Di bawah ini teknik memegang raket menurut PBSI (1985 dalam permainan bulutangkis kecuali)

Di bawah ini teknik memegang raket menurut PBSI (1985 dalam permainan bulutangkis kecuali)

Petrus Demon, S.Pd

Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu masalah rutin yang umumnya dilaksanakan guru di kelas, bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri akan tetapi terkait dengan berbagai faktor dan unsur. Oleh karena itu eksistensi seorang guru tidak hanya diukur dari penguasaan materi pelajaran atau menyiapkan perangkat-perangkat media yang diperlukan akan tetapi juga kemampuan meningkatkan prestasi siswa khususnya pada mata pelajaran pendidikan olah raga dan kesehatan.

Berdasar pengamatan di lapangan, kemampuan siswa kelas IV dalam melakukan long serve pada permainan bulutangkis masih sangat rendah, sehingga perlu diberikan latihan teknik dasar dengan menggunakan metode Blocked Praktice.

Berbagai metode pembelajaran telah digunakan peneliti sekaligus guru bidang studi pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Metode tersebut diantaranya adalah metode komando,resiprokal, kooperatif, dan lain sebagainya (Trianto, 2009:12). Berkenaan dengan penelitian ini, peneliti tertarik untuk menggunakan metode blocked practice.

Menurut Samsudin (2008:42) “Metode blocked practice (metode latihan terpusat) adalah cara yang digunakan guru untuk mengajarkan dua atau tiga keterampilan yang dilatih, dilaksanakan satu per satu hingga jumlah atau waktu yang ditentukan terselesaikan, sebelum dilanjutkan ke keterampilan lain”.

Peneliti memilih lokasi Pada Siswa Kelas IV SDK Larantuka I Kabupaten Flores Timur dengan Judul Upaya Meningkatkan Teknik Dasar Long Serve Dalam Permainan Bulu Tangkis Dengan Menggunakan Metode Blocked Practice.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat dilihat beberapa masalah sebagai berikut :

  1. Kurangnya siswa melakukan latihan servis dengan benar.
  2. Kemampuan siswa yang kurang tepat dalam melakukan service pada permainan bulu tangkis.
  3. Nilai yang diperoleh siswa masih terlalu rendah.
  4. Metode yang digunakan guru kurang bervariasi.

 Batasan Masalah

Berdasarkan pengamatan yang peneliti dapatkan selama pembelajaran di SDK Larantuka I, bahwa masih ditemukan rendahnya siswa yang menguasai teknik dasar servis permainan bulu tangkis. Peneliti merasa kesulitan dalam meningkatkan teknik dasar servis dalam permainan bulu tangkis kepada siswa dikarenakan kurangnya alokasi pembelajaran tersedia. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Teknik dasar Long serve Dalam Permainan Bulu Tangkis Melalui Metode Blocked Practice Pada Siswa Kelas IV SDK Larantuka I.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah metode blocked practice dapat meningkatkan teknik dasar Long serve dalam permainan bulu tangkis Pada Siswa Kelas IVSDK Larantuka I ?”

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan teknik dasar Long serve dalam permainan bulu tangkis melalui metode blocked practice di SDK Larantuka I. 

Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagi guru, kegiatan model pembelajaran blocked practice dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif dan efisien (suasana belajar yang kondusif), mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi dan inovatif serta meningkatkan pemahaman guru dalam melakukan tindakan kelas.
  2. Bagi siswa, kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran blocked practice  dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam permainan bulu tangkis khususnya long serve.
  3. Bagi sekolah,    penelitian    ini    dapat    membantu    memperbaiki    prosespembelajaran,   khususnya   mata   pelajaran    pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan,sehingga siswa bisa memahami teknik long serve dalam permainan bulu tangkis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teoritis

Bulu tangkis merupakan permainan raket yang dimainkan oleh pemain single atau double dengan cara memukul bola bulu tangkis (cocks) melewati bagian atas net (Midgley, 2000:140). Pendapat yang sama dikemukakan Gilang (2007:33) “Bulu tangkis adalah sebuah cabang olahraga yang memukul dan menangkis bola yang terbuat dari bulu”.

