Faktor faktor yang menyebabkan Jepang menyerah kepada sekutu adalah

Kekalahan Jepang terhadap pasukan Sekutu diawali dengan kekalahan Jepang dalam Pertempuran Laut Karang yang berlangsung pada 4-8 Mei 1942. Kekalahan ini membawa dampak beruntun pada posisi militer Jepang yang semakin melemah. Meski melemah militer Jepang tetap tidak mau menyerah dalam Perang Dunia II. Sekutu kemudian mengambil keputusan penting yaitu mengalahkan Jepang dengan menggunakan bom atom. Pada 6 Agustus 1945, Sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat melepaskan bom atom ke Kota Hiroshima dan berhasil menghancurkan kota tersebut. Pengeboman terjadi lagi tanggal 9 Agustus 1945 yang menghancurkan Kota Nagasaki. Akhirnya, Jepang menyatakan menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 (waktu Amerika Serikat) dan 15 Agustus 1945 (waktu Jepang) melalui siaran radio Kekaisaran Jepang.

Suara.com - Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 2 September 1945. Meski begitu, keputusan menyerah tanpa syarat ini mulai diumumkan pada tanggal 14 Agustus 1945 oleh Kaisar Hirohito lewat siaran radio nasional.

Diketahui, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat setelah menandatangani pernyataan di kapal USS Missouri yang kala itu merapat di Teluk Tokyo.

Perlawanan Gigih Jepang sebelum Menyerah

Sebelum memutuskan menyerah ke Sekutu, perlawanan Jepang tentu tak mudah dan gigih. Mereka bahkan sempat menghancurkan pangkalan angkatan laut Pearl Harbor milik Amerika Serikat pada 8 Desember 1941 di Hawaii.

Baca Juga: 76 Tahun Bom Hiroshima, Penghapusan Senjata Nuklir Bergema

Melansir dari modul Sejarah Indonesia (2020) , Jepang melalui angkatan lautnya mengirimkan 4 kapal induk untuk menghancurkan sisa armada Pasifik milik AS setelah Pearl Harbor.

Namun, saat itu armada AS berhasil membuka kode komunikasi rahasia angkatan laut Jepang sehingga rencananya pun diketahui dan bocor. Selanjutnya, kemenangan pun berpihak kepada AS.

Dari kekalahan tersebut, posisi Jepang semakin terpuruk dalam perang-perang lainnya, bahkan banyak menuai kekalahan dan akhirnya Jepang dapat dikuasai oleh AS

Bom Atom Jepang

Melihat kondisi militer Jepang yang kian terpuruk akhirnya para pemimpin negara Sekutu yang terdiri dari AS, Inggris, dan Cina pun berkonferensi di Postdam, Jerman. Ketiga pemimpin tersebut pun mengeluarkan Deklarasi Postdam yang berisi:

Baca Juga: Kisah Tsutomu Yamaguchi Selamat dari Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki

  1. Semua penjahat perang harus diadili secara keras, termasuk pelaku kekejaman kepada para tawanan.
  2. Pemerintah Jepang harus memberi kebebasan dan memberlakukan demokrasi, serta penghormatan atas hak-hak asasi manusia.
  3. Pemerintah Jepang diberikan kesempatan untuk memilih mengakhiri perang kepada Sekutu dengan cara menyerah tanpa syarat, atau memilih penghancuran besar-besaran.

Namun, Jepang memutuskan menolak deklarasi tersebut dan AS pun menjatuhkan bom nuklir di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945.

tirto.id - Tanda-tanda akhir dari Perang Dunia II mulai terlihat sejak memasuki tahun 1945. Angin kemenangan telah menyelimuti pihak sekutu. Benar saja, pada 7 Mei 1945, Jerman mengakui kekalahannya dan menyerah kepada sekutu Barat di Reims. Menginjak 9 Mei 1945, Jerman kembali menyerah kepada Uni Soviet di Berlin.

Meskipun perang telah berakhir di Eropa, peperangan di Pasifik sedang mencapai puncaknya dan itu terjadi pada pertengahan 1945. Dengan kekuatan yang tersisa, Jepang terus berjuang mengalahkan Amerika. Kegigihan yang diperlihatkan Jepang menunjukkan bahwa mereka memiliki karakter yang tak gampang menyerah.

Konferensi Postdam

Para pemimpin sekutu yang telah menang dalam perang mengadakan pertemuan di Jerman. Pertemuan itu dikenal dengan nama Konferensi Postdam. Pemimpin sekutu yang menghadiri pertemuan itu, di antaranya Harry S. Truman (Presiden AS), Winston Churchill (PM Inggris), Joseph Stalin (PM Uni Soviet). Selain itu, hadir juga pemimpin nasionalis Cina Chiang Kai Sek.

Pada 24 Juli 1945, Amerika, Inggris, dan Cina menyampaikan hasil Konferensi Postdam yang intinya meminta kepada Jepang untuk menyerah tanpa syarat. Selain itu, Amerika juga memberikan ultimatum kepada Jepang. Amerika mengancam akan membombardir Jepang dengan kekuatan yang lebih keras, apabila permintaan menyerah tanpa syarat tidak dipenuhi.

