Hitunglah volume pelarut yang harus ditambahkan jika 100 ml larutan KOH

A. BESARAN-BESARAN LARUTAN 1. Hitunglah berapa ml larutan KOH 0,638 M yang diperlukan untuk menetralkan 430 mL larutan H2SO4 0,4 M. 2. a. Hitunglah berapa molaritas dan normalitas larutan 13% berat H2SO4 apabila kerapatan larutan asam tersebut = 1,09 gram/mL. b. Berapa mL H2O harus ditambahkan ke dalam 100 mL larutan asam tersebut diatas, agar supaya normalitasnya menjadi 1,5 N. 3. a. Berapakah normalitas larutan NH4OH yang kerapatannya 0,9 gram/mL dan mengandung 28,33% berat NH3. b. Berapa mL larutan CH3COOH yang konsentrasi ion H+ nya = 4,2 x 10-3 mol/L dan Ka nya 1,76 x 10-5 diperlukan untuk menetralkan 5 mL larutan NH4OH tersebut diatas. c. Berapa mL air yang diperlukan untuk mengencerkan 10 mL larutan asam cuka tersebut, agar supaya normalitasnya menjadi 0,25 N. 4. 3,29 gram garan Na2CO3.10H2O dilarutkan dalam air sehingga volumenya = 15 mL. Apabila berat molekul garam tersebut = 286, hitunglah: a. Berapa molaritas dan normalitas larutan garam tersebut. b. Berapa mL larutan H2SO4 3,1 N yang dapat bereaksi sempurna dengan 10 mL larutan garam karbonat diatas. 5. Apabila anda diberi dua jenis larutan HCl yang kerapatannya masing-masing 1,16 gram/mL dan 1,06 gram/mL, dengan perbandingan volume berapakah anda harus mencampurkan kedua larutan tersebut diatas, jika anda diminta untuk membuat 100 mL larutan HCl yang normalitasnya = 5 N. Diketahui larutan pertama mengandung 31,5% berat HCl, sedang laruyan yang lain mengandung 12,2% berat HCl. Berat molekul HCl = 36,5. 6. a. Apabila 10 mL larutan garam natrium karbonat (BM = 106) yang sp.gr. nya = 1,08 gram/mL, dan mengandung 8% berat Na2CO3 diencerkan dengan air sehingga volumenya menjadi 50 mL, hitunglah berapa normalitas larutan tersebut setelah pengenceran. b. Berapa mL larutan K2CO3 4,0 M yang harus ditambahkan kedalam larutan encer garam Na2CO3 tersebut diatas, agar supaya normalitas larutan yang terjadi = 1,0 N. 7. Kedalam 1 liter H2O ditambahkan 31,21 mL larutan HCl 0,1 N, 9,53 mL larutan H2SO4 0,5 N dan 50 mL larutan KOH 1,002 N. a. Dengan suatu perhitungan, tunjukkan apakah larutan yang terjadi tersebut bersifat asam atau bersifat alkalis ? b. Hitunglah berapa mL larutan 0,333 N suatu asam atau suatu basa yang dipergunakan untuk menetralkan larutan tersebut pada a). 8. Hitunglah berapa gram garam kalium tetraoksalat dihidrat (BM = 254) harus dilarutkan dalam air sehingga volumenya = 780 mL, agar supaya larutan yang terjadi mempunyai normalitas sebesar 0,051 N. B. DERATAD DAN TETAPAN IONISASI: ASAM, BASA DAN SENYAWA KOMPLEKS 1. Pada suhu tertentu dan tetap, larutan asam asetat 0,1 M dalam air terionisasi sebanyak 1,3%. Hitunglah a. Berapa tetapan ionisasi asam tersebut. b. Berapa konsentrasi masing-masing ion di dalam larutan. 2. Asam laktat CH3CH(OH)COOH adalah suatu asam organik lemah monobasis yang dalam pelarut air terionisasi sebanyak a%. Apabila pada suhu tertentu dan tetap, larutan 0,5 M asam tersebut dalam air mempunyai tetapan ionisasi sebesar 1,6 x 10 -4, hitunglah berapa a dan berapa mol/L konsentrasi ion laktat dalam larutan. 3. 100 mL larutan suatu asam lemah monobasis (HA) 0,3 M, diencerkan dengan air. Hitunglah berapa mL air yang digunakan untuk pengenceran tersebut, agar supaya pada suhu tertentu dan tetap, derajad ionisasi asam tersebut menjadi 3 kali lebih besar daripada derajad ionisasi semula. 4. Larutan NH4OH 0,5 M pada suhu tertentu dan tetap, sebagian terionisasi menjadi ion OH dan ion NH4+. Apabila besarnya tetapan ionisasi basa tersebut = 1,80 x 10 -5, hitunglah berapa % derajad ionisasinya. 5. Pada suhu tertentu, tetapan ionisasi pertama dan kedua dari asam karbonat H2CO3 masing-masing adalah Ka1 = 3,0 x 10-7 dan Ka2 = 6,0 x 10-11. Hitunglah pada suhu tersebut besarnya konsentrasi masing-masing ion yang terdapat dalam larutan H2CO3 0,03 M. 6. Hitunglah berapa besarnya konsentrasi ion HS- dan konsentrasi ion S2- dalam larutan H2S 0,07 M pada suhu tertentu, apabila diketahui pada keadaan tersebut besarnya Ka1 dan Ka2 dari H2S masing-masing adalah 9,1 x 10-8 dan 1,2 x 10-15. 7. Apabila besarnya tetapan ketidakstabilan ion kompleks {Hg(CN) 4}= pada sutu suhu tertentu = 4,0 x 10-42, hitunglah berapa mol/L besarnya konsentrasi ion Hg2+ dan konsentrasi ion CN- dalam larutan K2{Hg(CN)4} 0,1 M. C. PENGARUH ION SEJENIS DAN TETAPAN HASIL KALI KELARUTAN 1. Hitunglah berapa % besarnya derajad ionisasi asam asetat dalam larutan 0,2 M CH3COOH yang mengandung HCl 0,1 M pada suhu tertentu, jika diketahui tetapan ionisasi asam asetat pada suhu tersebut = 1,8 x 10-5. 