Sedangkan menurut Muhajir (2007:21) “Bulu tangkis adalah cabang olahraga yang termasuk ke dalam kelompok olahraga permainan, dimana permainan tersebut dapat dimainkan di dalam maupun di luar lapangan, dengan lapangan yang dibatasi garis-garis dalam ukuran panjang dan lebar tertentu”.

Permainan bulu tangkis menurut Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) yaitu permainan bersifat individual, dan dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang, atau dua orang melawan dua orang. Permainan ini menggunakan raket sebagai alat pukul dan memukul bola bulu tangkis (cocks) sebagai objek yang dipukul (Subarjah:2001).

Permainan bulu tangkis pada hakikatnya adalah usaha untuk menjatuhkan bola ke dalam permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul kembali cocks atau terpaksa jatuh di daerah permainan sendiri.

Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa bulu tangkis merupakan cabang olahraga yang dimainkan menggunakan net, raket, dan cocks untuk menjatuhkan bola ke lapangan lawan. Berikut ditunjukkan gambar lapangan bulu tangkis :

Di bawah ini teknik memegang raket menurut PBSI (1985 dalam permainan bulutangkis kecuali)

Memilih metode pembelajaran harus didasarkan pada keefektifan penggunaannya. Sebelum menetapkan metode yang akan digunakan, perlu ditelaah terlebih dahulu kelebihan dan kelemahannya dibandingkan dengan metode lainnya, disesuaikan dengan tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, dan kondisi yang khas di mana kegiatan pembelajaran akan berlangsung.

Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu Methodos yang berasal dari kata “meta”dan “bodos”. Kata meta berarti melalui sedang bodos berarti jalan, sehingga metode berarti jalan yang harus dilalui demikian menurut Sunhaji (2009:39).

Menurut Sardiman dalam Sunhaji (2009:39) “pembelajaran merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau system lingkungan yang mendukung proses belajar”.Daryanto (2009:389) mendenifinisikan “metode pembelajaran adalah sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan terselanggaranya kegiatan belajar mengajar secara selektif dan efisien”.

Sedangkan menurut Soetopo (2005:152) “Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan mendinamisasikan proses belajar mengajar”. Di samping latihan bisa dibedakan secara padat terdistribusi, latihan pun bisa dibedakan secara terpusat (blocked practice) dan acak (random practice).

Latihan terpusat biasanya digunakan untuk pembelajaran gerak yang melatih beberapa keterampilan dalam satu pertemuan. Menurut Samsudin (2008:42) “Metode blocked practice (metode latihan terpusat) adalah cara yang digunakan guru untuk mengajarkan dua atau tiga keterampilan yang dilatih dilaksanakan satu per satu hingga jumlah atau waktu yang ditentukan terselesaikan, sebelum dilanjutkan ke keterampilan lain”.

Pelaksanaan metode blocked practice yang digunakan untuk mengajarkan teknik dasar permainan bulu tangkis dapat dilakukan dengan mengajarkan sebuah keterampilan teknik dasar servis. Dalam hal ini, guru akan meminta siswa untuk melatih dahulu service sebanyak 20 kali, latihan terpusat dilaksanakan dengan mendahulukan satu tugas hingga selesai sebelum berpindah ke tugas lain.

Berdasarkan metode di atas yang menjadi dasar dari peneliti menggunakan metode blocked practice adalah untuk mengadakan penelitian yang digunakan pada beberapa keterampilan siswa dengan mendahulukan satu keterampilan hingga selesai dan dilanjutkan dengan tugas keterampilan berikutnya.

B. Teknik Dasar Permainan Bulu Tangkis

Untuk menjadi pemain berprestasi, kita harus menguasai bermacam-macam dasar permainan bulutangkis dengan benar.Oleh karenanya, dengan modal berlatih tekun, disiplin, dan terarah di bawah bimbingan pelatih yang berkualitas, kita dapat menguasai berbagai teknik dasar bermain bulutangkis secara benar.Selain itu juga untuk mencapai ke tujuan tersebut, sebagai seorang pemula harus menguasai teknik dasar servis dengan baik.

