Faktor apa sajakah yang menjadi penentu keberhasilan budidaya pembenihan ikan?

Faktor apa sajakah yang menjadi penentu keberhasilan budidaya pembenihan ikan?

Pertumbuhan ikan (Sumber gambar: lipi.go.id)


Membudidayakan ikan tentu bertujuan untuk memperoleh hasil yang maksimal, baik dari segi pertumbuhan hingga kelangsungan hidupnya. Ketika ikan yang dibudidayakan tidak sehat, sakit dan bahkan mati maka ini menjadi masalah besar dan tantangan bagi seorang pembudidaya ikan. Lantas, apa saja faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan? Berikut faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. 

1. Pakan

Pakan adalah salah satu faktor penentu keberhasilan dari pembudidaya ikan. Ketika kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan oleh ikan tidak tepat, maka pertumbuhan ikan akan terhambat, bisa jadi kerdil atau hanya besar kepala nya saja. Pakan dengan kandungan protein yang seimbang bagi kebutuhan ikan sangat diperlukan. Pada dasarnya pakan yang mengandung protein tinggi tidak menjamin keberhasilan pertumbuhan ikan. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan ikan harus sesuai dengan kebutuhan ikan yang dibudidayakan. 

Baca Juga: Teknik Pemijahan Ikan Mas Secara Alami

2. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan banyak macam dan jenis nya, mulai dari kualitas air seperti pH, suhu, oksigen terlarut, amoniak, dan masih banyak lagi. Ketika kita membudidayakan ikan, maka faktor kualitas air adalah faktor utama yang harus diperhatikan. Ketika lingkungan nya sudah sesuai maka faktor yang lainnya dapat menyesuaikan juga. Tetapi jika dari segi faktor lingkungan dimana sebagai tempat tinggalnya saja tidak sesuai bagaimana ikan bisa beradaptasi? Ikan pun akan sangat terhambat untuk pertumbuhannya. Baik segi suhu, pH, DO, dan amoniak maka di sesuaikan terlebih dahulu jenis ikan apa yang dipelihara. Setiap jenis ikan memiliki toleransi parameter kualitas air yang berbeda-beda. Misal ikan yang dipelihara adalah ikan lele, maka pH yang optimal berkisar 6,5-8,5. Sedangkan suhu yang optimal berkisar 27-30 derajat celcius, dan lain-lain. 

3. Genetik

Membahas faktor genetik adalah membahas mengenai faktor keturunan. Setiap pertumbuhan ikan faktor keberhasilan budidaya adalah faktor keturunan. Usahakan ketika ingin memelihara benih ikan, kita harus mengetahui kualitas benih yang kita beli. Kita harus mengetahui kualitas indukan dari benih yang dihasilkan apakah baik atau tidak, memiliki riwayat penyakit atau tidak, dan sudah bersertifikat atau belum. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka kita dapat mengantisipasi pertumbuhan benih ketika kita pelihara.  Itulah beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Ketika kita sudah mengetahui faktor pertumbuhan ikan, maka kita tinggal menyesuaikan saja jenis ikan yang akan dipelihara kemudian kita sesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya.