2. Hitunglah berapa mol/L besarnya konsentrasi ion S2- dalam 200 mL larutan H2S 0,05 M, jika larutan tersebut karena penambahan HCl sehingga mengandung ion H + total sebanyak 0,12 mol. (Ka1 = 9,1 x 10-8, Ka2 = 1,2 x 10-15). 3. Pada suhu tertentu, besarnya tetapan ionisasi asam cuka = 1,87 x 10 -5. Hitunglah berapa mol/L besarnya konsentrasi ion H3O+ dalam 1 liter larutan CH3COOH 0,1 M setelah penambahan garam CH3COONa sehingga besarnya konsentrasi ion CH3COO- total dalam larutan = 0,85 mol/L. 4. Pada suhu 25oC, kelarutan garam perak sulfat (BM = 312) dalam air adalah = 5,7 x 10 -3 gram/mL. Hitunglah berapa tetapan hasil kali kelarutan garam pada suhu tersebut. 5. Tetapan hasil kali kelarutan garam thorium fluorida (BM = 308) pada suhu tertentu = 1,3 x 10-19. Hitunglah pada suhu tersebut: a. Berapa gram ion Th4+ (BA = 232) terdapat dalam 500 mL larutan jenuh ThF4 dalam air. b. Berapa gram garam ThCl4 (BM = 374) secara teoritis dapat dilarutkan dalam 500 mL larutan yang mengandung 9,5 gram ion F- (BA F = 19). 6. Apabila pada suhu tertentu, besarnya tetapan hasil kali kelarutan garam plumbum ortofosfat = 1,5 x 10-32, hitunglah berapa gram/L kelarutan garam tersebut dalam air, jika diketahui berat molekul Pb3(PO4)2 = 358. 7. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 pada suhu tertentu = 3,4 x 10-11. Hitunglah pada suhu tersebut berapa gram ion Mg2+ dapat berada dalam 500 mL larutan NaOH yang konsentrasinya = 4,0 x 10-3 M (BA Mg = 24,3). D. LARUTAN BUFFER DAN HIDROLISA GARAM 1. Berapakah besarnya pH suatu larutan buffer asam, yang mengandung campuran antara CH3COOH 0,1 M dan CH3COONa 0,2 M, jika diketahui pada keadaan tersebut tetapan ionisasi asam asetat = 1,82 x 10-5. 2. Hitunglah berapa perubahan pH dari suatu larutan buffer asam yang terdiri dari ampuran antara CH3COOH 0,1 M dan CH3COONa 0,1 M, yang disebabkan karena a. Penambahan 1 mL larutan HCl 10 M. b. Penambahan 2 mL larutan NaOH 5 M Diketahui Ka = 1,82 x 10-5, dan penambahan volume larutan karena penambahan larutan HCl maupun NaOH diabaikan. 3. Hitunglah berapa gram garam NH4Cl (BM = 53,5) harus ditambahkan kedalam 1 liter larutan NH4OH 0,1 M, agar supaya terjadi suatu larutan buffer ammoniak yang pH nya = 9,20. (Kb = 1,80 x 10-5 dan Kw = 1,0 x 10-14). 4. a. Hitunglah berapa mol/L konsentrasi larutan garam NaCN dalam air pada suhu 25 oC, apabila larutan tersebut pH nya 11,0 (Ka HCN = 7,2 x 10-10). b. Hitung pula tetapan dan derajad hidrolisa garam NaCN tersebut. 5. Apabila kedalam 50 mL larutan suatu asam lemah HA 0,1 M yang pH nya = 3,0 ditambahkan 0,28 gram kristal KOH (BM = 56), hitunglah: a. Berapa tetapan dan derajad hidrolisa garam yang terjadi. b. Berapa pH larutan garam yang terjadi tersebut. 6. 100 mL suatu larutan buffer asam yang pH nya = 5,041, terbuat dari 50 mL larutan CH3COOH (Ka = 1,82 x 10-5) dengan 50 larutan NaOH. Hitunglah berapa perbandingan konsentrasi antara larutan asam dengan larutan basanya. 7. Hitunglah berapa % berat perak nitrit (BM = 154) akan terhidrolisa, apabila 15,4 mgram garam tersebut dilarutkan dalam 100 mL air pada suhu 25 oC, dan hitunglah pula berapa pH larutan garam tersebut. (Ka HNO2 = 4,0 x 10-4 dan Kb AgOH = 1,1 x 10-4). 8. Hitunglah berapa gram garam CH3COONa.3H2O (BM = 136). Harus ditambahkan ke dalam 100 mL lartan HCl 0,1 N agar supaya larutan asam yang semula pH nya = 1,0 menjadi suatu larutan buffer yang pH nya = 4,40. (Ka asam asetat = 1,78 x 10-5). 9. Di laboratorium tersedia larutan HCl encer 0,15 M dan larutan NH 4OH (Kb = 1,80 x 10-5) yang pH nya = 11,1278. Apabila anda diminta untuk membuat suatu larutan buffer ammoniak yang pH nya = 9,26, dengan perbandingan volume berapakah dai kedua larutan diatas harus anda gunakan. 10. Jelaskan cara membuat 3 liter larutan buffer asetat 0,2 M dengan pH = 5 jika disediakan CH3COONa.3H2O (Mr = 136) dan larutan asam asetat 1 M. (Ka = 1,7 x 10-5). 11. Bagaimana cara membuat 5 L larutan buffer asetat 0,3 M dengan pH = 4,47 bila tersedia larutan asam asetat 2 M dan larutan KOH 2,5 M. (Ka = 1,7 x 10-5). 12. Buffer 1 liter [HA] = 0,1 M, [A -] = 0,1 M. pKa = 3 (a) Berapa pH (b) Berapa kali harus diencerkan agar pHnya naik 1 satuan pH. [HA] = 0,1 M [A] = 0,1 M HA  H+ + AAkibat pengenceran [HA]e = c [A-]e = c pH = pKa + log [A-]e/[HA]e Ka = [H+][A-]/[HA] Setimbang: [H+] = 10-4 [A-] = c + 10-4 [HA]sisa = c – 10-4 E. IDENTIFIKASI KATION DAN ANION Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai reagensia golongan secara sistematis dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation tersebut. Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan ini adalah sebagai berikut: Golongan I. Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah timbel, merkuri (I) dan perak. Golongan II. Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah merkuri (II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik (III), arsenik (V), stibium (III), stibium (V), timah (II) dan timah (IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub golongan IIa dan keenam yang terakhir sub golongan IIb. Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIa tidak dapat larut dalam amonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan IIb justru dapat larut. Golongan III. Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobal (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium (III), aluminium, seng dan mangan (II). Golongan IV. Kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium, strontium dan barium. Golongan V. Kation-kation yang umum yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya merupakan kation golongan yang terakhir, yang meliputi magnesium, natrium, kalium amonium, litium dan hidrogen. Sistem golongan kation ini dapat diperluas sehingga meliputi juga ion-ion yang kurang begitu umum. Pemisahan Kation-Kation dalam Golongan-Golongan Berdasarkan klasifikasi kation-kation dalam golongan-golongan, maka kation-kation tersebut dapat dipisahkan antara golongan yang satu dnegan yang lainnya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: Ppt. Gol. I AgCl pt Hg2Cl2 pt PbCl2 pt (asam-asam organik, phospat, silikat, fluorida dianggap tak ada) 1. Larutan + HCl encer sampai tak terjadi endapan lagi 2. Saring dan cucilah endapan dengan HCl encer. F i l t r a t (Gol. I s/d V) 1. Tambahkan 1 mL 3% H2O2 (a) 2. Jadikan pH larutan = 0,5 dengan menambah NH3/HCl (b) 3. Panaskan sampai mendidih, alirkan H2S sampai tak terjadi endapan lagi 4. Saring dan cucilah ppt dengan larutan encer NH4NO3 (c) Ppt. F I l t r a t (Gol. III s/d V) Gol. II 1. Didihkan sampai sisa-sisa H2S hilang Periksalah dengan kertas Pb-asetat HgS ht 2. Tambahkan 2 mL HNO3 pekat lalu didihkan lagi (d) PbS ht 3. Tambahkan 1-2 gr NH4Cl padat, didihkan, tambahkan NH3 Bi2S3 ht sampai alkalis CdS kn 4. Didihkan lagi, saring waktu panas, cuci dengan NH4NO3 2% CuS ht Ppt. Filtrat (Gol. III B s/d V) SnS2 kn 1. Tambahkan 2-3 mL larutan NH3 Gol. III A Sb2S3 or 2. Alirkan H2S saring dan cucilah endapan dengan As2S3 larutan NH4Cl + (NH4)2S Ppt. Filtrat (Gol. IV s/d V) Fe(OH)3 c 1. Tambahkan HAc. encer dan Cr(OH)3 j Gol. III B uapkan sampai kental (e) lalu Al(OH)3 pt dinginkan Mn2xH2O c CoS ht 2. Tambahkan HNO3 pk. dan panaskan sampai kering dan menimbulNiS ht kan asap putih (f) MnS 3. Dinginkan + 3 mL HCl encer dan mj 10 mL aqua, diaduk sampai larut ZnS pt dan bila perlu disaring 4. Tambah 0,25 gr NH4Cl padat dan larutan pekat NH3 sampai alkalis (g) 5. Sambil diaduk ditambah larutan (NH4)2CO3 berlebihan 6. Panaskan pada penangas air 5060oC sambil diaduk, saring, cuci dengan air panas (h) Ppt. Gol. IV Filtrat Gol. V CaCO3 pt Mg++, K+, Na+ SrCO3 pt BaCO3 pt Penjelasan : 1. Ppt = presipitat pt = putih or = orange c = coklat ht = hitam hj = hijau kn = kuning mj = merah jambu. 2. (a) Penambahan H2O2 gunanya untuk mengoksidasi Sn2+ menjadi Sn4+ sehingga yang mengendap adalah SnS2 dan tidak SnS yang bebentuk kental. (b) pH larutan harus dijadikan  agar gol. II bisa mengendap semua. Jika keadaannya terlalu asam maka Pb, Cd, dan Sn mengendap tak sempurna lalu tersesat dalam golongan III. Jika keadaannya kurang asam maka beberaan sulfida dari golongan III (NiS, CoS, dan ZnS) akan ikut mengendap dalam golongan II. Untuk mengatur pH = 0,5 maka dapat diteliti dengan memakai indikator methyl violet: pH = 7---------- violet = 1,0 ------- biru = 0,6 ------ biru muda = 0,5 ------ hijau kuning = 0,3 ------ kuning. (c) Penambahan NH4NO3 gunanya untuk menghindari peptisasi sedang penambahan H 2S agar tidak terjadi oksidasi sulfida jadi sulfat. (d) HNO3 gunanya untuk mengoksidasi ferro menjadi ferri, agar dapat mengendap sempurna sebagai Fe(OH)3. Jika larutan semula telah berisi ion ferri maka oleh H 2S dari golongan II diubah menjadi ion ferro. (e) Penambahan HAc. (asam asetat) gunanya untuk mengusir sisa-sisa H2S sebab (NH4)2S oleh udara