Untuk lebih jelasnya perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan dengan teknik dasar servis dalam permainan bulu tangkis.Permainan bulu tangkis dapat dikuasai dengan baik, jika seorang pemain dapat menguasai teknik-teknik dasar dengan baik. Menurut Subarjah (2001:27) teknik dasar permainan bulu tangkis yang harus dikuasai adalah sebagai berikut :

Salah satu teknik dasar bulu tangkis yang sangat penting dikuasai secara benar oleh setiap calon pebulutangkis adalah pegangan raket. Menguasai cara dan teknik pegangan raket yang betul, merupakan modal penting untuk dapat bermain bulu tangkis dengan baik pula. Oleh karena itu, apabila teknik pegangan raket salah dari sejak awal, sulit sekali meningkatkan kualitas permainan.

Pegangan raket yang benar adalah dasar untuk mengembangkan dan meningkatkan semua jenis pukulan dalam permainan bulu tangkis (Subarjah, 2001:27)”.Cara pegangan raket yang benar adalah raket harus dipegang dengan menggunakan jari-jari tangan (ruas jari tangan) dengan rileks, namun harus tetap bertenaga pada saat memukul kok. Hindari memegang raket dengan cara menggunakan telapak tangan (seperti memegang golok). Cara memegang raket dapat dilakukan dengan berbagai model. Oleh PBSI (1985), cara memegang raket dapat dibedakan menjadi empat jenis pegangan, yakni :

1) American Grip

Untuk melihat gambaran memegang raket dengan model American grip, letakkan

raket di lantai, lalu diambil dan peganglah pada ujung tangkainya (handle) dengan cara seperti memegang pukul kasur. Bagian tangan antara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan tangkai yang luas sedangkan permukaan raket sejajar dengan posisi lantai. Cara pegangan raket tersebut memang menghasilkan gerakan yang agak kaku, namun akan sangat efektif dalam memukul smash di depan net, atau mengambil shuttlecock di atas net dengan cara menitipkan ke bawah secara tajam. Dengan posisi daun raket menghadap ke muka, pemain dapat dengan mudah mengarahkan shuttlecock ke kiri dan atau ke kanan, sehingga dapat menghasilkan pukulan yang keras dan sulit diduga arahnya.

Secara umum, kelebihan American grip adalah :

– Efektif bila digunakan sebagai killing smash, karena perkenaan dengan shuttlecock lurus.

– Jarang terjadi shuttlecock membentur frame, karena permukaan menghadap ke shuttlecock secara maksimal

Adapun kelemahan American grip adalah sulitnya digunakan untuk pukulan netting.

2) Forehand grip

Untuk cara pegangan letakkan raket di lantai dalam posisi miring. Lalu peganglah

raket dengan cara bagian tangan antara ibu jari dan jari telunjuk dalam posisi menempel pada permukaan tangkai yang sempit. Raket dipegang dengan tanpa diubah-ubah (statis).Letak ibu jari seharusnya tidak lebih dan tidak kurang dari posisi letak jari telunjuk.

Adapun keuntungan model forehand grip adalah :

  1. Meningkatkan raket dipegang dengan seluruh telapak tangan, pegangan terasa lebih kuat dan tidak mudah lepas.
  2. Cara ini memudahkan pemain dalam melakukan gerakan pukulan terhadap shuttlecock yang datangnya ke sebelah kanan badan, sehingga pukulan ini dapat dilakukan dengancermat, baik dalam kecepatan shuttlecock maupun ketepatan sasarannya.
  3. Dengan menggunakan pegangan raket forehand ini, pemain tidak perlu memutar-mutar pegangan. Oleh karenanya, kesalahan dalam penempatan posisi daun raket terhadap datangnya shuttlecock lebih kecil.

Kelemahan dalam model forehand antara lain :

  1. Mengingat posisi tangan tidak berubah-ubah, maka untuk melakukan pukulan backhand dengan model pegangan ini diperlukan kekuatan tangan dan sendi bahu yang sangatkuat, sehingga butuh latihan-latihan khusus yang memadai.
  2. Model pegangan ini juga lemah untuk menerkam shuttlecock di muka net. Netting dari lawan dengan model pegangan ini selalu diambil dengan net play lagi atau dengan lob tanggung.

3) Backhand grip

Cara pegangan backhand grip merupakan kelanjutan dari cara pegangan forehand grip. Dari forehand grip dapat dialihkan ke backhand grip dengan memutar raket seperempatputaran ke kiri, namun posisi ibu jari tidak seperti pada forehand grip, melainkan agak dekatdengan daun raket.

