Tedak siten atau disebut juga turun tanah merupakan tradisi khas masyarakat Jawa saat anak menginjak umur 7 bulan berdasarkan pasaran Jawa. Yuk cari tahu seperti apa upacara ini! Show
Inibaru.id - Tedak Siten atau yang dikenal juga sebagai upacara turun tanah merupakan tradisi khas masyarakat Jawa. Melansir dari theasianparent.com, ‘Tedak’ berarti turun dan ‘siten’ berasal dari kata ‘siti’ yang berarti tanah. Upacara Tedak Siten ini dilakukan sebagai rangkaian acara yang bertujuan agar anak tumbuh menjadi anak yang mandiri. Tradisi ini diselenggarakan saat anak berusia hitungan ke-tujuh bulan dari hari kelahirannya dalam hitungan pasaran Jawa. Perlu diketahui juga bahwa hitungan satu bulan dalam pasaran Jawa berjumlah 36 hari. Jadi bulan ketujuh kalender Jawa bagi kelahiran si bayi setara dengan 8 bulan kalender masehi. Javanist.com (26/07/2015), menulis, upacara Tidak Siten dilakukan dengan rangkaian ritual. Apa saja ya? Menginjak Jadah Pertama, anak dipapah menginjak jadah (jenis makanan dari ketan) tujuh warna. Jadah ini menjadi simbol kehidupan bagi anak. Konon katanya, prosesi ini sebagai perlambang agar kelak si anak mampu melewati berbagai rintangan dalam hidupnya. Seorang anak dititah untuk menginjak jadah tujuh warna. (Timurjawa.com) Menuruni Tangga Tebu Selanjutnya, prosesi naik tangga yang terbuat dari tebu jenis 'arjuna'. Ritual ini melambangkan harapan agar si anak memiliki sifat kesatria seperti Arjuna yang bertanggungjawab dan tangguh. Selain itu, dalam bahasa Jawa ‘tebu’ juga merupakan kependekan dari kata ‘antebing kalbu’ yang bermakna kemantapan hati. Prosesi menaiki tangga yang terbuat dari tebu. (Idntimes.com) Dikurungani dan Mengambil Barang yang Disenangi Prosesi selanjutnya, masuk ke dalam kurungan. Di dalam kurungan tersebut telah diletakkan bermacam benda seperti buku, uang, alat tulis, tasbih, mainan dan semacamnya. Banyak orang percaya bahwa hobi anak dapat diprediksi dari barang apa yang dia ambil. Anak dimasukkan ke dalam kurungan ayam dan diberikan pelbagai macam benda. (Sparklepush.com) Tahap selanjutnya dalam ritual tedak siten ini, ayah dan kakek si bocah akan menyebarkan udik-udik. Udik-udik ini yaitu uang logam yang dicampur dengan beras berwarna kuning. Adapun maksud dari prosesi ini agar si anak ketika dewasa menjadi orang yang dermawan dan suka menolong orang lain. Kamu bakal menemukan tradisi udik-udik di berbagai ritual di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Bersiap menyebarkan udik-udik. (merahputih.com) Memandikan Bayi Rangkaian terakhir tedak siten adalah memandikan bayi dengan air bunga setaman lalu dipakaikan baju baru. Tahap ini bermakna doa agar kelak si bayi dapat mengharumkan nama keluarga besarnya. Orang tua memandikan anak dengan air dan bunga setaman. (Javaans.net) Nah, siapa di antara Sobat Millens yang waktu kecil pernah melakukan tradisi Tedak Siten? Apakah benda yang diambil di dalam kurungan sesuai dengan hobi atau profesi Sobat Millens saat ini? He he. (IB12/E05) Memantau perkembangan buah hati memang sangat mengharukan hingga Mom dan Dad ingin merayakannya. Bagi masyarakat Jawa, tradisi untuk memperingati bayi yang pertama kali bisa berjalan dinamakan tedak siten. Upacara tedak siten adalah tradisi turun tanah dari budaya Jawa yang dilakukan turun-temurun hingga sekarang. Dalam rangkaian acaranya, upacara tersebut dipercaya bisa memprediksi masa depan bayi lho, Mom. Untuk tahu lebih dalam tentang tradisi ini, yuk simak artikel di bawah! Pengertian upacara tedak sitenTradisi tedak siten adalah budaya warisan leluhur Jawa yang ditujukan bagi bayi berusia sekitar 7-8 bulan dalam hitungan pasaran Jawa. Biasanya pada usia ini anak sudah mulai belajar berjalan dan menginjakkan kaki di tanah. Hitungan pasaran Jawa umumnya berjumlah 36 hari. Artinya, bulan ketujuh dalam kalender Jawa sama dengan bulan kedelapan dalam kalender Masehi. Istilah tedak siten diambil dari kata tedak yang artinya turun dan siten yang berasal dari kata siti berarti tanah. Upacara ini bertujuan agar kelak anak bisa tumbuh menjadi mandiri. Selain itu juga sebagai penghormatan kepada bumi tempat si kecil mulai belajar menginjakkan kakinya. Dalam upacara tedak siten, para orang tua dan sesepuh akan memanjatkan doa-doa baik sebagai pengharapan untuk kesuksesan anak dalam menjalani kehidupan. Perlengkapan tedak sitenPerlu diketahui, dalam pelaksanaan upacara tedak siten Mom perlu mempersiapkan beberapa perlengkapan wajib yang digunakan sebagai rangkaian dalam acara. Berikut daftarnya.