mudah dioksidasi menjadi (NH4)2SO4 dan ini akan mengendapkan Ba dan Sr sebagai sulfat. (f) Penambahan HNO3 gunanya untuk mengurangi konsentrasi ion ammonium, sebab konsentrasi ion ammonium yang terlalu besar akan menyukarkan pengendapan Ca, Ba dan Sr karbonat. NH3 + HNO3  NH4NO3  N2O + 2 H2O (g) Penambahan NH4Cl + NH3 gunanya untuk menghindari hidrolisis dari (NH4)2CO3 serta mencegah pengendapan Mg(OH)2. (h) Pemanasan pada penangas air gunanya agar ppt. dari golongan IV mudah disaring. PEMERIKSAAN GOLONGAN I (HCl) 1. Ppt ditambah 5-10 mL aqua, didihkan 2. Saring waktu masih panas. Residu : Filtrat : PbCl2 AgCl/Hg2Cl2 Reaksi penegasan : 1. Cuci dengan air panas sampai bebas Pb 1.Dinginkan  kristal jarum dari 2. Tuangkan larutan NH3 encer pada residu yang PbCl2 masih terletak di kertas saring. 2. Tambahkan sedikit larutan NH4Ac Residu : Filtrat : + K2CrO4  ppt kuning dari Hitam Penegasan : PbCrO4 Hg(NH2)Cl + Hg Tambah HNO3 encer sampai berlebihan  ppt putih Pb Positif Hg Positif dari AgCl Ag Positif PEMERIKSAAN GOLONGAN II (H2S) 1. Ppt + 5 mL larutan (NH4)2Sx 2. Panaskan 50-60oC  (lebih mudah larut) 3. Saring dan cucilah residu dengan larutan (NH4)2Sx Residu : Filtrat : Golongan II A (Cu) Golongan II B (As) HgS – PbS – Bi2S3 – CdS - CuS (NH4)3AsS4; (NH4)3SbS4; (NH4)2SnS3 PEMERIKSAAN GOLONGAN II A 1. Ppt + 5 mL HNO3 encer dan didihkan 2. Saring dan cucilah dengan air Residu : Filtrat : Berisi Pb(NO3)2 – Bi(NO3)2 – Cd(NO3)2 – Cu(NO3)2 Hitam  HgS Ambil sedikit larutan, periksa terhadap Pb dengan jalan Penegasan : 1. Tambah HCl pe- menambahkan asam sulfat encer + alkohol  ppt putih. kat + aqua bro- Jika Pb ada maka tambahkan larutan H2SO4 encer dan panaskan mata dan panas- sampai keluar asap putih. kan sampai larut Dinginkan, tambah aqua, saring, cuci dengan aqua. dan sisa-sisa Br2 Residu : Filtrat : hilang Putih : PbSO4 Ion-ion Bismuth, Kupri, dan Kadmium. 2. Tambahkan larut- Tambah larutan Tambah larutan NH3 berlebihan, saring. an SnCl2  ppt NH4Ac + HAc + Residu : Filtrat : putih yang men- K2CrO4  ppt Putih : Bi(OH)3 Berisi Cu(NH3)42+ dan / atau jadi abu-abu. Tambahkan larut- Cd(NH3)42+ kuning an Na-stannit  Jika lar. biru Cu pasti ada. Hg. Positif Jika lar. tak berwarna, Cu Pb Positif hitam (Na2SnO2) tidak ada, Cd mungkin ada. 1. Tambah HAsetat encer + Bi Positif K4[Fe(CN)6  ppt merah coklat Cu Positif 2. Tambah KCN sampai tak berwarna + H2S  ppt kuning Cd Positif PEMERIKSAAN GOLONGAN II B 1. Larutan + HCl encer sampai asam terhadap lakmus 2. Panaskan, saring, cuci ppt dengan larutan H2S 3. Ppt + 10 mL HCl pekat, didihkan, encerkan dengan air, saring. Residu : Filtrat : Berisi As2S3 dan atau As2S5 Berisi H(SbCl4) dan H2(SnCl6) Larutkan dalam 4 mL larutan encer NH 3 Bagi filtrat jadi 2 bagian : yang panas, saring (jika perlu), tambah Bagian I + larutan NH3 encer sampai alkalis. 4 mL 3% H2O2 dan panaskan untuk Tambahkan 1-2 gr asam oksalat, didihkan, mengoksidasi arsenit menjadi arsenat, alirkan gas H2S ke dalamnya  ppt orange tambah sedikit larutan Mg-nitrat, aduk SbS3 Sb Positif lalu diam-kan  ppt putih dari Bagian II sedikit dinetralkan. Tambahkan Mg(NH4)AsO4.6H2O As Positif sedikit Fe, panaskan untuk mereduksi stani  Penegasan : stano, saring. Masukkan filtrat ke dalam larutan Saring ppt tersebut, tambahkan pada ppt sublimat  ppt putih atau abu-abu. larutan AgNO3 + beberapa tetes HAc.  Sn Positif merah coklat AgAsO4. PEMERIKSAAN GOLONGAN III A (Fe) 1. Endapan (ppt) + 10 mL aquadest 2. Tambahkan larutan NaOH berlebihan + 5 mL H2O2 3% 3. Didihkan sampai O2 tak timbul lagi 4. Saring dan cuci ppt dengan larutan panas NH4NO3 2% Residu : Filtrat : Berisi Fe(OH)3 dan MnO2.xH2O Berisi Na2CrO4 (kuning) dan NaAlO2 (tak 1. Larutkan ppt dalam 3 mL HNO3 (1:1) dan berwarna) jika perlu ditambah H2O2 3%. Jika larutan tak berwarna maka Cr pasti tidak Tambahkan 0,5 gr Pb3O4, didihkan lalu ada. Filtrat dibagi 2 bagian : diamkan  larutan violet HMnO4. Mn Positif Bagian I + HAc. + larutan PbAc2  PbCrO4 2. Larutkan ppt dalam HCl encer, saring (kuning) Cr Positif bila perlu, tambahkan sedikit larutan Bagian II + HCl sampai asam, lalu + larutan NH3 sampai alkalis. KSCN  larutan merah darah. Fe Positif Didihkan  ppt putih, Al(OH)3. Al Positif Perhatian : Bila Fe positif, maka zat semula supaya diperiksa dengan K 4Fe(CN)6 dan KSCN untuk menentukan apakah Fe terdapat dalam keadaan ferro atau ferri. PEMERIKSAAN GOLONGAN III B (Zn) 1. Ppt + beberapa mL HCl, lalu diaduk 2. Saring Residu : Filtrat : Berisi