Harta karun apa yang diwariskan ayah kepada kelima anaknya pada cerita harta terpendam

Perumpamaan tentang harta terpendam adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridnya. Kisah ini tercantum di dalam Matius 13:44. Perumpamaan ini merupakan salah satu perumpamaan terpendek yang digunakan Tuhan Yesus. Perumpamaan ini memiliki persamaan dengan perumpamaan mutiara yang berharga yang dicatat di ayat berikutnya.

Harta karun apa yang diwariskan ayah kepada kelima anaknya pada cerita harta terpendam

"Harta terpendam", karya John Everett Millais, 1864

Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.

 

Lukisan Rembrandt tentang perumpamaan harta terpendam

Perlambangan Kerajaan Sorga seperti harta yang terpendam bermakna bahwa tidak semua orang menyadari akan keberadaan Kerajaan Sorga tersebut. Hanya orang yang mau menggali atau mencari tahulah yang menyadari keberadaannya. Orang yang menyadarinya digambarkan akan menjual segala miliknya, yaitu harta benda duniawinya, yang akan dianggapnya tidak berharga/tidak sepadan dibanding dengan harta/Kerajan Sorga yang baru ditemukannya.

Yesus menceritakan perumpamaan ini untuk memberitahukan bahwa hidup dengan menuruti firman Tuhan membutuhkan pengorbanan-pengorbanan duniawi yang kadang-kadang tidak semua orang dapat merelakannya, tetapi Yesus menjanjikan bahwa upah yang akan diperoleh orang-orang tersebut adalah Kerajaan Sorga.

Penafsiran lainnya mengganggap bahwa orang yang disebut dalam kisah tersebut adalah Yesus yang membeli ladang tersebut dengan darahNya (mati disalib) yang akhirnya mendapatkan harta yang terpendam, yaitu orang-orang yang percaya.

  • Perumpamaan Yesus
  • Bagian Alkitab yang berkaitan: Matius 13
  • SarapanPagi: Perumpamaan tentang Harta terpendam

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perumpamaan_harta_terpendam&oldid=15156509"

Harta karun apa yang diwariskan ayah kepada kelima anaknya pada cerita harta terpendam


Di daerah Klungkung, Bali, pernah hidup seorang duda kaya raya yang memiliki lima orang anak. Duda ini dalam keadaan sekarat, dan ia berwasiat kepada kelima anaknya, yang suka hidup berfoya-foya hingga harta ayah mereka habis. Tinggal sebuah sawah dan sebuah ladang saja.



"Tampaknya waktu ayah sudah tidak lama lagi. Ayah tidak bisa mewasiatkan apa-apa, kecuali harta yang sudah ayah simpan di bawah sawah dan ladang. Kalian harus menemukan harta tersebut dan membaginya secara adil," kata sang duda. Untuk lebih meyakinkan mereka, sang duda menulis wasiatnya di atas selembar kertas yang dibubuhi tandatangannya.

Bukannya prihatin atas kondisi si ayah, mereka justru sibuk memikirkan kiranya harta apa yang dipendam oleh ayah mereka di bawah sawah dan ladang. Karena itu, mereka menyambut gembira wasiat tersebut, meskipun harus dibagi sama dan rata antara wanita dengan pria.

Dan tibalah saat di mana sang duda menghembuskan napas terakhir. Sepekan setelah kematian si ayah, kelima orang anak tersebut saling bersepakat untuk menggali sawah dan ladang peninggalan ayah mereka.

Namun, sudah sebagian besar dari sawah dan ladang itu mereka cangkuli, belum ada juga tanda-tanda keberadaan harta yang dimaksud ayah mereka.

"Sawah dan ladang ini sudah kita cangkuli dalam-dalam, tapi belum ada tanda-tanda keberadaan harta karun tersebut," kata si Sulung.

"Apakah ayah sudah salah berwasiat kepada kita?" tanya si bungsu.

"Tidak mungkin ayah salah," sahut si Sulung.