Kesalahan yang sering terjadi dalam pegangan backhand grip antara lain :

  1. Memegang raket dengan menggenggam, jari-jari rapat, dan sejajar.
  2. Posisi “V” tangan berada pada bagian grip raket yang lebar.

Keuntungan cara pegangan backhand grip adalah sulit diterkanya hasil pukulan, Shuttlecock bisa melayang keras, tetapi tetap dapat terkontrol. Adapun kelemahannya ialah dalam pengembalian shuttlecock, smash yang datangnya dari arah kanan badan (bola- bola forehand), lebih-lebih lagi bola smash yang menuju arah bahu dan pinggang sebelah kanan, akan sulit dikembalikan.

4) Combination grip

Combination grip atau disebut juga dengan model pegangan campuran adalah cara memegang raket dengan mengubah cara pegangan, raket yang disesuaikan dengan datangnya shuttlecock dan jenis pukulan. Model pegangan ini merupakan suatu hasil kombinasi antara forehand grip dengan backhand grip. Dengan menggunakan combinationgrip ini, para pemain akan memiliki pukulan yang lebih komplet dan akan sulit dianalisis kelemahannya.

Secara umum, kelebihan combination grip didapatkan karena pemain tidak perlu

mengubah posisi raket saat akan memukul shuttlecock. Adapun kekurangan atau

kelemahannya adalah teknik ini membuat pemain sulit untuk memukul shuttlecock yang sudah melampui tubuh pemain sendiri.

Sikap dalam posisi berdiri di lapangan harus sedemikian rupa sehingga dengan sikap yang baik dan sempurna itu, dapat secara cepat bergerak ke segala penjuru lapangan permainan (Subarjah, 2001:38). Sikap dan posisi berdiri di lapangan harus dapat dilakukan oleh seorang pemain, karena dengan posisi yang baik pemain dapat bergerak dengan cepat mengantisipasi pengembalian datangnya cocks dari pemain lawan. Sikap dan langkah kaki yang benar dalam permainan bulutangkis sangat penting untuk dikuasai secara baik oleh setiap permainan.Ini sebagai syarat untuk meningkatkan kualitas keterampilan memukul shuttlecock.

Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:

a. Berdirilah dengan sikap dan posisi yang tepat di atas lapangan.

b. Lakukan gerak langkah ke depan, ke belakang, ke kanan, dan ke kiri pada saat memukul shuttlecock, sambil tetap memperhatikan keseimbangan tubuh.

c, Gerakkan langkah sambil meluncur cepat sehingga upaya untuk memukul shuttlecock bisa efektif.

d. Hindari berdiri dengan telapak kaki di lantai (bertapak) pada saat menunggu datangnya shuttlecock atau pada saat bergerak untuk memukul shuttlecock 

3. Servis

Dalam aturan permainan bulu tangkis, servis merupakan modal awal untuk bisa memenangkan pertandingan. Dengan kata lain, seorang pemain tidak bisa mendapatkan angka apabila tidak bisa melakukan servis dengan baik. Namun, banyak pelatih, juga pemain tidak memberikan perhatian khusus untuk melatih dan menguasai teknik dasar ini.Oleh karena itu, sikap tersebut merupakan kekeliruan besar.Diketahui bahwa angka/poin dalam permainan bulu tangkis tidak akan tercipta, apabila pemain tidak mahir melakukan service dengan benar (Subarjah, 2001:39)”.Service merupakan salah satu keterampilan dasar untuk memulai suatu permainan. Dengan service yang sempurna, seorang pemain akan dapat menambah pengumpulan poin atau nilai dalam memenangkan suatu pertandingan.

Dalam permainan bulutangkis, ada tiga jenis servis yaitu servis pendek, servis panjang, dan flick atau servis setengah tinggi.Namun, biasanya servis digabungkan ke dalam jenis forehand dan backhand.Masing-masing jenis ini bervariasi pelaksanaannya sesuai dengan situasi permainan di lapangan.

1) Servis Forehand

a. Servis Forehand Pendek

– Tujuan servis pendek adalah untuk memaksa lawan tidak bisa melakukan serangan. Dalam hal ini, lawan dipaksa berada dalam posisi bertahan.

– Variasi arah dan sasaran servis pendek dapat dilatih secara serius dan sistematis.

– Shuttlecock harus dipukul dengan ayunan raket yang relatif pendek.

