). Nusa Jawa: Silang Budaya Jaringan Asia, Terjemah Winarsih Paartaningrat Arifin (eds). Jakarta: Gramedia Pustaka. hlm. 4. 
  8. ^ a b Edward L. Poelinggomang (2002). Makassar Ratus tahun XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 13. 
  9. ^ a b c d H.B Amiruddin Maula (2001). Demi Makassar: Renungan dan Pemikiran. Sulawesi Selatan: Global Publishing. hlm. 4. 
  10. ^ a b H.B Mangemba (1994). Semangat Kebaharian Orang Sulawesi Selatan: Dulu dan Sekarang, dalam Lontara: Majalah Ilmiah Unhas. Sulawesi Selatan: Hasanuddin University Press. hlm. 10. 
  11. ^ a b c M.C. Ricklefs (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. hlm. 59. 
  12. ^ Anthony Reid (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global, Terjemah R.Z Leirissa dan P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 2011. 
  13. ^ a b Yahya Harun (1995). Kerajaan Islam Nusantara: Ratus tahun XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Semesta. hlm. 6. 

 
Sulawesi anggota Utara

Bolaang Mongondow · Bolangitang · Gorontalo · Siau

 
Sulawesi anggota Tengah

Banawa · Banggai · Mori · Bungku · Buol · Dolo · Kulawi · Moutong · Napu · Palu · Parigi · Poso · Sigi · Tawaili · Tojo · Toli-Toli · Una-Una

 
Sulawesi anggota Selatan

Bone · Gowa · Luwu · Soppeng · Wajo

 
Sulawesi Tenggara

edunitas.com


Page 11

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Kerajaan Makassar (Kesultanan Makassar)

Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi anggota selatan pada ratus tahun ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah kerajaan kecil yang saling bertikai.[1] Kawasan ini selanjutnya dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo dijadikan Kesultanan Makassar.[1] Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-daya Sulawesi dengan kedudukan strategis dalam perdagangan rempah-rempah.[1] Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan petuah Islam di Makassar.[1]

Islam dan Berdirinya Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Masjid Makassar

Awal mulanya Upaya penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tidak banyak membawa hasil.[1] Demikian pula usaha Sultan Baabullah dari Ternate yang mendorong penguasa Gowa-Tallo supaya memeluk agama Islam.[1] Islam baru dapat berpijak kuat di Makassar berkat upaya Datok Ribandang dari Minangkabau.[1]

Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam.[1] Dalam perjalanannya kerajaan masing-masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun.[1] Hingga selanjutnya pada masa Gowa dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan.[2] Kedua kerajaan kembar itu pun dijadikan satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja, seorang hamba).[2] Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini berakhir meleburkan kedua wilayah dijadikan Kesultanan makassar yang berpusat di Sombaopu.[1] Meleburnya kedua kerajaan tsb dijadikan Kesultanan Makassar disaat Kerajaan Gowa masih dipimpin oleh Daeng Manrabbia bergelar Sultan Alauddin yang berkuasa dari tahun 1591 hingga 1638.[1] Sedangkan Kerajaan Tallo dibawah kekuasaan Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah sekaligus dijadikan Mangkubumi Kesultanan Makassar pertama.[1]

Faktor-faktor penyebab Kesultanan Makassar dijadikan akbar

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan Kesultanan Makassar dijadikan besar:[3]

Raja-raja Kesultanan Makassar

Perkembangan Kesultanan Makassar tidak terlepas dari peranan Raja-raja yang memerintah.[4] Adapun Raja-raja yang pernah memerintah Kesultanan Makassar, selang lain untuk berikut:[4]

  1. Sultan Alauddin (1591-1629 M).[4] Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.[4] Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan.[4]
  2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).[4] Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Nodaku untuk membantu rakyat Nodaku bertempur melawan Belanda.[4]
  3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).[4] Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai masa kejayaan.[4] Makassar berhasil menguasai nyaris seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan memperluas wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian Flores).[4] Hasanuddi mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur, karena keberaniannya dan semangat perjuangannya untuk Makassar dijadikan akbar.[4]

Kehidupan Sosial Kesultanan Makassar

Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal.[4] Warga Makassar dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:[4]

Perluasan Wilayah

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannudin Menyampaikan pidatonya

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannuddin

Setelah dijadikan sebuah Kesultanan Makassar, selanjutnya mereka berusaha untuk mengislamkan berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan.[1] Upaya yang dilaksanakan ini memperoleh perlawanan dari Kerajaan Bone pada tahun 1528 dan Bone membentuk persekutuan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng.[1] Selanjutnya persekutuan itu dikata dengan Persekutuan Tellum Pocco (Tiga Kekuasaan).[1] Namun satu persatu kerajaan tsb berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan Makassar.[1] Selain menakhlukkan kerajaan tetangga, mereka memperluas pengaruh hingga ke anggota timur kepulauan Nusa tenggara.[1] Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sempat menjalin kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan Mataram di Jawa. [5] Hingga sekarang, Islam dijadikan agama mayoritas di wilayah Sulawesi Selatan. [5]

Penguasa terbesar dan terakhir dari Kesultanan Makassar adalah Daeng Mattawang yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasannudin (1653-1669). [1] Di bawah kepemimpinan Hasannudin ini Makassar berkembang dijadikan satu daya akbar di kawasan timur Nusantara.[1] Sultan Hasannudi berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar hingga ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.[3] Sultan Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan dijadikan bandar transito di Indonesia anggota timur pada waktu itu.[3] Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.[3] Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar dijadikan kerajaan akbar dan berpengaruh terhadap kerajaan di lebih kurangnya.[3]

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Balai kota Makassar.

Dalam kurun waktu yang cukup lama, Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) terlibat persaingan dengan Kerajaan Bone.[6] Persaingan selang dua daya tsb pada berakhir melibatkan campur tangan dari Belanda dalam sebuah peperangan yang dinamakan Perang Makassar (1660-1669).[6] Belanda yang mempunyai tujuan tertentu yaitu, berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di pelabuhan Makassar memanfaatkan situasi dengan berpihak pada Kerajaan Bone, untuk musuh Kesultanan Makassar.[6] Selanjutnya dalam peperangan Makassar ini Kesultanan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasannudin akan tetapi Hasannudin tidak dapat mematahkan daya Kerajaan Bone yang dibantu oleh daya Belanda yang berambisi menguasai Makassar.[6] Selanjutnya Hasannudin dipaksa oleh VOC untuk menandatangai kontrak Bungaya (18 November 1667) untuk tanda takluk kepada VOC.[1]

Isi Kontrak Bungaya

Berikut ini merupakan isi dari kontrak selang kesultanan Makassar dengan VOC (Belanda):[3]

  1. VOC memperoleh hak monopoli di Makassar.[3]
  2. VOC diizinkan membangun benteng di Makassar.[3]
  3. Makassar harus melepaskan jajahan seperti Bone.[3]
  4. Semua bangsa asing diusir dari Makassar, kecuali VOC.[3]
  5. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja.[3]
  6. Makassar membayar semua utang perang.[3]
  7. Aru Palaka diakui untuk Raja Bone.[3]

Perdagangan dan Kemunduran Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Litografi Pelabuhan Makassar

Di belakang ratus tahun XV dan awal ratus tahun XVI M, Kerajaan-kerajaan di Nusantara memadukan kebutuhan politik dan ekonomi secara koheren untuk suatu sistem yang koheren, termasuk makassar.[7] Sejarah Makassar tidak terlepas dari keaktifan perdagangan maritim di wilayah Nusantara, Asia Tenggara, dan Asia Timur pada umumnya.[8] Dengan beradanya interaksi antarpusat perdagangan, Makassar dijadikan salah satu pintu masuk untuk para pedagang, terutama para pedagang Eropa.[8]