"Percuma... percuma... kita cangkuli sawah dan ladang ini. Lihat sudah hampir tiga perempat sawah ini kita gali, tidak mungkin harta karun itu di bawah sawah dan ladang ini," anak-anak yang menimpali.

"Tapi, baiknya kita kerjakan dulu hingga selesai, siapa tahu harta karun itu ada di seperempat lahan tersisa," usul si Sulung.

Mereka pun kembali mencangkul. Dan benar, hingga semua lahan dari sawah dan ladang itu dicangkuli tidak ada harta satu pun. Kelima orang itu kecewa. Mereka merasa dibohongi oleh ayah kandung mereka. Tapi, si bungsu punya pikiran lain.

"Kakak-kakakku, kita kan sudah mencangkuli semua lahan, dan kita juga tidak menemukan harta karun yang dimaksud oleh ayah di sini. Daripada pekerjaan kita sia-sia, bukankah lebih baik kita tanami saja tanah-tanah yang sudah kita cangkuli ini dengan padi dan palawija? Hasilnya nanti bisa kita gunakan untuk dijual."

Keempat kakaknya sepakat dengan pikiran si bungsu.

Lalu, mereka menanam padi dan palawija, seperti ayah mereka menanami sawah dan ladang tersebut. Lambat tapi pasti, padi-padi mulai menguning dan palawija juga mulai masak. Mereka pun memanen buah kerja mereka. Sedikit demi sedikit mereka berhasil mengumpulkan kekayaan seperti ayahnya dulu.

Akhirnya, mereka memahami filosofi wasiat ayah mereka sebelum meninggal dulu. Bahwa harta karun yang dimaksud di dalam sawah dan ladang adalah kerja keras mencangkuli. Dan kini, mereka merasakan semuanya.


Semoga dari cerita ini kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran.
Maaf jika ada kesalahan , perbedaan informasi atau penulisan kata.

Harta karun apa yang diwariskan ayah kepada kelima anaknya pada cerita harta terpendam

Harta karun apa yang diwariskan ayah kepada kelima anaknya pada cerita harta terpendam

No Text Content!