– Pada saat pertemuan antara kepala (daun) raket dengan shuttlecock, siku dalam keadaan bengkok untuk menghindari penggunaan tenaga pergelangan tangan. Perhatikan peralihan titik berat badan.

– Cara latihannya adalah menggunakan sejumlah shuttlecock dan dilakukan secara

berulang-ulang.

b. Servis Forehand Tinggi

– Jenis servis ini terutama digunakan dalam permainan tunggal.

– Shuttlecock harus dipukul dengan menggunakan tenaga penuh agar melayang tinggi dan jatuh tegak lurus di bagian belakang garis lapangan lawan.

– Saat memukul shuttlecock, kedua kaki terbuka selebar pinggul dan kedua telapak kaki senantiasa kontak dengan lantai.

Baca Juga:   Festival Film Indonesia 2020 Resmi Dimulai

– Perhatikan gerakan ayunan raket : ke belakang, lalu ke depan. Pukulan harus dilakukan dengan sempurna serta diikuti gerak peralihan titik berat badan, dari kaki belakang ke kaki depan, yang harus berlangsung kontinyu dan harmonis.

– Biasakan selalu berkonsentrasi sebelum memukul shuttlecock.

– Hanya dengan berlatih tekun dan berulang-ulang tanpa mengenal lelah, kita dapat menguasai teknik servis forehand tinggi dengan sebaik-baiknya.

c. Servis Backhand

Model servis ini memang memerlukan keterampilan dan latihan ekstra agar kitadapat menguasainya dengan baik.Secara umum, pada servis jenis ini, arah dan jatuhnyashuttlecock hendaknya sedekat mungkin dengan garis serang pemain lawan, danshuttlecock sedapat mungkin melayang relatif dekat di atas jaring (net).Jenis servis ini seringdigunakan oleh pemain ganda. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

– Sikap berdiri yang benar adalah kaki kanan di depan kaki kiri, dengan ujung kaki kanan mengarah ke sasaran yang diinginkan. Kedua kaki terbuka selebar pinggul, lutut dibengkokkan.Dengan sikap seperti ini, titik berat badan berada diantara kedua kaki.Jangan lupa, sikap badan tetap rilek dan penuh konsentrasi.

– Ayunan raket relatif pendek, sehingga shuttlecock hanya didorong dengan bantuan peralihan berat badan dari belakang ke kaki depan, dengan irama gerak kontinu dan harmonis. Hindari menggunakan tenaga pergelangan tangan yang berlebihan, karena akan memengaruhi arah dan akurasi pukulan.

– Sebelum melakukan servis, perhatikan posisi dan sikap berdiri lawan sehigga dapat  mengarahkanshuttlecock ke sasaran yang tepat dan sesuai pikiran.

– Biasakan berlatih dengan jumlah shuttlecock yang banyak dan berulang-ulang tanpa rasa bosan, sampai dapat menguasai gerakan dan keterampilan servis jenis ini dengan utuh dan baik/sempurna. Selain itu, perlu diperhatikan adanya peraturan servis. Berikut Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam servis dikarenakan sering terjadi kesalahan dalam melakukan servis antara lain: :

  1. Pada saat memukul shuttlecock, kepala (daun) raket lebih tinggi atau sejajar dengan grip raket.
  2. Titik perkenaan (persentuhan) antara shuttlecock dengan kepala (daun) raket lebih tinggi dari pinggang.
  3. Posisi kaki menginjak garis tengah atau depan.
  4. Kaki kiri melakukan langkah.
  5. Kaki kanan melangkah sebelum shuttlecock dipukul.
  6. Terputusnya rangkaian gerak mengayun raket dan memukul shuttlecock.
  7. Penerima servis bergerak sebelum shuttlecock servis dipukul.

Cara yang benar dalam melakukan servis saat bermain bulu tangkis antara lain :

  1. Pada saat memukul, tinggi kepala (daun)raket berada di bawah pegangan raket.
  2. Perkenaan shuttlecock berada di bawah pinggang.
  3. Kaki kanan statis, berposisi di depan (kecuali bagi pemain yang kidal).
  4. Tumit kaki kiri terangkat, tetapi tidak tergeser.
  5. Mengayun raket dalam satu rangkaian.
  6. Penerima servis bergerak sesaat setelah servis dipukul.

III. METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research) karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pada pembelajaran teknik permainan bulu tangkis.Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran yang diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sumarjan (dalam Sugiarti, 1997:8) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simulatif terinteraktif, dan (4) penelitian tindakan social eksperimental.

Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran teknik permainan bulu tangkis dimana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai  dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanankan di SDK Larantuka I Kabupaten Flores Timur.

Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1V SDK Larantuka I.

D. Prosedur Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (action research).

PTK merupakan jenis penelitian yang paling tepat digunakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada pada penelitian ini. Dimana penelitian ini akan dilakukan melalui beberpa siklus dengan harapan akan terjadi peningkatan yang signifikan terhadap hasil yang dicapai. Berikut disajikan gambar desain penelitian tindakan kelas :

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mencakup dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Namun, pelaksanaan siklus II hanya akan dilaksanakan jika dalam pelaksanaan siklus I penguasaan teknik dasar permainan bulu tangkis tidak mencapai 72%. Pelaksanaan siklus I terdiri atas tahapan yang meliputi : tahapan perencanaan, tahapan tindakan atau pelaksanaan, tahapan pengamatan (observing), dan tahapan refleksi.

Sebelum dilaksanakan metode blocked practice, peneliti mengumpulkan data dengan mengadakan pengamtan awal teknik dasar permainan bulu tangkis. Setelah mengetahui hasilnya, maka metode blocked practice dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan berpatokan pada penguasaan keterampilan teknik dasar permainan bulu tangkis siswa, maka dilaksanakan penelitian tindakan, dimana siklus I dilaksanakan 4 kali pertemuan, dan siklus II direncanakan 3 kali pertemuan jika 72% KKM tidak tercapai pada siklus

E. Instrumen Penelitian

Dalam metode penelitian tindakan kelas terdapat hal-hal yang harus dilakukan yaitu proses penelitian putaran pertama. Setiap proses putaran mempunyai kegiatan yang berbeda dalam arti proses penelitian putaran kedua merupakan tindak lanjut dari putaran pertama jika tidak mencapai ketuntasan sebesar 72% (Suharsimi, 2008:118).

1) Perencanaan

  1. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran metode blocked practice.
  2. Menyiapkan sarana-sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran, seperti a) Lapangan bulu tangkis
  3. b) Bulu tangkis
  4. c) Raket
  5. d) Net
  6. Menyiapkan sisiwa untuk mengikuti permainan bulu tangkis.

2) Tindakan

  1. Absen guru
  2. Tes keterampilan bermain bulu tangkis (service)

Pada proses tindakan siklus siswa diajarkan teknik dasar permainan bulu tangkis melalui metode blocked practice sebanyak empat kali pertemuan. Teknik dasar permainan bulu tangkis ini mencakup indikator yaitu service. Pada pertemuan pertama siswa diajarkan untuk menguasai teknik dasar permainan bulu tangkis yang mencakup teknik pegangan  raket, Kegiatan ini berlangsung secara terus menerus hingga semua siswa benar-benar  menguasai ketiga teknik dasar dalam permainan bulu tangkis. Pertemuan kedua berlangsung dengan melanjutkan pada teknik dasar berikutnya yaitu sikap dan posisi.Semua siswa harus benar-benar menguasai teknik dasar ini, namun jika tidak teknik dasar selanjutnya pun tidak dapat dilakukan. \

adi peneliti harus memastikan bahwa semua siswanya telah menguasai teknik ini. Pertemuan ketiga berlangsung dengan mengajarkan tiga teknik dasar permainan bulu tangkis yaitu servis hingga semua siswa mampu menguasai teknik dasar ini.

Selanjutnya pada pertemuan keempat pada siklus ini peneliti mengajarkan teknik dasar netting dan drive yang mengutamakan penguasaan teknik dasar ini bagi seluruh siswanya.

3) Observasi

  1. Pengamatan dilakukan untuk mengamati kejadian yang terjadi pada saat berlangsungnya pembelajaran permainan bulu tangkis menggunakan metode blocked practice.
  2. Mencatat hasil pengamatan baik siswa yang aktif maupun yang kurang aktif.