Kerajaan Makassar ini adalah salah satu kerjaan di Nusantara yang menganut sistem perdagangan maritim untuk membantu perekonomian di kerajaan, dengan sistem perdagangan maritim ini mulai terkenal dan tersohor pada pertengahan ratus tahun XV dan awal XVI M, terutama pada masa Karaeng Tumapa'resik Kallonna memerintah.[9] Karaeng ini membangun sebuah pangkalan perniagaan di Maccini Sombala yang bermuara di sungai Jeneberang hingga ke wilayah utara di sungai Tallo.[9] Sebuah Pelabuhan buka dengan sistem perdagangan lepas sama sekali sehingga dapat menarik pedagang dari Eropa, Cina, Arab, dan India yang bermukim di Nusantara.[9] Karaeng ini juga mengangkat seorang Syahbandar (seorang penjabat kerajaan yang bekerja mengatur dan mengawasi perdagangan, juga memiliki kekuasaan penuh di pelabuhan) untuk mengurusi dan mengatur perdagangan di wilayah Makassar.[9]

Kesultanan Makassar sebenarnya tidak memiliki banyak hasil bumi untuk diperdagangkan.[1] Hasil bumi yang dihasilkan di Makassar hanya beras.[1] Kesultanan lebih berperan untuk pelabuhan singgah.[1] Akan tetapi sumber lain menyebutkan bahwa begitu luasnya dan rute jaringan pelayaran hingga ke wilayah Pegu (Filipina), dan Cambay (india) menciptakan Makassar terkenal dengan perdagangan maritimnya di wilayah Asia.[10] Hasil-hasil bumi merupakan salah satu pemasukan ekonomi untuk Kesultanan Makassar dan Tanah-tanah pertanian disewakan dengan sistem untuk hasil.[11] Hasil-hasil tsb diperdagangkan menempuh jalur laut dengan menggunakan kapal laut.[11] Hasil ternah, emas, dan beras bahkan juga budak untuk salah satu sumber ekonomi di Kesultanan Makassar.[11] Selain itu, Makassar juga memperdagangkan bahan tekstil berupa kain dan pakaian, serta rempah-rempah.[10] Dengan Menjual kembali hasil-hasil yang diperoleh, Makassar memperoleh keuntungan dari perdaganan maritim yang dilaksanakan, terutama dengan pedagang dari Jawa.[12] Sehingga yang terjadi di pelabuhan adalah sistem beli dan menjual, Orang-orang yang akan pergi ke atau datang dari Nodaku singgah untuk berdagang rempah-rempah dan mengisi perbekalan di Makassar.[1] Kedudukan untuk pelabuhan singgah menciptakan makassar mendukung kebijakan pelayaran dan perdagangan lepas sama sekali di kawasan timur Nusantara.[1] Masuknya Belanda, VOC (Vereening-de Oost-Indische Compaigne) di Makassar ini merupakan masa baru untuk Makassar.[13] Makassar Merupakan pelabuhan yang terus buka untuk pelabuhan lepas sama sekali yang penting untuk semua pedagang asing dan pedangan lokal.[13] Kondisi perdagangan yang lepas sama sekali ini memicu konflik dengan orang Belanda yang bersedia memaksa pembatasan pelayaran dan monopoli perdagangan rempah-rempah.[1] Pertikaian dengan Belanda berakhir menyebabkan keruntuhan Kesultanan Makassar.[1]

Peninggalan Kesultanan Makassar

Lihat Pula

  • Fort Rotterdam
  • Masjid Katangka
  • Kerajaan Gowa
  • Kerajaan Bone

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Nino Oktorino,dkk (2009). Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Lentera Abadi. hlm. 84. ISBN 9789793535487. 
  2. ^ a b Afriza Hanafia. "Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo". Diakses 6 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Inyiak Tagalo. "Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar)". Diakses 6 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Kerajaan Makassar". Diakses 14 mei 2014. 
  5. ^ a b "Gowa, Kesultanan Islam di Timur Nusantara". Diakses 7 Mei 2014. 
  6. ^ a b c d Nana Supriatna (2008). Sejarah Untuk Kelas XI Sekolah Pertengahan Atas Program Bahasa. Jilid 2. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama. hlm. 42. ISBN 9797586014. 
  7. ^ Denys Lombard (2008). Nusa Jawa: Silang Budaya Jaringan Asia, Terjemah Winarsih Paartaningrat Arifin (eds). Jakarta: Gramedia Pustaka. hlm. 4. 
  8. ^ a b Edward L. Poelinggomang (2002). Makassar Ratus tahun XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 13. 
  9. ^ a b c d H.B Amiruddin Maula (2001). Demi Makassar: Renungan dan Pemikiran. Sulawesi Selatan: Global Publishing. hlm. 4. 
  10. ^ a b H.B Mangemba (1994). Semangat Kebaharian Orang Sulawesi Selatan: Dulu dan Sekarang, dalam Lontara: Majalah Ilmiah Unhas. Sulawesi Selatan: Hasanuddin University Press. hlm. 10. 
  11. ^ a b c M.C. Ricklefs (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. hlm. 59. 
  12. ^ Anthony Reid (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global, Terjemah R.Z Leirissa dan P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 2011. 
  13. ^ a b Yahya Harun (1995). Kerajaan Islam Nusantara: Ratus tahun XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Semesta. hlm. 6. 

 
Sulawesi anggota Utara

Bolaang Mongondow · Bolangitang · Gorontalo · Siau

 
Sulawesi anggota Tengah

Banawa · Banggai · Mori · Bungku · Buol · Dolo · Kulawi · Moutong · Napu · Palu · Parigi · Poso · Sigi · Tawaili · Tojo · Toli-Toli · Una-Una

 
Sulawesi anggota Selatan

Bone · Gowa · Luwu · Soppeng · Wajo

 
Sulawesi Tenggara

edunitas.com


Page 12

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

peta wilayah : a. Khorasan, b. Transoxiana, c. Khwarezmia

Khorasan Raya (bahasa Persia: خراسان بزرگ) (juga dieja Khorasaan, Khurasan dan Khurasaan) adalah istilah modern untuk wilayah timur Persia lawas semenjak abad ke-3. Khorasan Raya meliputi wilayah yang sekarang merupakan anggota dari Iran, Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan.

Khorasan Raya meliputi Nishapur, Tus (kini di Iran), Herat, Balkh, Kabul dan Ghazni (kini di Afganistan), Merv (kini di Turkmenistan), Samarqand, Bukhara dan Khiva (kini di Uzbekistan), Khujand dan Panjakent (kini di Tajikistan).

Pustaka

  • Lorentz, J. Historical Dictionary of Iran. 1995 ISBN 0-8108-2994-0

edunitas.com


Page 13

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

peta wilayah : a. Khorasan, b. Transoxiana, c. Khwarezmia

Khorasan Raya (bahasa Persia: خراسان بزرگ) (juga dieja Khorasaan, Khurasan dan Khurasaan) adalah istilah modern untuk wilayah timur Persia lawas semenjak abad ke-3. Khorasan Raya meliputi wilayah yang sekarang merupakan anggota dari Iran, Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan.

Khorasan Raya meliputi Nishapur, Tus (kini di Iran), Herat, Balkh, Kabul dan Ghazni (kini di Afganistan), Merv (kini di Turkmenistan), Samarqand, Bukhara dan Khiva (kini di Uzbekistan), Khujand dan Panjakent (kini di Tajikistan).

Pustaka

  • Lorentz, J. Historical Dictionary of Iran. 1995 ISBN 0-8108-2994-0

edunitas.com


Page 14

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

peta wilayah : a. Khorasan, b. Transoxiana, c. Khwarezmia

Khorasan Raya (bahasa Persia: خراسان بزرگ) (juga dieja Khorasaan, Khurasan dan Khurasaan) adalah istilah modern untuk wilayah timur Persia lawas semenjak abad ke-3. Khorasan Raya meliputi wilayah yang sekarang merupakan anggota dari Iran, Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan.

Khorasan Raya meliputi Nishapur, Tus (kini di Iran), Herat, Balkh, Kabul dan Ghazni (kini di Afganistan), Merv (kini di Turkmenistan), Samarqand, Bukhara dan Khiva (kini di Uzbekistan), Khujand dan Panjakent (kini di Tajikistan).