Nah, selain perlengkapan di atas, Mom juga dapat menyiapkan dekorasi tedak siten yang sesuai dengan tempat dan selera. Susunan acara tedak sitenSetelah Mom menyiapkan segala perlengkapan tedak siten, lalu bagaimana susunan acara tedak siten tersebut? Di samping alasan filosofi yang sangat dalam, tradisi ini juga bertujuan untuk memanjatkan doa-doa dan harapan bagi anak. Berikut susunan acara tedak siten sekaligus tata caranya. 1. SungkemanSusunan acara tedak siten yang pertama adalah sungkeman. Sungkeman memiliki filosofi sebagai permohonan doa restu dan kebaikan atas kehidupan sang anak. Pada sesi ini, Mom menggendong si kecil untuk sungkem kepada nenek dan kakek dari pihak ibu dan dilanjutkan pada nenek dan kakek dari pihak ayah. 2. Meniti jadahSusunan acara tedak siten biasanya dilaksanakan di pagi hari dengan serangkaian acara yang diawali dengan menginjak tanah lalu meniti jadah dalam tujuh warna yang menjadi simbol kehidupan anak. Sementara warna-warni menggambarkan jalan hidup yang harus dilalui anak kelak ia dewasa. Perlu diingat, susunan jadah ini harus dimulai dari warna hitam hingga putih ya, Mom. Pasalnya ini bertujuan agar setiap masalah yang dihadapi anak akan berakhir dengan adanya titik terang atau menemukan jalan keluar. 3. Menaiki dan menuruni tangga dari tebu wulungAcara ketiga dari tradisi tedak siten adalah menaiki dan menuruni tangga yang terbuat dari batang tebu wulung. Tangga tersebut mempunyai 7 anak tangga yang dalam bahasa Jawa disebut pitu. Angka ini dipilih sebab melambangkan pitulung atau pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa. Anak dituntun menaiki anak tangga satu per satu oleh Mom dan Dad. Ini menggambarkan harapan agar kelak si kecil memiliki jiwa pejuang dan ksatria seperti Arjuna (tokoh wayang yang tangguh dan bertanggungjawab). Saat sudah sampai pada tangga tertinggi, anak duduk sejenak. Bagian berikut memiliki filosofi doa supaya anak bisa meraih kesuksesan dan mendapatkan apa yang ia cita-citakan. Usai duduk, anak dituntun kembali menuruni anak tangga satu per satu, dan diakhiri dengan menginjakkan kaki di atas tanah dalam wadah yang sudah disediakan. Ini menggambarkan supaya anak tetap rendah hati meskipun sudah mencapai kesuksesan hidup. 4. Memilih mainan dalam kurungan ayam untuk prediksi masa depan anakSetelah anak menaiki dan menuruni tangga tebu wulung, selanjutnya ia memilih mainan dalam kurungan ayam untuk memprediksi masa depannya. Biarkan si kecil memilih sendiri apa yang disukainya, Mom. Pada sesi ini memiliki filosofi bahwa orang tua memberi kebebasan anak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri tanpa adanya intervensi. Orang tua hanya bertugas mengarahkan dan memberi bimbingan, bukan memaksakan. 5. SiramanAnak dimandikan menggunakan air kembang setaman lalu diganti dengan pakaian yang bagus. Siraman bertujuan agar jiwa dan raga anak tetap bersih. Selain itu juga bertujuan agar anak memiliki nama yang harus dan mengharumkan nama keluarga, bangsa, serta agama. 6. Menyebar uang logamSesi berikutnya adalah menyebar uang logam dan beras kuning untuk diperebutkan oleh undangan anak-anak yang mengandung doa agar anak memiliki sifat dermawan dan senang bershodaqoh. 7. Doa dan foto bersamaRangkaian upacara tedak siten diakhiri dengan doa dan foto bersama. Kemudian dilakukan sesi pemotongan tumpeng dan makan bersama. Tumpeng menggambarkan harapan orang tua kepada anak agar menjadi orang yang berguna. Di dalam tumpeng, terdapat kacang panjang yang menjadi simbol panjang umur, kangkung sebagai simbol kesejahteraan, kecambah sebagai tanda kesuburan, dan ayam menandakan kemandirian. Nah, itu tadi rangkuman tentang upacara tedak siten yang umumnya dilakukan oleh masyarakat Jawa saat bayi berumur 7 atau 8 bulan. Banyak yang telah meninggalkan tradisi ini karena rangkaiannya terbilang panjang dan cukup rumit. Namun, tidak ada salahnya jika Mom ingin meneruskan budaya leluhur serta merayakan perkembangan anak yang sudah mulai belajar berjalan. Semoga si kecil terus sehat dan tumbuh dengan pesat ya, Mom! Baca juga: 20 Ucapan Aqiqah Beserta Doa dan Tata Caranya |