CoS – NiS Berisi larutan MnCl2 dan ZnCl2 Larutkan dalam campuran larutan 10% Didihkan sampai sisa-sisa H2S hilang. NaOCl-HCl. Dinginkan, tambah NaOH berlebihan + beberapa Didihkan sampai semua Cl2 hilang. mL H2O2 3%, didihkan lagi, saring. Bagi larutan menjadi 2 bagian. Residu : Filtrat : Bagian I + 1 mL amyl alkohol + 2 gr MnO2.xH2O Berisi Na2ZnO2. seperti Tambahkan HAc. encer NH4SCN padat lalu dikocok  lapisan Periksa golongan III A pada sampai asam. amyl alkohol berwarna biru. Mn. Alirkan H2S ke dalamCo Positif Bagian II + larutan NH4Cl + NH4OH nya  ppt putih, ZnS. sampai alkalis + sedikit dimethyl Zn Positif glioksim  ppt merah jambu. Ni Positif PEMERIKSAAN GOLONGAN IV (Ca) 1. Ppt larutkan dalam 5 mL HAc. 2 N panas 2. Sedikit larutan diperiksa terhadap Ba dengan larutan K2CrO4 Bila Ba positif, lanjutkan pemeriksaan seperti di bawah ini. Bila Ba negatif pemeriksaan supaya dilangsungkan seperti tertulis di bawah filtrat. 3. Panaskan larutan 1 tambahkan larutan K2CrO4 berlebihan 4. Saring dan cuci dengan air panas Residu : Filtrat : BaCrO4 kuning. 1. Filtrat + larutan NH3 sampai alkalis, lalu + sedikit Na2CO3  Larutkan dalam sedikit ppt putih, menunjukkan adanya CaCO3 dan SrCO3, saring HCl pekat dan tegaskan 2. Larutkan ppt dalam 4 mL HAc. 2 N, tambahkan 2 mL larutan dengan reaksi nyala  jenuh (NH4)2SO4 lalu 0,2 gr Na2S2O3 padat (lihat penjelasan) nyala hijau. 3. Didihkan, saring. Residu : Filtrat : Ba Positif SrSO4 Pijarkan ppt dan kertas Larutan (NH4)2Ca(SO4)2 saring dalam cawan. Basahkan Tambahkan larutan amdengan HCl pekat lalu lakukan monium oksalat, panaspenegasan dengan reaksi nyala  kan  ppt putih, Canyala merah karmijn. oksalat. Sr Positif Ca Positif Penjelasan : Penambahan (NH4)2SO4 jenuh menyebabkan presipitasi SrSO4 tetapi CaSO4 larut lagi sebagai garam kompleks. Penambahan Na2S2O3 untuk memperbesar daya larut CaSO 4 sehingga tak terjadi kopresipitasi dengan SrSO4. PEMERIKSAAN GOLONGAN V 1. Uapkan filtrat golongan IV sampai menjadi kental 2. Tambahkan HNO3 pekat, panaskan sampai kering dan menimbulkan asap putih (a) 3. Larutkan residu dalam 3-4 mL aqua, aduk, panaskan, saring (b) Residu : Filtrat : Larutkan dalam beberapa tetes HCl encer, Bagi filtrat menjadi 2 bagian : encerkan dengan aqua dan lakukan reaksi Bagian I + reagen Mg-uranyl-asetat, kocok terhadap Mg. dan diamkan  ppt kuning. 1. Larutan + sedikit NH4Cl + NH4OH sampai alkalis + larutan NaHPO4 dikocok  Na Positif ppt putih Mg(NH4)PO4.6H2O 2. Larutan + NH4Cl + lautan oxin dalam Bagian II + larutan Na3Co(NO2)6 + beberapa ammonia, panaskan  ppt kuning muda. tetes HAc., encerkan  ppt kuning. Mg Positif K Positif Tegaskan dengan reaksi nyala (kaca kobalt) Tambahan : Ion ammonium harus diperiksa dengan zat asal (lihat reaksi pendahuluan). Penjelasan : (a). Penguapan dan penambahan HNO3 pekat gunanya untuk menghilangkan sisa-sisa ammonium. (b). Jika residu larut semua, maka agar dibagi menjadi 3 bagian : 1. untuk reaksi terhadap Mg 2. untuk reaksi terhadap Na 3. untuk reaksi terhadap K. Evaluasi 1. Hitunglah pH larutan HCl 10-8 Molar. 2. Berapa Molar [H+] yang diperlukan untuk mencegah pengendapan CH3COOAg dari larutan yang mengandung 1 Molar CH3COONa dan 0,23 M AgNO3. (Ksp = 2,3.10-3, Ka = 1,8.10-5). 3. Kb dari larutan NH4OH = 1,8.10-5. Hitung (a) pH larutan NH4Cl 0,1 M, (b) Derajad hidrolisa (α) dari garam tersebut. 4. Hitung berat NH4Cl padat yang harus ditambahkan ke dalam 500 mL larutan 0,02 M NH4OH untuk membuat 1 liter larutan buffer dengan pH 9,3 setelah diencerkan dengan aquades (Kb = 1,78.10-5). 5. 100 mL larutan asam laktat (CH 3CHOHCOOH) 9 gram/liter ditambah dengan 130 mL 0,1 N larutan NH4OH (Ka = 1,37.10-4, Kb = 1,78.10-5) maka hitung pH larutan yang terjadi. 6. Hitung konsentrasi asetat dan asam asetat dalam larutan buffer asetat 0,2 M dengan pH 5. (Ka = 1,7.10-5). 7. Jelaskan cara membuat 3 liter larutan buffer asetat 0,2 M dengan pH 5, jika disediakan CH3COONa.3H2O (Mr = 136) dan larutan asam asetat 1 M. 8. Bagaimana cara membuat 5 liter buffer asetat 0,3 M dengan pH 4,47 bila tersedia larutan asam asetat 2 M dn larutan KOH 2,5 M. (Ka = 1,7.10-5). 