Pustaka

  • Lorentz, J. Historical Dictionary of Iran. 1995 ISBN 0-8108-2994-0

edunitas.com


Page 15

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

peta wilayah : a. Khorasan, b. Transoxiana, c. Khwarezmia

Khorasan Raya (bahasa Persia: خراسان بزرگ) (juga dieja Khorasaan, Khurasan dan Khurasaan) adalah istilah modern untuk wilayah timur Persia lawas semenjak abad ke-3. Khorasan Raya meliputi wilayah yang sekarang merupakan anggota dari Iran, Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan.

Khorasan Raya meliputi Nishapur, Tus (kini di Iran), Herat, Balkh, Kabul dan Ghazni (kini di Afganistan), Merv (kini di Turkmenistan), Samarqand, Bukhara dan Khiva (kini di Uzbekistan), Khujand dan Panjakent (kini di Tajikistan).

Pustaka

  • Lorentz, J. Historical Dictionary of Iran. 1995 ISBN 0-8108-2994-0

edunitas.com


Page 16

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Kerajaan Makassar (Kesultanan Makassar)

Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi anggota selatan pada ratus tahun ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah kerajaan kecil yang saling bertikai.[1] Daerah ini belakang dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan Makassar.[1] Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-daya Sulawesi dengan posisi strategis dalam perdagangan rempah-rempah.[1] Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan nasihat Islam di Makassar.[1]

Islam dan Berdirinya Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Masjid Makassar

Awalnya Upaya penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tidak banyak membawa hasil.[1] Demikian pula usaha Sultan Baabullah dari Ternate yang mendorong penguasa Gowa-Tallo supaya memeluk agama Islam.[1] Islam baru dapat berpijak kuat di Makassar berkat upaya Datok Ribandang dari Minangkabau.[1]

Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam.[1] Dalam perjalanannya kerajaan masing-masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun.[1] Sampai belakang pada ketika Gowa dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan.[2] Kedua kerajaan kembar itu pun menjadi satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja, seorang hamba).[2] Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini penghabisannya meleburkan kedua wilayah menjadi Kesultanan makassar yang berpusat di Sombaopu.[1] Meleburnya kedua kerajaan tersebut menjadi Kesultanan Makassar disaat Kerajaan Gowa sedang dipimpin oleh Daeng Manrabbia bergelar Sultan Alauddin yang berkuasa dari tahun 1591 sampai 1638.[1] Sedangkan Kerajaan Tallo dibawah kekuasaan Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah sekaligus menjadi Mangkubumi Kesultanan Makassar pertama.[1]

Faktor-faktor penyebab Kesultanan Makassar menjadi akbar

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mengakibatkan Kesultanan Makassar menjadi besar:[3]

Raja-raja Kesultanan Makassar

Perkembangan Kesultanan Makassar tidak terlepas dari peranan Raja-raja yang memerintah.[4] Adapun Raja-raja yang pernah memerintah Kesultanan Makassar, selang lain untuk berikut:[4]

  1. Sultan Alauddin (1591-1629 M).[4] Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.[4] Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan.[4]
  2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).[4] Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Keliruku untuk membantu rakyat Keliruku bertempur melawan Belanda.[4]
  3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).[4] Pada ketika pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai ketika kejayaan.[4] Makassar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan meluaskan wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian Flores).[4] Hasanuddi mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur, sebab keberaniannya dan semangat perjuangannya untuk Makassar menjadi akbar.[4]

Kehidupan Sosial Kesultanan Makassar

Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal.[4] Warga Makassar dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:[4]

Perluasan Wilayah

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannudin Menyampaikan pidatonya

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannuddin

Setelah menjadi sebuah Kesultanan Makassar, belakang mereka berupaya untuk mengislamkan berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan.[1] Upaya yang diterapkan ini mendapatkan perlawanan dari Kerajaan Bone pada tahun 1528 dan Bone membentuk persekutuan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng.[1] Belakang persekutuan itu dikata dengan Persekutuan Tellum Pocco (Tiga Kekuasaan).[1] Namun satu persatu kerajaan tersebut berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan Makassar.[1] Selain menakhlukkan kerajaan tetangga, mereka meluaskan pengaruh sampai ke anggota timur kepulauan Nusa tenggara.[1] Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sempat menjalin kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan Mataram di Jawa. [5] Sampai kini, Islam menjadi agama mayoritas di wilayah Sulawesi Selatan. [5]

Penguasa paling akbar dan terakhir dari Kesultanan Makassar adalah Daeng Mattawang yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasannudin (1653-1669). [1] Di bawah kepemimpinan Hasannudin ini Makassar mengembang menjadi satu daya akbar di kawasan timur Nusantara.[1] Sultan Hasannudi berhasil meluaskan pengaruh Kerajaan Makassar mencapai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.[3] Sultan Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito di Indonesia anggota timur pada waktu itu.[3] Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.[3] Sebab keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan akbar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.[3]

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Balai kota Makassar.

Dalam kurun waktu yang cukup lama, Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) terlibat persaingan dengan Kerajaan Bone.[6] Persaingan selang dua daya tersebut pada penghabisannya melibatkan campur tangan dari Belanda dalam sebuah peperangan yang dikata Perang Makassar (1660-1669).[6] Belanda yang mempunyai tujuan tertentu yaitu, berupaya memonopoli perdagangan rempah-rempah di pelabuhan Makassar memanfaatkan situasi dengan berpihak pada Kerajaan Bone, untuk musuh Kesultanan Makassar.[6] Belakang dalam peperangan Makassar ini Kesultanan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasannudin akan tetapi Hasannudin tidak bisa mematahkan daya Kerajaan Bone yang dibantu oleh daya Belanda yang berambisi menguasai Makassar.[6] Belakang Hasannudin dipaksa oleh VOC untuk menandatangai kontrak Bungaya (18 November 1667) untuk tanda takluk kepada VOC.[1]

Isi Kontrak Bungaya

Berikut ini merupakan isi dari kontrak selang kesultanan Makassar dengan VOC (Belanda):[3]

  1. VOC mendapat hak monopoli di Makassar.[3]
  2. VOC diizinkan membangun benteng di Makassar.[3]
  3. Makassar harus memerdekakan yang dijajah seperti Bone.[3]
  4. Semua bangsa asing ditolak dari Makassar, kecuali VOC.[3]
  5. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja.[3]
  6. Makassar membayar semua utang perang.[3]
  7. Aru Palaka diakui untuk Raja Bone.[3]

Perdagangan dan Kemunduran Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Litografi Pelabuhan Makassar

Di penghabisan ratus tahun XV dan awal ratus tahun XVI M, Kerajaan-kerajaan di Nusantara memadukan kepentingan politik dan ekonomi secara koheren untuk suatu sistem yang koheren, termasuk makassar.[7] Sejarah Makassar tidak terlepas dari cara perdagangan maritim di wilayah Nusantara, Asia Tenggara, dan Asia Timur pada umumnya.[8] Dengan keadaan interaksi antarpusat perdagangan, Makassar menjadi salah satu pintu masuk untuk para pedagang, terutama para pedagang Eropa.[8]

Kerajaan Makassar ini adalah salah satu kerjaan di Nusantara yang menganut sistem perdagangan maritim untuk membantu perekonomian di kerajaan, dengan sistem perdagangan maritim ini mulai terkenal dan tersohor pada menengah ratus tahun XV dan awal XVI M, terutama pada ketika Karaeng Tumapa'resik Kallonna memerintah.[9] Karaeng ini membangun sebuah pangkalan perniagaan di Maccini Sombala yang bermuara di sungai Jeneberang sampai ke wilayah utara di sungai Tallo.[9] Sebuah Pelabuhan membuka dengan sistem perdagangan bebas sama sekali sehingga dapat menarik pedagang dari Eropa, Cina, Arab, dan India yang bermukim di Nusantara.[9] Karaeng ini juga mengangkat seorang Syahbandar (seorang penjabat kerajaan yang bertugas mengatur dan mengawasi perdagangan, juga mempunyai kekuasaan penuh di pelabuhan) untuk mengurusi dan mengatur perdagangan di wilayah Makassar.[9]