Baca Juga: Cara Mengawetkan Produk Perikanan Agar Tahan Lama

Pramono, Ryan Yudo (2019) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Anggota Dalam Usaha Pembenihan Ikan Pada Kelompok Pembenihan Ikan “Mina Jaya Abadi” Di Desa Canggu Kecamatan Badas Kabupaten Kediri. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Usaha pembenihan merupakan ujung tombak keberhasilan usaha budidaya ikan air tawar. Sebab, usaha pembenihan dapat mensuplai benih terhadap usaha budidaya ikan untuk setiap musim tanam. Dalam usaha melakukan budidaya, usaha pembenihan memiliki suatu posisi yang penting. Namun dalam pelaksanaan, keberhasilan usaha pembenihan ikan bukan hanya ditentukan oleh kemampuan daya dukung lingkungan saja, tetapi juga oleh kemampuan dan mental pengelola. Kemampuan akuakulturis dalam memproduksi benih ikan minimal harus ditunjang dengan penguasaan ilmu dan teknologi budidaya. Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku individu,perilaku kelompokdan dinamika kelompok terhadap, keberhasilan anggota dalam menjalankan usaha pembenihan padakelompokpembenihanikan“Mina Jaya Abadi”.Populasi pada penelitian ini yaitu anggota kelompok pembenihan ikan “Mina Jaya Abadi” dengan sampel sebanyak 30 anggota. Sumber data yaitu data primer dan data sekunder dengan metode pengumpulan data meliputi wawancara, kuesioner, observasi, dan dokumentasi, kemudian data dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda dengan variabel independen (perilaku individu,, perilaku kelompok, dandinamika kelompok) dan variabel dependent (keberhasilan anggota dalam berusaha pembenihan ikan). Hasil uji validitas didapatkan variabel perilaku individu (X1), perilaku kelompok (X2), dan dinamika kelompok (X3) dan keberhasilan anggota dalam berusaha pembenihan ikan (Y) menunjukkan bahwa nilai korelasi (r) hitung > r tabel (0,3610) sehingga tidak ada item instrumen yang harus dikeluarkan dari pengujian. Hasil uji reliabilitas dari variabel perilaku individu (X1), perilaku kelompok (X2), dinamika kelompok (X3), dan keberhasilan anggota dalam berusaha pembenihan ikan(Y) menunjukkan nilai koefisien Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6 dapat disimpulkan bahwa variabel X1,X2 ,X3, dan Y dikatakan reliabel. Hasil uji asumsi klasik diawali dengan uji normalitas, disimpulkan grafik normal P-P Plot menyebar di sekitar garis diagonal, grafik histogram berbentuk lonceng dan nilai Asymp.Sig sebesar 0,990> 0,05, maka model regresi tidak terjadi normalitas. Hasil uji multikolinearitas diperoleh nilai VIF dari keempat model< 10 dan Tolerance> 0,1, sehingga dapat dikatakan model regresi bebas dari multikolinearitas, hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari scatterplot dan uji glejser, pada scatterplot terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk pola yang jelas serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan pada uji glejser didapatkan nilai signifikansi pada semua variabel >0,05, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Uji autokorelasi didapatkan nilai DurbinWatson dU<1,863< 4-dU, dengan demikian model regresi tidak terjadi autokorelasi.Dapat disimpulkan model regresi bebas dari semua asumsi dan layak digunakan.viii Hasil analisis regresi linear berganda didapatkan persamaan Y= 7,654+ 0,314 X1 + 0,355 X2- 0,135 X3 + e. Uji koefisien determinasi didapatkan nilai adjusted R2 sebesar 16,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas (perilaku individu,perilaku kelompok, dan dinamika kelompok) dalam menjelaskan varians dari variabel terikat yaitu keberhasilan anggota sebesar 16,5%. Hasil uji F, diperoleh nilai F hitung sebesar 2,911 pada derajat signifikansi sebesar 5%, nilai F hitung (2,911) < F tabel (2,98) maka H0 diterima, hal ini menunjukkan tidak adanya pengaruh secara simultan variabel bebas (perilaku individu, perilaku kelompok, dan dinamika kelompok) terhadap keberhasilan kelompok. Hasil uji t (parsial) diketahui bahwa faktor yang berpengaruh nyata dan signifikan terhadap keberhasilan kelompok embenihan ikan “Mina Jaya Abadi” yaitu perilaku kelompok sedangkan yang tidak berpengaruh signifikan yaitu faktor individu. Perilaku individu yang diamati pada kelompok “Mina Jaya Abadi” meliputi, motivasi, pengalaman, keahlian, dan situasi lingkungan. Perilaku individu berpengangaruh secara nyata terhadap keberhasilan kelompok namun tidak signifikan. Perilaku kelompok yang diamati pada kelompok pembenihan “Mina Jaya Abadi” meliputi kedinamisan kelompok, ketersediaan informasi, pencapaian tujuan kelompok, dan struktur kelompok. Perilaku kelompok berpengaruh secara nyata terhadap dinamika kelompok dan signifikan. Dinamika kelompok yang diamati pada kelompok pembenihan ikan “Mina Jaa Abadi” meliputi, tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pengembangan kelompok, kekompakan kelomok, suasana kelompok, efektifitas kelompok, tekanan kelompok, dan agenda terselubung. Dinamika kelompok berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok, namun tidak signifikan. Saran yang dapat diberikan yakni bagi kelompok pembenihan ikan “Mina Jaya Abadi” perlu mempertahankan kondisi perilaku kelompok yang cukup baik dan meningkatkan informasi terhadap dinamika kelompok yang terjadi pada kelompok pembenikhan ikan “Mina Jaya Abadi”.