4) Refleksi

Setelah tindakan dan observasi dilakuan, maka evaluasi tentang hasil pengamatan, hal ini digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan siklus I dengan pencapaian ketuntasan penguasan teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis siswa kelas IV  sebesar 72% dan jika tidak tercapai maka dilakukan siklus II. Untuk menentukan dan melihat ketepatan siswa dalam melakukan servis panjang pada permainan bulu tangkis pada saat di lapangan dapat kita lihat pada jatuhnya shuttlecock pada daerah permainan lawan,

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

  1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV dengan jumlah 20 siswa, tahun pelajaran 2018/2019.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas.Dimana dengan metode tersebut, penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di dilaksanakan 3 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Jum’at pukul 07.30 – 09.00 dalam setiap pertemuan. Oleh karena itu, penelitian ini membutuhkan jam tambahan.

Siklus 1 dilakukan pembelajaran sebanyak 3 kali, dan siklus 2 juga dilakukan pembelajaran sebanyak 3 kali dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi.

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan  kelas, peneliti bertugas mengamati kegiatan siswa dalam melakukan teknik dasar servis atau  long serve panjang dalam permainan bulu tangkis .

1)  Siklus 1

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu membuat perencanaan, yaitu dengan menyiapkan perangkat pembelajaran teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis menggunakan metode blocked practice, dan menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran teknik dasar servis panjang atau  long serve dalam permainan bulu tangkis.  Tahap selanjutnya yaitu tahap tindakan dilakukan peneliti sekaligus sabagai guru bidang studi penjaskes.

Dalam hal ini guru memberikan penjelasan, pengenalan metode blocked practice yang akan diajarkan. Selanjutnya guru melakukan pembelajaran teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis yang terdiri dari : pegangan raket, service, sikap dan posisi. Selama pelaksanaan tersebut, peneliti bertugas sebagai observer mengamati kegiatan yang dilakukan siswa dalam menguasai teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis. Tujuan pengamatan tersebut adalah untuk memperoleh data,

Selanjutnya dikoreksi dan dinilai hasil tindakan pada siklus 1.Sebagai hasil dari observasi tersebut, peneliti membuat suatu kesimpulan. Hasil pengamatan dan diskusi diperoleh bahwa persentase penguasaan teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis pada siklus 1 sebesar 60% dikategorikan cukup, dan persentase tersebut tidak mencapai criteria 72%, sehingga perlu dilakukan tindakan pada siklus 2.

Sebagai implikasi dan kekurangan yang nampak pada siswa yang terdapat pada siklus ini, yaitu persentase teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis pada indikator cara memegang raket dengan descriptor siswa dapat mengatur posisi kaki dikategorikan sangat kurang, maka hal tersebut menjadi hal perbaikan untuk merancang rencana pelaksanaan pembelajaran teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis menggunakan metode blocked practice yang dilakukan secara berkelompok pada siklus 2.

Untuk mengetahui lebih jelas hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dapat dilihat pada table berikut:

Di bawah ini teknik memegang raket menurut PBSI (1985 dalam permainan bulutangkis kecuali)

Berdasarkan tabel 5 di atas terlihat hasil partisipasi belajar siswa pada siklus 1 sebagai berikut :

– Baik Sekali sebesar = 10%

– Baik sebesar = 40%

– Cukup sebesar = 50%

– Baik Sekali sebesar = 0%

– Baik sebesar = 30%

– Cukup sebesar = 70%

Berdasarkan hasil analisis pada siklus 1 kategori cukup sebesar 50 % maka dilanjutkan ke siklus 2.

2) Siklus 2

Penelitian siklus 2 dengan tujuan meningkatkan teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis melalui metode bagian.Pelaksanaan penelitian ini terbagi dalam 5 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, dan implikasi.

Tahap perencanaan sebagai hasil dari pelaksanaan siklus 1 yang kurang berhasil, peneliti terlebih dahulu menyiapkan perangkat pembelajaran teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis menggunakan metode blocked practice yang dilakukan secara berkelompok, dan menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis.

Tahap selanjutnya, yaitu tahap tindakan siklus 2 yang dilakukan guru bidang studi penjaskes.Dalam hal ini guru memberikan penjelasan tentang hasil yang dicapai pada siklus 1. Selanjutnya peneliti  menjelaskan teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis dengan koordinasi yang baik.