LEGENDA CERITA RAKYAT LEGENDA BALI, HARTA TERPENDAM DUDA KAYA dan KELIMA ANAKNYA. ALKISAH di daerah Klungkung, Bali, hiduplah seorang duda yang kaya raya dengan lima orang anak laki-laki, yaitu Gede Pastika, Made Pastika, Nyoman Pastika, Ketut Pastika dan Putu Pastika. Sang Ayah mempunyai sawah dan ladang yang luas. Namun sayang, kelima anak tersebut memiliki sifat pemalas. Mereka tidak pernah membantu sang Ayah bekerja di sawah maupun di ladang. Setiap hari mereka hanya bermalasan-malasan di rumah dan mengadu ayam. Mereka juga suka berfoya- foya menghabiskan harta benda sang Ayah. Duda kaya itu hampir setiap hari menasehati kelima anaknya, namun mereka berpura-pura tidak mendengar. Bahkan, terkadang mereka membantah. Sang Ayah hanya bisa bersabar menghadapi sifat dan perilaku mereka. Ia pun selalu berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar anak-anaknya cepat sadar dan diberi petunjuk ke jalan yang lurus. Namun, semakin hari perilaku kelima anak tersebut semakin menjadi-jadi. Mereka tak hentihentinya berfoya-foya sehingga harta kekayaan sang Ayah habis. Suatu hari, sang Ayah jatuh sakit. Ia merasa bahwa hidupnya tak akan lama lagi. Maka, ia pun memanggil kelima anaknya untuk menyampaikan wasiat sebelum menghembuskan nafas terakhir. “Dengarkan, anak-anakku! Ayah merasa sebentar lagi ajal akan datang menjemput. Seperti kalian ketahui, harta Ayah telah kalian habiskan. Harta yang Ayah miliki saat ini hanya tersisa beberapa petak sawah dan ladang,” ungkap sang Ayah, “Setelah Ayah tiada nanti, galilah harta ayah yang terpendam di sawah dan ladang itu.” Kelima anak itu bukannya bersedih karena akan ditinggalkan sang Ayah, tapi justru merasa senang karena sebentar lagi mereka akan mendapatkan harta warisan yang banyak. Mereka pun tidak mengindahkan nasib sang Ayah yang kondisinya semakin parah. Akhirnya, tak berapa lama kemudian, sang Ayah pun meninggal dunia. Sepeninggal sang Ayah, kelima anak tersebut baru merasakan kehilangan seorang ayah yang selalu rajin bekerja demi mencukupi kebutuhan mereka. Kini, mereka harus bekerja dan memasak sendiri, di mana pekerjaan tersebut biasanya dikerjakan oleh sang Ayah semasa masih hidup. Karena mereka tidak http://agathanicole.blogspot.com | LEGENDA BALI, HARTA TERPENDAM DUDA KAYA dan KELIMA ANAKNYA Page 1terbiasa bertani dan berladang, hasil panen mereka selalu gagal. Beras persediaan mereka pun habis. Suatu hari, kelima anak tersebut bersepakat akan menggali sawah dan ladang sang Ayah untuk mencari harta yang terpendam di dalamnya. Mereka pun berangkat bersama-sama ke sawah dengan membawa cangkul dan linggis. Setiba di sana, mereka bingung karena tidak mengetahui persis tempat harta itu dipendam oleh almarhum ayah mereka. “Hai, kira-kira Ayah memendam hari itu di mana, ya?” tanya si Sulung Gede Pastika. “Entahlah, Ayah tidak menyebutkan tempatnya,” jawab anak kedua Made Pastika. “Kalau begitu, sebaiknya kita gali saja semua petak sawah ini,” usul anak ketiga Nyoman Pastika. Akhirnya, kelima anak tersebut bersama-sama menggali petakan sawah itu satu per satu. Namun, harta yang mereka cari belum juga ditemukan. “Aku yakin, Ayah tidak memendam harta itu di sawah ini. Barangkali Ayah memendamnya di ladang,” kata anak ke empat Ketut Pastika, “Karena hari sudah siang, sebaiknya kita pulang dulu ke rumah. Pencarian kita lanjutkan nanti sore.” Sahut si sulung Gede Pastika Kelima anak itu pun kembali ke rumah untuk beristirahat. Menjelang sore, mereka kembali melakukan pencarian. Kali ini, pencarian itu mereka lakukan di ladang. Mereka pun segera menggali bagian-bagian ladang yang mereka anggap sebagai tempat harta itu dipendam. Hingga hari menjelang sore, mereka telah menggali bagian-bagian ladang tersebut. Namun, hasilnya tetap nihil. Mereka pun mulai putus asa. “Ah, jangan-jangan almarhum Ayah hanya membohongi kita,” celetuk si Sulung Gede Pastika dengan kesal. Di tengah-tengah keputusasaan tersebut, si Bungsu Putu Pastika tiba-tiba angkat bicara. “Maaf, Kakak-kakakku! Alangkah baiknya jika sawah dan ladang yang telah terlanjur kita gali ini kita tanami padi dan palawija daripada terus-menerus mencari harta yang tidak jelas keberadaannya itu,” usul si Bungsu, “Hasilnya tentu dapat kita makan.” “Kamu benar Putu....,” kata anak keempat Ketut Pastika, “Aku setuju dengan usulan itu.” Usulan si Bungsu itu benar-benar membuka pikiran kakak-kakaknya. Akhirnya, mereka pun bersepakat untuk menanami padi dan palawija di sawah dan ladang peninggalan sang Ayah. Sejak itu, kelima orang bersaudara tersebut mulai rajin bekerja. Mereka menanami sawah mereka dengan padi, sedangkan ladangnya mereka tanami dengan palawija. Mereka pun telaten merawatnya sehingga mendatangkan hasil yang melimpah. Sebagian hasil panen tersebut mereka simpan di lumbung. Mereka pun tidak takut lagi kelaparan. Setelah beberapa tahun mereka bekerja dengan giat, harta benda sang Ayah yang pernah mereka hambur-hamburkan kini terkumpul kembali. Kebiasaan berfoya-foya pun telah mereka tinggalkan. Lama- kelamaan, mereka akhirnya menjadi petani yang kaya-raya. Dari situlah mereka sadar dengan pesan almarham sang Ayah bahwa harta terpendam itu sebenarnya tidak ada. Harta terpendam yang dimaksud adalah kekuatan dan keinginan untuk bekerja keras, yakni dengan mengolah sawah dan ladang sehingga menghasilkan pangan. Setelah mengerti maksud dari pesan almarhum sang Ayah, kelima orang bersaudara itu semakin giat bekerja. Mereka tidak pernah lagi bermalas-malasan seperti yang pernah mereka lakukan kala sang Ayah masih hidup. Akhirnya, mereka pun hidup makmur dan sejahtera. http://agathanicole.blogspot.com | LEGENDA BALI, HARTA TERPENDAM DUDA KAYA dan KELIMA ANAKNYA Page 2