English Abstract

-

Other obstract

-

Text
Ryan Yudo Pramono.pdf

Download (2MB) | Preview

Actions (login required)

Faktor apa sajakah yang menjadi penentu keberhasilan budidaya pembenihan ikan?
View Item

Faktor apa sajakah yang menjadi penentu keberhasilan budidaya pembenihan ikan?

Dalam melaksanakan kegiatan usaha perikanan budidaya yang berkelanjutan (sustainable) penerapan tata cara budidaya ikan yang bertanggung jawab harus dimulai dari kegiatan pembenihannya. Selain jumlah yang mencukupi, mutu benih juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya perikanan. Guna menghasilkan benih yang bermutu dan layak, maka dalam kegiatan usaha pembenihan ikan harus menerapkan teknik pembenihan yang sesuai dengan standar dan prosedur pembenihan ikan yang baik.

Sebagai salah satu faktor penciri Kabupaten Bogor untuk tahun 2015 ialah sebagai Penghasil benih ikan hias dan ikan konsumsi terbesar di Indonesia, maka salah satu upaya untuk mendorong keberhasilan program tersebut ialah dengan sosialisasi serta penerapan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) di setiap Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang terdapat di Kabupaten Bogor.

Hal pertama yang terbersit dalam pikiran kita ialah : Apa CPIB itu sendiri? Hal apa yang melatar belakanginya? Manfaat apa yang dapat diperoleh oleh UPR dalam penerapan CPIB ini?

Secara garis besar, CPIB atau Cara PembenihanIkan yang Baik merupakan standar sistem mutu perbenihan paling sederhana/dasar yang harus diterapkan oleh pembenih ikan dalam memproduksi benih ikan yang bermutu, dengan cara melakukan manajemen induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva/benih dalam lingkungan yang terkontrol melalui penerapan teknologi yang memenuhi persyaratan SNI atau persyaratan teknis lainnya, serta memperhatikankeamanan lingkungan (biosecurity), mampu telusur (traceability) dan keamanan pangan (food safety).

Faktor-faktor yang melatarbelakangi pentingnya penerapan CPIB ini (Mengapa harus CPIB) diantaranya adalah :

  • Perdagangan global yang sangat kompetitif, sehingga produk benih yang dihasilkan harus sesuai dengan tuntutan pasar global terhadap produk perikanan yang ramah lingkungan, tidak mengandung residu antibiotik dan bahan kimia serta mampu telusur
  • Persyaratan mutu yang ketat dan keamanan pangan
  • Tuntutan konsumen terhadap mutu
  • Penganekaragaman jenis dan bentuk serta penyajian produk
  • Tuntutan melaksanakan tatacara budidaya yg bertanggung jawab dan berkelanjutan (Responsible and sustainable aquaculture)
  • Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB)

Sedangkan, manfaat yang diperoleh dari penerapan CPIB ialah :

  • Meningkatkanefisiensi produksi dan produktivitas
  • Mampu telusur
  • Memperkecil resiko kegagalan
  • Meningkatkan kepercayaan pelanggan
  • Meningkatkandaya saing dengan peningkatan mutu benih serta menjamin kesempatan ekspor.

Aspek apa saja yang termasuk dalam persyaratan CPIB?