Kesultanan Makassar sebenarnya tidak mempunyai banyak hasil bumi untuk diperdagangkan.[1] Hasil bumi yang dihasilkan di Makassar hanya beras.[1] Kesultanan lebih memerankan untuk pelabuhan singgah.[1] Akan tetapi sumber lain menyebutkan bahwa begitu lapangnya dan rute jaringan pelayaran sampai ke wilayah Pegu (Filipina), dan Cambay (india) membikin Makassar terkenal dengan perdagangan maritimnya di wilayah Asia.[10] Hasil-hasil bumi merupakan salah satu pemasukan ekonomi untuk Kesultanan Makassar dan Tanah-tanah pertanian disewakan dengan sistem untuk hasil.[11] Hasil-hasil tersebut diperdagangkan menempuh jalur laut dengan mempergunakan kapal laut.[11] Hasil ternah, emas, dan beras bahkan juga budak untuk salah satu sumber ekonomi di Kesultanan Makassar.[11] Selain itu, Makassar juga memperdagangkan bahan tekstil berupa kain dan pakaian, serta rempah-rempah.[10] Dengan Menjual kembali hasil-hasil yang diperoleh, Makassar mendapatkan keuntungan dari perdaganan maritim yang diterapkan, terutama dengan pedagang dari Jawa.[12] Sehingga yang terjadi di pelabuhan adalah sistem beli dan menjual, Orang-orang yang akan berkunjung ke atau datang dari Keliruku singgah untuk berjualan rempah-rempah dan mengisi perbekalan di Makassar.[1] Posisi untuk pelabuhan singgah membikin makassar mendukung kebijakan pelayaran dan perdagangan bebas sama sekali di kawasan timur Nusantara.[1] Masuknya Belanda, VOC (Vereening-de Oost-Indische Compaigne) di Makassar ini merupakan ketika baru untuk Makassar.[13] Makassar Merupakan pelabuhan yang terus membuka untuk pelabuhan bebas sama sekali yang penting untuk semua pedagang asing dan pedangan lokal.[13] Kondisi perdagangan yang bebas sama sekali ini memicu konflik dengan orang Belanda yang ingin memaksa pembatasan pelayaran dan monopoli perdagangan rempah-rempah.[1] Pertikaian dengan Belanda penghabisannya mengakibatkan keruntuhan Kesultanan Makassar.[1]

Peninggalan Kesultanan Makassar

Lihat Pula

  • Fort Rotterdam
  • Masjid Katangka
  • Kerajaan Gowa
  • Kerajaan Bone

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Nino Oktorino,dkk (2009). Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Lentera Abadi. hlm. 84. ISBN 9789793535487. 
  2. ^ a b Afriza Hanafia. "Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo". Diakses 6 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Inyiak Tagalo. "Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar)". Diakses 6 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Kerajaan Makassar". Diakses 14 mei 2014. 
  5. ^ a b "Gowa, Kesultanan Islam di Timur Nusantara". Diakses 7 Mei 2014. 
  6. ^ a b c d Nana Supriatna (2008). Sejarah Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas Program Bahasa. Jilid 2. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama. hlm. 42. ISBN 9797586014. 
  7. ^ Denys Lombard (2008). Nusa Jawa: Silang Budaya Jaringan Asia, Terjemah Winarsih Paartaningrat Arifin (eds). Jakarta: Gramedia Pustaka. hlm. 4. 
  8. ^ a b Edward L. Poelinggomang (2002). Makassar Ratus tahun XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 13. 
  9. ^ a b c d H.B Amiruddin Maula (2001). Demi Makassar: Renungan dan Konsep. Sulawesi Selatan: Global Publishing. hlm. 4. 
  10. ^ a b H.B Mangemba (1994). Semangat Kebaharian Orang Sulawesi Selatan: Dulu dan Sekarang, dalam Lontara: Majalah Ilmiah Unhas. Sulawesi Selatan: Hasanuddin University Press. hlm. 10. 
  11. ^ a b c M.C. Ricklefs (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Pengetahuan Semesta. hlm. 59. 
  12. ^ Anthony Reid (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global, Terjemah R.Z Leirissa dan P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 2011. 
  13. ^ a b Yahya Harun (1995). Kerajaan Islam Nusantara: Ratus tahun XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Semesta. hlm. 6. 

 
Sulawesi anggota Utara

Bolaang Mongondow · Bolangitang · Gorontalo · Siau

 
Sulawesi anggota Tengah

Banawa · Banggai · Mori · Bungku · Buol · Dolo · Kulawi · Moutong · Napu · Palu · Parigi · Poso · Sigi · Tawaili · Tojo · Toli-Toli · Una-Una

 
Sulawesi anggota Selatan

Bone · Gowa · Luwu · Soppeng · Wajo

 
Sulawesi Tenggara

edunitas.com


Page 17

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Kerajaan Makassar (Kesultanan Makassar)

Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi anggota selatan pada ratus tahun ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah kerajaan kecil yang saling bertikai.[1] Daerah ini belakang dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan Makassar.[1] Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-daya Sulawesi dengan posisi strategis dalam perdagangan rempah-rempah.[1] Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan nasihat Islam di Makassar.[1]

Islam dan Berdirinya Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Masjid Makassar

Awalnya Upaya penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tidak banyak membawa hasil.[1] Demikian pula usaha Sultan Baabullah dari Ternate yang mendorong penguasa Gowa-Tallo supaya memeluk agama Islam.[1] Islam baru dapat berpijak kuat di Makassar berkat upaya Datok Ribandang dari Minangkabau.[1]

Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam.[1] Dalam perjalanannya kerajaan masing-masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun.[1] Sampai belakang pada ketika Gowa dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan.[2] Kedua kerajaan kembar itu pun menjadi satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja, seorang hamba).[2] Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini penghabisannya meleburkan kedua wilayah menjadi Kesultanan makassar yang berpusat di Sombaopu.[1] Meleburnya kedua kerajaan tersebut menjadi Kesultanan Makassar disaat Kerajaan Gowa sedang dipimpin oleh Daeng Manrabbia bergelar Sultan Alauddin yang berkuasa dari tahun 1591 sampai 1638.[1] Sedangkan Kerajaan Tallo dibawah kekuasaan Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah sekaligus menjadi Mangkubumi Kesultanan Makassar pertama.[1]

Faktor-faktor penyebab Kesultanan Makassar menjadi akbar

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mengakibatkan Kesultanan Makassar menjadi besar:[3]

Raja-raja Kesultanan Makassar

Perkembangan Kesultanan Makassar tidak terlepas dari peranan Raja-raja yang memerintah.[4] Adapun Raja-raja yang pernah memerintah Kesultanan Makassar, selang lain untuk berikut:[4]

  1. Sultan Alauddin (1591-1629 M).[4] Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.[4] Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan.[4]
  2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).[4] Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Keliruku untuk membantu rakyat Keliruku bertempur melawan Belanda.[4]
  3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).[4] Pada ketika pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai ketika kejayaan.[4] Makassar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan meluaskan wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian Flores).[4] Hasanuddi mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur, sebab keberaniannya dan semangat perjuangannya untuk Makassar menjadi akbar.[4]

Kehidupan Sosial Kesultanan Makassar

Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal.[4] Warga Makassar dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:[4]

Perluasan Wilayah

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannudin Menyampaikan pidatonya

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannuddin

Setelah menjadi sebuah Kesultanan Makassar, belakang mereka berupaya untuk mengislamkan berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan.[1] Upaya yang diterapkan ini mendapatkan perlawanan dari Kerajaan Bone pada tahun 1528 dan Bone membentuk persekutuan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng.[1] Belakang persekutuan itu dikata dengan Persekutuan Tellum Pocco (Tiga Kekuasaan).[1] Namun satu persatu kerajaan tersebut berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan Makassar.[1] Selain menakhlukkan kerajaan tetangga, mereka meluaskan pengaruh sampai ke anggota timur kepulauan Nusa tenggara.[1] Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sempat menjalin kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan Mataram di Jawa. [5] Sampai kini, Islam menjadi agama mayoritas di wilayah Sulawesi Selatan. [5]

Penguasa paling akbar dan terakhir dari Kesultanan Makassar adalah Daeng Mattawang yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasannudin (1653-1669). [1] Di bawah kepemimpinan Hasannudin ini Makassar mengembang menjadi satu daya akbar di kawasan timur Nusantara.[1] Sultan Hasannudi berhasil meluaskan pengaruh Kerajaan Makassar mencapai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.[3] Sultan Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito di Indonesia anggota timur pada waktu itu.[3] Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.[3] Sebab keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan akbar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.[3]

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Balai kota Makassar.