Tragedi Bom Hiroshima dan Nagasaki

Dalam menanggapi ultimatum tersebut, terjadi perdebatan dari pihak Jepang, antara Jenderal Aya Anami, Perdana Menteri Suzuki, Menteri Luar Negeri Shigenori Togo, Jenderal Umezu, Admiral Sadajiro Toyoda dan Laksamana Yonai. Mereka terlibat dalam adu argumentasi mengenai seruan sekutu tersebut di dalam pertemuan Dewan Tertinggi Jepang pada 28 Juli 1945.

Dari pertemuan tersebut disepakati bahwa Jepang tidak akan menanggapi seruan sekutu tersebut. Perdana Menteri Suzuki di depan radio militer Jepang menyatakan bahwa Deklarasi Postdam hanyalah bentuk lain dari Deklarasi Kairo, jadi tidak perlu ditanggapi.

Berdasarkan penelitian "Percikan Api Revolusi Di Kampung Tulung Magelang 1945" oleh Syaiful Amin dan Ganda Febri Kurniawan dalam Journal O Indonesian History (Volume 7, 2018), disebutkan bahwa Amerika yang tidak sabar lagi menunggu pernyataan menyerah dari Jepang dan melakukan pengeboman pada tanggal 6 Agustus di Kota Hiroshima dan 9 Agustus di Kota Nagasaki.

Ancaman terhadap Jepang pun belum berakhir. Sumarmo dalam "Pendudukan Jepang dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia" (1991) menyebutkan bahwa Rusia telah menyatakan perang kepada Jepang pada 8 Agustus 1945. Tidak main-main, Rusia langsung menyusuri Korea dan kemudian masuk ke Jepang. Rusia pun menyerbu Jepang dan akhirnya berhasil merebut Sakhalin.

Serangkaian peristiwa di atas pada akhirnya menyebabkan Jepang menyerah. Pernyataan menyerahnya Jepang kepada sekutu langsung disampaikan Kaisar Hirohito pada tanggal 14 Agustus 1945 melalui radio nasional. Namun, secara resmi Jepang menyerah kepada sekutu terjadi pada 2 September 1945 melalui penandatangan pernyataan menyerah di Teluk Tokyo tepatnya di atas kapal USS Missouri.

Baca juga:

  • Bagaimana Gempa Bumi 1923 Membuat Jepang Makin Konservatif?
  • Sejarah PETA di Zaman Pendudukan Jepang: Tugas, Tokoh, & Tujuan
  • Sejarah Gerakan 3A: Propaganda Jepang Demi Simpati Rakyat Indonesia

Baca juga artikel terkait JEPANG atau tulisan menarik lainnya Alhidayath Parinduri
(tirto.id - hdy/ale)


Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Alexander Haryanto
Kontributor: Alhidayath Parinduri

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Jakarta -

Momen kekalahan Jepang sudah terlihat pada Agustus 1945, saat Perang Pasifik antara pihak sekutu yang dipimpin Amerika Serikat (AS) melawan Jepang sudah mencapai periode puncak. Namun, sebenarnya Jepang menyerah kepada Sekutu tanggal berapa?

Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 tentara Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Kedua kota di Jepang saat itu hancur lebur dan membuat mental Jepang anjlok.

Hal itu kemudian mengakibatkan Jepang menyerah kepada pasukan sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945.

Penyebab menyerahnya Jepang kepada sekutu adalah peristiwa pengeboman di dua kota, yakni Hiroshima dan Nagasaki. Pengeboman tersebut telah menewaskan dan melukai ratusan ribu manusia. Tak hanya itu, efek radiasi dari senjata nuklir juga membekas dalam waktu yang lama.

Pemandangan mengerikan itu akhirnya membuat moril tentara Jepang runtuh seketika. Padahal sebelumnya, pasukan Jepang dikenal selalu tampil habis-habisan dalam setiap pertempuran.

Mereka tidak segan untuk bunuh diri dari pada harus menyerah. Pertempuran Saipan misalnya, dengan amat jelas memperlihatkan watak pantang menyerah tentara Jepang.

Pihak sekutu baru bisa menaklukkan Jepang setelah melalui pertempuran selama berminggu-minggu.

Dijatuhkannya bom di Hiroshima dan Nagasaki ialah konklusi untuk menutup jilid peperangan tersebut. Jepang menyatakan menyerah pada sekutu pada 15 Agustus 1945.

Dampak bagi Indonesia saat Jepang Menyerah

Dikutip dari laman resmi Kemdikbud, pada tanggal 10 Agustus 1945 Sutan Syahrir mendapat info melalui radio bahwa Jepang telah kalah dan menyerah kepada sekutu. Momen ini kemudian dimanfaatkan Indonesia untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 12 Agustus 1945 Soekarno Hatta, dan Radjiman diterbangkan ke Dalat, Vietnam untuk melakukan perundingan kemerdekaan dengan Marsekal Terauchi.

Para pemuda juga turut mendorong Soekarno dan Hatta untuk segera melakukan proklamasi lebih cepat. Untuk itu para pemuda yang dimotori oleh Chaerul Saleh, Sukarni dan Wikana, mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.

Pada Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta dan menuju rumah Laksamana Maeda untuk melakukan penyusunan proklamasi.

Penyusunan proklamasi dilakukan oleh Sukarno, Muhammad Hatta, dan Achmad Soebardjo. Penyusunan ini disaksikan oleh Sukarni, B.M Diah, Sudiro dan Sayuti Melik. Setelah itu naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik.

Pada pagi harinya pukul 10.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno.

Simak Video "Pernyataan Belasungkawa Joe Biden untuk Mendiang Shinzo Abe"



(faz/pay)