9. Buffer asam sebanyak 1 liter dengan [HA] = 0,1 M dan [Garam] = 0,1 M, pK a = 3. Hitunglah (a) pH larutan, (b) Berapa kali harus diencerkan agar pHnya naik 1 satuan pH. F. TITRASI Titrasi: proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang dianalisa sampai reaksi sempurna. Titik ekivalen: saat dimana reaksi berjalan sempurna Pada saat titik ekivalen berlaku: grek/mgrek penitler = grek/mgrek dititler Titik akhir titrasi: berakhirnya titrasi setelah terjadinya titik ekivalen Untuk titrasi yang ideal: titik ekivalen = titik akhir titrasi Dalam praktek: titik ekivalen ≠ titik akhir titrasi sehingga ada kesalah titrasi Indikator: zat penunjuk pada saat titik ekivalen Pemilihan indikator disesuaikan dengan jenis titrasinya. Jenis-jenis Titrasi: 1. Titrasi Asidi-alkalimetri 2. Titrasi Redoks a. Iodometri b. Permanganometri c. Dll (Iodimetri, Bikromatometri, Bromatometri) 3. Titrasi Kompleksometri (EDTA) 4. Dll (Argentometri, Potensiometri) Titrasi Asidi-alkalimetri Rumus pH   pH   log H   log 1 [H  ]  Garam  Asam  Garam pKw  pKb  log  Basa Buffer asam pH  pKa  log Buffer basa pH  Garam (dari asam lemah dan basa kuat) Kh  [ HA][OH  ] Kw  [ A ] Ka pH  1 2  pKw  pKa  log[Garam] a Kh C Garam (dari asam kuat dan basa lemah) Kh  Kw Kb a Kh C pH  1 2  pKw  pKb  log[Garam] Garam (dari asam lemah dan basa lemah) Kh  Kw Ka.Kb a Kh pH  1 2  pKw  pKa  pKb  Asidimetri: titrasi terhadap larutan-larutan basa bebas/larutan garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah dan basa kuat dengan larutan standar asam Alkalimetri: titrasi terhadap larutan-larutan asam bebas/larutan garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah dan asam kuat dengan larutan standar basa Titrasi Asam kuat dengan Basa kuat a. pH larutan mula-mula b. pH larutan selama titrasi s/d sebelum TE c. pH titik ekivalen d. pH larutan sesudah TE : Rumus pH asam kuat : Rumus pH asam kuat (belum bereaksi) : pH = 7 : Rumus pH basa kuat (kelebihan) Titrasi Basa kuat dengan Asam kuat a. pH larutan mula-mula b. pH larutan selama titrasi s/d sebelum TE c. pH titik ekivalen d. pH larutan sesudah TE : Rumus pH basa kuat : Rumus pH basa kuat (belum bereaksi) : pH = 7 : Rumus pH asam kuat (kelebihan) Titrasi Asam lemah dengan Basa kuat a. pH larutan mula-mula b. pH larutan selama titrasi s/d sebelum TE c. pH titik ekivalen d. pH larutan sesudah TE : Rumus pH asam lemah : Rumus pH buffer asam : Rumus pH garam terhidrolisa : Rumus pH basa kuat (kelebihan) Titrasi Basa lemah dengan Asam kuat a. pH larutan mula-mula b. pH larutan selama titrasi s/d sebelum TE c. pH titik ekivalen d. pH larutan sesudah TE : Rumus pH basa lemah : Rumus pH buffer basa : Rumus pH garam terhidrolisa : Rumus pH asam kuat (kelebihan) Tabel 1. Perubahan warna dan rentang pH dari beberapa indikator Indikator (Asam) biru kresil brifian (Asam) -naftol benzein Ungu metil (Asam) merah kresol (Asam) biru timol Ungu meta kresol Biru bromofenol Jingga metil Merah kongo Hijau bromo kresol Merah metil Merah k1orofenol (Litmus) azolitmin Biru bromotimol Ungu difenol (Basa) merah kresol -Noflol(Basa) biru timol (Basa) Naftol-benzein Fenolftalein Timolftalein (Basa) biru kresil brilian Warna dalam larutan asam Amino-dietilamino-metil Jingga-merah difenazonium klorida Tak berwarna Nama kimia Warna dalam larutan basa Biru Rentang pH 0,0-1,0 Kuning 0,0-0,8 Pentametil p-rosanilia hidroklorida o-kresolsulfon-ftafein Kuning Hijau-biru 0,0-1,8 Merah Kuning 1,2-2,8 Timol-sulfon-ftalein Merah Kuning 1,2-2,8 m-kresolsulfon-ftalein Merah Kuning 1,2-2,8 Tetrabromofenol-sulfon ftalein Dimetilamino-azo-benzena-natrium sulfonat Asam difenil-bis-azo -naftilamina-4sulfonat Kuning Biru 2,8-4,6 Merah Kuning 3,1-4,4 Lembayung Merah 3,0-5,0 Tetrabromo- m-kresolKuning sulfon-ftalein o-Karboksibenzena-azo Merah dimetilanilina Diklorofenol-sufonKuning ftalein Merah Biru 3,8-5,4 Kuning 4,2-6,3 Merah 4,8-6,4 Biru 5,0-8,0 Dibromo-timol-sulfonftalein o-Hidroksi-difenilsulfon-ftalein o-Kresol-sulfonftalein -Naftol-flilein Timol-sulfonftalein Kuning Biru 6,0-7,6 Kuning Lembayung 7,0-9,6 Kuning Merah 7,2-8,8 Kuming Kuning Biru Biru 7,3-8,7 8,0-9,6 Kuning Hijau-biru 8,2-10,0 Tak berwarna Tak berwarna Biru Merah Biru Kuning 8,3-10,0 9,3-10,5 10,8-12,0 (lihat di atas) Contoh: 1. Titrasi 25 mL HCl 0,1 N dengan NaOH 0,1 N 2. Titrasi 25 mL CH3COOH 0,1 N (Ka = 10 -5) dengan NaOH 0,1 N Tabel Komposisi larutan buffer a. Larutan buffer baku Larutan baku berikut cocok untuk kalibrasi pH meter dan tujuan-tujuan lain di mana perlu diketahui pH yang teliti. pH pada Larutan o 12 C 250C 38oC 0,1 M KHC2O4.H2C2O4.2H2O 1,48 1,50 0,1 m HC1 + 0,09 m KCl 2,07 2,08 Larutan jenuh kalium hidrogen tartrat, KHC4H4O6 3,57 o 0.05 M kalium hidrogen ftalat, KHC8H4O4 4,00 (15 C) 4,005 4,015 0,1 M CH3COOH + 0,1 M CH3COONa 4,65 4,64 4,65 0,025 M KH2PO4 + 0,025 M