Terdapat 4 aspek yang harus dipenuhi untuk setiap unit pembenihan dalam penerapan CPIB (Sesuai dengan Pedoman CPIB oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya)

  1. Persyaratan Teknis
    • Kelayakan lokasi dan sumber air, diantaranya ialah :
  2. Bebas banjir dan bahan cemaran
  3. Mempunyai sumber air yang layak, bersih sepanjang tahun dan bebas cemaran pathogen, bahan organik dan kimiawi
  4. Mudah dalam memperoleh tenaga kerja yang kompeten, berdedikasi tinggi sesuai dengan kebutuhan
  5. Mudah dijangkau, prasarana cukup
  6. Bangunan, diantaranya
    • Tempat penyimpanan pakan
    • Tempat penyimpanan bahan kimia dan obat-obatan
    • Tempat penyimpanan peralatan
    • Kantor/ruang administrasi
  7. Sarana filtrasi, pengendapan dan bak tandon
  8. Bak karantina
  9. Bak pengolah limbah
  10. Bak/kolam pemeliharaan induk
  11. Wadah pemijahan
  12. Wadah penetasan
  13. Bak/kolam pemeliharaan benih
  14. Bak kultur pakan hidup
  15.  Wadah penampungan benih
  16.  Sarana pengolah limbah
  17.  Mesin & Peralatan Kerja
    • Tempat penyimpanan peralatan
    • Kantor/ruang administrasi
    • Peralatan Produksi
    • Bahan dan peralatan panen
    • Peralatan mesin
    • Peralatan laboratorium
  • Pagar dan penyekat
  • Sarana sterilisasi
  • Pakaian dan perlengkapan personil unit produksi
  1. Manajemen air sumber dan air pemeliharaan
    • Air media pemeliharaan harus memenuhi standar baku mutu air
    • Dilakukan  proses penjernihan air melalui pengendapan dan filtrasi
    • Dilakukan perlakuan (treatment) air secara fisik, kimiawi atau biologi
    • Dilakukan monitoring periodik
  2. Manajemen induk
  • Pemilihan induk :umur, ukuran, Sertifikat Kesehatan/bebas virus, asal induk  jelas (hasil pemuliaan/ domestikasi)
  • Karantina induk (proses, fasilitas, tes ulang bebas virus, bahan pencegahan penyakit)
  • Pemeliharaan (wadah pemeliharaan, pengelolaan air, pemberian pakan, pengamatan kesehatan, pengamatan gonad, penanganan proses pemijahan dan penetasan telur)
  • Unit pembenihan yang hanya melakukan pemeliharaan  sepenggal (telur/larva/nauplius menjadi benih/postlarva ) maka telur/larva/nauplius harus diperoleh dari unit pembenihan yang telah lulus sertifikasi CPIB/sistem mutu perbenihan lain
  • Aklimatisasi benih/karantina
  • Pengelolaan air
  • Pemberian pakan (jenis , dosis dan frekuensi)
  • Perawatan kesehatan benih
  • Pengamatan perkembangan /kesehatan
  1. Panen, pengemasan dan distribusi benih
  • Panen (umur benih , cara panen, peralatan panen, pengecekan mutu benih)
  • Perawatan kesehatan benih
  • Pengamatan perkembangan /kesehatan
  • Pengemasan (peralatan dan bahan kemasan)
  • Distribusi benih (darat, air dan udara)
  • Penerapan biosecurity

Merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja sebagai usaha untuk mencegah masuknya organisme pathogen dalam lingkungan budidaya yang dapat menginfeksi organisme yang dibudidayakan.

Merupakan usaha untuk mencegah dan mengurangi penyebaran penyakit dalam suatu area

Kegiatan penting dalam penerapan biosecurity :

  • Pengaturan berdasarkan alur produksi 
  • Pemagaran dan penyekatan
  • Penyimpanan bahan
  1. Pengaturan akses masuk ke lokasi
  2. Sterilisasi wadah, peralatan dan ruangan
  3. Sanitasi lingkungan
  4. Pengolahan limbah
  5. Pengendalian hama penyakit
  6. Pengaturanpersonil/karyawan
  7. Persyaratan Manajemen
  • Organisasi Unit Pembenihan

Struktur organisasi diperlukan sebagai pedoman untuk melakukan pembagian tugas, kewajiban dan wewenang dalam menjalankan kegiatan, untuk itu unit pembenihan harus menetapkan personil dengan kompetensi dan/atau kualifikasi atas dasar pendidikan, pelatihan, ketrampilan/pengaturan teknik dan pengalaman yang diperlukan dalam melaksanakan  fungsi  pada unit pembenihan tersebut.