Selama pelaksanaan tersebut, peneliti bertugas sebagai observer mengamati kegiatan yang dilakukan siswa dalam menguasai teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis.Tujuan pengamatan tersebut adalah untuk memperoleh data, selanjutnya dikoreksi dan dinilai hasil tindakan pada siklus 2.sebagai hasil dari observasi tersebut, peneliti membuat suatu kesimpulan. Hasil pengamatan diperoleh bahwa persentase penguasaan teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis pada siklus 2 sebesar 90% dikategorikan sangat baik, dan persentase tersebut telah mencapai kriteria 72%, sehingga tidak perlu dilakukan tindakan berikutnya.

Sebagai implikasi dari hasil penguasan teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis pada siklus 2, dapat dinyatakan tingkat penguasaan teknik dasar siswa dinyatakan mengalami peningkatan dan dikategorikan sangat baik. Untuk mengetahui lebih jelas hasil pelaksanaan pembelajaran pada   siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut:

Di bawah ini teknik memegang raket menurut PBSI (1985 dalam permainan bulutangkis kecuali)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas terlihat telah terjadi peningkatan hasil partisipasi belajar siswa pada siklus 2 sebagai berikut :

– Baik Sekali sebesar = 20%

– Baik sebesar = 65%

– Cukup sebesar = 15%

– Baik Sekali sebesar = 70%

– Baik sebesar = 30%

– Cukup sebesar = 0%

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data yang telah diuraikan, maka dapat

dinyatakan bahwa penguasaan teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis sebelum dan setelah pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2 mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat pada persentase rata-rata siklus 1 pada komponen Ketepatan Long Serve yaitu 63% dikategorikan cukup dan pada siklus 2 menjadi 70%, sedangkan pada komponen aktivasi siswa pada siklus 1 yaitu 60% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90%.

Dengan demikian, metode blocked practice dapat meningkatkan penguasaan teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis. Hal ini selaras pendapat Samsudin (2008:42) bahwa metode blocked practice merupaka cara yang digunakan untuk mengajarkan 2 atau 3 keterampilan yang dilatih dan dilaksanakan satu per satu hingga jumlah atau waktu yang ditentukan terselesaikan.

Di bawah ini teknik memegang raket menurut PBSI (1985 dalam permainan bulutangkis kecuali)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian upaya meningkatkan teknik dasar long serve dalam permainan bulu tangkis melalui metode blocked practice di SDK Larantuka I Kabupaten Flores Timur  dapat disimpulkan bahwa selama pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan metode blocked practice siswa lebih termotivasi untuk melaksanakan ketiga teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis hingga memperoleh peningkatan penguasaan teknik dasar long Servi dalam permainan bulu tangkis.

2. Saran

  1. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata keseluruhan siswa setelah penerapan metode blocked practice. Oleh karena itu disarankan agar metode blockedpractice dapat diterapkan oleh guru bidang studi penjasorkes dalam pembelajaran permainan bulu tangkis sehingga kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar servis panjang dalam permainan bulu tangkis dapat ditingkatkan.
  2. Dalam pembelajaran, sebelum menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. Disarankan agar dipertimbangkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan metode tidak dapat berfungsi secara efektif.
  3. Diperlukan adanya penelitian yang lebih lanjut tentang penerapan metode blocked practice dalam cabang-cabang olahraga yang lain, untuk memperkaya hasil penelitianyang telah ada. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar metode blocked practice dapat digunakan secara maksimal dengan memperhatikan kemampuan setiap individudari subjek penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV  Publisher

Gilang, Moh. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk SMA Kelas X. Jakarta: Ganeca Exact

http://mediainformasi.org/teknik-dasar-bermain-bulutangkis

Midgley, Rud. 2000. Ensiklopedi Olahraga. Semarang: Dahara Prize

Miller, K. David. Measurement by the Physical Educator Why and How Fourth Edition.

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Samsudin.2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.Jakarta: Litera Prenada Media Group

Soetopo. 2005. Pendidikan dan Pembelajaran Teori Permasalahan dan Praktek, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Subarjah, Herman. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Bulu Tangkis dan Metode Pembelajaran.Jakarta: DepdiknasSugiarti. 1997. Metode Penelitian. Jakarta

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Sunhaji. 2009.Stategi Pembelajaran. Jogjakarta: Grafindo Litera Media

Trianto.2009. Mendesain ModelPembelajaran Inovatif Progresif.Jakarta:  Kencana