Na2HPO4.12H2O 6,85 6,84 0,05 M Na2B4O7 .12H2O 9,18 9,07 Larutan-larutan yang diketahui pH-nya untuk penentuan-penentuan kolorimetri, mudah dibuat dengan mencampurkan volume-volume yang sesuai dari larutan-larutan baku tertentu. Komposisi sejumlah larutan buffer yang khas diberikan di bawah. b. Larutan untuk jangka pH 1,40 - 2,20 pada 25oC (German dan Vogel, 1937). X mL p-toluenasulfonat monohidrat 0,1M (19,012 gr l -1) dan Y mL natrium ptoluenasulfonat (19,406 gr l-1), diencerkan menjadi 100,0 mL X (mL) Y(mL) pH X (mL) Y (mL) pH 48,9 1,1 1,40 13.2 36,8 1,90 37,2 12,8 1,50 10,0 40,0 2,00 27,4 22,6 1,60 7,6 42,4 2,10 19,0 31,0 1,70 4,4 45,6 2,20 16,6 33,4 1,80 c. Larutan untuk Jangka pH 2,2 - 8,0 (McIlvaine, 1921) 20,00 mL campuran dari X mL Na2HPO4 0,2 M dan Y mL asam sitrat 0,1 M X (mL) Y (mL) X (mL) Y (mL) pH Na2HPO4 asam sitrat Na2HPO4 asam sitrat 0,40 19,60 2,2 10,72 9,28 1,24 18,76 2,4 11,15 8,85 2,18 17,82 2,6 11,60 8,40 3,17 16,83 2,8 12,09 7,91 4,11 15,89 3,0 12,63 7,37 4,94 15,06 3,2 13,22 6,78 5,70 14,30 3,4 13,85 6,15 6,44 13,56 3,6 14,55 5,45 7,10 12,90 3,8 15,45 4,55 7,71 12,29 4,0 16,47 3,53 8,28 11,72 4,2 17,39 2,61 8,82 11,18 4,4 18,17 1,83 9,25 10,65 4,6 18,73 1,27 9,86 10,14 4,8 19,15 0,85 10,30 9,70 5,0 19,45 0,55 pH 5,2 5,4 5,6 5,8 6,0 6,2 6,4 6,6 6,8 7,0 7,2 7,4 7,6 7,8 8,0 d. Larutan untuk Jangka pH 2,2 - 3,8; 4,0 - 6,2; 5,8 - 8,0; 7,8 - 10,0 pada 20oC (Clark dan Lubs, 1916) (A) pH 2,2-3,8. 50 mL 0,2 M KH ftalat + P mL 0,2 M HCl, diencerkan menjadi 200 mL (B) pH 4,0-6,2. 50 mL 0,2 M KH ftalat + Q mL 0,2 M NaOH, diencerkan menjadi 200 mL (C) pH 5,8-8,0. 50 mL 0,2 M KH 2PO4 + R ml 0,2 M NaOH, diencerkan menjadi 200 mL (D) pH 7,8-10,0. 50 mL 0,2 M H3BO3 dan 0,2 M KCl* + S ml 0,2 M NaOH, diencerkan menjadi 200 mL A B C D P (mL) pH Q (mL) pH R (mL) pH S (mL) pH HCl NaOH NaOH NaOH 46,60 2,2 0,40 4,0 3,66 5,8 2,65 7,8 39,60 2,4 3,65 4,2 5,64 6,0 4,00 8,0 33,00 2,6 7,35 4,4 8,55 6,2 5,90 8,2 26,50 2,8 12,00 4,6 12,60 6,4 8,55 8,4 20,40 3,0 17,50 4,8 17,74 6,6 12,00 8,6 14,80 3,2 23,65 5,0 23,60 6,8 16,40 8,8 9,65 3,4 29,75 5,2 29,54 7,0 21,40 9,0 6,00 3,6 35,25 5,4 34,90 7,2 26,70 9,2 2,65 3,8 39,70 5,6 39,34 7,4 32,00 9,4 43,10 5,8 42,74 7,6 36,85 9,6 45,40 6,0 45,17 7,8 40,80 9, 8 47,00 6,2 46,85 8,0 43,90 10,0 *Yaitu larutan yang mengandung 12,369 gr. H3BO2 dan 14,911 gr KCl per liter. e. Larutan untuk Jangka pH 2,6-12,0 pada 18oC - Campuran buffer Universal (Johnson dan Lindsey, 1939) Campuran dari 6,008 gr asam sitratA.R, 3,893 gr kalium dihidrogen fosfat A.R, 1,769 gr asam borat A.R dan 5,266 gr asam dietilbarbiturat murni dilarutkan dalam air dan dijadikan sebanyak 1 L Nilai-nilai pH campuran dari 100 mL larutan ini dengan berbagai volume (X) larutan natrium hidroksida 0,2 M (bebas dari karbonat) tertera dalam tabel di bawah. pH X (mL) pH X (mL) pH X (mL) 2,6 2,0 5,8 36,5 9,0 7 2,7 2,8 4,3 6,0 38,9 9,2 74,0 3,0 6,4 6,2 41,2 9,4 74,9 3,2 8,3 6,4 43,5 9,6 77,6 3,4 10,1 6,6 46,0 9,8 79,3 3,6 11,8 6,8 48,3 10,0 80,8 3,8 13,7 7,0 50,6 10,2 82,0 4,0 15,5 7,2 52,9 10,4 82,9 4,2 17,6 7A 55,8 10,6 83,9 4,4 19,9 7.6 58,6 10,8 84,9 4,6 22,4 7,8 61,7 ll'O 86,0 4,8 24,8 8,0 63,7 11,2 87,7 5,0 27,1 8,2 65,6 11,4 89,7 5,2 29,5 8,4 67,5 11,6 92,0 5,4 31,8 8.6 69,3 11,8 95,0 5,6 34,2 8,8 71,0 12,0 99,6 Metode Elektrolisis Reaksi elektolisis dengan elektroda Pt/C Proses reduksi yang terjadi pada katoda dapat dibedakan menjadi 3: 1. Apabila larutan mengandung ion logam alkali, alkali tanah, aluminium, mangan maka ion-ion tersebut tidak dapat tereduksi dalam larutan, karena potensial reduksi standarnya sangat kecil. Oleh karena itu yang tereduksi adalah pelarutnya. Katoda: 2H2O + 2e  2OH- + H2(g) 2. Apabila larutan menandung asam, maka yang akan mengalami proses reduksi adalah ion hidrogen dari asam. Katoda: 2H+ + 2e  H2 (g) 3. Apabila larutan mengandung ion-ion selain ion golongan nomor 1, maka di katoda ion logam dimaksud akan tereduksi menjadi logamnya. Katoda: Zn2+ + 2e  Zn (s) Proses yang terjadi pada anoda 1. Apabila larutan mengandung ion-ion halogen, maka pada anoda ion-ion halogen yang akan teroksidasi. Anoda: 2Cl-  Cl2 (g) + 2e 2. Jika larutan mengandung basa (OH-), maka ion OH- akan teroksidasi sehingga akan terjadi gas O2 Anoda: 4OH-  2H2O + O2 (g) + 4e 3. Jika larutan mengandung ion selain nomor 1 dan 2, misal NO 3-, SO42-, dst. Didalam larutan tidak dapat teroksidasi, yang teroksidasi adalah pelarutnya. Anoda: 2H2O  4H+ + O2 (g) + 4e Contoh: 1. Elektrolisis larutan NaCl