Merupakan proses pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi yang berhubungan dengan CPIB

Manfaat dokumentasi, diantaranya ialah :

  1. Mudah mengakses informasi proses produksi
  2. Dapat diperoleh bukti obyektif tentang kesesuaian proses produksi dengan CPIB
  3. Mampu telusur

Jenis dokumentasi CPIB yang dipersyaratkan:

  1. Permohonan sertifikasi
  2. Standar Operasional Prosedur (SPO)
  3. Formulir dan Rekaman
  4. Dokumen lainnya
  1. Persyaratan Keamanan Pangan

Unit Pembenihan tidak diperbolehkan menggunakan obat-obatan/bahan kimia/bahan biologi yang terlarang, dan menyebabkan residu, termasuk antibiotik.

Limbah buangan air payau/laut, air tawar dan limbah lainnya, sebelum di dibuang ke lingkungan sekitar pembenihan harus ditampung/diendapkan  terlebih dahulu  dalam bak pengendapan untuk kemudian disalurkan ke bak pengolah limbah dan sterilisasi dengan kaporit 20 ppm selama 60 menit atau secara biologi

Bagaimana proses pengajuan sertifikasi CPIB?

Secara umum, langkah-langkah penting dalam penerapan CPIB meliputi :

  1. Komitmen Pimpinan Puncak
  2. Penunjukkan MPM
  3. Pembentukan TIM CPIB
  4. Struktur Organisasi
  5. Pelajari Persyaratan CPIB
  6. Pelatihan Karyawan
  7. Penyusunan Dokumen
  8. Sosialisasi Penerapan CPIB
  9. Penerapan CPIB dan dokumentasi
  • Apabila penerapan CPIB dalam unit pembenihan telah sesuai dengan persyaratan CPIB, maka unit pembenihan dapat mengajukan permohonan sertifikasi ke Direktorat Perbenihan, DJPB (sesuai pedoman sertifikasi CPIB).
  • Unit usaha yang telah menerapkan CPIB akan mendapatkan sertifikat (Sertifikat diberikan oleh Dirjen PB)
  • Bagi unit yang lulus sertifikasi, akan disurveillance setiap 6 bulan sekali atau minimal satu kali dalam setahun.

Apa saja manfaat Sertifikat CPIB?

Manfaat Sertifikat CPIB diantaranya adalah :

  • Peluang untuk menembus pasar eksporsemakin terbuka lebar
  • Usaha pembenihan ikan akan semakin bagus
  • Kondisi lingkungan kolam usaha budidaya ikan akan semakin terjaga
  • Tingkat kepercayaan konsumen akan semakin tinggi
  • Harga jual ikan semakin tinggi

Siapakah itu MPM?

MPM atau Manajer Pengendali Mutu dalam CPIB adalah personil bersertifikat yang ditunjuk oleh pimpinan unit pembenihan untuk mengemban tugas, wewenang dan tanggung jawab mulai dari tahap perencanaan, penerapan dan konsistensi penerapan CPIB.

Dalam melaksanakan tugasnya, MPM tidak boleh merangkap sebagai manajer produksi. Tugas dari seorang MPM adalah sebagai berikut :

  1. Bertanggung jawab pada perencanaan dan harus memastikan bahwa unit pembenihan memenuhi persyaratan CPIB
  2. Bertanggung jawab memberikan pemahaman dan memastikan semua personil unit pembenihan dapat melaksanakan CPIB
  3. Bertanggung jawab dalam melaksanakan CPIB secara konsisten

Sejauh ini Kabupaten Bogor memiliki 7 orang Penyuluh Perikanan (PNS dan Swadaya) yang telah melalui uji sertifikasi dan dinyatakan lulus serta memiliki sertifikat MPM yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

  1. Ir. Herlina, MM (Koordinator Penyuluh Perikanan Kabupaten Bogor);
  2. Suhendar, S.ST
  3. N.R. Nia Karuniawati S., S.Pi
  4. Ricky Arsenapati, S.Pi
  5. Bambang Purwanto (PPS)
  6. Sukendar (PPS)
  7. Ook Suherman (PPS)

(Penulis: Ricky Arsenapati, S.Pi , Penyuluh Perikanan di BKP5K Kabupaten Bogor)