Dalam kurun waktu yang cukup lama, Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) terlibat persaingan dengan Kerajaan Bone.[6] Persaingan selang dua daya tersebut pada penghabisannya melibatkan campur tangan dari Belanda dalam sebuah peperangan yang dikata Perang Makassar (1660-1669).[6] Belanda yang mempunyai tujuan tertentu yaitu, berupaya memonopoli perdagangan rempah-rempah di pelabuhan Makassar memanfaatkan situasi dengan berpihak pada Kerajaan Bone, untuk musuh Kesultanan Makassar.[6] Belakang dalam peperangan Makassar ini Kesultanan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasannudin akan tetapi Hasannudin tidak bisa mematahkan daya Kerajaan Bone yang dibantu oleh daya Belanda yang berambisi menguasai Makassar.[6] Belakang Hasannudin dipaksa oleh VOC untuk menandatangai kontrak Bungaya (18 November 1667) untuk tanda takluk kepada VOC.[1]

Isi Kontrak Bungaya

Berikut ini merupakan isi dari kontrak selang kesultanan Makassar dengan VOC (Belanda):[3]

  1. VOC mendapat hak monopoli di Makassar.[3]
  2. VOC diizinkan membangun benteng di Makassar.[3]
  3. Makassar harus memerdekakan yang dijajah seperti Bone.[3]
  4. Semua bangsa asing ditolak dari Makassar, kecuali VOC.[3]
  5. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja.[3]
  6. Makassar membayar semua utang perang.[3]
  7. Aru Palaka diakui untuk Raja Bone.[3]

Perdagangan dan Kemunduran Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Litografi Pelabuhan Makassar

Di penghabisan ratus tahun XV dan awal ratus tahun XVI M, Kerajaan-kerajaan di Nusantara memadukan kepentingan politik dan ekonomi secara koheren untuk suatu sistem yang koheren, termasuk makassar.[7] Sejarah Makassar tidak terlepas dari cara perdagangan maritim di wilayah Nusantara, Asia Tenggara, dan Asia Timur pada umumnya.[8] Dengan keadaan interaksi antarpusat perdagangan, Makassar menjadi salah satu pintu masuk untuk para pedagang, terutama para pedagang Eropa.[8]

Kerajaan Makassar ini adalah salah satu kerjaan di Nusantara yang menganut sistem perdagangan maritim untuk membantu perekonomian di kerajaan, dengan sistem perdagangan maritim ini mulai terkenal dan tersohor pada menengah ratus tahun XV dan awal XVI M, terutama pada ketika Karaeng Tumapa'resik Kallonna memerintah.[9] Karaeng ini membangun sebuah pangkalan perniagaan di Maccini Sombala yang bermuara di sungai Jeneberang sampai ke wilayah utara di sungai Tallo.[9] Sebuah Pelabuhan membuka dengan sistem perdagangan bebas sama sekali sehingga dapat menarik pedagang dari Eropa, Cina, Arab, dan India yang bermukim di Nusantara.[9] Karaeng ini juga mengangkat seorang Syahbandar (seorang penjabat kerajaan yang bertugas mengatur dan mengawasi perdagangan, juga mempunyai kekuasaan penuh di pelabuhan) untuk mengurusi dan mengatur perdagangan di wilayah Makassar.[9]

Kesultanan Makassar sebenarnya tidak mempunyai banyak hasil bumi untuk diperdagangkan.[1] Hasil bumi yang dihasilkan di Makassar hanya beras.[1] Kesultanan lebih memerankan untuk pelabuhan singgah.[1] Akan tetapi sumber lain menyebutkan bahwa begitu lapangnya dan rute jaringan pelayaran sampai ke wilayah Pegu (Filipina), dan Cambay (india) membikin Makassar terkenal dengan perdagangan maritimnya di wilayah Asia.[10] Hasil-hasil bumi merupakan salah satu pemasukan ekonomi untuk Kesultanan Makassar dan Tanah-tanah pertanian disewakan dengan sistem untuk hasil.[11] Hasil-hasil tersebut diperdagangkan menempuh jalur laut dengan mempergunakan kapal laut.[11] Hasil ternah, emas, dan beras bahkan juga budak untuk salah satu sumber ekonomi di Kesultanan Makassar.[11] Selain itu, Makassar juga memperdagangkan bahan tekstil berupa kain dan pakaian, serta rempah-rempah.[10] Dengan Menjual kembali hasil-hasil yang diperoleh, Makassar mendapatkan keuntungan dari perdaganan maritim yang diterapkan, terutama dengan pedagang dari Jawa.[12] Sehingga yang terjadi di pelabuhan adalah sistem beli dan menjual, Orang-orang yang akan berkunjung ke atau datang dari Keliruku singgah untuk berjualan rempah-rempah dan mengisi perbekalan di Makassar.[1] Posisi untuk pelabuhan singgah membikin makassar mendukung kebijakan pelayaran dan perdagangan bebas sama sekali di kawasan timur Nusantara.[1] Masuknya Belanda, VOC (Vereening-de Oost-Indische Compaigne) di Makassar ini merupakan ketika baru untuk Makassar.[13] Makassar Merupakan pelabuhan yang terus membuka untuk pelabuhan bebas sama sekali yang penting untuk semua pedagang asing dan pedangan lokal.[13] Kondisi perdagangan yang bebas sama sekali ini memicu konflik dengan orang Belanda yang ingin memaksa pembatasan pelayaran dan monopoli perdagangan rempah-rempah.[1] Pertikaian dengan Belanda penghabisannya mengakibatkan keruntuhan Kesultanan Makassar.[1]

Peninggalan Kesultanan Makassar

Lihat Pula

  • Fort Rotterdam
  • Masjid Katangka
  • Kerajaan Gowa
  • Kerajaan Bone

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Nino Oktorino,dkk (2009). Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Lentera Abadi. hlm. 84. ISBN 9789793535487. 
  2. ^ a b Afriza Hanafia. "Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo". Diakses 6 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Inyiak Tagalo. "Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar)". Diakses 6 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Kerajaan Makassar". Diakses 14 mei 2014. 
  5. ^ a b "Gowa, Kesultanan Islam di Timur Nusantara". Diakses 7 Mei 2014. 
  6. ^ a b c d Nana Supriatna (2008). Sejarah Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas Program Bahasa. Jilid 2. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama. hlm. 42. ISBN 9797586014. 
  7. ^ Denys Lombard (2008). Nusa Jawa: Silang Budaya Jaringan Asia, Terjemah Winarsih Paartaningrat Arifin (eds). Jakarta: Gramedia Pustaka. hlm. 4. 
  8. ^ a b Edward L. Poelinggomang (2002). Makassar Ratus tahun XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 13. 
  9. ^ a b c d H.B Amiruddin Maula (2001). Demi Makassar: Renungan dan Konsep. Sulawesi Selatan: Global Publishing. hlm. 4. 
  10. ^ a b H.B Mangemba (1994). Semangat Kebaharian Orang Sulawesi Selatan: Dulu dan Sekarang, dalam Lontara: Majalah Ilmiah Unhas. Sulawesi Selatan: Hasanuddin University Press. hlm. 10. 
  11. ^ a b c M.C. Ricklefs (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Pengetahuan Semesta. hlm. 59. 
  12. ^ Anthony Reid (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global, Terjemah R.Z Leirissa dan P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 2011. 
  13. ^ a b Yahya Harun (1995). Kerajaan Islam Nusantara: Ratus tahun XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Semesta. hlm. 6. 