Pembelajaran berharga dari cerita asal Klungkung Bali ini, adalah : Untuk Orangtua, Janganlah terlalu memanjakan anak, meski harta berlimpah sebijaksanaya mengajarkan anak-anak untuk mandiri dan prihatin. Jika terlalu dimanja akhirnya anak-anak akan terbiasa diam dan dilayani oleh orang lain (pembantu), akibatnya energi yang begitu banyak tersalurkan pada hal-hal yang negatif, contohnya judi atau balapan liar bahkan mungkin terjerumus narkoba. Lihatlah Bali sekarang ini, dulu jalan yang begitu lengang, sejuk dan indah dengan rimbunnya pepohonan, berganti dengan kemacetan, sampah dan pohon-pohon beton, Bayangkan jika dalam 1 keluarga ada 7 anggota keluarga : 1. Bapak pergi kerja ke galeri pakai mobil sendiri, 2. Ibu, berangkat ke kantornya juga pakai mobil sendiri, 3. Gede Pastika, kuliah juga pakai mobil sendiri, 4. Made Pastika, ke sekolah SMA pakai motor sendiri juga, 5. Nyoman Pastika, ke sekolah SMK pakai motor sendiri juga, 6. Ketut Pastika, ke sekolah SMP pakai motor sendiri juga, 7. Putu Pastika, ke sekolah SD diantar supir pakai mobil sendiri juga. bayangkan berapa kendaraan yang tumpah ruah dijalan-jalan Bali ini ? akibat kebiasaan Memanjakan dan Manja serta kemalasan. Efeknya tidak ada rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang erat lagi, semua pergi dan pulang sendiri-sendiri (pedidi) dan masuk kamar sendiri-sendiri. Bijaksananya adalah dalam 1 Keluarga besar seperti diatas adalah cukup 1 mobil dan 3 Motor, disamping irit berhemat juga memupuk pertalian persaudaraan dan kekeluargaan semakin erat (HARMONIS). \" Bapak berangkat ke galeri sambil mengantar ibu dan si bungsu Putu Pastika, Gede Pastika kuliah sambil mengantar Made Pastika, begitu juga Nyoman Pastika berangkat ke sekolah sambil mengantar Ketut Pastika \" Untuk Kita Anak-Anak Jangan terbiasa dan membiasakan diri dengan KEMANJAAN danBERFOYA- FOYA (Boros), karena kebiasaan tersebut hanya akan membuat kita menjadi malas dan tidak punya kreatifitas. Berusahalah untuk sesuatu yang menjadi kepentingan kita sendiri kelak ketika kita beranjak dewasa, karakter mandiri sudah terpupuk dan terpatri dalam jiwa kita. http://agathanicole.blogspot.com | LEGENDA BALI, HARTA TERPENDAM DUDA KAYA dan KELIMA ANAKNYA Page 3