Katoda : 2H2O + 2e  2OH- + H2 Anoda : 2Cl-  Cl2 + 2e 2. Elektrolisis larutan CuSO4 Katoda : Cu2+ + 2e  Cu Anoda : 2H2O  4H+ + O2 (g) + 4e 3. Elektrolisis larutan KNO3 Katoda : 2H2O + 2e  2OH- + H2(g) Anoda : 2H2O  4H+ + O2 (g) + 4e 4. Elektrolisis larutan AuBr3 Katoda : Au3+ + 3e  Au Anoda : 2Br-  Br2 + 2e 5. Elektrolisis larutan H2O Katoda : 2H2O + 2e  2OH- + H2 Anoda : 2H2O  4H+ + O2 (g) + 4e Elektrolisis terhadap Leburan Suatu Garam Meskipun logamnya adalah logam alkali, maka tetap akan tereduksi. Contoh: Leburan NaCl Katoda: Na+ + e  Na (s) Anoda: 2Cl-  Cl2 + 2e Elektrolisis dengan elektroda bukan Pt/C Yang berbeda hanya proses pada anoda. Dimana pada anoda, elektrodanya akan teroksidasi menjadi ion logam yang di dalam larutan akan menggantikan ion lain yang ada di dalam larutan. Contoh: 1. Elektrolisis larutan KCl dengan elektroda Cu KCl  K+ + ClKatoda : 2H2O + 2e  2OH- + H2 Anoda : Cu  Cu2+ + 2e 2. Elektrolisis larutan CuSO4 dengan elekrtroda Zn CuSO4  Cu2+ + SO42Katoda : Cu2+ + 2e  Cu Anoda : Zn  Zn2+ + 2e 3. Pelapisan Cu dengan Au (emas) Cu dipasang sebagai katoda Au dipasang sebagai anodanya Anoda : Au  Au3+ + 3e yang kemudian ion ini di dalam larutan akan mengalami reduksi menjadi logamnya yang kemudian menempel pada permukaan Cu. Katoda : Au3+ + 3e  Au Cara menghitung tegangan peruraian suatu larutan Contoh : larutan ZnBr2 ZnBr2  Zn2+ + 2Br[Zn2+] [Br-] EoZn EoBr2 =1M =2M = 0,76 volt = -1,07 volt Menurut Nerst E  Eo  0,0591 log[M n  ] n Katoda: Anoda : Zn2+ + 2e  Zn 2Br-  Br2 + 2e 0,0591 log[Zn 2 ] 2 0,0591 0,76  log[1] 2 0,0591 o E An  E An  log[ Br  ] 2 0,0591  1,07  log[2] 1 ED  Ekat  E An ED  0,76  1,07  0,002  1,85 volt o Ekat  Ekat  Soal Suatu larutan yang mengandung 400 mg Cu2+ (CuSO4) dielektrolisis dengan elektroda Pt sampai semua Cu terendapkan pada katoda. Kemudian elektolisis dilanjutkan selama 7 menit, jika arus yang digunakan sebesar 1,2 ampere dan efisiensi arus 100% a. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengendapkan ion Cu2+ b. Berapa liter volume gas yang terjadi selama proses elektrolisis jika dihitung pada STP. Jawab: TITRASI REDOKS/POTENSIOMETRI Titrasi untuk menentukan perubahan potensial redoks selama titrasi berlangsung. Dapat dibuat grafik titrasi  E versus volume pereaksi Ce4+ = 0,1 M 100 mL Fe2+ = 0,1 M Adanya sistem ferro-ferri sejak Ce4+ masuk. Fe2+ + Ce4+  Fe3+ + Ce3+ Sampai sebelum titik ekuivalen  E dihitung menggunakan sistem ferro-ferri Sesudah titik ekiivalen  E dihitung menggunakan sistem Ce4+ - Ce3+ Sebelum TE o E  E Fe  3 / Fe 2  0,0591 [ Fe 3 ] log 1 [ Fe 2 ] Pada TE E o o ECe  EFe 4 34 / Ce 3 / Fe 2 2 Setelah TE o E  ECe  4 / Ce3 0,0591 [Ce 4 ] log 1 [Ce 3 ] Titrasi Iodometri S2O32I2 + 2 S2O32-  2 I- + S4O62- Iodometri (1 grek = 1 mol) Indikator amylum I2 I2 bereaksi dengan amylum membentuk warna biru (iod-amylum) Bila dititrasi dengan tiosulfat, I2 berubah menjadi I- sehingga warna biru hilang I2 I2 + 2 S2O32-  2 I- + S4O62- Iodimetri (1 grek = ½ mol) Indikator amylum S2O32Mula-mula waktu ditambah amylum warna larutan tetap Setelah dititrasi dengan I2 dan tiosulfat habis, maka ada kelebihan I 2 dan bereaksi dengan amylum sehingga warna biru timbul Contoh: Penentuan larutan kupri (Cu2+) Titrasi dengan S2O32(indikator amylum) KI berlebihan Iwarna biru hilang [Cu2+] [Cu2I2]; [I2] TE 2 Cu2+ + 4 I-  Cu2I2 + I2 (tereduksi) I2 + 2 S2O32-  2I- + S4O62ax ax mgrek [Cu] = ax mgrek = ax BM mgram Titrasi Permanganometri Dalam suasana asam MnO4- + 8 H+ + 5 e  Mn2+ + 4 H2O 1 mgrek KMnO4 = 0,2 mmol Dalam suasana basa MnO4- + 2 H2O + 3 e  MnO2 + 4 OH1 mgrek KMnO4 = 1/3 mmol Tidak perlu indikator Contoh: Penentuan kadar Pyrolusit (MnO2) x gram pyrolusit Reduktor berlebihan (Fe2+ = a mgrek) Diambil 25 mL [H2SO4] Larutan V mL MnO2 + H+ + Fe2+  Mn2+ + Fe3+ + H2O Kemudian dititrasi dengan KMnO4 standar (0,1 N) (butuh c mL) Fe2+ + MnO42- + H+  Fe3+ + Mn2+ + H2O [Fe2+] sisa = 0,1 c mgrek Fe2+ yang bereaksi dengan MnO2 MnO2 dalam 25 mL = (a – 0,1 c) mgrek = (a – 0,1 c) mgrek [Fe3+] dan [Fe2+] sisa Dalam v mL larutan MnO2 = (V/25) x (a – 0,1 c) mgrek (ingat 1 mgrek = 0,2 mmol) = (V/25) x (a – 0,1 c) x 0,2 mmol = mgram Ringkasan: Permanganometri Bikromatometri Bromatometri Iodo-Iodimetri

KMnO4  Mn2+ (Suasana asam) 1 grek = 1/5 mol KMnO4  MnO2 (Suasana basa) 1 grek = 1/3 mol Cr2O72-  Cr3+ (Suasana asam) 1 grek = 1/6 mol BrO3-  Br(Suasana asam) 1 grek = 1/6 mol 2S2O32-  S4O62(Suasana asam) 1 grek = 1 mol I2  2I(Suasana asam) 1 grek = 1/2 mol