 
Sulawesi anggota Utara

Bolaang Mongondow · Bolangitang · Gorontalo · Siau

 
Sulawesi anggota Tengah

Banawa · Banggai · Mori · Bungku · Buol · Dolo · Kulawi · Moutong · Napu · Palu · Parigi · Poso · Sigi · Tawaili · Tojo · Toli-Toli · Una-Una

 
Sulawesi anggota Selatan

Bone · Gowa · Luwu · Soppeng · Wajo

 
Sulawesi Tenggara

edunitas.com


Page 18

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Kerajaan Makassar (Kesultanan Makassar)

Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi anggota selatan pada ratus tahun ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah kerajaan kecil yang saling bertikai.[1] Daerah ini belakang dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan Makassar.[1] Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-daya Sulawesi dengan posisi strategis dalam perdagangan rempah-rempah.[1] Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan nasihat Islam di Makassar.[1]

Islam dan Berdirinya Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Masjid Makassar

Awalnya Upaya penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tidak banyak membawa hasil.[1] Demikian pula usaha Sultan Baabullah dari Ternate yang mendorong penguasa Gowa-Tallo supaya memeluk agama Islam.[1] Islam baru dapat berpijak kuat di Makassar berkat upaya Datok Ribandang dari Minangkabau.[1]

Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam.[1] Dalam perjalanannya kerajaan masing-masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun.[1] Sampai belakang pada ketika Gowa dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan.[2] Kedua kerajaan kembar itu pun menjadi satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja, seorang hamba).[2] Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini penghabisannya meleburkan kedua wilayah menjadi Kesultanan makassar yang berpusat di Sombaopu.[1] Meleburnya kedua kerajaan tersebut menjadi Kesultanan Makassar disaat Kerajaan Gowa sedang dipimpin oleh Daeng Manrabbia bergelar Sultan Alauddin yang berkuasa dari tahun 1591 sampai 1638.[1] Sedangkan Kerajaan Tallo dibawah kekuasaan Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah sekaligus menjadi Mangkubumi Kesultanan Makassar pertama.[1]

Faktor-faktor penyebab Kesultanan Makassar menjadi akbar

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mengakibatkan Kesultanan Makassar menjadi besar:[3]

Raja-raja Kesultanan Makassar

Perkembangan Kesultanan Makassar tidak terlepas dari peranan Raja-raja yang memerintah.[4] Adapun Raja-raja yang pernah memerintah Kesultanan Makassar, selang lain untuk berikut:[4]

  1. Sultan Alauddin (1591-1629 M).[4] Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.[4] Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan.[4]
  2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).[4] Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Keliruku untuk membantu rakyat Keliruku bertempur melawan Belanda.[4]
  3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).[4] Pada ketika pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai ketika kejayaan.[4] Makassar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan meluaskan wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian Flores).[4] Hasanuddi mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur, sebab keberaniannya dan semangat perjuangannya untuk Makassar menjadi akbar.[4]

Kehidupan Sosial Kesultanan Makassar

Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal.[4] Warga Makassar dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:[4]

Perluasan Wilayah

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannudin Menyampaikan pidatonya

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannuddin

Setelah menjadi sebuah Kesultanan Makassar, belakang mereka berupaya untuk mengislamkan berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan.[1] Upaya yang diterapkan ini mendapatkan perlawanan dari Kerajaan Bone pada tahun 1528 dan Bone membentuk persekutuan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng.[1] Belakang persekutuan itu dikata dengan Persekutuan Tellum Pocco (Tiga Kekuasaan).[1] Namun satu persatu kerajaan tersebut berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan Makassar.[1] Selain menakhlukkan kerajaan tetangga, mereka meluaskan pengaruh sampai ke anggota timur kepulauan Nusa tenggara.[1] Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sempat menjalin kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan Mataram di Jawa. [5] Sampai kini, Islam menjadi agama mayoritas di wilayah Sulawesi Selatan. [5]

Penguasa paling akbar dan terakhir dari Kesultanan Makassar adalah Daeng Mattawang yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasannudin (1653-1669). [1] Di bawah kepemimpinan Hasannudin ini Makassar mengembang menjadi satu daya akbar di kawasan timur Nusantara.[1] Sultan Hasannudi berhasil meluaskan pengaruh Kerajaan Makassar mencapai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.[3] Sultan Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito di Indonesia anggota timur pada waktu itu.[3] Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.[3] Sebab keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan akbar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.[3]

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Balai kota Makassar.

Dalam kurun waktu yang cukup lama, Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) terlibat persaingan dengan Kerajaan Bone.[6] Persaingan selang dua daya tersebut pada penghabisannya melibatkan campur tangan dari Belanda dalam sebuah peperangan yang dikata Perang Makassar (1660-1669).[6] Belanda yang mempunyai tujuan tertentu yaitu, berupaya memonopoli perdagangan rempah-rempah di pelabuhan Makassar memanfaatkan situasi dengan berpihak pada Kerajaan Bone, untuk musuh Kesultanan Makassar.[6] Belakang dalam peperangan Makassar ini Kesultanan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasannudin akan tetapi Hasannudin tidak bisa mematahkan daya Kerajaan Bone yang dibantu oleh daya Belanda yang berambisi menguasai Makassar.[6] Belakang Hasannudin dipaksa oleh VOC untuk menandatangai kontrak Bungaya (18 November 1667) untuk tanda takluk kepada VOC.[1]

Isi Kontrak Bungaya

Berikut ini merupakan isi dari kontrak selang kesultanan Makassar dengan VOC (Belanda):[3]

  1. VOC mendapat hak monopoli di Makassar.[3]
  2. VOC diizinkan membangun benteng di Makassar.[3]
  3. Makassar harus memerdekakan yang dijajah seperti Bone.[3]
  4. Semua bangsa asing ditolak dari Makassar, kecuali VOC.[3]
  5. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja.[3]
  6. Makassar membayar semua utang perang.[3]
  7. Aru Palaka diakui untuk Raja Bone.[3]

Perdagangan dan Kemunduran Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Litografi Pelabuhan Makassar

Di penghabisan ratus tahun XV dan awal ratus tahun XVI M, Kerajaan-kerajaan di Nusantara memadukan kepentingan politik dan ekonomi secara koheren untuk suatu sistem yang koheren, termasuk makassar.[7] Sejarah Makassar tidak terlepas dari cara perdagangan maritim di wilayah Nusantara, Asia Tenggara, dan Asia Timur pada umumnya.[8] Dengan keadaan interaksi antarpusat perdagangan, Makassar menjadi salah satu pintu masuk untuk para pedagang, terutama para pedagang Eropa.[8]

Kerajaan Makassar ini adalah salah satu kerjaan di Nusantara yang menganut sistem perdagangan maritim untuk membantu perekonomian di kerajaan, dengan sistem perdagangan maritim ini mulai terkenal dan tersohor pada menengah ratus tahun XV dan awal XVI M, terutama pada ketika Karaeng Tumapa'resik Kallonna memerintah.[9] Karaeng ini membangun sebuah pangkalan perniagaan di Maccini Sombala yang bermuara di sungai Jeneberang sampai ke wilayah utara di sungai Tallo.[9] Sebuah Pelabuhan membuka dengan sistem perdagangan bebas sama sekali sehingga dapat menarik pedagang dari Eropa, Cina, Arab, dan India yang bermukim di Nusantara.[9] Karaeng ini juga mengangkat seorang Syahbandar (seorang penjabat kerajaan yang bertugas mengatur dan mengawasi perdagangan, juga mempunyai kekuasaan penuh di pelabuhan) untuk mengurusi dan mengatur perdagangan di wilayah Makassar.[9]

Kesultanan Makassar sebenarnya tidak mempunyai banyak hasil bumi untuk diperdagangkan.[1] Hasil bumi yang dihasilkan di Makassar hanya beras.[1] Kesultanan lebih memerankan untuk pelabuhan singgah.[1] Akan tetapi sumber lain menyebutkan bahwa begitu lapangnya dan rute jaringan pelayaran sampai ke wilayah Pegu (Filipina), dan Cambay (india) membikin Makassar terkenal dengan perdagangan maritimnya di wilayah Asia.[10] Hasil-hasil bumi merupakan salah satu pemasukan ekonomi untuk Kesultanan Makassar dan Tanah-tanah pertanian disewakan dengan sistem untuk hasil.[11] Hasil-hasil tersebut diperdagangkan menempuh jalur laut dengan mempergunakan kapal laut.[11] Hasil ternah, emas, dan beras bahkan juga budak untuk salah satu sumber ekonomi di Kesultanan Makassar.[11] Selain itu, Makassar juga memperdagangkan bahan tekstil berupa kain dan pakaian, serta rempah-rempah.[10] Dengan Menjual kembali hasil-hasil yang diperoleh, Makassar mendapatkan keuntungan dari perdaganan maritim yang diterapkan, terutama dengan pedagang dari Jawa.[12] Sehingga yang terjadi di pelabuhan adalah sistem beli dan menjual, Orang-orang yang akan berkunjung ke atau datang dari Keliruku singgah untuk berjualan rempah-rempah dan mengisi perbekalan di Makassar.[1] Posisi untuk pelabuhan singgah membikin makassar mendukung kebijakan pelayaran dan perdagangan bebas sama sekali di kawasan timur Nusantara.[1] Masuknya Belanda, VOC (Vereening-de Oost-Indische Compaigne) di Makassar ini merupakan ketika baru untuk Makassar.[13] Makassar Merupakan pelabuhan yang terus membuka untuk pelabuhan bebas sama sekali yang penting untuk semua pedagang asing dan pedangan lokal.[13] Kondisi perdagangan yang bebas sama sekali ini memicu konflik dengan orang Belanda yang ingin memaksa pembatasan pelayaran dan monopoli perdagangan rempah-rempah.[1] Pertikaian dengan Belanda penghabisannya mengakibatkan keruntuhan Kesultanan Makassar.[1]

Peninggalan Kesultanan Makassar

Lihat Pula

  • Fort Rotterdam
  • Masjid Katangka
  • Kerajaan Gowa
  • Kerajaan Bone

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Nino Oktorino,dkk (2009). Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Lentera Abadi. hlm. 84. ISBN 9789793535487. 
  2. ^ a b Afriza Hanafia. "Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo". Diakses 6 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Inyiak Tagalo. "Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar)". Diakses 6 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Kerajaan Makassar". Diakses 14 mei 2014. 
  5. ^ a b "Gowa, Kesultanan Islam di Timur Nusantara". Diakses 7 Mei 2014. 
  6. ^ a b c d Nana Supriatna (2008). Sejarah Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas Program Bahasa. Jilid 2. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama. hlm. 42. ISBN 9797586014. 
  7. ^ Denys Lombard (2008). Nusa Jawa: Silang Budaya Jaringan Asia, Terjemah Winarsih Paartaningrat Arifin (eds). Jakarta: Gramedia Pustaka. hlm. 4. 
  8. ^ a b Edward L. Poelinggomang (2002). Makassar Ratus tahun XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 13. 
  9. ^ a b c d H.B Amiruddin Maula (2001). Demi Makassar: Renungan dan Konsep. Sulawesi Selatan: Global Publishing. hlm. 4. 
  10. ^ a b H.B Mangemba (1994). Semangat Kebaharian Orang Sulawesi Selatan: Dulu dan Sekarang, dalam Lontara: Majalah Ilmiah Unhas. Sulawesi Selatan: Hasanuddin University Press. hlm. 10. 
  11. ^ a b c M.C. Ricklefs (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Pengetahuan Semesta. hlm. 59. 
  12. ^ Anthony Reid (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global, Terjemah R.Z Leirissa dan P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 2011. 
  13. ^ a b Yahya Harun (1995). Kerajaan Islam Nusantara: Ratus tahun XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Semesta. hlm. 6. 

 
Sulawesi anggota Utara

Bolaang Mongondow · Bolangitang · Gorontalo · Siau

 
Sulawesi anggota Tengah

Banawa · Banggai · Mori · Bungku · Buol · Dolo · Kulawi · Moutong · Napu · Palu · Parigi · Poso · Sigi · Tawaili · Tojo · Toli-Toli · Una-Una

 
Sulawesi anggota Selatan

Bone · Gowa · Luwu · Soppeng · Wajo

 
Sulawesi Tenggara

edunitas.com


Page 19

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Kerajaan Makassar (Kesultanan Makassar)

Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi anggota selatan pada ratus tahun ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah kerajaan kecil yang saling bertikai.[1] Daerah ini belakang dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan Makassar.[1] Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-daya Sulawesi dengan posisi strategis dalam perdagangan rempah-rempah.[1] Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan nasihat Islam di Makassar.[1]

Islam dan Berdirinya Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Masjid Makassar

Awalnya Upaya penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tidak banyak membawa hasil.[1] Demikian pula usaha Sultan Baabullah dari Ternate yang mendorong penguasa Gowa-Tallo supaya memeluk agama Islam.[1] Islam baru dapat berpijak kuat di Makassar berkat upaya Datok Ribandang dari Minangkabau.[1]

Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam.[1] Dalam perjalanannya kerajaan masing-masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun.[1] Sampai belakang pada ketika Gowa dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan.[2] Kedua kerajaan kembar itu pun menjadi satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja, seorang hamba).[2] Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini penghabisannya meleburkan kedua wilayah menjadi Kesultanan makassar yang berpusat di Sombaopu.[1] Meleburnya kedua kerajaan tersebut menjadi Kesultanan Makassar disaat Kerajaan Gowa sedang dipimpin oleh Daeng Manrabbia bergelar Sultan Alauddin yang berkuasa dari tahun 1591 sampai 1638.[1] Sedangkan Kerajaan Tallo dibawah kekuasaan Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah sekaligus menjadi Mangkubumi Kesultanan Makassar pertama.[1]

Faktor-faktor penyebab Kesultanan Makassar menjadi akbar

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mengakibatkan Kesultanan Makassar menjadi besar:[3]

Raja-raja Kesultanan Makassar

Perkembangan Kesultanan Makassar tidak terlepas dari peranan Raja-raja yang memerintah.[4] Adapun Raja-raja yang pernah memerintah Kesultanan Makassar, selang lain untuk berikut:[4]

  1. Sultan Alauddin (1591-1629 M).[4] Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.[4] Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan.[4]
  2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).[4] Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Keliruku untuk membantu rakyat Keliruku bertempur melawan Belanda.[4]
  3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).[4] Pada ketika pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai ketika kejayaan.[4] Makassar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan meluaskan wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian Flores).[4] Hasanuddi mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur, sebab keberaniannya dan semangat perjuangannya untuk Makassar menjadi akbar.[4]

Kehidupan Sosial Kesultanan Makassar

Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal.[4] Warga Makassar dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:[4]

Perluasan Wilayah

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannudin Menyampaikan pidatonya

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Sultan Hasannuddin

Setelah menjadi sebuah Kesultanan Makassar, belakang mereka berupaya untuk mengislamkan berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan.[1] Upaya yang diterapkan ini mendapatkan perlawanan dari Kerajaan Bone pada tahun 1528 dan Bone membentuk persekutuan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng.[1] Belakang persekutuan itu dikata dengan Persekutuan Tellum Pocco (Tiga Kekuasaan).[1] Namun satu persatu kerajaan tersebut berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan Makassar.[1] Selain menakhlukkan kerajaan tetangga, mereka meluaskan pengaruh sampai ke anggota timur kepulauan Nusa tenggara.[1] Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sempat menjalin kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan Mataram di Jawa. [5] Sampai kini, Islam menjadi agama mayoritas di wilayah Sulawesi Selatan. [5]

Penguasa paling akbar dan terakhir dari Kesultanan Makassar adalah Daeng Mattawang yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasannudin (1653-1669). [1] Di bawah kepemimpinan Hasannudin ini Makassar mengembang menjadi satu daya akbar di kawasan timur Nusantara.[1] Sultan Hasannudi berhasil meluaskan pengaruh Kerajaan Makassar mencapai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.[3] Sultan Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito di Indonesia anggota timur pada waktu itu.[3] Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.[3] Sebab keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan akbar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.[3]

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Balai kota Makassar.

Dalam kurun waktu yang cukup lama, Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) terlibat persaingan dengan Kerajaan Bone.[6] Persaingan selang dua daya tersebut pada penghabisannya melibatkan campur tangan dari Belanda dalam sebuah peperangan yang dikata Perang Makassar (1660-1669).[6] Belanda yang mempunyai tujuan tertentu yaitu, berupaya memonopoli perdagangan rempah-rempah di pelabuhan Makassar memanfaatkan situasi dengan berpihak pada Kerajaan Bone, untuk musuh Kesultanan Makassar.[6] Belakang dalam peperangan Makassar ini Kesultanan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasannudin akan tetapi Hasannudin tidak bisa mematahkan daya Kerajaan Bone yang dibantu oleh daya Belanda yang berambisi menguasai Makassar.[6] Belakang Hasannudin dipaksa oleh VOC untuk menandatangai kontrak Bungaya (18 November 1667) untuk tanda takluk kepada VOC.[1]

Isi Kontrak Bungaya

Berikut ini merupakan isi dari kontrak selang kesultanan Makassar dengan VOC (Belanda):[3]

  1. VOC mendapat hak monopoli di Makassar.[3]
  2. VOC diizinkan membangun benteng di Makassar.[3]
  3. Makassar harus memerdekakan yang dijajah seperti Bone.[3]
  4. Semua bangsa asing ditolak dari Makassar, kecuali VOC.[3]
  5. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja.[3]
  6. Makassar membayar semua utang perang.[3]
  7. Aru Palaka diakui untuk Raja Bone.[3]

Perdagangan dan Kemunduran Kesultanan Makassar

Jawaban Siapa nama tokoh yang terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo?

Litografi Pelabuhan Makassar

Di penghabisan ratus tahun XV dan awal ratus tahun XVI M, Kerajaan-kerajaan di Nusantara memadukan kepentingan politik dan ekonomi secara koheren untuk suatu sistem yang koheren, termasuk makassar.[7] Sejarah Makassar tidak terlepas dari cara perdagangan maritim di wilayah Nusantara, Asia Tenggara, dan Asia Timur pada umumnya.[8] Dengan keadaan interaksi antarpusat perdagangan, Makassar menjadi salah satu pintu masuk untuk para pedagang, terutama para pedagang Eropa.[8]

Kerajaan Makassar ini adalah salah satu kerjaan di Nusantara yang menganut sistem perdagangan maritim untuk membantu perekonomian di kerajaan, dengan sistem perdagangan maritim ini mulai terkenal dan tersohor pada menengah ratus tahun XV dan awal XVI M, terutama pada ketika Karaeng Tumapa'resik Kallonna memerintah.[9] Karaeng ini membangun sebuah pangkalan perniagaan di Maccini Sombala yang bermuara di sungai Jeneberang sampai ke wilayah utara di sungai Tallo.[9] Sebuah Pelabuhan membuka dengan sistem perdagangan bebas sama sekali sehingga dapat menarik pedagang dari Eropa, Cina, Arab, dan India yang bermukim di Nusantara.[9] Karaeng ini juga mengangkat seorang Syahbandar (seorang penjabat kerajaan yang bertugas mengatur dan mengawasi perdagangan, juga mempunyai kekuasaan penuh di pelabuhan) untuk mengurusi dan mengatur perdagangan di wilayah Makassar.[9]

Kesultanan Makassar sebenarnya tidak mempunyai banyak hasil bumi untuk diperdagangkan.[1] Hasil bumi yang dihasilkan di Makassar hanya beras.[1] Kesultanan lebih memerankan untuk pelabuhan singgah.[1] Akan tetapi sumber lain menyebutkan bahwa begitu lapangnya dan rute jaringan pelayaran sampai ke wilayah Pegu (Filipina), dan Cambay (india) membikin Makassar terkenal dengan perdagangan maritimnya di wilayah Asia.[10] Hasil-hasil bumi merupakan salah satu pemasukan ekonomi untuk Kesultanan Makassar dan Tanah-tanah pertanian disewakan dengan sistem untuk hasil.[11] Hasil-hasil tersebut diperdagangkan menempuh jalur laut dengan mempergunakan kapal laut.[11] Hasil ternah, emas, dan beras bahkan juga budak untuk salah satu sumber ekonomi di Kesultanan Makassar.[11] Selain itu, Makassar juga memperdagangkan bahan tekstil berupa kain dan pakaian, serta rempah-rempah.[10] Dengan Menjual kembali hasil-hasil yang diperoleh, Makassar mendapatkan keuntungan dari perdaganan maritim yang diterapkan, terutama dengan pedagang dari Jawa.[12] Sehingga yang terjadi di pelabuhan adalah sistem beli dan menjual, Orang-orang yang akan berkunjung ke atau datang dari Keliruku singgah untuk berjualan rempah-rempah dan mengisi perbekalan di Makassar.[1] Posisi untuk pelabuhan singgah membikin makassar mendukung kebijakan pelayaran dan perdagangan bebas sama sekali di kawasan timur Nusantara.[1] Masuknya Belanda, VOC (Vereening-de Oost-Indische Compaigne) di Makassar ini merupakan ketika baru untuk Makassar.[13] Makassar Merupakan pelabuhan yang terus membuka untuk pelabuhan bebas sama sekali yang penting untuk semua pedagang asing dan pedangan lokal.[13] Kondisi perdagangan yang bebas sama sekali ini memicu konflik dengan orang Belanda yang ingin memaksa pembatasan pelayaran dan monopoli perdagangan rempah-rempah.[1] Pertikaian dengan Belanda penghabisannya mengakibatkan keruntuhan Kesultanan Makassar.[1]

Peninggalan Kesultanan Makassar

Lihat Pula

  • Fort Rotterdam
  • Masjid Katangka
  • Kerajaan Gowa
  • Kerajaan Bone

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Nino Oktorino,dkk (2009). Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Lentera Abadi. hlm. 84. ISBN 9789793535487. 
  2. ^ a b Afriza Hanafia. "Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo". Diakses 6 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Inyiak Tagalo. "Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar)". Diakses 6 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Kerajaan Makassar". Diakses 14 mei 2014. 
  5. ^ a b "Gowa, Kesultanan Islam di Timur Nusantara". Diakses 7 Mei 2014. 
  6. ^ a b c d Nana Supriatna (2008). Sejarah Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas Program Bahasa. Jilid 2. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama. hlm. 42. ISBN 9797586014. 
  7. ^ Denys Lombard (2008). Nusa Jawa: Silang Budaya Jaringan Asia, Terjemah Winarsih Paartaningrat Arifin (eds). Jakarta: Gramedia Pustaka. hlm. 4. 
  8. ^ a b Edward L. Poelinggomang (2002). Makassar Ratus tahun XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 13. 
  9. ^ a b c d H.B Amiruddin Maula (2001). Demi Makassar: Renungan dan Konsep. Sulawesi Selatan: Global Publishing. hlm. 4. 
  10. ^ a b H.B Mangemba (1994). Semangat Kebaharian Orang Sulawesi Selatan: Dulu dan Sekarang, dalam Lontara: Majalah Ilmiah Unhas. Sulawesi Selatan: Hasanuddin University Press. hlm. 10. 
  11. ^ a b c M.C. Ricklefs (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Pengetahuan Semesta. hlm. 59. 
  12. ^ Anthony Reid (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global, Terjemah R.Z Leirissa dan P. Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 2011. 
  13. ^ a b Yahya Harun (1995). Kerajaan Islam Nusantara: Ratus tahun XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Semesta. hlm. 6. 

 
Sulawesi anggota Utara

Bolaang Mongondow · Bolangitang · Gorontalo · Siau

 
Sulawesi anggota Tengah

Banawa · Banggai · Mori · Bungku · Buol · Dolo · Kulawi · Moutong · Napu · Palu · Parigi · Poso · Sigi · Tawaili · Tojo · Toli-Toli · Una-Una

 
Sulawesi anggota Selatan

Bone · Gowa · Luwu · Soppeng · Wajo

 
Sulawesi Tenggara

edunitas.com